Anda di halaman 1dari 46

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN TENAGA MEDIS TERHADAP


PENGGUNAAN OBAT SESUAI FORMULARIUM NASIONAL
DI RSUD KH DAUD ARIF KUALA TUNGKAL TAHUN 2018

SEMINAR HASIL TESIS

ELFRY SYAHRIL
1706094974

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MARET 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merrupakan sarrana kesehattan yang menylenggarakan upaya
kessehatan yang tidak hanya meksanakan upaya kesehattan kurratif dan rehabiliitative,
tetapi seirring perrkembangan tekhnologi dan ilmu pengeetahuan dan sosial budaya
pelaksanaan playanan preventiif dan promotof mutlak diperlukan. Pelaayanan rumah
sakit diiharapkan lebiih efisiien dan efektiif dalam pnglolaan dan mutu pelayannya
dengan mempehatikan fungsii sosiialnya.
Pelyanan obat yang rasiional di rrumah sakiit dengan penggunaan obat essensial
dan obat generic yang terjaangkau akan meniingkattkan drajat keseembuhan dan
kepuasan pasien. Prrinsip dasar pelayaanan obat adallah harus dilakukan secarra
bermuttu dengan biiaya rasional.Untuk menccapai tujuann terrsebut makan harus
ditetapkan formularrium.Forrmularium atau dafttar obat sttandar, yaitu dafttar produk
obat-obatan yang dapat diigunakan di rumah sakit. Disampiing itu, obat-obatan
terrsebut telah terseeleksi serta terrbukti memiliiki tingkat kemanan berdasarrkan hasiil
uji kliinis (Siregar, 2004).
Keputuan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 tahun 2008 tentang sttandar
pelyanan miinimal rumah sakit , pada bagian farrmasi mnyebutkan bahwa sttandar
penuliisan rresep sesuaii dengan forrmularium adalah 100%. Maka berdasarkan
peraturan Menteri kesehatan bahwa setiap dokter wajib menggunakan formularium obat
dalam penulisan resep pasien. Formularium obat merupakan standar atau pedoman
penggunana obat secara rasional untuk diresepkan kepada pasien. Dalam kenyataannya
pelaksanaan pemberian obat atau resep masiih ada yang tidak sesuaii dengan
formularium yang diberikan oleh dokter kepada pasiien
Ketidakpaatuhan terhadap formulariium akan menyeebabkan terjadinya
kekuraangan atau kekosongan obatt, dsisi lain aka nada stok obat yang berlebiihan
karena tidak dipergunakan atau diresepkan oleh dokter. Disampiing itu perlu iinvestasi
yang lebiih besar untuk memenuhi dan melengkap jenis obat yang diluar sttandar
formularium. Hal ini akan menyebabkan waktu playanan menjadii lama, ada resep yang
ditolak dari bagian farmasi dikarenakan obat tidak tersedia, harga obat menjadi mahal,
dan

