Anda di halaman 1dari 16

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF, FREKUENSI, DAN DISTRIBUSI

MASALAH KESEHATAN
Makalah ini dibuat dan ditulis sebagai salah satu syarat Mata Kuliah Epidemiologi

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Adin Nurmala Sari
2. Alvelia Paldesta
3. Erly Putriana
4. Lilis Suryani
5. Nabela Casera
6. Nurqaulan Karima Gustari
7. Refidahtul Hasanah

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN GIZI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah Epidemiologi yang diajukan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan dari makalah ini. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya sampaikan terima kasih dosen pembimbing mata kuliah dan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita semua.

ii2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Epidemiologi Deskriptif, Frekuensi dan Distribusi .................... 5


B. Macam- Macam Epidemiolog deskriptif ................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 15

Daftar Pustaka

iii3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari
faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan aplikasi bagian hasil studi untuk
mengendalikan masalah kesehatan. Perspektifepidemiologi menggambarkan bahwa
Epidemiologi adalah sebuah cara berpikir tentang kesehatan sebagai human ekologi,
selain itu epidemiologi sangat mempertimbangkan tentang konteks, heterogenitas,
dinamika dan inferensi (Siagian & Albiner, 2010).
Serta lebih dari sekedar kumpulan metode tetapi bagaimana menggunakan
metode tersebut. Sebagai pengantar untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
menyeluruh tentang epidemiologi, dalam bab ini akan diuraikan secara mendetail
tentang sejarah perkembangan, pengertian epidemiologi, pengertian epidemiologi
gizi, ruang lingkup, tujuan dan kegunaan informasi yang diperoleh dari
epidemiologi gizi (Siagian & Albiner, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan epidemiologi deskriptif?
2. Apa yang dimaksud dengan epidemiologi deskriptif frekuensi?
3. Apa yang dimaksud dengan distribusi masalah kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu epidemiologi deskriptif
2. Untuk mengetahui apa itu epidemiologi deskriptif frekuensi
3. Untuk mengetahui apa itu distribusi masalah kesehatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Epidemiologi Deskriptif, Frekuensi dan Distribusi Masalah Kesehatan

Epidemiologi deskriptif adalah bagian yang dilakukan tanpa harus membuat suatu
hipotesa khusus. Kajian ini sering dipakai pada kajian awal kemunculan penyakit baru,
agar kita dapat memperoleh karakter penyakit, menghitung frekuensinya, dan
menentukan bagaimana variasinya terkait dengan tingkat individu, tempat dan waktu
(Ferasyi,2008).
Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari tentang frequensi dn
penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut (Effendy, 1998).
Epidemiologi deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut orang,
tempat, dan waktu (Rajab, 2009).
Epidemiologi Deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu
populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk
berbagai faktor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini
dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan
membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang
sama pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan
tenteng keadaan derajat kesehatan maupun masalkah kesehatan dalam suatu populasi
tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula.
Disamping itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang
faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu
populasi tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi dan data informasi lain
yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup,
mikrobiologi, sosial ekonomi dan sumber keterangan lainnya. Sebagai contoh
penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai
wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu, penggunaan
epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan,
penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha
dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan
seperti bidang kependudukan, keluarga dan gizi (Noor,2008).
Epidemiologi deskriptif mempelajari kejadian dan distribusi penyakit. Kejadian
penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah penyakit. Dalam epidemiologi

5
deskriptif, distribusi penyakitnya menurut variabel variabel orang, waktu dan tempat
(Lapau, 2011).
Frekuensi masalah kesehatan Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada
besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Untuk
dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus
dilakukan yaitu :
a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan Yang dimaksud dengan
Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah menunjuk kepada pengelompokan
masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan
dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut Ciri – ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

