Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

MATA KULIAH KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Disusun Oleh (Kelompok 1 PSIK 3 B3) :


1. Anggita Agustina Andini (1710201113)
2. Eva Sukmawati (1710201115)
3. Febry Nurul Hidayah (1710201124)
4. Sela Purnama Sari (1710201140)
5. Gede Sujayana Arta (1710201141)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Epidemiologi. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 13 Desember 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
A. DEFINISI EPIDEMIOLOGI ...................................................................................................... 4
B. TUJUAN EPIDEMIOLOGI ....................................................................................................... 6
C. MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI....................................................................................... 6
D. PROSEDUR KERJA EPIDEMIOLOGI ..................................................................................... 7
BAB II..................................................................................................................................................... 8
A. PENJELASAN DAN HASIL PERHITUNGAN UKURAN – UKURAN EPIDEMIOLOGI
(KASUS) ............................................................................................................................................. 8
B. INTERPRETASI SETIAP KASUS .......................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 15
B. SARAN ..................................................................................................................................... 15
PERTANYAAN DAN JAWABAN ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 20

3
BAB I

A. DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Ditinjau dari asal kata, epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu epi
yang berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk, logos yang berarti ilmu.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa epidemilogi adalah suatu ilmu mempelajari
tentang penduduk.
Banyak ahli yang mengartikan epidemiologi, diantaranya adalah Last (2001),
menyatakan bahwa epidemiologi adalah studi yang mempelajar distribusi dan
determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapaannya untuk
pengendalian masalah-masalah kesehatan. Menurut Omran, epidemiologi adalah studi
tentang terjadinya distribusi keadaan kesehatan , penyakit dan perubahan pada
penduduk serta determinan dan akibat yang terjadi pada penduduk. Sedangkan
menurut Azwar (1995), epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan masalah penyebaran kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Dari beberapa pengertian epidemiologi diatas didapatkan 3 hal pokok yang
dipelajari dalam epidemiologi, yaitu frekuensi masalah kesehtan, penyebaran
masalah, dan fator-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Hal-hal pokok
dalam epidemiologi akan diuraikan seperti dibawah ini.
a. Frekuensi masalah kesehatan
Hal pokok dalam epidemiologi yang pertama adalah frekuensi
masalah kesehatan. Frekuensi masalah kesehatan adalah besarnya masalah
kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk mendapatkan
besarnya masalah kesehatan di masyarakat, yang harus dilakukan adalah
menemukan kondisi kesehatan yang menjadi masalah dengan melakukan
pengukuran mellui beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan
survei kesehatan, studi kasus dan penelitian.
b. Penyebaran masalah kesehatan
Hal pokok kedua dalam epidemiologi adalah penyebaran atau
distribusi masalah kesehatan. Penyebran masalah kesehatan adalah
pengelompokn masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu, yaitu
pengelompokan berdasarkan orang (man), tempat (place), dan waktu
(time). Mempelajari penyebab penyakit berarti mencari jawaban atas

4
pertanyaan siapa, dimana, dan kapan terjadi masalah kesehatanatau
penyakit.
Pengelompokan masalah kesehatan berdasarkan orang atau ciri-
ciri manusia dapat dibedakan berdasarkan beberapa karakteristik manusia.
Karakteristik tersebut,seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan,
paritas, etnik, dan status perkawinan dll.
Pengelompokan masalah kesehatan berdasarkan tempat ditekankan
pada kondisi greografis suatu wilayah. Faktor yang mempengaruhi
penyebran masalah kesehatan tempat satu dengan tempat lainnya meliputi
adanya perbedaan lingkungan fisik, bologi, dan sosial, karakteristik
penduduk, kebudayaan, higiene sanitasi lingkungan dan tersedianya unit-
unit pelaynan medis.
Pengelompokan masalah kesehtan berdasarkan waktu didasarkan
adanya perubahan penyakit menurut waktu. Hal ini menunjukkan adanya
erubahan faktor etiologis (penyebab penyakit). Penyebaran menurut waktu
dapat dibedakan berdasarkan fluktuasi jangka pendek, perubahan secara
siklus, yaitu penyebaran masalah esehatan dapat terjadi secara siklus, dan
perubahan angka kesakitan dalam periode yang panjang, yaitu transisi
epidemiologi yang akan dibicarakan pada bab selanjutnya.
c. Faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan
Pokok ketiga dalam epidemiologi adalah faktor yang
mempengaruhi faktor penyebaran masalah kesehatan, yaitu faktor
penyebab masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi,
penyebaran, maupun penyebab masalah kesehatan yang ada di
masyarakat. Langkah pokok yang dilakukan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan yaitu dengan
mempelajari hubungan timbulnya penyakit terhadap faktor risiko,
merumuskan hipotesis tentang penyebab, pengujian terhadap rumusan
hipotesis, dan menarik kesimpulan.