1 Universitas Indonesia
2

kesinmbungan pengobattan terganggu serta pembiaayaan total pengobatan


menjaadi tinggi (Azwar, 2010).
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, di RSUD KH Daud Arif
Kuala Tungkal diambil langkah-langkah untuk meningkatkan hasil guuna dan daya
guna dana yang terseedia sebagaai salaah satu langkah memperrluas, memratakan dan
meningkattkan mutu playanan kesehatan, yaitu dengan jalan membuat kebijakan
pengadaan dan penggunaan obat/penullisan resep berdasarkan kepada standar obat yang
berlaku, yaitu berdasarkan obat generik, Daftar Obat Esensial Nasional dan
Formularium di RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal.
Agar kebijakan pengadaan obat dan penggunaan obat/penulisan resep
berdasarkan standar dapat berjalan dengan baik, maka terbitlah surat keputusan
Direktur Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal Nomor 238/SK/DIR/I/2018
tentang penggunaan Formularium Nasional bagi RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal
yang diberlakukan sejak tanggal 2 januari 2018 sebagai implikasi nyata, yang
berpedoman pada surat keputtusan Menteri Kessehatan No HK.01.07/Menkes/659/2017
tentang Formularium Nasional dinyatakan bahwa dallam rangka meningkattkan muttu
playanan kessehatan perlu menjamin aksebilitas obat yang amann, berkhasiat, bermutu
dan terrjangkau dalam jenis dan jumllah yang cukup.
Dari data yang ada di Instalasi Farmasi RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal dan
dari hasil studi awal terhadap resep yang ditulis dokter pada tahun 2017, ternyata
kepatuhan dokter untuk menulis resep berdasarkan obat Formularium Nasional masih
sangat kurang, hanya107,621 penggunaan resep dengan obat generik, 81,380
penggunaan obat dengan resep obat paten, jika ditinjau dengan penggunaan jumlah
resep sebesar 374,785 lembar resep.
Ketidakpatuhan dalam penggunaan obatdan tidak berdasarkan standar yang ada akan
berdampak:
1. Mengakibatkan kekurangan / kekosongan obat dan kelebihan stock obat, di lain
sisi perlu dana yang lebih besar lagi untuk membeli obat yang dibutuhkan
2. Terjadi penurunan kunjungan pasien mengakibatkan sesuatu yang tidak bagus
bagi income rumah sakit
3. Resiko yang sangat besar bagi rumah sakit jika mutu pelayanannya menjadi

Universitas Indonesia
3

rendah.
Hal-hal terrsebut diiatas pada akhirrnya akan mempeengaruhi mutu playanan
kesehatan RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal, yang mengakibatkan citra pelayanan
rumh sakitt menjadi rendah dan pasien ennggan berobat di RSUD KH Daud Arif Kuala
Tungkal yang akan mempengaruhi indikator pelayanan termasuk jumllah kunnjungan
pasiien rawatt jallan atau BOR rawaat iinap.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarrkan latarr bellakang yang tellah diuraiikan, maka yang menjjadi
masalah dallam penelitiian ini adalah masih rendahnya kepatuhan dokter terhadap
penerapan standar obat yang berlaku di RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal, yang
dampak akhirnya adalah mempengaruhi terhadap mutu pelayanan, khususnya pelayanan
resep di RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal.

1.3. PERTANYAAN PENELITIAN


1. Faktor apa yang berhubunngan dengan kepattuhan dokter dalam menuliskan
resep berdasarrkan standar obat yang berllaku ?
2. Bagaimana caranya agar kpatuhan dokter menuliis resep berdasarkan standar
yang ada dapat di tingkatkan ?

1.4 TUJUAN PENELITIAN


Dalam penelitiian ini terrdapat dua tujuan, antara lain tujuuan umuum dan
tujuann khhusus, adalah sebagai berikut :

1.4.1 TUJUAN UMUM


Diperolehnya Informasi tentang faktoor-fakktor yang berrhubungan denngan
kepattuhan dokterr terhadap penulisan resep berdasarkan kepada standar obat
formularium yang berllaku di RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal tahun 2018.

1.4.2 TUJUAN KHUSUS


1. Menggambarkan tiingkat kepattuhan dokter dan doktter spesiialis terrhadap
impllementasi forrmularium obat nasiional di RSUD KH.Daud Arif Kuala
Tungkal

Universitas Indonesia
3

2. Mengukur tingkat kepattuhan dokter spesialis terhadap implementasi


formularium nasional di RSUD KH.Daud ARif Kuala Tungkal
3. Untuk Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dokter
spesialis terrhadap penggunaan formularium nasional di RSUD KH.Daud
Arif Kuala Tungkal.

