Anda di halaman 1dari 22

MENGHADAPI ERA DISRUPTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN

PT. YAKSSI
General Business Environment

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah General Business Environment


Program Studi Magister Manajemen

Diajukan oleh:
Winda Shinta Sudharini
17/421824/PEK/23401

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik, lancar, dan tepat pada
waktunya. Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
mata kuliah Lingkungan Bisnis Umum pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam hal penyusunan maupun materi, yang disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
sehingga dapat membuat karya tulis ini menjadi jauh lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian laporan riset ini:
1. Sony Warsono, MAFIS., Ak., Ph.D selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Lingkungan
Bisnis Umum.
2. Para dosen yang telah mengampu topik-topik lingkungan bisnis eksternal dalam mata
kuliah Lingkungan Bisnis Umum.
3. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan, yang telah membantu terselesaikannya laporan
penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, 22 Desember 2018

Penulis
ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................................iii
Daftar Tabel....................................................................................................................................iv
Daftar Gambar.................................................................................................................................v
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3. Metode Penelitian..............................................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
PROFIL PERUSAHAAN................................................................................................................4
1.5. Profil Perusahaan...............................................................................................................4
1.6. Visi dan Misi Perusahaan..................................................................................................4
1.7. Segmen Usaha...................................................................................................................5
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS............................................................................................10
1.8. Era Disruptif dalam Pelayanan Kesehatan......................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................15
1.16. Kesimpulan......................................................................................................................15
1.17. Saran................................................................................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................................................16

iii
Daftar Tabel

Tabel Jumlah Karyawan…………………………………………………………………………6

iv
Daftar Gambar

Gambar Struktur Organisasi RSUI YAKSSI…………………………………………………….6

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1
1.1. Latar Belakang
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur di luar organisasi, yang sebagian
besar tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer.
Organisasi mendapatkan masukan-masukan yang dibutuhkan, seperti bahan baku, dana
tenaga kerja,dan energi dari lingkungan eksternal, mentransformasikan menjadi produk
dan jasa, dan kemudian memberikan sebagai keluaran-keluaran kepada lingkungan
eksternal. Lingkungan eksternal mempunyai unsur-unsur yang berpengaruh langsung
(lingkungan eksternal mikro) dan berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern
makro). Lingkungan ekstern mikro terdiri dari para pesaing, penyedia, langganan,
lembaga-lembaga keuangan, pasar tenaga kerja, dan perwakilan-perwakilan pemerintah.
Unsur-unsur lingkungan eksterrnal makro mencakup teknologi, ekonomi, politik dan
sosial yang mempengaruhi iklim dimana organisasi beroperasi dan mempunyai potensi
menjadi kekuatan-kekuatan sebagai lingkungan ekstern mikro (T. Hani Handoko,
1999:62).
Salah satu perusahaan yang dapat dijadikan sebagai contoh yang mewakili unsur
lingkungan eksternal adalah Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan bagian penting dari
sistem kesehatan yang bisa dilihat dari unsur-unsur baik dari sisi teknologi, hukum,
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Di era disruptif seperti ini, Rumah Sakit dituntut
harus mampu bertransformasi dalam era digital, mampu menarik perhatian pasien /
masyarakat melalui media dan adaptif dengan berbagai perubahan yang terjadi.
Kemunculan asuransi kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia
Sehat oleh Pemerintah yakni BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial) Kesehatan
menjadi salah satu bentuk era disruptif di Indonesia.

2
Salah satunya adalah Rumah Sakit yang berada di Gemolong, Sragen yakni RSUI
YAKSSI Gemolong yang mana merasakan dampak yang signifikan sebagai akibat era
diruptif saat ini yakni BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan menjadi salah satu akibat dari
disruptif era dimana Rumah Sakit di seluruh Indonesia harus wajib bermitra dengan
BPJS Kesehatan dan melayani pasien dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Seperti
yang diketahui bahwa program BPJS Kesehatan saat ini sedang mengalami defisit
hingga 16,5 Triliun yang berdampak pada operasional BPJS Kesehatan, sehingga klaim
yang seharusnya dibayarkan ke Rumah Sakit mengalami penunggakan pembayaran
karena sistem BPJS Kesehatan yang belum di kelola dengan baik.
Saat ini RSUI YAKSSI Gemolong belum bermitra dengan BPJS Kesehatan,
sehingga hanya memberikan jasa pelayanan umum saja. Disisi lain, di tahun 2019
seluruh Rumah Sakit dan Warga Negara Indonesia diwajibkan mengikuti dan bermitra
dengan BPJS Kesehatan, jika tidak akan dikenakan sanksi yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
dimuat dalam Pasal 17 ayat (2) tentang sanksi administratif yang berupa: denda; teguran
tertulis; dan tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu.
Keseluruhan sistem yang di lakukan pemerintah saat ini adalah wajib dilakukan
untuk seluruh Rumah Sakit. Rumah Sakit yang belum bermitra dengan BPJS Kesehatan
harus segera mendaftarkan diri menjadi mitra BPJS Kesehatan agar dapat melayani
pasien / masyarakat dalam skala besar. Akan menjadi sebuah tantangan besar di era
disruptif ini apabila Rumah Sakit tidak segera bermitra dengan BPJS Kesehatan, karena
BPJS Kesehatan dapat meraup pasien dalam skala besar dibanding pelayanan umum saja.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah :

