1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Epidemiologi. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
A. DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Ditinjau dari asal kata, epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu epi
yang berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk, logos yang berarti ilmu.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa epidemilogi adalah suatu ilmu mempelajari
tentang penduduk.
Banyak ahli yang mengartikan epidemiologi, diantaranya adalah Last (2001),
menyatakan bahwa epidemiologi adalah studi yang mempelajar distribusi dan
determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapaannya untuk
pengendalian masalah-masalah kesehatan. Menurut Omran, epidemiologi adalah studi
tentang terjadinya distribusi keadaan kesehatan , penyakit dan perubahan pada
penduduk serta determinan dan akibat yang terjadi pada penduduk. Sedangkan
menurut Azwar (1995), epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan masalah penyebaran kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Dari beberapa pengertian epidemiologi diatas didapatkan 3 hal pokok yang
dipelajari dalam epidemiologi, yaitu frekuensi masalah kesehtan, penyebaran
masalah, dan fator-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Hal-hal pokok
dalam epidemiologi akan diuraikan seperti dibawah ini.
a. Frekuensi masalah kesehatan
Hal pokok dalam epidemiologi yang pertama adalah frekuensi
masalah kesehatan. Frekuensi masalah kesehatan adalah besarnya masalah
kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk mendapatkan
besarnya masalah kesehatan di masyarakat, yang harus dilakukan adalah
menemukan kondisi kesehatan yang menjadi masalah dengan melakukan
pengukuran mellui beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan
survei kesehatan, studi kasus dan penelitian.
b. Penyebaran masalah kesehatan
Hal pokok kedua dalam epidemiologi adalah penyebaran atau
distribusi masalah kesehatan. Penyebran masalah kesehatan adalah
pengelompokn masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu, yaitu
pengelompokan berdasarkan orang (man), tempat (place), dan waktu
(time). Mempelajari penyebab penyakit berarti mencari jawaban atas
4
pertanyaan siapa, dimana, dan kapan terjadi masalah kesehatanatau
penyakit.
Pengelompokan masalah kesehatan berdasarkan orang atau ciri-
ciri manusia dapat dibedakan berdasarkan beberapa karakteristik manusia.
Karakteristik tersebut,seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan,
paritas, etnik, dan status perkawinan dll.
Pengelompokan masalah kesehatan berdasarkan tempat ditekankan
pada kondisi greografis suatu wilayah. Faktor yang mempengaruhi
penyebran masalah kesehatan tempat satu dengan tempat lainnya meliputi
adanya perbedaan lingkungan fisik, bologi, dan sosial, karakteristik
penduduk, kebudayaan, higiene sanitasi lingkungan dan tersedianya unit-
unit pelaynan medis.
Pengelompokan masalah kesehtan berdasarkan waktu didasarkan
adanya perubahan penyakit menurut waktu. Hal ini menunjukkan adanya
erubahan faktor etiologis (penyebab penyakit). Penyebaran menurut waktu
dapat dibedakan berdasarkan fluktuasi jangka pendek, perubahan secara
siklus, yaitu penyebaran masalah esehatan dapat terjadi secara siklus, dan
perubahan angka kesakitan dalam periode yang panjang, yaitu transisi
epidemiologi yang akan dibicarakan pada bab selanjutnya.
c. Faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan
Pokok ketiga dalam epidemiologi adalah faktor yang
mempengaruhi faktor penyebaran masalah kesehatan, yaitu faktor
penyebab masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi,
penyebaran, maupun penyebab masalah kesehatan yang ada di
masyarakat. Langkah pokok yang dilakukan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan yaitu dengan
mempelajari hubungan timbulnya penyakit terhadap faktor risiko,
merumuskan hipotesis tentang penyebab, pengujian terhadap rumusan
hipotesis, dan menarik kesimpulan.
5
B. TUJUAN EPIDEMIOLOGI
1. Mendeskripsikan keadaan penyakit dan status kesehatan pada populasi dengan
cara menghitung frekuensi penyakit dan penyebarannya pada berbagai kelompok
individu atau populasi, berdasarkan tempat dan waktu.
