Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GANGGUAN METABOLISME VITAMIN LARUT AIR


Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Patologi Penyakit Tidak Menular

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. LILI ROHMAWATI (P05130218029)


2. NURQAULAN KARIMA GUSTARI (P05130218034)
3. PUTRA MULVI BATALOKA (P05130218036)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIPLOMA IV GIZI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah Gangguan Metabolisme Vitamin Larut Air yang
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Patologi Penyakit Tidak Menular.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan dari makalah ini. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata saya sampaikan terima kasih dosen pembimbing mata kuliah dan kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai usaha kita semua.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4


A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 5


A. Definisi ................................................................................................................................ 5
B. Patogenesa ......................................................................................................................... 5
C. Etiologi ................................................................................................................................ 5
D. Jenis – Jenis ....................................................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan ................................................................................................................ 7

BAB II PENUTUP ................................................................................................................................. 8


A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada
masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih
cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar
40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari
50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Choiriyah, 2015).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita
berumur 15-24 tahu. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar
50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-
45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama
pada remaja putri (Choiriyah, 2015).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 57,1%. Anemia
pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%. Angka kejadian anemia di Kabupaten
Sukoharjo didapatkan anemia pada balita umur 0-5 tahun sebesar 40,5%, usia sekolah
sebesar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil sebesar 43,5%.
Berdasarkan hasil survei pemeriksaan anemia pada tahun 2014 yang dilaksanakan oleh
Bidang Promizi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo terhadap 1200 remaja putri (siswi)
di 12 sekolah yang ada di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan 559 orang (46,58%) remaja
putri mengalami anemia (Choiriyah, 2015)..
Anemia megaloblastik paling banyak disebabkan oleh defiensi folat dan vitamin B12. Defek
yang disebabkan karena defisiensi folat dan dan vitamin B12 adalah penurunan sintesis DNA.
Vitamin B12 diperlukan untuk melepaskan folat dari bentuk methyl sehingga bisa kembali menuju
tetrahydrofolate pool untuk dikonversi menjadi 5, 10-methylene tetrahydrofolate. Gangguan sintesis

4
DNA disebabkan karena adanya konversi deoksiridilat menjadi thimidilat yang tidak adekuat karena
kekurangan 5, tetrahydrofolate (Rahayuda & Herawati, n.d.)

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana massa sel darah merah dan/atau massa hemoglobin yang
beredar dalam tubuh menurun hingga dibawah kadar normal sehingga tidak dapat berfungsi dengan
baik dalam menyediakan oksigen untuk jaringan tubuh. Salah satu jenis anemia yang banyak
ditemukan dalam masyarakat adalah anemia megaloblastik (Rahayuda & Herawati, n.d.).
Anemia Megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam
tulang. Sel megaloblast adalah sel prekusor eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai dengan
adanya kes, dimana maturasi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang
longgar (Handayani & Haribowo, 2008).

B. Patofisiologi
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defisiensi asam folat dan vitamin B12, dimana vitamin B12 dan
asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin B12 penting
dalam pembentukan mielin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini, maka maturasi inti
lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena pembelahan sel
yang lambat. Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan kromatin yang lebih
longgar disebut sebagai sel megaloblast. Sel megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan
saat masih dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis inevektif dan masa hidup eritrosit lebih
pendek yang berujung pada terjadinya anemia (Handayani & Haribowo, 2008)..

C. Etiologi
Penyebab anemia megaloblastik adalah sebagai berikut ;
1. Defisiensi vitamin B12
a. Asupan kurang pada vegetarian
b. Malabsorpsi
Dewasa : anemia pernisiosa, gastrektomi total/ parsial, penyakit Crohn’s, parasit, limfoma
usus halus, obat-obatan (neomisin, etanol, KCL).
Anak-anak : anemia pernisiosa, gangguan sekresi, faktor intinsik lambung, dan gangguan

6
Reseptor kobalamin di ileum
c. Gangguan metabolisme seluler : defisiensi enzim, abnormalitas protein pembawa kobalamin
(defisiensi trans kobalamin), dan paparanitrit oksida yang berlangsung lama (Handayani &
Haribowo, 2008).
.
2. Defisiensi Asam Folat
a. Asupan kurang
 Gangguan nutrisi : alkoholisme, bayi prematur, orang tua, hemodialisis, dan anoreksia
nervosa.
 Malabsorpsi : gastrektomi parsial, reseksi usus halus, penyakir chron’s, skleroderma,
dan obat anti konvulsan.
b. Peningkatan kebutuhan : kehamilan, anemia hemolitik, keganasan, hipertiroidisme, serta
eritropeosis yang tidak aktif (anemia pernisiosa, anemia sideroblasdik, leukimia, anemia
hemolitik.)
c. Gangguan metabolisme folat : alkoholisme, defisiensi enzim.
d. Penurunan cadangan folat dihati : alkoholisme, sirosis non alkoholik, dan hepatoma
3. Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat.
4. Gangguan sintesis DNA yang merupakan akibat dari proses berikut ini ;
a. Defisisiensi enzim kongenital
b. Didapat setelah pemberian obat atau sitostatik tertentu.
(Handayani & Haribowo, 2008).