1.5 MANFAAtT PENELIiTIAN


Penellitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kesemua pihak yang
terkait sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoritis :
Unttuk menambah wawasan dan pengettahuan yang berkaiitan dengan masallah
kepatuhan dalam penulisan resep oleh dokter di Rumah Sakit KH.Daud Arif Kuala
Tungkal Tahun 2019.
1.5.2 Manfaat Praktis :
1. Untuk Manajemen RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal
Dengan terkumpulnya informasi yang berkaitan dengan kepatuhan tenaga medis
menulis resep berdasarkan standar yang berlaku di RSUD KH Daud arif Kuala
Tungkal, diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan RSUD KH
Daud Arif Kuala Tungkal.
2. Untuk institusi Pendidikan
Memberikan sumbangan kepada pengembangan ilmu, khususnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan pelayanan kefarmasian tentang penulisan resep oleh tenaga
medis.
3. Untuk Peneliti
Untuk memenuhi salah satu persyaratan Progrram Sttudi Admiinistrasi Rumah
Sakit Fakulltas Kesehatan Masyarakatt UI dan merupakan pengalaman yang
berharga bagi peniliti.

1.6 LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di RSUD KH.Daud Arif Kuala Tungkal dan
melibatkan tenaga medis yang melaksanakant tugas di Rumah Sakit KH Daud Arif
Kuala Tungkal,terutama di bagian farmasi, para dokter spesialis dan dokter umum.
Metode pengumpulan data bersumber dari data primer, yang didapatkan dengan
melakukan pengukuran secara langsung dengan menggunakan kusioner kepada
responden datta sekunder, berupa datta penunjjang atau pellengkap yang diiambil dari

Universitas Indonesia
3

laporan atau catatan rekam medis, layanan system pencatatan dan pelaporan rumah
sakit, profil dan laporan tahunan/kinerja rumah sakit.

Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Formularium
Berdasarrkan Perraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang
standarr pellayanan kefarrmasian di Rumah Sakit, ymenyatakan bahwa formulariun
Rumah Sakit merrupakan dafttar obat yang diisepakati staf mediis, disusun oleh
komite/Tim farrmasi dan terapi yang ditetapkan oleh piimpinan rumah sakit.
Forrmularium mengacu pada forrmularium nasional. Playanan kefarrmasian sallah
satuunya yaitu playanan ressep (Depkes RI,2016). Perresepan yang baiik akan
meniingkatkan penggunaan obat secarra rasiional sehiingga pasiien meneriima obat
yang seesuai dengan kebuttuhan kliniisnya, dalam dosiis yang tepat unttuk jangka
wakttu yang cukup dengan biiaya yang rendah (WHO, 2004).
Forrmularium Nasiional merrupakan daftar obat terpiliih yang dibuttuhkan dan
terrsedia di fasiilitas playanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN (Dirjen
Binfar dan Alkes,2014). Obaat yang dibuutuhkan dan tiddak tercaantum di dalam
forrmularium nassional dapat diigunakan deengan perrsetujuan koomite meedik dan
diirektur rumah sakit setempat (Depkes RI, 23)
Mannfaat forrmularium nasional saalah satuunya yaitu untuk pengendaliian
mutu dan untuk mengooptimalkan pelaayanan pada paasien (Kemenkes RI, 2013).
Ketiidakpatuhan terrhadap forrmularium akan mmempengaruhi muttu pelayanan rumah
sakiit terutama pelayanan di iinstalasi rumah sakiit (Krisnadewi et al, 2014)
Keuntungan diberllakukannya sistem forrmularium di Rumah Sakit, antara laiin
membanttu meyakinkan mutu dan kettepatan penggunaan obat didalam rumah sakit.
Keunttungan lainnya sebagai bahan edukasi bagi sttaf tenttang terrapi obat yang tepat,
dan memberri rasio biaya yang tertiinggi ( Siregar, 2004). Mutu dan kuaalitas
pelaayanan jasa darri suatu insstansi dapat diianalisis dengan meenggunakan service
Quality (serqual)
Faktor yang mempengarruhi penuliisan resep oleh doktter ada dua yaitu fakttor
medis yang berrhubungan dengan kondiisi kesehattan dan factor non mediis yang
terrbagi dua lagi yaitu factor kondisi perresepan dan factor indiividu yaitu semua yang
berrhubungan dengan indiividu dokter (WHO, 1988).