2. Menjelaskan etiologi penyakit dengan cara mengidentifikasi faktor penyebab
penyakit.
3. Meramalkan kejadian penyakit dan status kesehatan pada populasi.
4. Mengendalikan distribusi penyakit pada populasi dengan cara mencegah kejadian
baru, memberantas kasus yang ada, memperpanjang usia penderita, dan
meningkatkan status kesehatan pada penyakit.
C. MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Epidemiologi Diskriptif
Disebut diskriptif apabila hanya mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang mencari suatu
jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi frekuensi,
penyebaran dan atau munculnya masalah kesehatan tersebut.
Keterangan tentang frekuensi menunjukkan kepada besarnya masalah
kesehatan yang ditemukan di masyarakat, sedangkan keterangan tentang
penyebaran lazimnya dibedakan menurut cri-ciri manusia, tempat ataupun waktu
terjadinya suatu masalah tersebut.
Hasil dari pekerjaan epidemiologi diskriftif ini hanya menjawab
pertanyaan siapa (who), diman (where), apabila (when), dari timbulnya masalah
kesehatan, tetapi tidak menjawab pertanyaan kenapa (why) timbulnya masalah
kesehatan tersebut.
Contoh:
a) Ingin mengetahui frekuensi penderita TBC Paru di suatu daerah. Untuk ini
dikumpulkan data tentang penderita penyakit TBC Paru di daerah tersebut.
b) Untuk mengetahui penyebaran penyakit TBC Paru menurut susunan umur dan
jenis kelamin di suatu daerah. Sama halnya dengan frekuensi disini juga
dilakukan pengumpulan data tentang penyakit TBC Paru di daerah tersebut
untuk kemudian disajikan menurut kelompok susunan umur serta jenis
kelamin.
6
2. Epidemiologi Analitik
Disebut epidemiologi analitik bila telah mencakup pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta suatu masalah
kesehatan. Disini diupayakan tersedianya jawaban terhadap faktor-faktor
penyebab yang dimaksud (why), untuk kenudian dianalisa hubungannya dengan
akibat yang ditimbulkan. Adapun yang disebut sebagai penyebab di sini menunjuk
pada faktor-faktor yang mepengaruhi, sedagkan akibat menunjuk kepada
frekuensi, penyebaran serta adanya suatu masalah kesehatan.
Contoh:
a) Ingin mengetahui pengaruh rokok terhadap timbulnya penyakit kanker paru.
Untuk ini dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok
dengan orang yang tidak merokok, kemudian dilihat dari jumlah penderita
penyakit kanker paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang
ada dapat disimpulkan ada atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit
kanker paru tersebut.
b) Ingin mengetahui penyebab timbulnya penyakit demam berdarah di suatu
daerah. Untuk ini dibandingkan hal-hal khusus yang terdapat di daerah yang
terjangkit dengan hal-hal khusus yang terdapat pada daerah yang tidak
terjangkit. Kesimpulan tentang penyebab penyakit dapat ditarik dari
perbedaan yang ditemukan.
