DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat Yang Diajukan Untuk menyelesaikan
pembuatan Proposal Penelitian Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor
(Moringa Oleifera) Dalam Formulasi Pembuatan Makanan Tambahan
(Cookies) Pada Status Gizi Balita Gizi Kurang untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metodelogi Penelitian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan
dari makalah ini. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya sampaikan terima kasih dosen pembimbing mata
kuliah dan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam pembuatan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai usaha kita semua.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi underweight (berat-kurang) secara rasional pada balita adalah
sebesar 17.7% yang terdiri dari 3.9% gizi buruk dan 13.8% balita yang
mengalami gizi kurang. Prevalensi tersebut menurun jika dibandingkan
dengan prevalensi underweight pada tahun 2013 yaitu sebesar 19.6%
(Kemekes RI Badan Penelitian dan Pengembangan, 2018).
Prevalensi balita gizi kurang di Provinsi Bengkulu sebesar 10,39%,
pendek 18,20%, dan kurus 4,7%. Masalah kurang gizi di Kota Bengkulu
juga merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi balita
gizi kurang sebesar 7,50%, pendek 11,93%, dan kurus 3,73% (Kemekes RI
Badan Penelitian dan Pengembangan, 2018).
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
ataub lebih zat gizi esensial (Susetyowati, 2016). Akibat kurang gizi
terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum menyebabkan gangguan pada proses –
proses (Almatsier, 2013) :
a. Pertumbuhan
b. Produksi tenaga
c. Pertahanan tubuh
d. Struktur dan fungsi otak
e. Perilaku
Penggunaan kelor sebagai suplemen gizi makin meluas, terbukti
dengan makin banyaknya laporan penggunaannya di berbagai tempat
baik pada hewan coba ataupun manusia. Pada ibu hamil, pemberian tepung
daun kelor dapat menyembuhkan anemia setelah pemberian enam minggu,
serta dari 320 ibu hamil hanya 10 orang (0,076%) yang lahir dengan
BBLR termasuk 8 diantaranya kembar. Srikhant, juga melaporkan bahwa
penanganan malnutrisi dapat dilakukan dengan pemberian kelor sebagai
sumber diet tambahan, karena daun kelor memiliki kandungan protein
lengkap (mengandung 9 asam aminoesensial), kalsium, zat besi, kalium,
5
magnesium, zink dan vitamin A,C,E serta B yang memiliki peran besar
pada sistem imun (Irwan et al., 2020).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zakaria pada tahun 2017,
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan status gizi pada anak balita
setelah intervensi tepung daun kelor. Selain itu Penelitian lain pada ibu
menyusui juga memperlihatkan peningkatan produksi air susu. Daun kelor
merupakan bahan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI ibu.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kelor
dapat meningkatkan produksi air susu induk tikus secara signifikan.
Pemberian dosis mulai 42 mg/kg BB secara signifikan dapat membuat
sekresi air susu tikus putih meningkat dan berat badan anak tikus
meningkat seiring dengan meningkatnya dosis yang diberikan. Nicole et al
melakukan studi tentang pemberian tepung daun kelor secara acak
terhadap dua kelompok ibu menyusui yang memiliki bayi 3 – 4 bulan yang
masing-masing diberikan tepungdaun kelor dan tablet besi/asam folat
(kontrol), setelah 3 bulan terapi, rata-rata kadar konsentrasi Hb meningkat
secara signifikan baik kelompok perlakuan maupun kontrol, meskipun
kadar ferritin plasma tidak signifikan pada kelompok yang mendapat
tepung kelor. Hasil penelitian lain yaitu rata-rata volume ASI
meningkatkan secara nyata pada kedua kelompok sebelum dan sesudah
intervensi. Kelompok ekstrak kelor meningkat sebesar 263,1±40,8 ml
(66,2%) dan kelompok tepung kelor meningkat sebesar 151,4±9,4 ml
(33,7%) (Irwan et al., 2020).
6
1.3 Tujuan Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
pertumbuhan, mengurangi daya taha tubuh sehingga rentan terhadap
penyakit infeksi, mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan, penurunan
kemampuan fisik, gangguan pertumbuhan jasmani dan mental, stunting,
kebutaan serta kematian pada anak balita (Alamsyah et al., 2017).
