Anda di halaman 1dari 20

VITAMIN LARUT LEMAK (A & D)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Biokimia

Dosen Pembimbing : Kusdalinah, SST.M.Gz


Prodi :Div Gizi Tk.2
Kelompok 5:
1. Adelya Novebrianti
2. Dona Ery Fitriani
3. Dhea Fitri Sundary
4. Nurqaulan Karima Gustari
5. Lili Rohmawati
6. Gina Chintya
7. Suci Pernanda
8. Thara Tianty

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESESEHATAN BENGKULU
JURUSAN GIZI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA (TK2)
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah Vitamin A dan Vitamin D yang diajukan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Biokimia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata


sempurna, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
demi kesempurnaan dari makalah ini. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata saya sampaikan terima kasih dosen pembimbing


mata kuliah dan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai usaha kita semua.

2
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI. ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang. ............................................................................ 4


B. Rumusan masalah........................................................................ 5
C. Tujuan, ........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Vitamin A. ................................................................. 6


B. Struktur Vitamin A...................................................................... 6
C. Sifat Kimia Vitamin A ................................................................ 7
D. Fungsi Vitamin A ........................................................................ 8
E. Metabolisme Vitamin A. ............................................................. 8
F. Identifikasi Kualitatif Vitamin A ................................................ 10
G. Pengertian Vitamin D .................................................................. 10
H. Struktur Vitamin D...................................................................... 12
I. Sifat Kimia Vitamin D ................................................................ 13
J. Fungsi Vitamin D ........................................................................ 13
K. Metabolisme Vitamin D .............................................................. 14
L. Identifikasi Kualitatif Vitamin D ................................................ 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan. ................................................................................ 19
B. Saran. ........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka memberikan pengetahuan yang mendalam pada


pembelajaran mata kuliah Ilmu Gizi, maka para mahasiswa
ditugaskan agar membuat makalah yang berguna untuk
memperdalam dan memperkaya pengetahuan setiap mahasiswa.
Pada kesempatan ini kelompok kami mendapatkan tema Vitamin
Larut Lemak.Sebuah tema yang sangat menarik tentunya apabila kita
mengetahui betapa pentingnya ilmu yang akan kita pelajari ini.
Karena Melalui makalah inilah penulis berupaya mempresentasikan
mengenai definisi, peranan dan juga sumber vitamin larut lemak
yang dibutuhkan oleh tubuh.

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul


kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme.
Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin
adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.
Istilah “vitamin” sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai dalam
pengertian biokimia karena tidak memiliki kesamaan struktur tetapi
akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi.
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya
“hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik
yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin
dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama
sekali tidak memiliki atom N.

Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan


memperlancar proses metabolisme tubuh, dan tidak berfungsi
menghasilkan energi. Vitamin terlibat dalam proses enzimatik.

4
Tubuh memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan mengakibatkan
terganggunya metabolisme di dalam tubuh kita karena fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kondisi kekurang vitamin
disebut avitaminosis.

Pada umumnya vitamin tidak dapat dibuat sendiri


oleh hewan (atau manusia) karena mereka tidak memiliki enzim
untuk membentuknya, sehingga harus dipasok dari makanan. Akan
tetapi, ada beberapa vitamin yang dapat dibuat dari zat-zat tertentu
(disebut provitamin) di dalam tubuh. Contoh vitamin yang
mempunyai provitamin adalah vitamin D. Provitamin D banyak
terdapat di jaringan bawah kulit. Vitamin lain yang disintetis di
dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12. Kedua macam
vitamin tersebut disintetis di dalam usus oleh bakteri.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian vitamin A dan vitamin D ?
b. Bagaimana sifat vitamin A dan vitamin D ?
c. Bagaimana struktur vitamin A dan vitamin D ?
d. Apa saja fungsi vitamin A dan vitamin D ?
e. Bagaimana metabolisme vitamin A dan D ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Apa itu pengertian vitamin A dan vitamin D.
b. Untuk mengetahui Bagaimana sifat vitamin A dan vitamin D.
c. Untuk mengetahui Bagaimana struktur vitamin A dan vitamin
D.
d. Untuk mengetahui Apa saja fungsi vitamin A dan vitamin D.
e. Untuk mengetahui Bagaimana metabolisme vitamin A dan D.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vitamin A

Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang


menduga bahwa lemak hanya berfungsi sebagai sumber energi.
Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan
karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan.
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi
normal dari lemak. Gangguan absorbsi lemak yang disebabkan oleh
gangguan sistim empedu akan menyababkan gangguan absorbsi
vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini
dibawa ke hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar
atau dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak
diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific
Binding Protein), dan karena tidal larut dalam air, maka ekskresinya
lewat empedu, yang dikeluarkan bersama-sama feses. Makanan
sumber vitamin A antara lain susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan
kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah,
wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain. Penyakit yang ditimbulkan
akibat kekurangan vitamin A : rabun senja, katarak, infeksi saluran
pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat,
dan lain-lain.

B. Struktur Vitamin A

Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal


(retinaldehyde) dan retinoic acid. (Gambar : Tiga biomolekul aktif
vitamin A)

6
C. Sifat kimia Vitamin A

Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin A, akan tetapi


manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang
sanggup merubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A.
Dikenal bentuk-bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikenal
sebagai retinol, bentuk aldehid disebut retinal, dan berbentuk asam,
yaitu asam retinoat. Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi
terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan
dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik.
Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan
dalam bentuk ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol.
Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup
rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin dalam
bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding
bentuk alkohol maupun aldehid.

Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari


tanaman bisa melindungi vitamin A dalam bahan makanan.
Leguminosa tertentu, terutama kacang kedele dan alfafa,
mengandung enzim lipoksigenase yang bisa merusak karoten,
xantofil, bahkan vitamin A, melalui tahapan-tahapan oksidasi
dengan asam lemak tidak jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna

7
pada kacang kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak
enzim tersebut.

Di dalam praktek, terutama dalam penyimpanan, vitamin A


bersifat tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat
diambil langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan
antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi tetesantetesan
vitamin A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga
merupakan butiranbutiran kecil. Melalui teknik tersebut, maka
sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung
dengan oksigen.

D. Fungsi Vitamin A

Sumber vitamin A yang baik adalah hati, ginjal; jumlahnya lebih


sedikit terdapat pada paru, jantung. Minyak ikan adalah sumber
vitamin A dan D yang dipekatkan. Fungsi Vitamin A Mencakup tiga
macam peran penting :

1. Proses penglihatan pada kurang cahaya


2. Proses metabolisme umum
3. Proses reproduksi

E. Metabolisme vitamin A

8
Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian
besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain
β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari
bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap
oleh usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan
micelle).

Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara


difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap
melalui saluran limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah
dan ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan
dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat.
Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein
pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang
disintesis dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu
“transthyretin” untuk diangkut ke sel-sel jaringan.

Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh


protein pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein),
sebagian diangkut ke hati dan bergabung dengan asam empedu, yang
selanjutnya diekskresikan ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari
tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke ginjal dan
diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat.

Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian


dikonversi menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas.
Sebagian kecil karoten disimpan dalam jaringan adiposa dan yang
tidak digunakan oleh tubuh diekskresikan bersama asam empedu
melalui feses. Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim β- karoten
15,15-deoksigenase, β- karoten tersebut dipecah menjadi retinal
(retinaldehid), yang kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim
retinaldehid reduktase. Pada diet hewani, retinol ester dihidrolisis
oleh esterase dari pankreas, selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk
retinol, sehingga diperlukan garam empedu.

9
Proses di atas sangat terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan
produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh
karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh
dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai
antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan karoten gagal
dikonversi menjadi vitamin A, antara lain:

1. Penyerapan tidak sempurna ;


2. Konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah diantara karoten
lolos ke saluran limfe, dan
3. Pemecahan yang kurang efisien.