B. Macam – Macam Epidemiologi Deskriptif


Di dalam epidemiolgi deskriptif dipelajari bagaimana frequensi penyakit berubah
menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang, tempat dan
waktu. Dalam sebuah penelitian gambaran epidemiologi kasus campak di cirebon tahun
2004-2011, menyebutkan variabel terkait adalah jumlah kejadian campak, variabel
bebasnya terdiri dari umur, jenis kelamin, vitamin A, status imunisasi, tempat dan waktu
(bulan) (Nurani, dkk., 2012).

a. Variabel orang
Variabel adalah sesuatu yang dapat diamati dan dapat dihitung secara statistik.
Variabel orang dalam epidemiologi adalah karakteristik indvidu yang ada
hubungannya dengan keterpapanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit (Rajab,
2009).
Setiap orang pasti mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan
karakteristik individu secara tidak langsung dapat memberi perbedaan pada sifat
keterpaparan maupun derajat risk dan reaksi individu terhadap keterpaparan.
Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetis bersifat tetap, seperti jenis
kelamin, ras, dan data kelahiran, faktor biologis yaitu yang berhubungan erat dengan
kehidupan biologis, seperti umur, status gizi, dan kehamilan, dan faktor perilaku,
seperti mobilitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan
sebagainya.

6
 Umur
Umur merupakan variabel yang sangat penting dalam epidemiologi deskriptif
karena cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang
disebabkan oleh umur (Noor, 2008).
Umur sangat mempengaruhi kemungkinan seseorang manusia utuk terpapar
(contohnnya anak-anak sekolah yang terpapar pada penyakit yang timbul pada
masa kanak-kanak, dan orang dewasa yang terppar penyakit akibat kerja), status
imun, serta kondisi fisik dan mental (Arias, 2009).
Umur berhubungan dengan keadaan, sedangkan keadaan berhubungan
dengan variabel lain seperti, proses umur, perkembangan fisiologis, dan imunitas.
Umur dikaitkan dengan, refleksi dari perubahan kebiasaan perilaku dan kebiasaan
makan, hasil percobaan dari daya tahan tubuh (imunitas), alat diagnostik,
fenomena kohort (Lapau, 2011).
Hubungan antara frekuensi penyakit dengan umur dinyatakan dalam
bentuk age specific incidence maupun prevalence (angka kejadadian umur
khusus), yakni jumlah kejadian suatu penyakit pada kelompok umur tertentu.
Umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan dan mempunyai
hubungan yang dengan besar risiko penyakit dan sifat resistensi pada berbagai
kelompok umur tertentu. Dengan demikian, adanya perbedaan pengalaman
terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai kemaknaan (pengaruh) yang
berhubungan dengan adanya perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan
menurut umur, adanya perbedaan dalam proses kejadian patogenesis, maupun
adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit tertentu (Noor, 2008).
Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah
panjangnya interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola esakitan atau kematian, dan apakan
pengolompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada
penelitian orang lain. Untuk keperluar perbandingan maka WHO menganjurkan
pembagian-pembagian umur sebagai berikut :
- Menurut tingkat kedewasaan, yaitu :
0 – 14 Tahun : Bayi dan anak-anak
15 – 49 Tahun : Orang muda dan dewasa
50 Tahun ke atas : Orang tua
- Interval 5 Tahun :
Kurang dari 1 tahun,
1 – 4, 5 – 9, 10 – 14, dan sebagainya.
- Untuk mempelajari penyakit anak :

7
0 – 4 Bulan, 5 – 10 Bulan, 11 – 23 Bulan, 2 – 4 Tahun, 5 – 9 Tahun, 9 – 14
Tahun (Notoatmodjo, 2011).
Insiden campak berdasarkan kelompok umur di Cirebon tahun 2004, 2007,
2008, dan 2010 insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur < 1 tahun,
dan tahun 2005 dan 2006 insiden campak tertinggi pada kelompok umur 1-4
tahun. Sedangakan tahun 2009 dan 2011 insiden campak tertinggi pada kelompok
umur 5-9 tahun. Insiden kasus campak terendah tahun 2004 sampai 2011 pada
kelompok > 15 tahun ( Dian et al,2012 ).