9
Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan faktor
yang dapat berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. Hal ini dikarenakan
bayi yang mengalami BBLR akan mengalami komplikasi penyakit karena
kurang matangnya organ, menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan
gangguan gizi saat balita. Faktor pendidikan Ibu erat kaitannya dengan
pengetahuan Ibu mengenai gizi sehingga akan berakibat terhadap
buruknya pola asuh balita (Oktavia et al., 2017).
10
(Krisnadi, 2010) Tanaman kelor (Moringa Oleifera) adalah salah
satu tanaman yang paling luar biasa yang pernah ditemukan, dimana kelor
secara ilmiah merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya
diluar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya, sehingga kelor
diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, kelaparan,
serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit
Daun kelor memiliki potensi sumber utama beberapa zat gizi dan
elemen therapeutic, termasuk antibiotik, dan memacu sistem imun. Daun
kelor memiliki kandungan protein, vitamin dan mineral tinggi yang
memiliki potensi terapi dan makanan tambahan untuk anak-anak yang
kekurangan gizi.
Penambahan daun kelor pada makanan harian anak-anak mampu
melakukan recovery secara cepat karena mengandung 40 zat gizi esensial
(Fuglie at all, dalam Zakaria, dkk, 2013).
Di dalam daun kelor kering per 100 gram mengandung air 7,5%,
kalori 205 gram, karbohidrat 38,2 gram, protein 27,1 gram, lemak 2,3
gram, serat 19,2 gram, kalsium 2003 mg, magnesium 368 mg, fosfor 204
mg, tembaga 0,6 mg, besi 28,2 mg, sulfur 870 mg, dan potassium 1324 mg
(Haryadi, 2011).
Terdapat banyak penelitian mengatakan bahwa suplementasi dapat
meningkatkan perkembangan kognitif anak. Salah satu upaya yang
ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan balita
diantaranya dengan meningkatkan kualitas makanan pendamping ASI
dengan memanfaatkan bahan local seperti daun kelor (Rahayu et al.,
2018).
Berdasarkan penelitian, daun kelor ternyata mengandung banyak zat
gizi yang penting bagi tumbuh kembang anak seperti vitamin A, protein
dan kalsium. Kandungan ekstrak daun kelor lebih tinggi dari pada daun
kelor basah (Nnam, 2009). (Rahayu et al., 2018).
Susanto (2011), berhasil membuktikan peningkatan kadar albumin
tikus wistar kurang energy protein (KEP) dengan memberikan Tepung
11
Daun Kelor (Moringa oleifera) Viretas NTT. Selanjutnya Zakaria dan
Abdullah Tamrin (2012) membuktikan bahwa tepung daun kelor viritas
Sulawesi Selatan kaya akan kandungan gizi protein, beta karoten, kalsium,
besi dan magnesium, penambahan tepung daun kelor 2-3 g pada makanan
sehari-hari anak balita gizi kurang menunjukkan kenaikan berat badannya
lebih tinggi dibanding dengan balita yang mendapat tambahan telur 1 biji
perhari pada akhir intevensi (Rahayu et al., 2018).
Pemberian ekstra daun kelor akan menyababkan nafsu balita
meningkat dan pemenuhan gizi balita lebih terpenuhi karena kandungan
didalam ektrak daun kelor itu sendiri yang banyak mengandung gizi yang
dibutuhkan balita untuk pertumbuhan dan perkembangan (Rahayu et al.,
2018).
Penelitian lain yang dilakukan di Senegal oleh Joshi (2010),
menyimpulkan bahwa bubuk daun kelor memiliki efek yang positif
terhadap pencegahan dan penanggulangan malnutrisi pada bayi, ibu hamil
dan ibu menyusui. Malnutrisi memang sudah menjadi masalah utama di
Senegal, dengan kejadian malnutrisi 600 pada bayi setiap tahunnya.