1) Bagaimana PT. YAKSSI mampu bersaing di era diruptif dengan kemunculan BPJS
Kesehatan dan mampu menciptakan inovasi serta mampu memanfaatkan peluang
revolusi industri 4.0 ?

3
1.3. Metode Penelitian
A. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh peneliti secara langsung dari PT. YAKSSI. Sedangkan Data Sekunder
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada seperti dokumen perusahaan, literatur,
laporan, internet, dan lain-lain.

B. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data (dalam Dr. Harnovinsah, Ak). Metode pengumpulan data
melalui observasi secara langsung terkait situasi dan kondisi perusahaan serta
menggunakan studi pustakan melalui berbagai sumber seperti artikel, berita, buku,
internet, laporan dan dokumen PT. YAKSSI dan RSUI YAKSSI Gemolong.

1.4. Tujuan Penelitian


1) Manfaat bagi PT. YAKSSI yakni mengetahui dan memahami kondisi lingkungan
eksternal PT. YAKSSI selaku perusahaan agar lebih siap menghadapi revolusi
industri 4.0.
2) Manfaat bagi Penulis yakni sebagai sarana pelatihan untuk menganalisis strategi
yang harus dilakukan PT. YAKSSI dengan memahami kondisi lingkungan eksternal.
3) Manfaat bagi Masyarakat yakni sebagai sumber data informasi dan referensi bagi
masyarakat dalam halnya melakukan penelitian, pencarian data yang berkaitan
dengan lingkungan eksternal PT. YAKSSI.

4
BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN

1.5. Profil Perusahaan


PT. YAKSSI adalah sebuah badan hukum perseroan terbatas yang didirikan oleh
Drs. Sudarman M.M. (Alm) yang bergerak dalam bidang kesehatan yang berdiri pada 07
Juni 2011 sesuai SK Kemenkumham Nomor : AHU-28423.AH.01.01. Tahun 2011 di Jl.
Raya Solo-Purwodadi KM 20, Ngembat Padas, Kragilan, Gemolong, Sragen, Jawa
Tengah 57274.

PT. YAKSSI ini merupakan badan hukum yang bergerak di bidang jasa kesehatan
dengan mendirikan sebuah rumah sakit yakni RSUI YAKSSI Gemolong. RSUI YAKSSI
Gemolong ini adalah rumah sakit swasta dengan tipe D atau pratama yang dimiliki oleh
PT. YAKSSI dengan kapasitas 75 bed dengan jumlah karyawan 171 orang; Dokter
Spesialis 12 orang; Dokter Umum 13 orang.

Perseroan Terbatas YAKSSI sifatnya tertutup dan memiliki struktur organisasi;


Direktur Utama, Direktur 1, dan Komisaris Utama. Struktur PT. YAKSSI dan RSUI
YAKSSI terpisah, dimana PT. YAKSSI dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Non
Medis) dan RSUI YAKSSI dipimpin oleh seorang Direktur Rumah Sakit (Medis).