 Jenis Kelamin
Perbedaan frekuensi penyakit antara jenis kelamin wanita dan pria tergantung
pada berbagai faktor seperti perbedaan fisiologis, genetik, faktor risiko luar,
tekanan emosional, kebiasaan individu, dan pelayanan medik (Lapau,2011).
Jenis kelamin mempunyai hubungan tersendiri yang cukup erat dengan sifat
keterpaparan dan tingkat kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pertama, adanya
penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu terutama yang
berhubungan dengan alat reproduksi atau yang secara genetis berperan dalam
perbedaan jenis kelamin, misalnya pada hipertrofi prostat pada pria atau
karsinoma payudara pada wanita. Kedua, penyakit yang mempunyai
kecenderungan hanya pada jenis kelamin tertentu atau lebih sering dijumpai pada
jenis kelamin tertentu seperti hipertiroidisme, batu kandung empedu yang lebih
sering pada wanita. Ketiga, kemungkinan timbulnya perubahan frekuensi
penyakit dari jenis kelamin tertentu ke jenis kelamin lainnya (Noor, 2008).

 Kelompok Etnik
Kelompok etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup
maupun homogenitas biologis/genetis. Dari segi epidemiologi kelompok orang yang
tinggal dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan membutuhkan
karakteristik tertentu baik secara biologis maupun dalam hal mekanisme sosial
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan (Noor, 2008).
1) Ras
Ada tiga ras utama yang dikenal di dunia yakni ras Kaukasia (kulit
putih), Neroid (kulit hitam) dan Mongoloid (kulit cokelat). Cukup banyak
studi epidemiologi yang telah dilakukan tentang perbandingan kejadian
penyakit menurut ras tersebut (Noor, 2008).
Misalnya ras Negro yang secara genetik mempunyai sel darah merah
yang berbentuk oval sehingga ras Negro tersebut menderita “sickle cell
anemia”. Ras Negro secara sosio-ekonomis termasuk golongan

8
berpendapatan rendah sehingga mereka rentan untuk menderita penyakit
infeksi, misalnya penyakit TBC (Lapau, 2011).
Dalam menganalisis penyakit yang berkaitan dengan ras penduduk,
harus diperhatikan beberapa yang mungkin berpengaruh antara lain :
a) Adanya penyakit tertentu yang secara genetis berhubungan erat dengan
ras, seperti anemia sickle sel ;
b) Adanya penyakit tertentu yang tampaknya mempunyai perbedaan
frekuensi terhadap ras, tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan
kebiasaan hidup ;
c) Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu seperti
penyakit kuru pada penduduk asli di Irian Jaya, begitu pula adanya
kelompok penduduk dengan ras tertentu yang memiliki sosial ekonomi
serta kehidupan kultural yang ketat dan dapat mempengaruhi frekuensi
penyakit tertentu (Noor, 2008).
2) Kelompok Etnik
Kelompok etnik lebih didasarkan pada perbedaan adat, kebiaaan hidup,
keadaan sosial ekonomi dan lingkungan hidup, jenis pekerjaan utama, dan
lainnya. Dengan demikian, maka tingginya angka risiko dan timbulnya
perbedaan frekuensi kejadian penyakit dan kematian erat hubungannya
dengan perbedaan sifat – sifat tertentu (Noor, 2008).

 Agama
Agama dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit
tertentu. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang erat hubungannya
dengan agama, misalnya perbedaan makanan yang dinyatakan terlarang oleh agama
atau ritual khusus keagamaan akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu dan
tingkat risiko terhadap penyakit tertentu. Selain itu kemungkinan adanya isolasi sosial
terhadap agama tertentu, terutama agama minoritas di wilayah tertentu dapat
mempengaruhi proses timbulnya penyakit infeksi dan manifestasi setempat (Noor,
2008).
Mereka yang beragama non–Islam biasanya memakan babi sehingga ada
kemungkinan terserang trichiniasis, yaitu penyakit pada seseorang yang terinfeksi
trichinella spiralis. Wanita yang suaminya non–Yahudi dan non–Islam bisanya tidak
disunat sehingga berhubungan seksual yang non–higienis dapat menimbulkan kanker
leher rahim (Lapau, 2011).

