Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Biokimia
1
KATA PENGANTAR
2
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan. ................................................................................ 19
B. Saran. ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Tubuh memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan mengakibatkan
terganggunya metabolisme di dalam tubuh kita karena fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kondisi kekurang vitamin
disebut avitaminosis.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian vitamin A dan vitamin D ?
b. Bagaimana sifat vitamin A dan vitamin D ?
c. Bagaimana struktur vitamin A dan vitamin D ?
d. Apa saja fungsi vitamin A dan vitamin D ?
e. Bagaimana metabolisme vitamin A dan D ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Apa itu pengertian vitamin A dan vitamin D.
b. Untuk mengetahui Bagaimana sifat vitamin A dan vitamin D.
c. Untuk mengetahui Bagaimana struktur vitamin A dan vitamin
D.
d. Untuk mengetahui Apa saja fungsi vitamin A dan vitamin D.
e. Untuk mengetahui Bagaimana metabolisme vitamin A dan D.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vitamin A
B. Struktur Vitamin A
6
C. Sifat kimia Vitamin A
7
pada kacang kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak
enzim tersebut.
D. Fungsi Vitamin A
E. Metabolisme vitamin A
8
Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian
besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain
β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari
bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap
oleh usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan
micelle).
9
Proses di atas sangat terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan
produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh
karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh
dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai
antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan karoten gagal
dikonversi menjadi vitamin A, antara lain:
G. Pengertian Vitamin D
10
dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3
(kholekalsiferol). Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam steroid
tanaman, sedangkan kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua
jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia berbeda, namun
fungsinya identik. Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat
sterol yang memiliki aktivitas vitamin D, namun ergosterol dan 7α-
dehidrokolesterol, merupakan provitamin D utama yang
menghasilkan secara berturut-turut D2 dan D3.Pada tuimbuhan,
iradiasi ergosterolmenyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (vitamin
D2). Pada hewan, iradiasi 7αdehidrokolesterol menghasilkan
kholekalsiferol (vitamin D3).
11
minggu di dalam serum manusia, dan paling akurat mewakili jumlah
vitamin D di dalam tubuh.
12
I. Sifat Kimia Vitamin D
J. Fungsi Vitamin D
1. Meningkatkan absorpsi Ca dan P di mukosa intestine. Untuk
penyerapan Ca yang optimal diperlukan perbandingan Ca:P =
1:1 bila perbandingan Ca:P = 1:4, timbul gangguan klinis
dini, nilai ini dinamakan “Rachitogenik”
2. Merangsang pembentukkan garam-garam Ca di jaringan
tertentu
3. Meningkatkan “Clearance Fosfat “ di tubuli ginjal.
4.
13
K. Metabolisme Vitamin D
Vitamin D dari makanan diserap pada bagian proksimal usus
halus. Baik anak-anak maupun orang dewasa dapat menyerap
sampai 80% dari jumlah vitamin D yang dikonsumsi, tergantung
faktor-faktor yang membantu atau menghambat penyerapan. Setelah
diserap, vitamin D digabungkan dengan kilomikron dan diangkut
dalam sistem limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan,
dari kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah,
vitamin D diikat oleh suatu protein pentransport, yaitu vitamin D-
binding protein (DBP) atau globulin. Melalui saluran darah tersebut,
vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria
hati, vitamin D3 dihidroksilasi pada posisi ke-25, menjadi kalsidiol
(kalsidiol, atau 25-hidroksi-kolekalsiferol/ 25-hidroksi vitamin D3 )
dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase. Selanjutnya 25-hidroksi
vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju ginjal.
Bila kadar kalsium darah rendah, kelenjar paratiroid
mengeluarkan hormon parathormon yang akan merubah kalsidiol
menjadi kalsitriol. Proses ini terjadi di mitokondria tubulus
proksimalis ginjal, dimana 25-hidroksi vitamin D3 mengalami
hidroksilasi pada posisi ke-1 menjadi 1α- 25-dihidroksi vitamin D3,
dengan bantuan enzim 1α-hidroksilase. Senyawa 1α-25-dihidroksi
vitamin D3 inilah yang merupakan metabolit vitamin D3 yang paling
kuat dan berperan dalam meningkatkan absorbsi kalsium dalam usus
dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Bila kadar kalsium darah
tinggi, kelenjar gondok (tiroid) mengeluarkan hormon kalsitonin
(calcitonin) yang akan mengubah kalsidiol menjadi 24,25-dihidroksi
vitamin D3 dengan adanya peran enzim 24-hidroksilase yang
menghidrolisis 25-hidroksi vitamin D3 pada posisi 24. Metabolit
24,25-dihidroksi vitamin D3 ini adalah bentuk vitamin D inaktif,
berkepentingan dalam peningkatan absorbsi kalsium dari usus, tetapi
menurunkan kalsium dan fosfor serum untuk meningkatkan
mineralisasi tulang.
14
Pembentukan vitamin D dari paparan sinar matahari di kulit
yakni terjadinya pembentukan kolekalsiferol tanpa peran enzim di
kulit dengan adanya radiasi UV dari 7-dehidrokskolesterol. 7-
dehidrokskolesterol adalah senyawa intermediate dalam sintesis
kolesterol yang terakumulasi di kulit. 7-dehidrokskolesterol
disintesis dalam kelenjar sebaceous, disekresikan ke permukaan
kulit, dan kemudian diserap ke dalam epidermis. Jalur pembentukan
vitamin D di kulit ditampilkan pada Gambar 7-7.
15
L. Identifikasi Kualitatif Vitamin D
Prosedur Kerja :
16
tentang penelitian (informed consent). Jika pasien setuju dan telah
menandatangani informed consent, selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel darah vena. Pengukuran kadar serum vitamin D
(25[OH]D) menggunakan metode pemeriksaan Human Vitamin D
(VD) enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) (Elabscience
biotechnology) di laboratorium Rumah Sakit Tropik Infeksi
Universitas Airlangga Surabaya. Defisiensi vitamin D jika kadarnya
<20 ng/mL, insufisiensi vitamin D jika kadar 20-29,9 ng/mL, dan
normal jika kadar 30-100 ng/mL. Hasil pemeriksaan kadar serum
vitamin D (25[OH]D) dicatat pada lembar pengumpul data dan
kemudian dilakukan pengolahan data secara deskriptif.
17
diperoleh kadar vitamin A 3,31 ppm dan tanpa sukrosa 11,44 ppm.
Kandungan retinol pada serum (natif) menurun kadarnya setelah
menjadi bentuk serbuk kering (dengan sukrosa) ataupun serbuk
kering (tanpa sukrosa).
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20