PT. YAKSSI
General Business Environment
Diajukan oleh:
Winda Shinta Sudharini
17/421824/PEK/23401
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik, lancar, dan tepat pada
waktunya. Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
mata kuliah Lingkungan Bisnis Umum pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam hal penyusunan maupun materi, yang disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
sehingga dapat membuat karya tulis ini menjadi jauh lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian laporan riset ini:
1. Sony Warsono, MAFIS., Ak., Ph.D selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Lingkungan
Bisnis Umum.
2. Para dosen yang telah mengampu topik-topik lingkungan bisnis eksternal dalam mata
kuliah Lingkungan Bisnis Umum.
3. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan, yang telah membantu terselesaikannya laporan
penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................................iii
Daftar Tabel....................................................................................................................................iv
Daftar Gambar.................................................................................................................................v
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3. Metode Penelitian..............................................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
PROFIL PERUSAHAAN................................................................................................................4
1.5. Profil Perusahaan...............................................................................................................4
1.6. Visi dan Misi Perusahaan..................................................................................................4
1.7. Segmen Usaha...................................................................................................................5
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS............................................................................................10
1.8. Era Disruptif dalam Pelayanan Kesehatan......................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................15
1.16. Kesimpulan......................................................................................................................15
1.17. Saran................................................................................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................................................16
iii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur di luar organisasi, yang sebagian
besar tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer.
Organisasi mendapatkan masukan-masukan yang dibutuhkan, seperti bahan baku, dana
tenaga kerja,dan energi dari lingkungan eksternal, mentransformasikan menjadi produk
dan jasa, dan kemudian memberikan sebagai keluaran-keluaran kepada lingkungan
eksternal. Lingkungan eksternal mempunyai unsur-unsur yang berpengaruh langsung
(lingkungan eksternal mikro) dan berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern
makro). Lingkungan ekstern mikro terdiri dari para pesaing, penyedia, langganan,
lembaga-lembaga keuangan, pasar tenaga kerja, dan perwakilan-perwakilan pemerintah.
Unsur-unsur lingkungan eksterrnal makro mencakup teknologi, ekonomi, politik dan
sosial yang mempengaruhi iklim dimana organisasi beroperasi dan mempunyai potensi
menjadi kekuatan-kekuatan sebagai lingkungan ekstern mikro (T. Hani Handoko,
1999:62).
Salah satu perusahaan yang dapat dijadikan sebagai contoh yang mewakili unsur
lingkungan eksternal adalah Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan bagian penting dari
sistem kesehatan yang bisa dilihat dari unsur-unsur baik dari sisi teknologi, hukum,
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Di era disruptif seperti ini, Rumah Sakit dituntut
harus mampu bertransformasi dalam era digital, mampu menarik perhatian pasien /
masyarakat melalui media dan adaptif dengan berbagai perubahan yang terjadi.
Kemunculan asuransi kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia
Sehat oleh Pemerintah yakni BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial) Kesehatan
menjadi salah satu bentuk era disruptif di Indonesia.
2
Salah satunya adalah Rumah Sakit yang berada di Gemolong, Sragen yakni RSUI
YAKSSI Gemolong yang mana merasakan dampak yang signifikan sebagai akibat era
diruptif saat ini yakni BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan menjadi salah satu akibat dari
disruptif era dimana Rumah Sakit di seluruh Indonesia harus wajib bermitra dengan
BPJS Kesehatan dan melayani pasien dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Seperti
yang diketahui bahwa program BPJS Kesehatan saat ini sedang mengalami defisit
hingga 16,5 Triliun yang berdampak pada operasional BPJS Kesehatan, sehingga klaim
yang seharusnya dibayarkan ke Rumah Sakit mengalami penunggakan pembayaran
karena sistem BPJS Kesehatan yang belum di kelola dengan baik.