5
B. TUJUAN EPIDEMIOLOGI
1. Mendeskripsikan keadaan penyakit dan status kesehatan pada populasi dengan
cara menghitung frekuensi penyakit dan penyebarannya pada berbagai kelompok
individu atau populasi, berdasarkan tempat dan waktu.
2. Menjelaskan etiologi penyakit dengan cara mengidentifikasi faktor penyebab
penyakit.
3. Meramalkan kejadian penyakit dan status kesehatan pada populasi.
4. Mengendalikan distribusi penyakit pada populasi dengan cara mencegah kejadian
baru, memberantas kasus yang ada, memperpanjang usia penderita, dan
meningkatkan status kesehatan pada penyakit.

C. MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Epidemiologi Diskriptif
Disebut diskriptif apabila hanya mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang mencari suatu
jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi frekuensi,
penyebaran dan atau munculnya masalah kesehatan tersebut.
Keterangan tentang frekuensi menunjukkan kepada besarnya masalah
kesehatan yang ditemukan di masyarakat, sedangkan keterangan tentang
penyebaran lazimnya dibedakan menurut cri-ciri manusia, tempat ataupun waktu
terjadinya suatu masalah tersebut.
Hasil dari pekerjaan epidemiologi diskriftif ini hanya menjawab
pertanyaan siapa (who), diman (where), apabila (when), dari timbulnya masalah
kesehatan, tetapi tidak menjawab pertanyaan kenapa (why) timbulnya masalah
kesehatan tersebut.
Contoh:
a) Ingin mengetahui frekuensi penderita TBC Paru di suatu daerah. Untuk ini
dikumpulkan data tentang penderita penyakit TBC Paru di daerah tersebut.
b) Untuk mengetahui penyebaran penyakit TBC Paru menurut susunan umur dan
jenis kelamin di suatu daerah. Sama halnya dengan frekuensi disini juga
dilakukan pengumpulan data tentang penyakit TBC Paru di daerah tersebut
untuk kemudian disajikan menurut kelompok susunan umur serta jenis
kelamin.
6
2. Epidemiologi Analitik
Disebut epidemiologi analitik bila telah mencakup pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta suatu masalah
kesehatan. Disini diupayakan tersedianya jawaban terhadap faktor-faktor
penyebab yang dimaksud (why), untuk kenudian dianalisa hubungannya dengan
akibat yang ditimbulkan. Adapun yang disebut sebagai penyebab di sini menunjuk
pada faktor-faktor yang mepengaruhi, sedagkan akibat menunjuk kepada
frekuensi, penyebaran serta adanya suatu masalah kesehatan.
Contoh:
a) Ingin mengetahui pengaruh rokok terhadap timbulnya penyakit kanker paru.
Untuk ini dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok
dengan orang yang tidak merokok, kemudian dilihat dari jumlah penderita
penyakit kanker paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang
ada dapat disimpulkan ada atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit
kanker paru tersebut.
b) Ingin mengetahui penyebab timbulnya penyakit demam berdarah di suatu
daerah. Untuk ini dibandingkan hal-hal khusus yang terdapat di daerah yang
terjangkit dengan hal-hal khusus yang terdapat pada daerah yang tidak
terjangkit. Kesimpulan tentang penyebab penyakit dapat ditarik dari
perbedaan yang ditemukan.