9
 Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga
besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-
desakan di dalam rumah yang luasnya terbatas. Sehingga memudahkan penularan
penyakit menular di kalangan anggotanya. Keluarga yang besar, juga mungkin pula
tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011)

 Jenis Pekerjaan
Peran dalam menimbulkan penyakit melalui beberapa faktor, yakni :
a) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, dan ulkus lambung).
c) Ada tidaknya aktivitas fisik di dalam pekerjaan.
d) Karena berkerumuh dalam satu tempat yang relatif sempit maka terjadi proses
penularan penyakit antar para pekera.
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait pekerjaan di
tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di indonesia terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung
koroner, tekanan darahtinggi, dan kanker (Notoatmodjo, 2011).

 Status Perkawinan
Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, terhadap derajat
keterpaparan maupun dalam hal besarnya risiko dan pada derajat kerentanan. Dalam
hal ini keterangan tentang kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda merupakan variabel
dalam penentuan status perkawinan. Variabel status perkawinan tersebut erat
hubungannya dengan lingkungan sosisal, kebiasaan hidup dan ketentuan hukum yang
berlaku, yang berhubungan dengan status perkawinan, seperti boleh tidaknya
berpoligami, mudah tidaknya terjadi perceraian serta kebiasaan dan pandangan
masyarakat terhadap hidup sendiri (single) bagi laki-laki maupun bagi wanita. Dalam
hal ini, faktor agama dan faktor adat kebiasaan sangat erat hubungannya dengan
variabel status perkawinan, termasuk usia perkawinan. Variabel status perkawinan
sangat erat hubungannya dengan tingkat fertilitas dan dengan sifat reproduksi (Noor,
2008).

10
 Status Sosial Ekonomi
Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan kesakitan
atau kematian, variabel ini menggambarkan tigkat kehidupan seseorang
(Notoatmodjo, 2011).
Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis
pekerjaan serta tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan,
dan sebagainya. Selain itu, erat pula hubungannya pada faktor psikologi individu dan
keluarga dalam masyarakat (Noor, 2008).
Menurut penelitian di Uni Eropa, menunjukkan bahwa faktor tunawisma adalah
interaksi antara faktor individu dan struktural. Individu termasuk kemiskinan, masalah
keluarga, kesehatan dan penyalahgunaan masalah mental. Ketersediaan perumahan
murah dianggap struktur yang paling penting bagi tunawisma (Fazel, 2014)

 Pendidikan
Tingkat pendidikan dengan penyebaran penyakit dan kematian. Kelompok
masyarakat dengan pendidikan yang berpendidikan tinggi cenderung lebih
mengetahui cara-caramencegah penyakit (Notoatmodjo, 2011).

 Penghasilan
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

b. Variabel Tempat
Keterangan tempat dapat bersifat : (1) keadaaan geografi umpamanya daerah
pegunungan, pantai, serta dataran rendah; (2) batas adminitratif/ politik umpamanya
batas negara,provinsi,kabupaten,kecamatan (Noor,2008).
Kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya mempunyai
kecenderungan ditemukan pada tempat-tempat tertentu. Umpamanya penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih sering ditemukan di daerah perkotaan yang
berpenduduk padat, dan hal ini erat hubungannya dengan sifat vektor dan lingkungan.
Sedangkan penyakit leptospirosis lebih sering terjadi di daerah pertanian terutama
daerah pertanian campur peternakan. Dalam analisis epidemiologi maka adanya
perbedaan keadaan atau frekuensi penyakit dalam masyarakat berdasarkan tempat
dapat timbul karena berbagai hal tertentu (Noor,2008).
a. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan letak
geografis,administrasi maupun keadaan urban terhadab rural (Noor,2008).