1.6. Visi dan Misi Perusahaan


a. Visi :
“RSUI YAKSSI Gemolong menjadi Rumah Sakit Pilihan yang prima dan
islami”. Dimana dalam melaksanakan kegiatannya RSUI YAKSSI Gemolong
senantiasa memberikan pelayanan sesuia dengan standar kesehatan yang berlaku,
professional, membuat aman dan nyaman kepada pasie, didukung dengan
suasana islami pada semua aspek pelayanan sehingga keberadaannya diharapkan
menjadi tujuan utama dan dipercaya masyarakat untuk memelihara dan menjaga
kesehatannya, dengan demikian masyarakat tidak berpikir untuk memilih Rumah
Sakit lain selain RSUI YAKSSI Gemolong (Kabag Personalia RSUI YAKSSI).
b. Misi :

5
1. Memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif kepada
seluruh masyarakat;

2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai standar;

3. Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional;

4. Meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan karyawan;

5. Melaksanakan fungsi sosial.

Penjelasan makna Misi RSUI YAKSSI dalam melaksanakan kegiatannya :

1. Promotif yang berarti memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada


masyarakat melalui penyuluhan kesehatan;
2. Preventif berarti melakukan pencegahan misalnya melalui posyandu balita
dan lansia;
3. Kuratif berarti memberikan pengobatan kepada pasien;
4. Rehabilitatif berarti mengembalikan fungsi tubuh semula misalnya dengan
fisioterapi;
5. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, RSUI YAKSSI Gemolong akan
berusaha mematuhi peraturan yang berlaku, melaksanakan pelayanan
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, melengkapi fasilitas yang
memadai, didukung oleh SDM yang professional dan meningkatkan
kesejahteraan pegawainya sehingga memberikan rasa aman dan nyaman
baik pasien maupun pegawainya.

1.7. Segmen Usaha


PT. YAKSSI yakni perusahaan yang bergerak dibidang jasa kesehatan saat ini
mampu memberikan pelayanan 17 unit pelayanan kesehatan. Unit pelayanan tersebut
meliputi :

1) Unit Rawat Jalan

2) Klinik Umum : Dewasa, Anak, KIA-KB, dan Gigi

6
3) Klinik Spesialis
 Spesialis Obstetri Gynekologi
 Spesialis Anak
 Spesialis Mata
 Spesialis Bedah
 Spesialis THT
 Spesialis Paru
 Spesialis Syaraf
 Spesialis Penyakit Dalam
 Spesialis Bedah Tulang
 Spesialis Kulit Kelamin

4) Unit Rawat Inap


 Rawat Inap Bedah
 Rawat Inap Penyakit Dalam
 Rawat Inap Bayi.
 Rawat Inap Kebidanan

5) Instalasi Gawat Darurat


 Triase
 Resusitasi
 Diagnostik dan Tindakan
 Observasi
 Pelayanan Radiologi ( 24 jam )
 Pelayanan Laboratorium ( 24 jam )
 Pelayanan Farmasi ( 24 jam )
 Dokter jaga 24 jam

6) Unit ICU

7
7) Unit Radiologi
 X Ray tanpa kontras
 X Ray dengan kontras
 USG

8) Instalasi Bedah Sentral


 Elektif
 ODS ( One Day Surgery )

9) Unit Fisioterapi

10) Instalasi Farmasi


 Peracikan dan Pendistribusian Obat
 Informasi dan pelayanan Obat
 Penyimpanan Obat
 Formularium Obat Rumah Sakit

11) Instalasi Gizi


 Pengelolaan dan Penyajian
 Penyuluhan dan konsultasi gizi

12) Unit Laboratorium


 Hematologi
 Urinalisa
 Kimia Klinik
 Sero Imunologi
 Imunologi

13) Instalasi Rekam Medik

8
14) Instalasi pemeliharaan sarana RS
 Pelayanan pemeliharaan regular dan berkala fasilitas RS
 Pelayanan bengkel kerja mekanikal dan elektrikal bagi fasilitas RS
 Pelayanan genset bagi fasilitas RS
 Pelayanan sentral air bersih RS
 Pelayanan hidran dan pencegahan kebakaran bagi fasilitas RS
 Pelayanan pengkondisisan udara ( AC ) bagi fasilitas RS
 Pelayanan petugas jaga /operator 24 jam
 Kalibrasi berkala bagi fasilitas peralatan RS

15) Instalasi Pemulasaraan Jenazah


 Ruang penitipan jenazah sementara
 Pemulasaraan jenazah

16) Unit ICU

17) Unit Linen

Sarana Bangunan Rawat Inap jumlah tempat tidur yang ada di RSUI YAKSSI
Gemolong saat ini berjumlah 75 TT dengan perincian sebagai berikut :

1) VIP : 20 TT
2) Kelas I : 10 TT
3) Kelas II : 13 TT
4) Kelas III : 17 TT
5) Ruang Isolasi : 2 TT
6) ICU : 3 TT

