Anda di halaman 1dari 14

NAMA : NURQAULAN KARIMA GUSTARI

NIM : P05130218034
MATA KULIAH : KONSEP NCP (MATERI 14 & 15)
PRODI/Tk : SARJANA TERAPAN DAN DIETETIKA/2
NO. ABSEN : 31

RESUME!!

 Asuhan Gizi Pada Penyakit Ginjal Sindrom Nefrotik, Gagal


Ginjal Akut, Penyakit Ginjal Kronik, Transplasitasi Ginjal, Gagal
Ginjal, Dan Transplatasi Ginjal

A. Pengertian
Ginjal merupakan salah satu organ penting yang mempunyai fungsi
menjaga komposisi darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan
mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit
seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi
hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah,
membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat.

B. Asuhan Gizi
1. Asesmen Gizi
Pada langkah asesmen gizi, saudara akan mereview data, melakukan
verifikasi, mengelompokkan data dan melakukan interpretasi data meliputi
5 komponen data yaitu data riwayat terkait gizi dan makanan,
antropometri, biokimia, data fisik klinis terkait gizi dan data riwayat klien
pada pasien.
Parameter penilaian status gizi meliputi:
a. Antropometri : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), Indeks
Massa Tubuh (IMT), Lingkar Lengan Atas (LLA), Tebal Lipatan
Kulit (TLK).
b. Biokimia : Albumin serum, Kolesterol total, Kreatinin serum,
Transferin serum, Prealbumin serum, Bikarbonat serum, status
inflamasi : seperti C- Reactive Protein (CRP).
c. Klinik fisik : Interdyalitic Weight Gain (IDWG), Bioelektrical
Impedance
d. Analysis (BIA), Subjective Global Assesment (SGA).
e. Riwayat makan : Food recall and food record.
f. Malnutrition Imflammation Score (MIS).

2. Diagnosis Gizi
 Asupan energi inadekuat (NI.1.2).
 Asupan oral inadekuat (NI.2.1).
 Asupan cairan berlebihan (NI.3.2).
 Penurunan kebutuhan zat gizi (NI.5.4).
 Asupan protein berlebihan (NI.5.7.2).
 Jenis Asupan protein atau asam amino tidak optimal (spesifik)
(NI.5.7.3).
 Pemanfaatan zat gizi terganggu (NC.2.1).
 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (spesifik) (NC.2.2).
 Kepatuhan yang rendah terhadap rekomendasi gizi (NB.1.6).
 Pilihan makanan yang tidak diinginkan (NB.1.7)

3. Intervensi Gizi Pada Sindrom Nefrotik


- Jenis Diet: Diet Sindrom nefrotik
- Tujuan Diet:
a. Mengganti kehilanagan protein terutama albumin
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
c. Memonitor hiperkoletrolemia dan penumpukan trigliserida
d. Mengontrol hipertensi
e. Mengatasi Anoreksia
f. Mengatasi anoreksia
- Syarat diet :
a. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbanagn nitrogen
positif, 35 kkal/kg BB/hari
b. Protein sedang, 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kg BB ditambahkan
jumlah protein yg dikeluarkan lewat urin. Utamakan Protein
bernilai bioligik tinggi.
c. Lemak sedang, 15-20% dari kebutuhan total energi.
d. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi, utamakan karbohidart
kompleks
e. Natrium dibatasi 1-4 g/hari
f. Kolestrol dibatasi <300 mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dg banyaknya cairan yg dikeluarkan melalui
urin ditambah 500 ml pengganti cairan yg melalui kulit dan
pernapasan.
4. Intervensi Gizi Pada Gagal Ginjal Akut
- Jenis Diet gagal ginjal akut : Diet gagal ginjal akut lunak, Diet
gagal ginjal akut cair.
- Tujuan Diet gagal ginjal akut :
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan
fungsi ginjal
b. Menurunkan kadar ureum darah
c. Menjaga keseimbanagan cairan dan elektrolit
d. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimaldan
mempercepat penyembuhan.
- Syarat Diet ;
a. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 2535 kkal/kg
BB
b. Protein disesuaikan. Katabolisme protein, 0,6-1,5 g/kgBB.
Pada katabolic ringan 0,6-1 g/kg BB, Katabolic sedang 0,8-1,2
g/kg BB, katabolic berat 1-1,5 g/kg BB.
c. Lemak sedang, 20-30% dari total kebutuhan energi, atau antara
0,5-1,5 g/kg BB
d. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi.
e. Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria
f. Cairan, sebagai pengganti cairan yg keluar nelaluimuntah,
diare, dan urin ditambah 500 ml.
g. Bila asupan makan rendah, maka diberi makananformula
enteral atau parenteral. Bila diperlukantambahakn suplmen
as.folat, vit.B6, Vit.c. Vit.a. danVit.K.
- Bahan Makanan Yang di anjurkan Pada gagal Ginkal Akut
Apabila pasien makanan per oral, semua bahan makanan
penambahan garam apabila hipertensi, edema, asites boleh
diberikan, serta batasi makanan sayur dan buah tinggi kalium bila
ada hyperkalemia.