D. PROSEDUR KERJA EPIDEMIOLOGI


1. Tentukan adanya suatu wabah
2. Gambaran cirri-ciri wabah
a) Tentukan data yang diperoleh untuk menggambarkan wabah menurut waktu,
tempat, dan orang.
b) Peroleh data
c) Olah data
d) Analisis data dan interpelasi data
3. Rumusan hipotesis
4. Tes hipotesis
5. Sarankan dan tetapkan tindakan penanggulangan
6. Siapkan dan sebarkan laporan epidemic
7. Nilai prosedur penyelidikan

7
BAB II

A. PENJELASAN DAN HASIL PERHITUNGAN UKURAN – UKURAN


EPIDEMIOLOGI (KASUS)
1. Morbidity (Angka kesakitan)
a) Angka insiden
Di Desa “X” pada tahun 2017 terdapat jumlah penduduk sebanyak 40.000
orang. Lingkungan desa tersebut tergolong kumuh sehingga banyak terjadi
kasus TB paru. Laporan dari Puskesmas terdapat penderita TB Paru bulan
Januari 50 orang, April 50 orang, Juli 75 orang, Oktober 10 orang dan
Desember 55 orang.Berapa angka insiden di Desa tersebut?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡
Rumus Insiden Rate = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢

50+50+75+10+55 240
Insiden Rate = × 100% = × 100% = 0,6%
40.000 40.000
50
Januari = 40.000 × 100% = 0,125%
50
April = 40.000 × 100% = 0,125%
75
Juli = 40.000 × 100% = 0,1875%
10
Oktober = 40.000 × 100% = 0,025%
55
Desember = 40.000 × 100% = 0,1375%

b) Angka serangan penyakit wabah


Wabah morbili di Desa “Y” pada tahun 2017 menyerang 50 anak. Jumlah
anak yang memiliki resiko terhadap morbili yaitu 1000 anak. Berapa angka
serangan di Desa tersebut?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡
Rumus Attack Rate = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢

50
Attack Rate = 1.000 × 100% = 5%

8
2. Prevalence (Prevalensi)
a) Period pravelensi period (Angka pravelensi periode)
Pada periode tahun 2017 (Januari-Desember) di Desa “R” terdapat 60
penderita DM. jumlah penduduk 50.000 Berapa angka pravelensi periode pada
pertengahan tahun 2017?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
Rumus Prevalensi Periode = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

60
Angka Prevalensi Periode = 50.000 × 100% = 0,12%

b) Point pravelensi Rate (Angka pravelensi titik)


Di Kecamatan “S” terdapat kasus TB Paru pada bulan November sebanyak
50 kasus dengan jumlah penduduk 50.000 orang. Berapa point pravelensi rate
nya?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡
Rumus Prevalensi Titik = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢

50
Angka Prevalensi Titik = 50.000 × 100% = 0,1%

3. Mortality ( Angka kematian)


a) Angka kematian kasar (CDR)
Di Desa “M” tercatat angka kematian selama tahun 2016 adalah 40 orang.
Penduduk Desa tersebut pada bulan Juli 2016 jumlahnya adalah 10.000 jiwa.
Berapa angka kematian kasarnya?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛
Rumus CDR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 × 100%

40
CDR = 10.000 × 100% = 0,4%

9
b) Angka kematian bayi (IMR)
Di Desa “P” pada tahun 2016 terdapat 3 bayi yang meninggal sebelum usia
1 tahun. Pada tahun yang sama sebanyak 300 bayi lahir hidup. Berapa angka
kematian bayi pada tahun tersebut?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 0−1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rumus IMR = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

3
IMR = 300 × 100% = 1%

c) Angka kematian Neonatal (NMR)


Di Desa “L” pada tahun 2017 terdapat kematian bayi pada umur kurang
dari 28 hari sebanyak 4 bayi. Sedangkan bayi yang lahir hidup di Desa
tersebut pada tahun yang sama adalah 50 bayi. Berapa angka kematian
neonatal?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 <28 ℎ𝑎𝑟𝑖
Rumus NMR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎 × 100%

4
NMR = 50 × 100% = 8%

d) Angka kematian Ibu/AKI (MMR)


Pada tahun 2017 di Desa “F” terdapat kematian ibu melahirkan 1 orang
dan salama masa nifas 1 orang. Pada tahun yang sama sebanyak 200 bayi lahir
hidup. Berapa angka kematian ibu?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎
𝑘𝑒ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙𝑎𝑛, 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛, 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠
Rumus MMR = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