9
Jumlah karyawan yang ada saat ini sejumlah 171 orang terdiri dari 164 pekerja
tetap dan 7 pekerja kontrak.

Tabel Jumlah Karyawan :


NO JENIS KETENAGAAN TAHUN 2018
1 Dokter Spesialis 14
2 Dokter Gigi 1
3 Dokter Umum 11
4 Paramedis Keperawatan 70
5 Paramedis Non Keperawatan 47
6 Non Medis 54
Struktur organisasi RSUI YAKSSI adalah sebagai berikut :

Gambar Struktur Organisasi RSUI YAKSSI Gemolong


(Sumber : Kabag Personalia RSUI YAKSSI)

10
BAB 3
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS

1.8. Era Disruptif dalam Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan di dunia saat ini menghadapi kondisi VUCA (volatile,
uncertainty, complexity dan ambiguity) karena dihadapkan pada disruption in healthcare.
Disruption sendiri menurut Clayton M Christensen adalah perubahan mendasar yang
sifatnya destruktif, menggantikan seluruh cara kerja yang lama dengan pembaruan yang
mendasar. Ciri khas disruption adalah pembaruan berbasis teknologi yang membuat
sesuatu lebih mudah, lebih murah dan lebih memenuhi kebutuhan pelanggan yang juga
berkembang secara dinamik.Industri kesehatan juga mengalaminya. Rumah sakit sebagai
incumbent dalam era disruption ini harus mengambil sikap tegas, apakah akan menjadi
pengikut saja terbawa arus, atau justru mati tergilas perubahan atau berupaya menjadi
pemenang (Kurmala, 2018).
Industry 4.0 memiliki karakteristik cyber physical systems, internet of things,
cloud computing and cognitive computing atau artificial intelligence. Walau kesehatan
tidak masuk dalam fokus Making Indonesia 4.0, kelima sektor manufaktur yang menjadi
fokus utama yaitu food and beverage, textile and apparel, automotive, electronics and
chemical semuanya akan berpengaruh langsung terhadap fasilitas kesehatan. Disisi lain,
disruption in healthcare Indonesia juga terjadi dari semua sektor.
Rumah sakit harus mampu bertransformasi dalam era digital. Hal yang
mendisrupsi dalam pelayanan healthcare di Indonesia salah satunya BPJS Kesehatan
dimana telah mendisrupsi dengan Vedika dan E-claim. Vedika adalah verifikasi klaim
tagihan berbasis digital sedangkan E-claim adalah aplikasi yang dibuat untuk
mengajukan permohonan klaim. Saat ini sebagian besar pasien adalah generasi Millenial
yang sangat erat kesehariannya menggunakan teknologi. Penggunaan artificial
intelligent saat ini sudah banyak menggantikan peran fasilitas kesehatan bahkan dokter.

11
Pemimpin rumah sakit juga perlu melakukan transformasi budaya organisasi
dimana organisasi tersebut harus terbuka terhadap perubahan terutama digital mindset
yang harus diterapkan agar SDM Rumah Sakit siap menghadapi revolusi industri 4.0. Di
sisi lain pemimpin rumah sakit harus mampu mempelajari digital disruption in
healthcare dan bisa memanfaatkan peluang dari era disruptif agar going concern rumah
sakit tetap terjaga.
Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan yang efisien dan berkualitas
serta didukung dengan teknologi SIM RS dimana antara satu unit dengan unit lainnya
terhubung dan memudahkan pasien mendapat pelayanan lebih cepat. Hadirnya digitial
disruption in health bisa menjadikan tantangan sekaligus peluang untuk lebih baik dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sebab era disruptif ini tidak hanya
sekedar mengubah tatanan bisnis yang sudah ada namun mengubah budaya bisnis.
Hadirnya BPJS Kesehatan di Era JKN-KIS ini menjadi suatu peluang dan
ancaman yang dihadapi faskes-faskes di seluruh Indonesia. Peluangnya adalah dengan
program BPJS Kesehatan semakin banyak dibangun faskes atau rumah sakit, karena
dengan program ini dapat meraup pasien dengan skala besar. Bahkan peserta BPJS
Kesehatan sudah mencapai 77% Penduduk Indonesia (Tempo, 2018) yang artinya
program JKN KIS telah dianggap berhasil dalam menargetkan semua penduduk di
Indonesia dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Akan tetapi, BPJS Kesehatan sendiri
memiliki ancaman yang besar yang berdampak pada faskes dan rumah sakit, yakni salah
satunya keterlambatan pembayaran klaim kepada faskes dan rumah sakit di seluruh
Indonesia.
BPJS Kesehatan sendiri saat ini sedang mengalami defisit hingga 16,5 Triliun
sampai 2018. Menurut Patrianef faktor-faktor yang mempengaruhi defisit BPJS
Kesehatan diperoleh sebagai berikut :