F. Identifikasi Kualitatif Vitamin A


Analisis Karoten
Posedur kerja :

Timbang 2 gr daun kubis, haluskan dalam mortar. Tambahkan


kira-kira sama banyak pasir dan bubuk Ca (OH)2 untuk menyerap
klorofil dan air. Gerus perlahan dan kemudian tambahkan 10 ml
potri-eter, lanjutkan mengerus. Pindahkan ke dalam tabung reaksi
yang kering dan kocok beberapa menit. Setelah itu, saring larutan
dan uji filtratnya .amati dan catat warna yang timbul.

G. Pengertian Vitamin D

Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan


merupakan prahormon jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok
senyawa sterol yang terdapat di alam, terutama pada hewan, tetapi
juga ditemuikan di tumbuhan maupun ragi. Vitamin D terdiri dari

10
dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3
(kholekalsiferol). Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam steroid
tanaman, sedangkan kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua
jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia berbeda, namun
fungsinya identik. Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat
sterol yang memiliki aktivitas vitamin D, namun ergosterol dan 7α-
dehidrokolesterol, merupakan provitamin D utama yang
menghasilkan secara berturut-turut D2 dan D3.Pada tuimbuhan,
iradiasi ergosterolmenyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (vitamin
D2). Pada hewan, iradiasi 7αdehidrokolesterol menghasilkan
kholekalsiferol (vitamin D3).

Makanan yang mengandung vitamin D : minyak ikan, susu,


telur, keju, dan lainlain. Penyakit yang ditimbulkan akibat
kekurangan vitamin D :Gigi akan lebih mudah rusak, otok bisa
mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang
biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X. Vitamin D
merupakan vitamin larut lipid, bertindak sebagai hormon pleiotropik
pada sebagian besar jaringan manusia dengan mengatur homeostasis
mineral dan berbagai fungsi biologis lainnya, termasuk efek pada
imunitas. Vitamin D dapat memengaruhi gangguan mekanisme imun
melalui sifat imunomodulator dan adanya enzim-1αhidroksilase yang
merubah vitamin D menjadi bentuk aktif di keratinosit.2 Vitamin D
berperan penting dalam patogenesis DA melalui peningkatan
integritas permeabilitas sawar kulit, ekspresi AMP yang
menghambat infeksi, dan menekan respons inflamasi. Pasien DA
mengalami gangguan pada sawar kulit dan memiliki sedikit
cathelicidin, sehingga lebih rentan terhadap infeksi.3 Status vitamin
D diukur dengan menilai kadar serum 25-hydroxyvitamin D
(25[OH]D) yang merupakan vitamin D pro-hormon. Kadar serum
25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) berguna untuk mengukur tingkat
vitamin D secara klinis, bersifat stabil, memiliki paruh waktu 3

11
minggu di dalam serum manusia, dan paling akurat mewakili jumlah
vitamin D di dalam tubuh.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara DA


dengan vitamin D, yaitu vitamin D dapat meningkatkan ekspresi
AMP dan mencegah infeksi pada kulit.5 Penelitian lain
menunjukkan bentuk aktif vitamin D merupakan regulator utama
yang mengekspresikan cathelidin, tidak hanya pada monosit tetapi
juga didalam keratinosit pada epidermis.6 Cathelicidin diatur oleh
bentuk aktif dari vitamin D yaitu 1,25 (OH)2D dengan enzim
1αhidroksilase dan reseptor vitamin D. Vitamin D juga berperan
pada stimulasi sintesis protein seperti filaggrin, yang diperlukan
untuk pembentukan permeabilitas sawar kulit,5 sehingga defisiensi
vitamin D dapat memperburuk risiko DA serta memperberat
keparahan DA melalui terganggunya fungsi sawar epidermis dan
sistem imunitas, yang berakibat pada penurunan pertahanan terhadap
infeksi.7 Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kadar serum vitamin
D (25[OH]D) pada DA di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

H. Struktur Kimia Vitamin D

Vitamin D termasuk dalam grup sterol. Nama vitamin D adalah


nama umum dari semua steroid yang secara kualitatif
memperlihatkan aktivitas kholekalsiferol. Gambar 1., menampilkan
struktur kimia vitamin D2 dan vitamin D3.