7
BAB II
50+50+75+10+55 240
Insiden Rate = × 100% = × 100% = 0,6%
40.000 40.000
50
Januari = 40.000 × 100% = 0,125%
50
April = 40.000 × 100% = 0,125%
75
Juli = 40.000 × 100% = 0,1875%
10
Oktober = 40.000 × 100% = 0,025%
55
Desember = 40.000 × 100% = 0,1375%
50
Attack Rate = 1.000 × 100% = 5%
8
2. Prevalence (Prevalensi)
a) Period pravelensi period (Angka pravelensi periode)
Pada periode tahun 2017 (Januari-Desember) di Desa “R” terdapat 60
penderita DM. jumlah penduduk 50.000 Berapa angka pravelensi periode pada
pertengahan tahun 2017?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
Rumus Prevalensi Periode = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
60
Angka Prevalensi Periode = 50.000 × 100% = 0,12%
50
Angka Prevalensi Titik = 50.000 × 100% = 0,1%
40
CDR = 10.000 × 100% = 0,4%
9
b) Angka kematian bayi (IMR)
Di Desa “P” pada tahun 2016 terdapat 3 bayi yang meninggal sebelum usia
1 tahun. Pada tahun yang sama sebanyak 300 bayi lahir hidup. Berapa angka
kematian bayi pada tahun tersebut?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 0−1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rumus IMR = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
3
IMR = 300 × 100% = 1%
4
NMR = 50 × 100% = 8%
2
MMR = 200 × 100% = 1%
10
4. Fertility Rate (Angka Kesuburan)
a) Angka kelahiran kasar
Di Kecamatan “T” selama tahun 2015 terdapat kelahiran hidup sebanyak
80 bayi. Jumlah penduduk bulan Juli di Kecamatan dan Tahun yang sama
adalah 5000. Berapa angka kelahiran kasar?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
CBR = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
80
CBR = 5.000 × 100% = 1,6%
50
ASFRi = 5.000 × 100% = 1%
2. Prevalence (Prevalensi)
a. Period pravelensi period (Angka pravelensi periode)
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu.
Angka prevalensi periode adalah jumlah penderita lama dan baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam
persen atau permil.
Dari kasus tersebut, diperoleh angka prevalensi periode pada 2017 yaitu
0,12%.
b. Point pravelensi Rate (Angka pravelensi titik)
Point prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru pada satu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam persen atau permil. Jika
nilai prevalan di suatu daerah tinggi, ini berarti mutu pelayanan kesehaatan di
daerah tersebut mungkin karena mutu pelayanan kesehatan di daerah tersebut
adalah buruk. Tetapi jika nilai prevalennya rendah, bukan berarti mutu
pelayanan kesehatan baik. Rendahnya nilai prevalen tersebut mungkin karena
mutu pelayanan kesehatan yang terlalu buruk, sehingga semua penderita cepat
meninggal dunia.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka prevalensi titik TB Paru di Desa S
pada November yaitu 0,1%.
12
3. Mortality ( Angka kematian)
a. Angka kematian kasar (CDR)
CDR atau angka kelahiran kasar ialah jumlah semua kematian yang ditemukan
pada satu jangka waktu (lazimnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka kematian kasar di Desa M yaitu sebesar
0,4%.
b. Angka kematian bayi (IMR)
IMR atau angka kematian bayi ialah jumlah seluruh kematian bayi (berumur
dibawah 1 tahun) pada suatu jangka waktu (lazimnya satu tahun) dibagi dengan
jumlah seluruh kelahiran hidup.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka kematian bayi di Desa P pada 2016 yaitu
sebesar 1% per 1.000 kelahiran hidup.
c. Angka kematian Neonatal (NMR)
NMR atau angka kematian neonatal adalah jumlah kematian bayi usia di baawah
28 hari pada jangka waktu (1 tahun) dibagi jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tinggi rendahnya angka kematian neonatal, dapat digunakan untuk
mengetahui:
- Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
- Program imunisasi
- Pertolongan persalinan
- Penyakit ISPA
Dari kasus tersebut, diperoleh angka kematian neonatal di Desa L pada 2017 yaitu
sebesar 8%.
d. Angka kematian Ibu/AKI (MMR)
MMR atau angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat kehamilan,
persalinan, dan nifas dalam satu tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tinggi rendahnya angka kematian ibu berkaitan dengan :
- Sosial ekonomi
- Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan nifas
- Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
- Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
13
Dari kasus tersebut, diperoleh angka kematian ibu hamil di Desa F pada 2017
yaitu sebesar 1%.
14
BAB III
A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari hal – hal yang berhubungan dengan masyarakat. Di dalam kesehatan ilmu
Epidemiologi sangatlah penting karena didalamnya terdapat peran dan tindakan yang harus
dilakukan untuk pencegahan masalah kesehatan tersebut. Contohnya saja penanaganan dalam
masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular.
B. SARAN
Setelah memahami tentang Epidemiologi diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
Ilmu Epidemiologi dalam kehidupan sehari – hari. Dikarenakan bahayanya penyakit menular
dan penyakit tidak menular diharapkan masyarakat mampu menceganya.