5. Intervensi Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik


- Jenis Diet gagal ginjal KRONIK yaitu:
a. Diet gagal ginjal protein I: 30 g protein. Pada pasien 50 Kg
b. Diet gagal ginjal protein II: 35 g protein. Pada pasien 60 Kg
c. Diet gagal ginjal protein III: 40 g protein. Pada pasien 65 Kg
- Tujuan Diet gagal ginjal akut :
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal agar tidak memberatkan
kerja ginjal.
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah.
c. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Mencegah atau mengurangi pgresive gagal giinjal dengan
memperlambat turunnya foltrasi glomerulus.
- Syarat diet gagal ginjal kronik :
a. Energi cukup 35 kkal/kg BB
b. Protein rendah 0,6 - 0,75 g/kg BB, Sebagian harus protein
bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, 20-30% dari total kebutuhan energi ,
diutamakan lemak tidak jenuh ganda..
d. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi.
e. Natrium dibatasi bila ada hipertensi, edema, asites,
oliguria, atau anuria. 1-3 gr natrium.
f. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemi
(kalium darah >5,5 mEq), oliguria, atau anuria.

g. Cairan dibatasi, sebagai pengganti cairan yg keluar nelalui


muntah, diare, dan urin ditambah 500 ml.
h. Vitamin cukup. Bila diperlukan tambahkan suplemen
piridoksin, asam folat, Vit B6, Vit C, dan Vit D.

6. Intervensi Gizi pada Transplantasi Ginjal


- Jenis Diet :
a. Diet transplatantasi I/DT I (Setelah transplatantasi sd sebulan)
b. Diet transplatantasi II/DT II (setelah sebulan transplatantasi)
- Tujuan Diet transplatantasi ginjal :
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
b. Mencegah hyperlipidemia
c. Mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa
d. Mempercepat penyembuhan.
- Syarat diet :
a. Energi cukup 30-35 kkal/kg BB
b. Protein tinggi pada bulan pertama setelah transplatantasi
1,3-1,5 g/kg BB/hari, setelah satu bulan menjadi 1 g/kg
BB/hari
c. Lemak sedang, <30% dari total kebutuhan energi , batasi
pemakaian lemak jenuh
d. Karbohidrat cukup yaitu kebutuhan energi total dikurangi
energi yg berasal dari protein dan lemak. Untuk mencegah
ketidaktahanan terhadap glukosa, batasi pemakain gula
sederhana dan usahakan makanan berserat tinggi.
e. Kolestrol <300 mg/hari, untuk mencega hyperlipidemia
f. Kalsium tinggi, 800-1200 mg/hari
g. Sosfor sama dg kebutuhan kalsium untuk mengatasi absorbsi
rendah
h. Natrium, kalium, dan cairan tidak perlu dibatasi, kecuali
bila ada indikasi gangguan fungsi ginjal
i. Bila perlu beri suplemen kalsium, magnesium, tiamin, dan
vitamin D.
j. Apabila setelah transplatantasi, kemudian ginjal gagal
berfungsi, maka anjuran diet disesuaikan dg kondisi pasien
(kembali ke diet ginjal kronik atau diet hemodialisis).
- Bahan Makanan Yang di Anjurkan Pada Transplantasi Ginjal

Dianjurkan Tdk dianjurkan


Sumber lemak jenuh, kolestrol, gula
Sumber lemak tidak jenuh sederhana (gula pasir, gula merah,
ganda, sayur-sayuran, dan madu, dan makanan manis. Bila
buah-buahan terjadi hiperkolestrolemia atau
hipertrigliseridemia