Saat ini RSUI YAKSSI Gemolong belum bermitra dengan BPJS Kesehatan,
sehingga hanya memberikan jasa pelayanan umum saja. Disisi lain, di tahun 2019
seluruh Rumah Sakit dan Warga Negara Indonesia diwajibkan mengikuti dan bermitra
dengan BPJS Kesehatan, jika tidak akan dikenakan sanksi yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
dimuat dalam Pasal 17 ayat (2) tentang sanksi administratif yang berupa: denda; teguran
tertulis; dan tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu.
Keseluruhan sistem yang di lakukan pemerintah saat ini adalah wajib dilakukan
untuk seluruh Rumah Sakit. Rumah Sakit yang belum bermitra dengan BPJS Kesehatan
harus segera mendaftarkan diri menjadi mitra BPJS Kesehatan agar dapat melayani
pasien / masyarakat dalam skala besar. Akan menjadi sebuah tantangan besar di era
disruptif ini apabila Rumah Sakit tidak segera bermitra dengan BPJS Kesehatan, karena
BPJS Kesehatan dapat meraup pasien dalam skala besar dibanding pelayanan umum saja.
1) Bagaimana PT. YAKSSI mampu bersaing di era diruptif dengan kemunculan BPJS
Kesehatan dan mampu menciptakan inovasi serta mampu memanfaatkan peluang
revolusi industri 4.0 ?
3
1.3. Metode Penelitian
A. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh peneliti secara langsung dari PT. YAKSSI. Sedangkan Data Sekunder
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada seperti dokumen perusahaan, literatur,
laporan, internet, dan lain-lain.
4
BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN
PT. YAKSSI ini merupakan badan hukum yang bergerak di bidang jasa kesehatan
dengan mendirikan sebuah rumah sakit yakni RSUI YAKSSI Gemolong. RSUI YAKSSI
Gemolong ini adalah rumah sakit swasta dengan tipe D atau pratama yang dimiliki oleh
PT. YAKSSI dengan kapasitas 75 bed dengan jumlah karyawan 171 orang; Dokter
Spesialis 12 orang; Dokter Umum 13 orang.
5
1. Memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif kepada
seluruh masyarakat;
6
3) Klinik Spesialis
Spesialis Obstetri Gynekologi
Spesialis Anak
Spesialis Mata
Spesialis Bedah
Spesialis THT
Spesialis Paru
Spesialis Syaraf
Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Bedah Tulang
Spesialis Kulit Kelamin
6) Unit ICU
7
7) Unit Radiologi
X Ray tanpa kontras
X Ray dengan kontras
USG
9) Unit Fisioterapi
8
14) Instalasi pemeliharaan sarana RS
Pelayanan pemeliharaan regular dan berkala fasilitas RS
Pelayanan bengkel kerja mekanikal dan elektrikal bagi fasilitas RS
Pelayanan genset bagi fasilitas RS
Pelayanan sentral air bersih RS
Pelayanan hidran dan pencegahan kebakaran bagi fasilitas RS
Pelayanan pengkondisisan udara ( AC ) bagi fasilitas RS
Pelayanan petugas jaga /operator 24 jam
Kalibrasi berkala bagi fasilitas peralatan RS
Sarana Bangunan Rawat Inap jumlah tempat tidur yang ada di RSUI YAKSSI
Gemolong saat ini berjumlah 75 TT dengan perincian sebagai berikut :
1) VIP : 20 TT
2) Kelas I : 10 TT
3) Kelas II : 13 TT
4) Kelas III : 17 TT
5) Ruang Isolasi : 2 TT
6) ICU : 3 TT
9
Jumlah karyawan yang ada saat ini sejumlah 171 orang terdiri dari 164 pekerja
tetap dan 7 pekerja kontrak.
10
BAB 3
ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS
11
Pemimpin rumah sakit juga perlu melakukan transformasi budaya organisasi
dimana organisasi tersebut harus terbuka terhadap perubahan terutama digital mindset
yang harus diterapkan agar SDM Rumah Sakit siap menghadapi revolusi industri 4.0. Di
sisi lain pemimpin rumah sakit harus mampu mempelajari digital disruption in
healthcare dan bisa memanfaatkan peluang dari era disruptif agar going concern rumah
sakit tetap terjaga.
Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan yang efisien dan berkualitas
serta didukung dengan teknologi SIM RS dimana antara satu unit dengan unit lainnya
terhubung dan memudahkan pasien mendapat pelayanan lebih cepat. Hadirnya digitial
disruption in health bisa menjadikan tantangan sekaligus peluang untuk lebih baik dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sebab era disruptif ini tidak hanya
sekedar mengubah tatanan bisnis yang sudah ada namun mengubah budaya bisnis.
Hadirnya BPJS Kesehatan di Era JKN-KIS ini menjadi suatu peluang dan
ancaman yang dihadapi faskes-faskes di seluruh Indonesia. Peluangnya adalah dengan
program BPJS Kesehatan semakin banyak dibangun faskes atau rumah sakit, karena
dengan program ini dapat meraup pasien dengan skala besar. Bahkan peserta BPJS
Kesehatan sudah mencapai 77% Penduduk Indonesia (Tempo, 2018) yang artinya
program JKN KIS telah dianggap berhasil dalam menargetkan semua penduduk di
Indonesia dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Akan tetapi, BPJS Kesehatan sendiri
memiliki ancaman yang besar yang berdampak pada faskes dan rumah sakit, yakni salah
satunya keterlambatan pembayaran klaim kepada faskes dan rumah sakit di seluruh
Indonesia.
BPJS Kesehatan sendiri saat ini sedang mengalami defisit hingga 16,5 Triliun
sampai 2018. Menurut Patrianef faktor-faktor yang mempengaruhi defisit BPJS
Kesehatan diperoleh sebagai berikut :
2. Defisit pada BPJS Kesehatan menyebabkan rumah sakit menderita karena utang BPJS
Kesehatan pada mereka begitu besar. Dampak selanjutnya akan menyebabkan Rumah
12
Sakit kecil collapse dan diambil pemodal besar. Selain itu pedagang farmasi juga
akan ikut collapse.
3. Menaikkan iuran bukanlah jalan keluar yang menyembuhkan BPJS Kes, sebagai
contoh seorang dokter harus menemukan orang yang sakit dan mengobati ini.
Sakit pada BPJS Kesehatan saat ini adalah kegagalan menarik iuran PBPU dan
pembiayaan yang sangat besar pada segmen PBPU sampai 1300% jika dibandingkan
dengan pembiayaan PBI. Ini harus dibenahi BPJS Kesehatan dan merupakan
tanggung jawab BPJS Kesehatan membenahi. Sesudah dibenahi baru kita tahu persis
berapa kebutuhan BPJS kesehatan , bisa saja setelah itu ternyata iuran BPJS
Kesehatan tidak perlu dinaikkan.
4. Usulan menaikkan adalah jalan pintas yang menyebabkan masalah kronis BPJS tetap
tidak akan selesai.
8. Kekeliruan konsep rujukan berjenjang pada BPJS Kesehatan dan Kemenkes adalah
anggapan bahwa RS tipe A hanya menangani layanan tersier dan tidak melayani
layanan sekunder. Padahal RS tipe A melayani pasien sampai level tersier, bukan
melayani pasien pada level tersier.
13
9. INA CBG adalah produk lama yang sudah sewajarnya diperbaiki karena bukan
menjadi solusi tetapi justru menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.
10. Puskesmas harus fokus kepada preventif dan kuratif agar manfaat dari uang kapitasi
bisa lebih optimal dengan menyerahkan pelayanan kuratif pada klinik klinik.
Penugasan kuratif pada puskesmas juga mengakibatkan angka kesakitan dan
kematian tinggi akibat kurang jalannya promotif dan preventif. Selain itu pengelolaan
kuratif oleh Puskesmas juga berpotensi menyebabkan masalah akibat pengembalian
dana yang diperoleh dari kapitasi masuk ke kas Pemda.