12
I. Sifat Kimia Vitamin D

Kholekalsiferol tidak larut dalam air, larut dalam larutan


organik dan minyak tumbuh-tumbuhan. Cairan aseton akan
menyebabkan Kholekalsiferol berbentuk kristal halus putih.
Kholekalsiferol dirusak oleh sinar ultraviolet yang berlebihan dan
oleh peroksida dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang tengik.
Bahan pangan campuran yang cukup kandungan vitamin E dan
antioksidan bisa melindungi rusaknua vitamin D.

J. Fungsi Vitamin D
1. Meningkatkan absorpsi Ca dan P di mukosa intestine. Untuk
penyerapan Ca yang optimal diperlukan perbandingan Ca:P =
1:1 bila perbandingan Ca:P = 1:4, timbul gangguan klinis
dini, nilai ini dinamakan “Rachitogenik”
2. Merangsang pembentukkan garam-garam Ca di jaringan
tertentu
3. Meningkatkan “Clearance Fosfat “ di tubuli ginjal.
4.

13
K. Metabolisme Vitamin D
Vitamin D dari makanan diserap pada bagian proksimal usus
halus. Baik anak-anak maupun orang dewasa dapat menyerap
sampai 80% dari jumlah vitamin D yang dikonsumsi, tergantung
faktor-faktor yang membantu atau menghambat penyerapan. Setelah
diserap, vitamin D digabungkan dengan kilomikron dan diangkut
dalam sistem limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan,
dari kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah,
vitamin D diikat oleh suatu protein pentransport, yaitu vitamin D-
binding protein (DBP) atau globulin. Melalui saluran darah tersebut,
vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria
hati, vitamin D3 dihidroksilasi pada posisi ke-25, menjadi kalsidiol
(kalsidiol, atau 25-hidroksi-kolekalsiferol/ 25-hidroksi vitamin D3 )
dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase. Selanjutnya 25-hidroksi
vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju ginjal.
Bila kadar kalsium darah rendah, kelenjar paratiroid
mengeluarkan hormon parathormon yang akan merubah kalsidiol
menjadi kalsitriol. Proses ini terjadi di mitokondria tubulus
proksimalis ginjal, dimana 25-hidroksi vitamin D3 mengalami
hidroksilasi pada posisi ke-1 menjadi 1α- 25-dihidroksi vitamin D3,
dengan bantuan enzim 1α-hidroksilase. Senyawa 1α-25-dihidroksi
vitamin D3 inilah yang merupakan metabolit vitamin D3 yang paling
kuat dan berperan dalam meningkatkan absorbsi kalsium dalam usus
dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Bila kadar kalsium darah
tinggi, kelenjar gondok (tiroid) mengeluarkan hormon kalsitonin
(calcitonin) yang akan mengubah kalsidiol menjadi 24,25-dihidroksi
vitamin D3 dengan adanya peran enzim 24-hidroksilase yang
menghidrolisis 25-hidroksi vitamin D3 pada posisi 24. Metabolit
24,25-dihidroksi vitamin D3 ini adalah bentuk vitamin D inaktif,
berkepentingan dalam peningkatan absorbsi kalsium dari usus, tetapi
menurunkan kalsium dan fosfor serum untuk meningkatkan
mineralisasi tulang.

14
Pembentukan vitamin D dari paparan sinar matahari di kulit
yakni terjadinya pembentukan kolekalsiferol tanpa peran enzim di
kulit dengan adanya radiasi UV dari 7-dehidrokskolesterol. 7-
dehidrokskolesterol adalah senyawa intermediate dalam sintesis
kolesterol yang terakumulasi di kulit. 7-dehidrokskolesterol
disintesis dalam kelenjar sebaceous, disekresikan ke permukaan
kulit, dan kemudian diserap ke dalam epidermis. Jalur pembentukan
vitamin D di kulit ditampilkan pada Gambar 7-7.