11
b. Perbedaan tersebut timbul karena unit ruang lingkup di mana variabel internak
akan bertambah pada ruang lingkup yang lebih luas (Noor,2008).
c. Perbedaan dan standar diagnosis yang digunakan maupun perbedaan sistem
pelaporan yang berlaku setempat, serta perbedaan situasi geografis dan demografis
pada pembagian administratif di berbagai tingkatan (Noor,2008).

Faktor tempat dan pengaruh lingkungan yang ada di dalamnya meliputi


lingkungan biologis,kimiawi,fisik dan sosial sangat penting artinya dalam analisis
faktor tempat (Noor,2008).
a. Lingkungan biologis
Gambaran tempat sebagai penyebab penyakit yang paling mudah dimengerti
adalah ciri iklim dan ekologi yang menentukan jenis flora dan fauna yang
terdapat di tempat tersebut. Ciri tersebut dapat mempengaruhi pola penyakit
dengan melalui suhu,kelembaban dan kondisi lain yang sesuai untuk hidupnya
parasit penyebab penyakit yang hidup di luar tubuh manusia. Contohnya pada
kasus penyakit flu burung, selain cuaca kejadian kasus pada hewan atau unggas
tersebut juga dipengaruhi oleh migrasi burung-burung liar. Virus H5N1 dengan
patogenitas yang tinggi (HPAI) dapat bertahan lama pada lingkungan dengan
suhu udara yang rendah. Terlihat bahwa daerah yang rata-rata suhu udaranya
rendah berisiko lebih besar terserang penyakit Avian Influenza/flu burung.
Kabupaten Bandung, Bogor dan kabupaten Magelang dengan suhu udara rata-
rata-nya 23,5o, 24oC dan Kabupaten Magelang yang dikelilingi pegunungan dan
beriklim sejuk yang cocok untuk budidaya unggas ( Djuwita et al, 2006).
b. Lingkungan kimiawi dan lingkungan fisik
Sebagai lingkungan kimiawi terdapat dua jenis bahan kimia utama yaitu air
dan udara. Air merupakan faktor yang dapat mempngaruhi terjadinya penyakit
seperti kandungan mineralnya ( yodium,fluor,tembaga dan seng). Kekurangan zat
yodium dalam air minum dapat menimbulkan penyakit gondok endemis.
Lingkungan fisik yang berpengaruh terutama pada suhu udara di ketinggian suatu
tempat mempengaruhi tekanan oksigen setempat.
c. Lingkungan sosial
Kemajuan kehidupan sosial di suatu lingkungan sosial merupakan faktor
penentu utama terhadap lingkungan biologis, kimiawi, fisik, yang menimbulkan
pemaparan terhadap penduduk. Lingkungan sosial merupakan penentu sifat dan
jumlah fauna dan flora yang ada di lingkungan tersebut, adanya reservoir serta
vektor yang menyebarkan penyakit, adanya pencemaran serta jenis dan tingkat
pencemaran fisik dan kimiawi pada udara dan air. Dengan demikian, sifat
kehidupan sosial masyarakat pada suatu daerah tertentu dapat mempengaruhi

12
berbagai aspek kehidupan yang berhubungan dengan status kesehatan dan pola
penyakit setempat.