2
MMR = 200 × 100% = 1%

10
4. Fertility Rate (Angka Kesuburan)
a) Angka kelahiran kasar
Di Kecamatan “T” selama tahun 2015 terdapat kelahiran hidup sebanyak
80 bayi. Jumlah penduduk bulan Juli di Kecamatan dan Tahun yang sama
adalah 5000. Berapa angka kelahiran kasar?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
CBR = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

80
CBR = 5.000 × 100% = 1,6%

b) Angka kelahiran umum


Angka kelahiran hidup di Desa “G” pada tahun 2016 sebanyak 50 bayi.
Sementara jumlah wanita usia subur sebanyak 5.000 orang. Berapa angka
kesuburan umum?
Perhitungan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
ASFRi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 × 100%

50
ASFRi = 5.000 × 100% = 1%

B. INTERPRETASI SETIAP KASUS


1. Morbidity (Angka kesakitan)
a. Angka insiden
Insidensi (incidence) adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada waktu tertentu pada sekelompok masyarakat.
Angka insidensi (incidence rate) adalah jumlah penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan padajangka waktu tertentu (umumnya satu baru tahun)
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam
persen. Angka insidensi berguna untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dihadapi di suatu masyarakat, mengetahui berapa besarnya risiko terjadi
masalah kesehatan.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka insidensi TB Paru di Desa X pada
Januari 2017 adalah 0,125%; April 2017 adalah 0,125%; Juli 2017 adalah
11
0,1875%; Oktober 2017 adalah 0,025%; dan Desember 2017 adalah 0,1375%.
Sedangkan angka insidensi TB Paru di Desa X pada tahun 2017 adalah 0,6%.
b. Angka serangan penyakit wabah
Angka serangan (attack rate) adalah jumlah penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen.
Angka serangan (attack rate) dapat digunakan untuk memperkirakan derajad
serangan atau penularan penyakit. Makin tinggi angka serangan, makin tinggi
derajad serangan atau angka penularan di masyarakat, sehingga harus segera
dilakukan penyelidikan penanggulangan pada masyarakat.
Dari kasus tersebut, diperoleh data jumlah penyakit baru atau Kejadian Luar
Biasa di Desa Y yaitu 5%.

2. Prevalence (Prevalensi)
a. Period pravelensi period (Angka pravelensi periode)
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu.
Angka prevalensi periode adalah jumlah penderita lama dan baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam
persen atau permil.
Dari kasus tersebut, diperoleh angka prevalensi periode pada 2017 yaitu
0,12%.
b. Point pravelensi Rate (Angka pravelensi titik)
Point prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru pada satu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam persen atau permil. Jika
nilai prevalan di suatu daerah tinggi, ini berarti mutu pelayanan kesehaatan di
daerah tersebut mungkin karena mutu pelayanan kesehatan di daerah tersebut
adalah buruk. Tetapi jika nilai prevalennya rendah, bukan berarti mutu
pelayanan kesehatan baik. Rendahnya nilai prevalen tersebut mungkin karena
mutu pelayanan kesehatan yang terlalu buruk, sehingga semua penderita cepat
meninggal dunia.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka prevalensi titik TB Paru di Desa S
pada November yaitu 0,1%.
12
3. Mortality ( Angka kematian)
a. Angka kematian kasar (CDR)
CDR atau angka kelahiran kasar ialah jumlah semua kematian yang ditemukan
pada satu jangka waktu (lazimnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka kematian kasar di Desa M yaitu sebesar
0,4%.
b. Angka kematian bayi (IMR)
IMR atau angka kematian bayi ialah jumlah seluruh kematian bayi (berumur
dibawah 1 tahun) pada suatu jangka waktu (lazimnya satu tahun) dibagi dengan
jumlah seluruh kelahiran hidup.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka kematian bayi di Desa P pada 2016 yaitu
sebesar 1% per 1.000 kelahiran hidup.
c. Angka kematian Neonatal (NMR)
NMR atau angka kematian neonatal adalah jumlah kematian bayi usia di baawah
28 hari pada jangka waktu (1 tahun) dibagi jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tinggi rendahnya angka kematian neonatal, dapat digunakan untuk
mengetahui:
- Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
- Program imunisasi
- Pertolongan persalinan
- Penyakit ISPA
Dari kasus tersebut, diperoleh angka kematian neonatal di Desa L pada 2017 yaitu
sebesar 8%.
d. Angka kematian Ibu/AKI (MMR)
MMR atau angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat kehamilan,
persalinan, dan nifas dalam satu tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tinggi rendahnya angka kematian ibu berkaitan dengan :
- Sosial ekonomi
- Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan nifas
- Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
- Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