Akibat paparan sinar UV maka 7-dehidrokolesterol mengalami


fotolisis, dengan pembelahan dari cincin-B dan inversi cincin-A
menghasilkan prekalsiferol (previtamin D atau takalsiol). Panjang
gelombang puncak untuk fotolisis ini 296,5 nm. Kisaran panjang
gelombang radiasi matahari rentang UV-B yang berguna adalah
antara 290 nm dan 320 nm. Hasil dari precalciferol hanya 1% pada
panjang gelombang 296,5 nm. Precalciferol mengalami isomerisasi
termal menjadi kolekalsiferol. Sinar matahari tidak sepenuhnya
penting untuk sintesis cholecalciferol dari kulit, karena awan
mengurangi intensitas UV-B sekitar 50%. Intensitas UV-B yang
rendah bersifat iradiasi dan tidak mengakibatkan fotolisis signifikan
dari 7dehidrokolesterol menjadi previtamin D seluruh tubuh.

15
L. Identifikasi Kualitatif Vitamin D

Vitamin D tahan terhadap oksidasi, penggunaan reagen Carr-


Price pada Vitamin D memberikan warna kuning-jingga. Warna ini
juga bisa digunakan pada penentuan kuantitatif vitamin D secara
kolorimetri.

Prosedur Kerja :

Masukkan 1 ml H2O2 5% ke dalam minyak ikan (mengandung


vitamin A dan D). kocok selama 1 menit, panaskan perlahan jangan
sampai mendidih hingga tidak ada gelembung yang keluar.
Dinginkan dengan air kran atau dalam beaker yang berisi air dingin.
Setelah itu, tambahkan beberapa tetes Carr-Price. Perhatikan warna
yang terjadi.

Kadar serum vitamin D (25[OH]D) pada pasien DA di RSUD


Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian telah disetujui oleh komite etik
penelitian kesehatan RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Populasi
penelitian adalah pasien DA yang datang ke di Unit Rawat Jalan
(URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Kriteria penerimaan subjek penelitian adalah pasien DA berdasarkan
kriteria Hanifin-Rajka dan indeks scoring of atopic dermatitis
(SCORAD), tidak dibatasi usia, keadaan umum baik, dan bersedia
mengikuti penelitian. Kriteria penolakan subjek adalah mengonsumsi
suplemen vitamin D dan obat-obatan yang memengaruhi vitamin D
(kortikosteroid, suplementasi asam lemak, minyak mineral, dan
golongan statin) dalam 2 minggu terakhir, menderita penyakit hati,
keganasan, riwayat gangguan tumbuh-kembang, fraktur tulang, dan
hipertiroid.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara konsekutif


sampai jumlah sampel terpenuhi yaitu sebanyak 34 sampel. Pasien
dengan DA di URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan diberikan informasi

16
tentang penelitian (informed consent). Jika pasien setuju dan telah
menandatangani informed consent, selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel darah vena. Pengukuran kadar serum vitamin D
(25[OH]D) menggunakan metode pemeriksaan Human Vitamin D
(VD) enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) (Elabscience
biotechnology) di laboratorium Rumah Sakit Tropik Infeksi
Universitas Airlangga Surabaya. Defisiensi vitamin D jika kadarnya
<20 ng/mL, insufisiensi vitamin D jika kadar 20-29,9 ng/mL, dan
normal jika kadar 30-100 ng/mL. Hasil pemeriksaan kadar serum
vitamin D (25[OH]D) dicatat pada lembar pengumpul data dan
kemudian dilakukan pengolahan data secara deskriptif.