11. Fraud pada dokter sebetulnya hal dan isu yang sangat tidak signifikan jika
dibandingkan dengan kegagalan pemungutan iuran dan pemborosan pada segmen
PBPU. Lebih baik pihak terkait fokus menangani isu PBPU ketimbang menyebarkan
isu fraud bahkan sampai melibatkan KPK.
12. PDIB sangat mendukung program JKN dan berharap bahwa seluruh anak bangsa
dilayani dikelas standar dalam rangka mencapai UHC. Pembiayaan (investasi) akan
setara dengan hasil yang diperoleh. Tidak akan rugi berinvestasi pada kesehatan anak
bangsa.
13. Pembiayaan kesehatan Republik ini sangat rendah dan termasuk terendah di Asia
hanya sekitar 112 USD. Pembiayaan yang rendah adalah salah satu hulu masalah
sektor kesehatan. Kami menghimbau dan mendesak agar DPD ikut menyuarakan
peningkatan pembiayaan kesehatan menjadi 10% dari APBN (Patrianef, 2018).
14
Pada akhirnya, revolusi industri 4.0 di pelayanan kesehatan pula harus dikelola
dengan sebaik mungkin dan harus mampu memahami teknologi yang dapat difungsikan
untuk membantu masyarakat. Hal ini akan mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih
bai, dan memperbaiki kualitas hidup banyak manusia.
15
BAB 4
PENUTUP
1.9. Kesimpulan
Di era disruptif yang erat kaitannya dengan pelayanan kesehatan diharapkan para
faskes dan rumah sakit harus bisa mengikuti pola sistem pemerintah di Indonesia saat ini.
Harus menjadi mitra BPJS Kesehatan agar faskes dan rumah sakit dapat survive di era
disruptif seperti sekarang ini. Faskes dan Rumah Sakit harus tunduk terhadap aturan dan
regulasi yang dibuat pemerintah karena jika tidak maka izin operasional pelayan
kesehatan akan dicabut oleh pemerintah. Sehingga tidak ada kesempatan untuk para
pelaku usaha di bidang pelayanan kesehatan yang membuat aturan dan regulasi tersendiri.
Di era disruptif seperti saat ini harus dikelola dan ditata dengan baik agar bisa
mewakili dan memenuhi hajat hidup orang banyak. Sehingga diharapkan tidak hanya
masyarakat menengah keatas saja yang dapat merasakan manfaat kesehatan namun
masyarakat kelas bawah juga bisa menikmati manfaat kesehatan yang disebabkan oleh
revolusi industri 4.0.
1.10. Saran
RSUI YAKSSI saat ini belum menjadi mitra BPJS Kesehatan karena ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pada 2019 mendatang di harapkan RSUI
YAKSSI atau PT. YAKSSI dapat menjadi mitra BPJS Kesehatan dan mampu melayani
pasien / masyarakat dalam skala besar sehingga terpenuhi hajat hidup orang banyak.
Disisi lain, pemilik PT. YAKSSI beserta seluruh SDM harus mengetahui dan
memahami dampak revolusi industri 4.0 disruption in healthcare agar kedepan Rumah
Sakit dapat survive di kemudian hari.
16
BAB 5
Daftar Pustaka
https://mercubuana.ac.id/files/MetodeLogiPenelitian/Met%20Pen%20UMB%203-ok.pdf
(Diakses 22 Desember 2018)
http://www.neraca.co.id/article/103813/menghadapi-era-disruptif-dalam-pelayanan-kesehatan
(Diakses 22 Desember 2018)
https://www.finansialku.com/e-klaim-bpjs-panduan-klaim-bpjs-ketenagakerjaan-atau-jamsostek/
(Diakses 22 Desember 2018)
https://bisnis.tempo.co/read/1123107/peserta-bpjs-kesehatan-capai-77-persen-penduduk-
indonesia (Diakses 22 Desember 2018)
17