1. Bahwa UU mengamanatkan Orang Miskin dan Tidak mampu merupakan tanggung


jawab negara serta dilaksanakan negara dengan membentuk suatu badan pelaksana 

2. Defisit pada BPJS Kesehatan menyebabkan rumah sakit menderita karena utang BPJS
Kesehatan pada mereka begitu besar. Dampak selanjutnya akan menyebabkan Rumah

12
Sakit kecil collapse dan diambil pemodal besar. Selain itu pedagang farmasi juga
akan ikut collapse.

3. Menaikkan iuran bukanlah jalan keluar yang menyembuhkan BPJS Kes, sebagai
contoh seorang dokter harus menemukan orang yang sakit dan mengobati ini.
Sakit pada BPJS Kesehatan saat ini adalah kegagalan menarik iuran PBPU dan
pembiayaan yang sangat besar pada segmen PBPU sampai 1300% jika dibandingkan
dengan pembiayaan PBI. Ini harus dibenahi BPJS Kesehatan dan merupakan
tanggung jawab BPJS Kesehatan membenahi. Sesudah dibenahi baru kita tahu persis
berapa kebutuhan BPJS kesehatan , bisa saja setelah itu ternyata iuran BPJS
Kesehatan tidak perlu dinaikkan.

4. Usulan menaikkan adalah jalan pintas yang menyebabkan masalah kronis BPJS tetap
tidak akan selesai.

5. Defisit BPJS Kesehatan seharusnya bukan ditangani dengan cara membatasi


pelayanan seperti menerbitkan Perdirjampelkes no 2, 3 dan 5 atau dengan
menerbitkan Perban no 5 sebagai pengganti Perdirjampelkes. Karena penghematan
yang dihasikan yaitu sebanyak Rp 350 M sangat tidak signifikan dibandingkan
dengan kerugian pada BPJS Kesehatan yang berjumlah Rp 16,5 T

6. Rujukan berjenjang yang diterapkan BPJS Kesehatan bukannya menyebabkan


perbaikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Kekeliruan utama adalah menerapkan
rujukan berdasarkan klasifikasi rumah sakit bukan pada level pelayanan.

7. Rujukan berjenjang walaupun dibuat masa jeda dengan aturan peralihan


sesungguhnya mengganggu sistem pendidikan dokter di Indonesia. Karena
pendidikan dokter harus digeser ke RS tipe bawah untuk menyesuaikan pendidikan
dengan kasus yang ada.

8. Kekeliruan konsep rujukan berjenjang pada BPJS Kesehatan dan Kemenkes adalah
anggapan bahwa RS tipe A hanya menangani layanan tersier dan tidak melayani
layanan sekunder. Padahal RS tipe A melayani pasien sampai level tersier, bukan
melayani pasien pada level tersier.

13
9. INA CBG adalah produk lama yang sudah sewajarnya diperbaiki karena bukan
menjadi solusi tetapi justru menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

10. Puskesmas harus fokus kepada preventif dan kuratif agar manfaat dari uang kapitasi
bisa lebih optimal dengan menyerahkan pelayanan kuratif pada klinik klinik.
Penugasan kuratif pada puskesmas juga mengakibatkan angka kesakitan dan
kematian tinggi akibat kurang jalannya promotif dan preventif. Selain itu pengelolaan
kuratif oleh Puskesmas juga berpotensi menyebabkan masalah akibat pengembalian
dana yang diperoleh dari kapitasi masuk ke kas Pemda.

11. Fraud pada dokter sebetulnya hal dan isu yang sangat tidak signifikan jika
dibandingkan dengan kegagalan pemungutan iuran dan pemborosan pada segmen
PBPU. Lebih baik pihak terkait fokus menangani isu PBPU ketimbang menyebarkan
isu fraud bahkan sampai melibatkan KPK.

12. PDIB sangat mendukung program JKN dan berharap bahwa seluruh anak bangsa
dilayani dikelas standar dalam rangka mencapai UHC. Pembiayaan (investasi) akan
setara dengan hasil yang diperoleh. Tidak akan rugi berinvestasi pada kesehatan anak
bangsa.