7. Intervensi Gizi Gagal Ginjal Dengan Dialisis


- Jenis Diet gagal ginjal dengan dialisis :
a. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan pada pasien dengan
berat badan ± 50 kg
b. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan pada pasien dg berat
badan ± 60 kg
c. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan pada pasien
dg berat badan ± 65 kg
- Tujuan Diet gagal ginjal dengan dialisis :
a. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan
dan memperbaiki status gizi agar pasien dapat melakukan
aktivitas normal
b. Menjaga keseimbanagn cairan dan elektrolit
c. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak
berlebihan
- Syarat diet :
a. Energi cukup, 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien
hemodialisis (HD) maupun Continuos ambulatory peritoneal
dialiysis (CAPD).
b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbanagn nitrogen
& mengganti asam amino yg hilang selama dialisis, 1-1,2
g/kg BB ideal/hari pada HD & 1,3 g/kg BB ideal/hari
pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologis tinggi
c. Karbohidrat cukup 55-75% dari kebutuhan energi total.
d. Lemak normal, 15-30 % dari kebutuhan energi total
e. Natrium diberikan sesuai dg jumlah urin yg keluar /24 jam
yaitu: 1 g+ penyesuaian menurut jumlah urin sehari,yaitu
untuk tiap 0,5 liter urin (HD) 1-4 g + penyesuaian menurut
jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap o,5 liter urin (CAPD)
f. Kalium sesuai dg urin yg keluar /24 jam yaitu: 2 g+
penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap
1 liter urin (HD) 3 g+ penyesuaian menurut jumlah urin
sehari, yaitu 1 g untuk tiap 1 liter urin (CAPD)
g. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberi
suplemen kalsium
h. Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari
i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 ja ditambah 500-750 ml
j. Suplemen vitamin bila diperlukan, seperti vit.B6, as.folat, dan
Vit.C
k. Bila nafsu makan kurang, beri suplemen enteral yg
mengandung energi dan protein tinggi.

Tujuan Penilaian Status Gizi adalah menentukan status gizi,


menentukan Derajat malnutrisi, memperkirakan risiko komplikasi,
merekomendasikan dan memonitor kecukupan nutrisi.
Indikator Malnutrisi :
- SGA (B) : Gizi kurang dan SGA (C) : gizi buruk
- Albumin serum < 3 – 8 g/dl
- Kreatini serum < 10 mg/dl
- IMT < 20 kg/m²
- Kolesterol < 147 mg/dl
- Prealbumin serum < 30mg/dl

4. Monitoring dan Evaluasi


a. Monitoring status gizi sebaiknya dilakukan menggunakan
tehnik di bawah ini :
1. Anamnesis diet
a. Anamnesis diet pada pasien PGK-HD yang stabil
sebaiknya dilakukan setiap 3 – 6 bulan oleh dietisien (ahli
gizi) atau setiap 3 bulan jika usia > 50 tahun atau telah
menjalani HD > 5 tahun.
b. Pasien yang mengalami malnutrisi sejak awal HD
sebaiknya dilakukan food recall setiap bulan.
2. Berat badan.
a. Dilakukan penghitungan rerata berat badan pasca dialysis
selama satu bulan dan di nilai persentase perubahanny
setiap bulan.
b. Penghitungan IDWG didasarkan atas berat badan kering.
3. Subjective Global Assessment (SGA
4. Penanda biokimia : albumin serum, kolesterol serum, kreatinin
serum, saturasi transferin.
a. Albumin, kolesterol dan kreatinin serum dievaluasi 1 bulan
setelah HD di mulai dan selanjutnya setiap 3 bulan pada
pasien yang klinisnya stabil.
b. Pemeriksaan penanda biokimia di atas dilakukan setiap 1
bulan sekali pada pasien yang secara klinis tidak stabil
dengan berbagai komorbid, inflamasi yang persisten, atau
sedang mendapatkan terapi diet intensif.
5. Target penatalaksanaan nutrisi pada PGK :
PGK pre-dialisis :
a. Asupan makanan > 80% dari yang direkomendasi
b. IMT 20 -25 kg/m²
c. Cadangan massa otot/lemak adekuat
d. SGA (A)
e. Albumin 3,5 – 5,0 g/dl (dapat lebih rendah pada
sindrom nefrotik)
f. Kolesterol 150 – 200mg/dl g)
g. Trigliserida ¸150 mg/dl
h. HDL : pria > 40 mg/dl dan wanita > 50 mg/dl i)
i. Kreatinin mencapai kadar yang stabil
j. Saturasi transferin 20 – 50%