15
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan :
1. Apakah menurut anda dari metode epidemiologi ini penyebaran wabah penyakit
sudah bisa ditangani? [Ayu Dhian P]
2. Bagaimana cara mengurangi kematian neonatal? [Tri Wanisa]
3. Bagaimana cara menurunkan angka kematian bayi dalam kasus aborsi? [Astika Ari
W]
Jawaban :
1. Menurut pendapat kelompok kami, penyebaran wabah penyakit belum bisa ditangani,
karena setiap wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa) cara pengendaliannya berbeda-
beda tergantung dari kasusnya. Pada Keputusan Dirjen No. 451/9, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur :
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, dan minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, dan tahun)
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih jika dibandngkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
[Febry Nurul H]
16
masih sedikit, sekarang tidak hanya jumlah obat yang diperbanyak, tenaga
kesehatan juga akan dilatih.
c) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan.
Anang sendiri selalu mengatakan bahwa jangan jadikan kehamilan sebagai akibat
dari perkawinan. Tapi, jadikan kehamilan sebagai salah satu tujuan dari
perkawinan.
"Artinya, kita harus menyiapkan segala sesuatunya. Kalau dalam bahasa Jawa,
bebet dan bobot itu harus jelas dulu," kata Anung.
Bebet yang dimaksud Anung adalah semua keperluan harus dipersiapkan sebelum
anak lahir. Begitu anak lahir, sebagai orangtua, sudah harus tahu akan membawa
sang anak ke arah mana.
d) Mengembangkan riset-riset operasional atau litbang secara sederhana
Untuk masalah satu ini, Anung memberikan contoh terkait fenomena menarik
tentang kematian ibu di beberapa daerah.
Contoh, yang terjadi di salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Saat itu, Anung dan
tim menemukan adanya enam kasus kematian ibu di sana, yang menimpah wanita
berusia 35 tahun.
Setelah dicermati dengan menggunakan pengembangan riset operasional ini,
Anung menemukan bahwa ini terjadi pada wanita yang menjadi istri sambung.
Istri sambung adalah seorang janda yang menikah kembali, dan si suami
menginginkan seorang anak darinya.
"Wanita berusia 35 tahun itu kan berisiko sekali kalau harus hamil. Maka itu, kita
harus lihat dulu secara utuh mengapa ini bisa terjadi," kata Anung menerangkan.
[Eva Sukmawati]
3. Strategi untuk menurunkan resiko kematian akibat aborsi tidak aman adalah dengan
menurunkan demand perempuan terhadap aborsi tidak aman. Upaya ini dapat
dimungkinkan jika pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana
(KB) yang berkualitas, dilengkapi dengan konseling. Konseling KB dimaksudkan
untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif
dalam membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang
memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.
Selain itu, bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks
17
sedini mungkin. Sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Perlu disadari, resiko
terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila
akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka demand
perempuan terhadap aborsi tidak aman akan tetap ada.
Sudah saatnya, masalah aborsi tidak aman mendapat tanggapan dan penanganan yang
serius dari semua pihak (lembaga pemerintah maupun non-pemerintah). Secara moral,
kita akan dianggap tidak bertanggungjawab bila hal itu dibiarkan terus-menerus,
membiarkan perempuan mati karenanya. Apalagi jika mengacu pada Program Aksi
ICPD 1994 yang merupakan kesepakatan internasional. Indonesia telah turut
menandatanganinya.
Secara tidak langsung, fakta tersebut merupakan pelanggaran atas dua hak azasi
manusia, yaitu hak untuk hidup bagi perempuan dan hak untuk mendapatkan
pelayanan yang berkualitas standar. Sungguh ironis di kala dunia kedokteran telah
mencapai puncak kejayaannya, namun angka kematian ibu akibat proses reproduksi
justru melambung tinggi.
*M. Husnaini, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Aktif di
Kelompok Kajian nDeres Surabaya
[Gede Sujayana A]
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20