D. Jenis – Jenis
Menurut etiologi anemia megaloblastik dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
a. Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12 :
1. Penderita yang tidak makan daging hewan atau ikan, telur, serta susu yang mengandung
vitamin B12.
2. Adanya malabsorpsi akibat kelainan pada organ berikut ini ;
- Kelainan lambung (anemia pernisiosa, kelainan kongenital, faktor intrinsik, serta gastrektomi
total atau parsial).
- Kelainan usus (intestinal loop syndrom, tropical spru, dan post reseksi ileum).
b. Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat ;

7
1. Disebabkan oleh makanan yang kurang gizi asam folat, terutama pada orang tua, fakir
miskin, gastrektomi parsial, dan anemia akibat hanya minum susu kambing.
2. Malabsorpsi asam folat karena penyakit usus.
3. Kebutuhan yang meningkat akibat keadaan fisiologis (hamil, lactasi, prematuritas) dan
keadaan patologis (anemia hemolitik, keganasan, serta penyakit kolagen).
4. Eksresi asam folat yang berlebihan lewat urin, biasanya terjadi pada penyakit hati yang aktif
atau kegagalan faal jantung.
5. Obat-obatan antikonvulsan dan sitostatik tertentu.
c. Anemia megaloblastik karena kombinasi defisiensi vitamin B12 dan asam folat merupakan
anemia megaloblastik akibat defisiensi enzim kongenital atau pada eritroleukimia (Handayani &
Haribowo, 2008).
.
E. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut.
1. Terapi Suportif
Transfusi bila ada hipoksia dan suspensi trombosit bila trombositopenia mengancam jiwa.
2. Terapi untuk defisiensi vitamin B12
Terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi defisiensi vitamin B12 adalah sebagai berikut ;
a. Diberikan vitamin B12 100 – 1000 µg intramuskular sehari selama 2 minggu, selanjutnya
100 – 1000 µg IM setiap bulan. Bila ada kelainan neurologis, terlebih dahulu diberikan
setiap 2 minggu selama 6 bulan, baru kemudian diberikan sebulan sekali. Bila penderita
sensitif terhadap pemberian suntikan dapat diberikan secara oral 1000 µg sekali sehari, asal
tidak terdapat gangguan absorpsi.
b. Transfusi darah sebaiknya dihindari, kecuali bila ada dugaan kegagalan faal jantung,
hipotensi postural, renjatan, atau infeksi berat. Bila adiperlukan transfusi darah sebaiknya
diberi eritrosit yang diendapkan.
3. Terapi untuk defisiensi asam folat. Diberikan asam folat 1 – 5 mg/hari/oral selama 4 bulan, asal
tidak terdapat gangguan absorpsi.
4. Terapi penyakit dasar, menghentikan obat-obatan penyebab anemia megaloblastik.
(Handayani & Haribowo, 2008).

8
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah kondisi dimana massa sel darah merah dan/atau massa hemoglobin yang
beredar dalam tubuh menurun hingga dibawah kadar normal sehingga tidak dapat berfungsi dengan
baik dalam menyediakan oksigen untuk jaringan tubuh. Anemia Megaloblastik adalah anemia yang
khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam tulang.
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defisiensi asam folat dan vitamin B12, dimana vitamin B12 dan
asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin B12 penting
dalam pembentukan mielin.
Penyebab anemia megaloblastik adalah defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, gangguan
metabolisme vitamin B12 dan asam folat, dan gangguan sintesis DNA. Menurut etiologi anemia
megaloblastik dibagi menjadi beberapa jenis yaitu anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin
B12, anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, anemia megaloblastik karena kombinasi
defisiensi vitamin B12 dan asam folat merupakan anemia megaloblastik akibat defisiensi enzim
kongenital atau pada eritroleukimia (Handayani & Haribowo, 2008).

9
DAFTAR PUSTAKA

Choiriyah, E. W. (2015). Hubungan Asupan protein, zat besi dan Vitamin C terhadap kejadian anemia pada
remaja putri. 2015(1), 1–2.
Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Rahayuda, G. I., & Herawati, S. (n.d.). Serum Methylmalonic Acid Dan Homocystein Dalam Mendiagnosis
Anemia Megaloblastik Akibat Defisiensi Kobalamin Dan Folat Pada Travel Medicine.

10

Anda mungkin juga menyukai