Persiapan Sampel Retinol Serum diambil sebanyak 100 µL


ditambahkan 100 µL heksana kemudian dilakukan sentrifugasi 800
g selama 5 menit dan ambil supernatan. Kemudian supernatan
dievaporasi pada water bath dengan suhu 60°C. Setelah itu ambil
residu dan ditambahkan 25 µL dietil eter dan 75 µL metanol. Sampel
retinol siap diinjeksikan ke dalam injektor, set detektor pada panjang
gelombang 280 nm, dan flow rate 1 ml/menit. Fasa mobil HPLC
menggunakan metanol 950 mL dicampur dengan 50 mL air
(metanol: air = 95:5, v/v), sebelum digunakan sebagai eluen
makadisonifikasi terlebih dahulu. Fasa diam menggunakan kolom C-
18. Retinol standar (Retinol lot BCBL 139V synthetic, ≥ 95% HPLC
crystalline Sigma Aldrich) dilarutkan dengan etanol, waktu retensi
retinol standar berada pada posisi 4,5 menit. Sebanyak 20 µL
sampel retinol diinjeksikan ke dalam kolom dan retinol berada dalam
retensi waktu 4,5 menit sesuai dengan retinol standar yang berada di
posisi tersebut. Interpretasi Data Hasil Kromatogram Analisis data
menggunakan one-way ANOVA deangan software MINITAB 15.

Dari hasil analisis kadar retinol dengan metode HPLC


didapatkan kadar vitamin A sebesar 38,71 ppm. Serum setelah
liofilisasi dengan liprotektan sukrosa pada pengukuran 0 bulan

17
diperoleh kadar vitamin A 3,31 ppm dan tanpa sukrosa 11,44 ppm.
Kandungan retinol pada serum (natif) menurun kadarnya setelah
menjadi bentuk serbuk kering (dengan sukrosa) ataupun serbuk
kering (tanpa sukrosa).

Walaupun terjadi penurunan kadar retinol dalam serum otologus


serbuk kering menggunakan lioprotektan sukrosa masa simpan 0
bulan dengan natif namun secara statitik tidak terjadi perbedaan
kadar retinol antara serum serbuk kering dengan sukrosa dan natif
nilai p=0,116. Kadar retinol natif menunjukan konsentrasi yang
tinggi pada serum segar yang belum mendapat perlakuan liofilisasi
dan lioprotektan sukrosa terlihat puncak yang tinggi pada retensi
waktu 4,5 menit (Gambar 1). Pada analisis serum serbuk kering
masa simpan 1 bulan berikutnya hasil kromatogram menunjukkan
puncak yang sangat kecil sekali pada retensi waktu 4.5 menit
sehingga perhitungan kadar

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Vitamin


adalah nutrisi yang penting dalam tubuh untuk proses metabolisme
dan pertumbuhan yang normal. Vitamin dikelompokkan menjadi 2
golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin
A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C
dan B. Vitamin yang larut dalam air hanya dapat disimpan dalam
jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran
makanan. Kebanyakan vitamin berfungsi sebagai koenzim dalam
berbagai reaksi dalam tubuh. Kekurangan vitamin dapat
mengganggu kelancaran reaksi – reaksi biokimia di dalam tubuh dan
masing- masing vitamin dapat mendefenisikannnya.

B. Saran

Setingi-tingginya langit, masih ada langit yang lebih tinggi


lagi”. Pepatah tersebut mengingatkan kita bahwa pengetahuan itu
tidak ada batasnya, semakin digali maka makin banyak yang kita
temukan. Bertolak dari hal tersebut maka penulis menyarankan
kepada para pembaca agar tidak puas dengan materi yang kami
suguhkandalam makalah ini. Dan Bacalah makalah atau buku-buku
lain agar anda lebih berpengetahuan anda lebih bertambah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Halimah Okfrianti, Yenni Mailiza,Agus Dkk.2010. Buka Ajar


Biokimia, Bengkulu.

Iman P Maksun Dkk,2016.Jurnal Stabilisasi Vitamin A (Retinol)


Pada Serum Otologus Sediaan Serbuk Kering Menggunakan
Lioprotektan Sukrosa Vol 4 02

Meidita Sinantriana Widia Sari Dkk, Atrikel Kadar Serum Vitamin


D(25) OHB Pada Pasien Demartitis Atopik Fakultas Kedokteran
Unoversitas Airlangga

20

Anda mungkin juga menyukai