c. Variabel waktu
Perubahan berbagai faktor dari waktu ke waktu seperti perubahan jumlah dan
komposisi umur penduduk,perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis dan
sosial, perubahan kriteria penyakit dan alat diagnosis yang semakin canggih dan
kemajuan cara pengobatan maupun berbagai teknologi kedokteran (Noor,2008
1. Perubahan dalam waktu singkat
Keadaan epidemi dapat bersifat singkat yang biasanya disebut common source atau
point epidemic yakni keadaan timbulnya wabah secara mendadak ynag terfokus
pada limit waktu sesuai masa tunas terpanjang penyakittersebut, dengan titik awal
pada saat penyebab timbul atau mulainya keterpaparan. Hal tersebut biasanya
ditemukan pada gangguan kesehatan yang berkaitan dengan pemaparan organisme
biologis atau unsur kimiawi melalui udara, makanan, air atau kontak kulit.
2. Perubahan yang terjadi secara periodik
Perubahan secara periodik yang biasanya merupakan variasi siklis pada frekuensi
penyakit sangat penting dalam analisis epidemiologi. Fluktuasi penyakit menurut
musim erat hubungannya dengan keadaan musimann flora dan fauna di lingungan
sekitar, dan mempunyzi pengaruh dan efek yang cukup besar pada penyakit
tertentu. Hal ini telah banyak diamati dan diteliti dalam upaya menerangkan adanya
perubahan secara periodik dari rate berbagai penyakit tersebut.seperti halnya pada
penyakit demam berdarah dengue yang berkaitan dengan populasi nyamuk pada
perubahan musim serta penyakit asma yang mengalami perubahan pada musim
tertentu.
3. Perubahan secara sekular
Perubahan sekular adalah perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu lama yang biasanya terjadi setelah sekian tahun ( 5-10 tahun atau lebih) yang
menampakkan perubahan keadaan penyakit kematian yang cukup berarti, dalam
interaksi atantara pejamu/orang, penyebab/agent, dan lingkungan. Perubahan
semacam ini dapat timbul karena berbagai sebab seperti variasi cara diagnosis
karena kemajuan ilmu dan perkembangan alatdiagnosisi,perubahan sistem
pengobatan dan perawatan yang lebih maju sesusi dengan kemajuan perkembangan
ilmu kedokteran, perubahan sifat penyakit (perubahan keganasan) maupun perubaan
kriteria penyakit/klasifikasi penyakit serta perubahan cara pencatatan dan pelaporan
yang lebih lengkap dengan alat yang lebih canggih. Beberapa kegunaan dari
karakteristik waktu anatara lain (Noor,2008) :

13
1. Dapat digunakan dalam menentukan masa tunas penyakit menular tertentudan
masa penularan rata-rata penyakit tersebut (period of communicability).
2. Dapat memeberikan gambaran tentang waktu kejadian dan waktu keterpaparan
serta peristiwa yang mempengaruhi tingakat kerentanan khusus suatu penyakit
tertentu, umpamanya kegiatan tonsilektomi yang erat hubungannya dengan
terjadinya wabah polio dalam masyarakat.
3. Efek dari koho kelahiran dalam masa yang relatif singkat yang mempengaruhi
keadaan penyakit dalam masyarakat (umpamanya pengaruh imunisasi terhadap
perubahan pola penyakit polio).

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa, Epidemiologi deskriptif adalah
bagian yang dilakukan tanpa harus membuat suatu hipotesa khusus. Epidemiologi
deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari tentang frequensi dn penyebaran
suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap faktor-
faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut (Effendy, 1998).
Epidemiologi deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut orang,
tempat, dan waktu (Rajab, 2009).
Frekuensi masalah kesehatan Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada
besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat.
Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal
yang harus dilakukan yaitu :

a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.


b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan Yang dimaksud dengan
Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah menunjuk kepada pengelompokan
masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang
dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut Ciri – ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

B. Saran
Tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena dari itu penulis
berharap masukan dan kritikan dari pembaca dan dosen agar makalah kedepan agar
lebih baik lagi penulisannya. Dan semoga makalah ini dapat menjadi pembelajaran
bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lapau, Buchari.2011.Prinsip dan Metode Epidemiologi.Jakarta : FKUI.


Noor, Nur Nasry.2008.Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Rajab, Wahyudin.2009.Buku Ajar Epidemiologi.Jakarta : EGC.
Ratna Djuwita dan Ajeng Tias Endarti.2006.Epidemiologi Deskriptif Penyakit Avian
Flu di lima Provinsi di Indonesia, 2005-2006.Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1
No. 1

16

Anda mungkin juga menyukai