 Asuhan Gizi Pada Pasien Batu Ginjal, Batu Kalsium Oksalat , dan
Batu Asam Urat
A. Pengertian
a. Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal atau biasa disebut nefrolitiasis adalah suatu
kondisi ketika material keras yang menyerupai batu atau kalkulus
terbentuk di dalam ginjal. Batu-batu tersebut terbentuk oleh karena
adanya kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat, asam urat, kalium
fosfat, struvit dansistin). Material tersebut berasal dari sisa zat-zat
limbah di dalam darah yang disaring oleh ginjal kemudian mengendap
dan mengkristal seiring waktu. Ukuran batu bervariasi dari yang
granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu yang berupa
krikil biasanya dikeluarkan secara spontan.
b. Batu Kalsiu Oksalat
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu sekitar 70 sampai
80 persen dari seluruh kasus batu saluran kemih. Kandungan batu jenis
ini bisa tunggal atau gabungan terdiri atas kalsium oksalat saja atau
dengan kalsium fosfat.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat biasanya berkaitan dengan penyakit gout arthritis,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat malignant serta penyakit yang
menyerang gastrointestinal yang disertai dengan diare. Batu asam urat
ini paling sedikit diderita pasien batu ginjal tetapi secara signifikan
lebih umum di antara pembentuk batu dengan sindrom metabolik. Urin
yang terlalu asam merupakan salah satu penyebab kelainan utama
nefrolitiasis asam urat selain itu bias juga disebabkan hiperurikemia
dan dehidrasi. Batu asam urat ini merupakan 5 – 10% dari seluruh batu
saluran kemih.
B. Asuhan Gizi
1. Asesmen Gizi
Pada langkah asesmen gizi, saudara akan mereview data, melakukan
verifikasi, mengelompokkan data dan melakukan interpretasi data meliputi
5 komponen data yaitu data riwayat terkait gizi dan makanan,
antropometri, biokimia, data fisik klinis terkait gizi dan data riwayat klien
pada pasien.
2. Diagnosis Gizi
Merupakan gambaran keadaan masalah gizi atau resiko masalah gizi
yang terjadi saat ini dan dapat berubah respon pasien, khususnya terhadap
intervensi gizi yang didapatkan. Beberapa contoh diagnosa gizi, yaitu :
 Asupan energi inadekuat (NI.1.2).
 Asupan oral inadekuat (NI.2.1).
 Asupan cairan berlebihan (NI.3.2).
 Penurunan kebutuhan zat gizi (NI.5.4).
 Asupan protein berlebihan (NI.5.7.2).
 Jenis Asupan protein atau asam amino tidak optimal (spesifik)
(NI.5.7.3).
 Pemanfaatan zat gizi terganggu (NC.2.1).
 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (spesifik) (NC.2.2).
 Kepatuhan yang rendah terhadap rekomendasi gizi (NB.1.6).
 Pilihan makanan yang tidak diinginkan (NB.1.7). 
3. Intervensi Pada Penyakit Batu Ginjal
- Tujuan Diet Pada Pasien Batu Ginjal (Diet Nefrolitiasis)
a. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu
ginjal
b. Meningkatkan Ekskeresi gram dalam urin dg cara
mengencerkan urin melalui asupan cairan
c. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama ginjal
- Syarat Diet :
a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan
b. Protein sedang yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total
c. Lemak sedang, yaitu 15 -25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total
e. Cairan tinggi, yaitu 2,5 – 3 liter/hari, setengahnya dari
minuman air putih, pembatasan makanan sesuai dengan jenis
batu
4. Intervensi Gizi Batu Kalsium dan Kalsium Fosfat
Tujuan Diet Batu Kalsium Dan Kalsium Fosfat adalah untuk
mencegah atau memperlambat terbentuknya batu sam oksalat atau batu
kalsium Fosfat.
Syarat Diet :
- Energi sesuai Kebutuhan
- Protein sedang 10-15% dari energi total atau 0,8 g/kg BB/hari
- Lemak normal, 10-25% dari energi total
- Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energy
- Cairan tinggi 2,5-3% liter/hari, separu berasal dari air minum
- Natrium sedang 2300 mg
- Kalsium normal 500-800 mg/hari
- Serat tidak larut air tinggi
- Oksalat rendah dengan membatasi makanan tingi osalat
- Fosfat normal.
Bahan makanan yang dibatasi pada pasien batu kalsium dan kalsium
fosfat
- Sumber kalsium : susu dan keju serta makanan yang dibuat dari susu,
teri dan ikan yang dimakan dengan tulang.
- Sumber oksalat : makanan yang dapat meningkatkan ekskresi
oksalat melalui ginjal yaitu kentang, ubi, bayam, bit, stroberi, anggur,
kacang- kacangan, teh dan coklat.
5. Intervensi Gizi Pada Penyakit Batu Asam Urat
- Jenis Diet yaitu
a. Diet Oksalat tinggi asam (batu kalsium)
b. Diet Rendah purin sisa basa (batu asam urat)
- Tujuan Diet adalah membantu menurunkan kadar asam urat dalam
plasma darah meningkatkan pH urin menjadi 6-6, 5.
- Syarat diet :
a. Energi sesuai kebutuhan
b. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
c. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total
e. Hindari bahan makanan sumber protein yang mengandung
purin > 100 mg/100 gram bahan makanan, makanan yang
menghasilkan sisa basa tinggi diutamakan dan yang
menghasilkan sisa asam tinggi dibatasi
f. Cairan tinggi yaitu, 2,5-3 liter/hari, setengahnya berasal dari
air putih
g. Mineral dan vitamin cukup
- Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa basa tinggi
yaitu:
a. Susu : susu, susu asam, dan krim.
b. Lemak : minyak kelapa, kelapa dan santan.
c. Sayuran : semua jenis sayuran terutama bayam dan bit.
d. Buah : semua jenis buah.
- Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa asam tinggi
a. Sumber karbohidrat : nasi, roti, dan hasil terigu lainnya,
macaroni, spageti, cereal, mi, cake dan kue kering.
b. Sumber protein : daging, ikan, kerang, telur, keju, kacang-
kacangan dan hasil olahannya.
c. Sumber lemak : lemak hewan.
- Bahan makanan yang bersifat netral
a. Sumber karbohidrat : jagung, tapioca, gula, sirup dan madu.
b. Sumber lemak : minyak goreng selain minyak kelapa,
margarine dan mentega.
c. Minuman : kopi dan teh.
6. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring status gizi sebaiknya dilakukan menggunakan tehnik di
bawah ini :
a. Anamnesis diet dan konseling
1. Anamnesis diet pada pasien PGK-HD yang stabil sebaiknya
dilakukan setiap 3 – 6 bulan oleh dietisien (ahli gizi) atau
setiap 3 bulan jika usia > 50 tahun atau telah menjalani HD > 5
tahun.
2. Pasien yang mengalami malnutrisi sejak awal HD sebaiknya
dilakukan food recall setiap bulan.
b. Berat badan
1. Dilakukan penghitungan rerata berat badan pasca dialysis
selama satu bulan dan di nilai persentase perubahannya setiap
bulan.
2. Penghitungan IDWG didasarkan atas berat badan kering.
c. Subjective Global Assessment (SGA
d. Penanda biokimia : albumin serum, kolesterol serum,
kreatinin serum, saturasi transferin.
1. Albumin, kolesterol dan kreatinin serum dievaluasi 1 bulan
setelah HD di mulai dan selanjutnya setiap 3 bulan pada pasien
yang klinisnya stabil.
2. Pemeriksaan penanda biokimia di atas dilakukan setiap 1
bulan sekali pada pasien yang secara klinis tidak stabil dengan
berbagai komorbid, inflamasi yang persisten, atau sedang
mendapatkan terapi diet intensif.
e. Target penatalaksanaan nutrisi pada PGK :
PGK pre-dialisis :
1. Asupan makanan > 80%dari yang direkomendasi
2. IMT 20 -25 kg/m²
3. Cadangan massa otot/lemak adekuat
4. SGA (A)
5. Albumin 3,5 – 5,0 g/dl (dapat lebih rendah pada sindrom
nefrotik)
6. Kolesterol 150 – 200mg/dl g)
7. Trigliserida ¸150 mg/dl
8. HDL : pria > 40 mg/dl dan wanita > 50 mg/dl i)
9. Kreatinin mencapai kadar yang stabil
10. Saturasi transferin 20 – 50%.

Anda mungkin juga menyukai