Selama studi dilakukan, semua petugas kesehatan dan ibu mengikuti
pelatihan tentang penggunaan bubuk daun kelor ini pada makanan sehari-
hari. Dengan kandungan vitamin A, kalsium, protein dan zinc yang
banyak, tentu saja kegiatan tersebut terbukti dapat meningkatkan berat
badan dan tinggi badan balita (Rahayu et al., 2018).
Menurut Jonni M.S, dkk, (2008) daun kelor memiliki potensi sumber
utama beberapa zat gizi dan elemen therapeutic, termasuk antibiotik, dan
memacu system imun. Daun kelor memiliki kandungan protein, vitamin
dan mineral yang memiliki potensi terapi dan makanan tambahan untuk
anak-anak kekurangan gizi dengan penambahan kelor pada makanan
harian anak-anak. Konsumsi daun kelor merupakan salah satu alternatif
untuk menanggulangi kasus kekurangan gizi di Indonesia, selain vitamin
C, kandungan gizi tersebut akan mengalami peningkatan kuantitas apabila
daun kelor dikonsumsi setelah dikeringkan dan dijadikan serbuk (tepung).
12
Atas dasar permasalahan tersebut, agar penyajian lebih praktis, maka
pemanfaatan tepung daun kelor ini akan dibuat dalam bentuk Cookies
yang telah diformulasi dengan bahan makanan lainnya yang telah umum
digunakan dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) (Rahayu
et al., 2018).
Cookies merupakan salah satu jenis makanan ringan yang diminati
masyarakat. Cookies dikenal oleh banyak orang, baik anak-anak, usia
remaja maupun dewasa, yang tinggal di daerah pedesaan maupun
perkotaan. Tekstur cookies mempunyai tekstur yang renyah dan tidak
mudah hancur seperti dengan kue-kue kering pada umumnya (Irwan et al.,
2020) (Rahayu et al., 2018).
STATUS GIZI
PEMBERIAN
COOKIES
DAUN
KELOR
Kenaikan BB Kenaikan BB
Sebelum Sesudah
13
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
E = Sampel
Xa = Pemberian cookies dengan penambahan tepung daun kelor selama 3
minggu
14
3.3 Prosedur Pembuatan Cookies
Tahap I. Prosedur Pembuatan Tepung Daun Kelor
15
3. Lalu campurkan tepung cokelat, tepung susu, tepung daun
kelor mixer kembali hingga merata.
4. Lalu campurkan tepung terigu mixer kembali hingga adonan
menjadi kalis.
5. Adonan yang sudah kalis tersebut kemudian ditimbang dengan
berat 16 gr dan dibentuk menjadi bulat.
6. Dicetak
7. Kemudian di panggang di oven dengan suhu 1800C sampai
matang.
3.5 Hipotesis
Ha = Ada perbedaan kenaikan bb balita gizi kurang yang diintervensi
cookies dengan penambahan tepung daun kelor .
16
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, D., Mexitalia, M., Margawati, A., Hadisaputro, S., Setyawan, H., Ilmu,
F., Universitas, K., Pontianak, M., Kedokteran, F., Diponegoro, U.,
Kesehatan, P., Kesehatan, F., & Universitas, M. (2017). Gizi9. 2(1), 1–8.
Irwan, Z., Salim, A., & Adam, A. (2020). PEMBERIAN COOKIES TEPUNG
DAUN DAN BIJI KELOR TERHADAP PUSKESMAS TAMPA PADANG
( Giving cookies of Moringa leaf flour and Moringa seed flour towards
weight and nutritional status of children in the Tampa Padang public health
center ). Aceh Nutrition Journal, 5(1), 45–54. https://doi.org/10.30867
Kemekes RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf
Oktavia, S., Widajanti, L., & Aruben, R. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Semarang
Tahun 2017 (Studi Di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang).
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(3), 186–192.
Rahayu, T. B., Anna, Y., & Nurindahsari, W. (2018). Peningkatan Status Gizi
Balita Melalui Pemberian Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Kesehatan
Madani Medika, 9(2), 87–91. https://doi.org/10.36569/jmm.v9i2.14
Saputra, W., & Nurrizka, R. H. (2012). Faktor Demografi dan Risiko Gizi Buruk
dan Gizi Kurang. Makara Kesehatan, 16(2), 95–101.
17