Universitas Indonesia
8
9

2.2 Pengertian Standar


Beberapa pengertian mengenai standar adalah :
1. Sttandar adalah suatu pedoman yang harrus diigunakan sebagai pettunjuk
dalam menjallankan pekerjaan secara baik (UU RI No. 23 tahun 1992).
2. Standar adalah suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu
menjadi lebih efektif dan efisien (IDI, 1993).
3. Standar adaalah keadaan iddeal atau tiingkat pencaapaian terrtinggi yang
digunakan sebagai hassil peneerimaan suatu kegiatan/proses ( Clinical
practice guideline, 1990 ).
4. Standar adalah kisaran yaang maasih dapaat diiterima (Clinical Practice
Guideline, 1990).
5. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan dan
mampu dicapai, sesuai dengan parameter yang ditetapkan
( Donabedian,1980).
Dalam hasil penulisan resep, bila dikaitkan dengan pengertian diatas,
standar penulisan resep adalah penulisan resep yang berpedoman kepada
daftar obat generic, daftar obat esensial Nasional, standar diagnose dan
terapi SMF dan Formularium RSUD KH Daud Arif.

2.2.1 Pengukuran Standar


Indikator pengukuran standar pelayanan kesehatan dilakukan pada
kualitas pelayanan kesehatan dan luas cakupannya (Depkes RI, 1996)
Pada tulisan ini penulis membatasi diri dengan pengukuran penulisan resep yang
berpedoman kepada standar pengobatan yang telah disebutkan diatas, hal ini
merupakan langkah awal untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSUD KH
Daud Arif Kuala Tungkal.

2.2.2 Standar penulisan Resep di RSUD KH Daud Arif Kual Tungkal


Sesuai dengan kebijakan dan pereaturan yang berlaku di RSUD KH Daud Arif
Kuala Tungkal, penulisan resep di RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal haruslah
berpedoman kepada 1) obat generik, 2) daftar obat esensial Nasional, 3) standar
diagnosa terapi SMF dan formularium RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal.

1. Obat Generik
Pemerrintah dallam hal ini Kementerian Kesehattan RI telah menetapkan suatu
kebiijakan yang terttuang dalam permenkes No. 085/Menkes/Per/I/1989 tentang
kewajiiban penuliisan resep dan penggunaan obat generic difasiilitas playanan

Universitas Indonesia
10

kesehattan pemerinttah, kemudian diikuti oleh SK Dirjen Yanmed Depkes RI No.