13. Pembiayaan kesehatan Republik ini sangat rendah dan termasuk terendah di Asia
hanya sekitar 112 USD. Pembiayaan yang rendah adalah salah satu hulu masalah
sektor kesehatan. Kami menghimbau dan mendesak agar DPD ikut menyuarakan
peningkatan pembiayaan kesehatan menjadi 10% dari APBN (Patrianef, 2018).

Inovasi yang ditawarkan di healthcare saat ini sangat mendominasi halnya di


sistem pemerintah Indonesia. Para pelaku usaha pelayanan kesehatan hanya bisa
mengikuti peraturan dan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah saat ini. Sebab
pemerintah Indonesia lah yang mengatur jalannya regulasi di bidang kesehatan tersebut,
hal mutlak yang seharusnya diperbaiki adalah sistem BPJS Kesehatan dahulu agar tidak
menimbulkan inefisiensi dan menjadi ancaman bagi Faskes dan Rumah Sakit di seluruh
Indonesia.

14
Pada akhirnya, revolusi industri 4.0 di pelayanan kesehatan pula harus dikelola
dengan sebaik mungkin dan harus mampu memahami teknologi yang dapat difungsikan
untuk membantu masyarakat. Hal ini akan mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih
bai, dan memperbaiki kualitas hidup banyak manusia.

15
BAB 4
PENUTUP
1.9. Kesimpulan
Di era disruptif yang erat kaitannya dengan pelayanan kesehatan diharapkan para
faskes dan rumah sakit harus bisa mengikuti pola sistem pemerintah di Indonesia saat ini.
Harus menjadi mitra BPJS Kesehatan agar faskes dan rumah sakit dapat survive di era
disruptif seperti sekarang ini. Faskes dan Rumah Sakit harus tunduk terhadap aturan dan
regulasi yang dibuat pemerintah karena jika tidak maka izin operasional pelayan
kesehatan akan dicabut oleh pemerintah. Sehingga tidak ada kesempatan untuk para
pelaku usaha di bidang pelayanan kesehatan yang membuat aturan dan regulasi tersendiri.

Di era disruptif seperti saat ini harus dikelola dan ditata dengan baik agar bisa
mewakili dan memenuhi hajat hidup orang banyak. Sehingga diharapkan tidak hanya
masyarakat menengah keatas saja yang dapat merasakan manfaat kesehatan namun
masyarakat kelas bawah juga bisa menikmati manfaat kesehatan yang disebabkan oleh
revolusi industri 4.0.

1.10. Saran
RSUI YAKSSI saat ini belum menjadi mitra BPJS Kesehatan karena ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pada 2019 mendatang di harapkan RSUI
YAKSSI atau PT. YAKSSI dapat menjadi mitra BPJS Kesehatan dan mampu melayani
pasien / masyarakat dalam skala besar sehingga terpenuhi hajat hidup orang banyak.

Disisi lain, pemilik PT. YAKSSI beserta seluruh SDM harus mengetahui dan
memahami dampak revolusi industri 4.0 disruption in healthcare agar kedepan Rumah
Sakit dapat survive di kemudian hari.

16
BAB 5
Daftar Pustaka

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

https://mercubuana.ac.id/files/MetodeLogiPenelitian/Met%20Pen%20UMB%203-ok.pdf
(Diakses 22 Desember 2018)

http://www.neraca.co.id/article/103813/menghadapi-era-disruptif-dalam-pelayanan-kesehatan
(Diakses 22 Desember 2018)

https://bolehkah.com/831/bolehkah-tidak-ikut-bpjs-kesehatan.html (Diakses 22 Desember 2018)

https://www.finansialku.com/e-klaim-bpjs-panduan-klaim-bpjs-ketenagakerjaan-atau-jamsostek/
(Diakses 22 Desember 2018)

https://bisnis.tempo.co/read/1123107/peserta-bpjs-kesehatan-capai-77-persen-penduduk-
indonesia (Diakses 22 Desember 2018)

Patrianef. 2018. Resume Rapat dengan DPD RI terkait BPJS Kesehatan.


https://www.facebook.com/patrianef/posts/10156991850869461?__tn__=%2CdH-R-
R&eid=ARBd0YBerM5D-tDfEqV7b4w5syTCKryHODOWlfp-
qLDcJpxbd2St1mEmjmrVuWI1Y9cRqjeddaTtxPCs (Diakses 22 Desember 2018)

17

Anda mungkin juga menyukai