13
Dari kasus tersebut, diperoleh angka kematian ibu hamil di Desa F pada 2017
yaitu sebesar 1%.

4. Fertility Rate (Angka Kesuburan)


a. Angka kelahiran kasar
CBR atau angka kelahiran kasar adalah proporsi jumlah bayi yang lahir dan hidup
pada periode tahun tertentu dibagi populasi pada pertengahan tahun.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka kelahiran kasar di Kecamatan T selama
tahun 2015 yaitu sebesar 1,6%.
b. Angka kelahiran umum
Angka kelahiran menurut kelompok umur menunjukkan jumlah kelahiran yang
dialami oleh wanita kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Angka ini
biasanya dinyatakan dengan jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur tertentu
per 1000 wanita pada kelompok umur tersebut.
Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari
GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai
kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan
fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita. Dengan ASFR
dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.
Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci
yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum
tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi
pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada
perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita
umur 15-49 tahun.
Dari kasus tersebut, diperoleh data angka kelahiran hidup di Desa G pada 2016
yaitu sebayak 1%.

14
BAB III

A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari hal – hal yang berhubungan dengan masyarakat. Di dalam kesehatan ilmu
Epidemiologi sangatlah penting karena didalamnya terdapat peran dan tindakan yang harus
dilakukan untuk pencegahan masalah kesehatan tersebut. Contohnya saja penanaganan dalam
masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular.

B. SARAN
Setelah memahami tentang Epidemiologi diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
Ilmu Epidemiologi dalam kehidupan sehari – hari. Dikarenakan bahayanya penyakit menular
dan penyakit tidak menular diharapkan masyarakat mampu menceganya.

15
PERTANYAAN DAN JAWABAN

Pertanyaan :
1. Apakah menurut anda dari metode epidemiologi ini penyebaran wabah penyakit
sudah bisa ditangani? [Ayu Dhian P]
2. Bagaimana cara mengurangi kematian neonatal? [Tri Wanisa]
3. Bagaimana cara menurunkan angka kematian bayi dalam kasus aborsi? [Astika Ari
W]

Jawaban :
1. Menurut pendapat kelompok kami, penyebaran wabah penyakit belum bisa ditangani,
karena setiap wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa) cara pengendaliannya berbeda-
beda tergantung dari kasusnya. Pada Keputusan Dirjen No. 451/9, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur :
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, dan minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, dan tahun)
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih jika dibandngkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
[Febry Nurul H]

2. Menurut informasi dari Dr. Anung Sugihantono, MKes, dalam liputan6.com


Kemenkes juga melakukan perluasan akses serta mutu pelayanan, sebagai berikut :
a) Tenaga kesehatan diperbanyak di daerah terpencil yang memang jangkauan
pelayanannya masih dirasa kurang.
Di pulau Jawa, kata Anung, masih dirasa kurang untuk beberapa hal tertentu.
"Karena memang, yang hamil di pulau Jawa ini sangat banyak. Lebih banyak
dibandingkan daerah-daerah lain," kata Anung menjelaskan.
b) Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik
fasilitas kesehatan dasar atau rujukan.
Obat akan disediakan dalam satu kesatuan dengan sistem layanan
kesehatan. Jika sebelumnya obat untuk para ibu yang mengalami preeklampsia