0428/Yanmed/RSKS/SK/1989 tentang petunjuk pelaksanaannya.
Tujuan dari kebiijakan pemerrintah tersebut adalah untuk memperlluas cakupan
playanan kesehatan kepada masyarakat melalui playanan obat yang bermuttu dengan
harga terrjangkau.
Obaat generiik adalah obatt ressmi yang diitetapkan dalam Faarmakope
Indonesia uuntuk zaat berrkhasiat yang diikandungnya. Obat generic adalah obat jadi
yang tidak ada ikatan kepemilikan oleh pabrik manapun sehiingga dallam produksiinya
dapat dillakukan oleh pabrrik manapun juga asalkan memenuhi persyarratan CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik ). Untuk menjamiin mutu dan keamanan obatt
generic, pemeriintah melakukan pengawasan kettat terhadap pemberi izin prroduksi
untuk pabrik-pabrik yang memprroduksi obat generic berlogo , pemantauan juga
dilakukan pada tahapan proses produksi dan stabiliitas obaat, harrga murrah
disebaabkan oleh koomponen biaaya proomosi diitiadakan.
2. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
Daftar obat esensial Nasiional adalah salah satu buku yang memuat daftar obat
paliing dibutuhkan untuk pellaksanaan playanan kesehattan masyarrakat terrbanyak
yang melipati diagnose, profilaksis, terapi dan rehabilitasi.
Penerrapan dafttar obat esensial Nasional dimaksud untuk meniingkatkan ketetapan,
keamanan,kerasionallan penggunaan obat yang sekaliigus meningkattkan daya guna dan
hasiil guna biiaya terrsedia sebagai salah satu langkah untuk memperrluas, memratakan
dan meniingkatkan mutu playanan kesehattan pada masyarrakat. DOEN diisusun
melallui prroses panjang dengan beberrapa tahapan dan beberrapa kali evaluasi,
masukan dari banyak piihak,masukan RS kelas A,B,C,D dan puskesmas, Fakultas
Kedokteran dari beberapa perguruan tinggi, kimia farma, pusat produksi depkes, Puskes
Abri, staf ahli Depkes RI serta tenaga ahli dari WHO. Pertama kali DOEN ditettapkan
dengan SK Menkes RI No. 122.A/Menkes/SK/II/1999 ( Depkes RI,1999). Kriteria
pemilihan obat Esensial Nasional adalah ;
1. Memiiliki tingkat manfaatt-resiko yang paliing mengunttungkan penderita.
2. Mutu terrjamin, terrmasuk stabilitas dan biovailibilitas.
3. Praktis dalam penyiimpanan dan pengangkuttan.
4. Praktiis dalam penggunaan penyerrahan yang disesuaiikan dengan tenaga, sarrana
dan fasiliitas kesehattan.
5. Mengunttungkan dalam hal kepattuhan dan peneriimaan oleh penderita.

Universitas Indonesia
11

6. Memilliki tingkat manfaat-biiaya yang terttinggi berdasarrkan biiaya llangsung dan


tidak langsung
7. Bila terrdapat lebih dari satu piilihan yang memiiliki efek terrapi serupa,piliihan
dijattuhkan pada ;
a. obat yang sifattnya paliing banyak dikettahui berdasarrkan data illmiah.
b. Obat dengan sifat farmakokinettik yang dikettahui paliing mengunttungkan.
c. Obat yang stabiilitasnya lebih baik.
d. Obat yang mudah diperroleh
8. Obat jadi kombiinasi tetap,harrus memnuhi kriiteria sebai berikut ;
a. Obat hanya bermanfaatt bagi penderrita dalam benttuk kombiinasi tettap.
b. Kombiinasi tettap harus menunjukan khaseat dan keamanan yang lebih
tiinggi dariipada masing-masing komponen.
c. Perbandiingan dosis komponen kombiinasi tetap merrupakan perrbandingan
yang tettap untuk sebagiian besar penderrita yang memerrlukan kombiinasi
tersebut;
d. Kombiinasi tetap harus meniingkatkan rasiio manfaat biiaya.
e. Untuk antibiotik harus dapat mencegah atau mengurangi terjadiinya
resitensi.

3. Standar diagnosa dan Terapi SMF serta Formularium RS


Sttandar diagnosa dan terrapi adalah suatu pedoman pengobattan yang diigunakan
oleh doktter dallam mellaksanakan diagnosa,terrapi yang disusun sesuaii dengan kasus-
kasus yang diijumpai. Prroses penyusunan mengiikutkan semua dokter yang prakttek
sesuai dengan SMF (Standar Medis Fungsional) yang menyusunnya, dibantu oleh
panitia farmasi dan terapi.
Sttandar diiagnosa dan terrapi memuat inforrmasi tenttang kasus-kasus, etiologic,
patofisiologi, gejala klinis, diagnose, penataalaksanaan, dan laainnya yang
berrhubungan dengan peenyakit dan terapinya.
Forrmularium Rumah Sakit adalah suatu buku yang memuatt dafttar obat yang
diigunakan di Rumah Sakit beserrta informasiinya, disusun oleh Panitia Farmasi dan
Terapi berdasarkan;
1. Daftar obat Esensial Nasional, dan
2. Masukan dari SMF berupa standar diagnosa dan terapi
Forrmularium Rumah Sakit meerupakan alaat manaajemen yaang digunakan
daalam pengeloolaan dan peenggunaan obat. Salah satu tujuan penyusuunan
Formularrium adalah perampiingan jumllah macam obat,sehiingga dapat dihiindari
terjadiinya dupliikasi obat,menjamin khasiat obat,serta terjadi cost containment dengan
mengutamakan kepentingan pasien (Guerrero & Nelf, 1995).