16
masih sedikit, sekarang tidak hanya jumlah obat yang diperbanyak, tenaga
kesehatan juga akan dilatih.
c) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan.
Anang sendiri selalu mengatakan bahwa jangan jadikan kehamilan sebagai akibat
dari perkawinan. Tapi, jadikan kehamilan sebagai salah satu tujuan dari
perkawinan.
"Artinya, kita harus menyiapkan segala sesuatunya. Kalau dalam bahasa Jawa,
bebet dan bobot itu harus jelas dulu," kata Anung.
Bebet yang dimaksud Anung adalah semua keperluan harus dipersiapkan sebelum
anak lahir. Begitu anak lahir, sebagai orangtua, sudah harus tahu akan membawa
sang anak ke arah mana.
d) Mengembangkan riset-riset operasional atau litbang secara sederhana
Untuk masalah satu ini, Anung memberikan contoh terkait fenomena menarik
tentang kematian ibu di beberapa daerah.
Contoh, yang terjadi di salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Saat itu, Anung dan
tim menemukan adanya enam kasus kematian ibu di sana, yang menimpah wanita
berusia 35 tahun.
Setelah dicermati dengan menggunakan pengembangan riset operasional ini,
Anung menemukan bahwa ini terjadi pada wanita yang menjadi istri sambung.
Istri sambung adalah seorang janda yang menikah kembali, dan si suami
menginginkan seorang anak darinya.
"Wanita berusia 35 tahun itu kan berisiko sekali kalau harus hamil. Maka itu, kita
harus lihat dulu secara utuh mengapa ini bisa terjadi," kata Anung menerangkan.
[Eva Sukmawati]

3. Strategi untuk menurunkan resiko kematian akibat aborsi tidak aman adalah dengan
menurunkan demand perempuan terhadap aborsi tidak aman. Upaya ini dapat
dimungkinkan jika pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana
(KB) yang berkualitas, dilengkapi dengan konseling. Konseling KB dimaksudkan
untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif
dalam membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang
memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.

Selain itu, bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks
17
sedini mungkin. Sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Perlu disadari, resiko
terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila
akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka demand
perempuan terhadap aborsi tidak aman akan tetap ada.

Sudah saatnya, masalah aborsi tidak aman mendapat tanggapan dan penanganan yang
serius dari semua pihak (lembaga pemerintah maupun non-pemerintah). Secara moral,
kita akan dianggap tidak bertanggungjawab bila hal itu dibiarkan terus-menerus,
membiarkan perempuan mati karenanya. Apalagi jika mengacu pada Program Aksi
ICPD 1994 yang merupakan kesepakatan internasional. Indonesia telah turut
menandatanganinya.

Secara tidak langsung, fakta tersebut merupakan pelanggaran atas dua hak azasi
manusia, yaitu hak untuk hidup bagi perempuan dan hak untuk mendapatkan
pelayanan yang berkualitas standar. Sungguh ironis di kala dunia kedokteran telah
mencapai puncak kejayaannya, namun angka kematian ibu akibat proses reproduksi
justru melambung tinggi.

Dengan demikian, diperlukan perlindungan hukum dalam menyelenggarakan


pelayanan aborsi yang aman untuk menjamin hak perempuan dalam menentukan
proses reproduksi. Terjadinya kasus penangkapan dokter yang memberikan layanan
aborsi tidak akan menyelesaikan masalah. Malah justru akan menambah
permasalahan baru. Dokter yang bersedia melakukan aborsi akan mengenakan biaya
yang sangat tinggi kepada pasiennya. Kalau sudah begitu, bukan tidak mungkin
kesempatan ini akan dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk mengeruk
keuntungan sebanyak-banyaknya. Sedangkan di lain pihak, pengguguran kandungan
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan terpaksa harus dilakukan oleh tanaga non-
medis. Dan jika ini terjadi, jangan harap angka kematian ibu akan bisa ter(di)atasi
dengan tuntas. Sebaliknya, justru akan tumbuh subur di negeri tercinta ini.

*M. Husnaini, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Aktif di
Kelompok Kajian nDeres Surabaya
[Gede Sujayana A]

18
DAFTAR PUSTAKA

 Azwar, Azrul. Pengantar Epidemiologi. Jakarta Barat : Binarupa Aksara


 Dwiprahasto, Iwan. Epidemiologi. Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit/Bg.
Farmakologi FK UGM
 Nugrahaeni, Dyan Kunthi. 2018. Konsep Dasar Epidemiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
 Nuraini. Fertilitas Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta :
Badan Pusat Statistik

19
LAMPIRAN

Presentator : Anggita Agustina A


Penanya :
1. Ayu Dhian P
2. Tri Wanisa
3. Astika Ari W
Penjawab :
1. Febry Nurul H
2. Eva Sukmawati
3. Gede Sujayana A

20

Anda mungkin juga menyukai