Universitas Indonesia
12

Formularium RSUD KH Daud arif saat ini yang berlaku adalah Formularium
tahun 2018 yang ditetapkan dengan SK Direktur RSUD KH Daud Arif Nomor
238/SK/DIR/I/2018, disusun berdasrkan obat generic, ditambah dengan jenis obat yang
sangat dibutuhkan sesuai dengan kasus-kasus penyakit yang dijumpai diwilayah
sumatera selatan. Obat dengan nama dagang (brand name) paling banyak 4 macam
diluar generic.
Panitia Farmasi dan terapi adalah panitia yang dibentuk dengan SK Direktur
Rumah Sakit, yang beraggotakan dokter yang merupakan wakil-wakil dari SMF yang
ditunjuk oleh ketua SMF yang bersangkutan, Farmakolog, Mikrobilog, Farmasis dan
perawat yang berfuungsi meembantu direktur Rumah Sakit untuk meenentukan
kebijakan peenggunaan obaat dan peengobatan, antara lain menyusun Formularium RS,
memfasilitasi penyusunan Standar diagnosa dan terapi, melakukan pemantauan
penggunaan obat di Rumah Sakit.
Tugas panitia Farmasi dan terapi sesuai dengan Surat Keputusan Direktur RSUD
KH Daud Arif Kuala Tungkal tahun 2018 adalah ;
1. Meembantu piimpinan rumah sakit melalui koomite medik untuk
meninggkatkan peengelolaan dan peenggunaan obat seecara raasional.
2. Meenyusun Foormularium rumah sakit dan tatalaksana peenggunaannya di
ruumah sakit
3. Meembantu komiite medik dalam menyuusun Standard Operating
Prosedur dan peedoman diagnose dan teerapi yang diiajukan oleh staff
meddik funngsional (SMF).
4. Memaantau serta meenganalisa keerasionalan pennggunaan obat dirumah
sakit.
5. Meelakukan Anaalisa efektifitas dan efisiensi peenggunaan obat ruumah
sakit.
6. Reviisi forrmularium rumah sakit sessuai dengan kemaajuan ilmu
keedokteran.
7. Mengkkoordinir peelaksanaan uji klinik obat.
8. Mengkkoordinir peemantauan efek saamping obat.
9. Memberiikan masukkan berupa saaran dalam peerencanaan, peengadaan
obat di Guudang Farmasi Kesehatan(GFK)
10. Membantu puskesmas dalam hal penggunaan obat secara rasional.

2.3 Perilaku
Reaksi dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan, dengan demikian dari sudut pandang biologis semua

Universitas Indonesia
13

makhluk hidup baik tumbuhan, hewan ataupun manusia mempunyai perilaku.Perilaku-


perilaku pada manusia hakikatnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri
(Notoatmojo, 1990).
Perilaku manusia dipengaruhi oleh factor genetic ( Keturunan) dan factor
lingkungan. Factor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan
perilaku berikutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau media untuk
perkembangan perilaku (Suwono, 1993).
Perilaku dibagi menjadi 3 domain, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor (Notoatmodjo, 1990).Perilaku kesehatan menyangkut perilaku semua
lapisan masyarakat, karena kesehatan adalah tanggung jawab Bersama, baik konsumen,
pemberi pelayanan kesehatan maupun pemerintah.Perubahan perilaku dipengaruhi oleh
berbagai Aspek-aspek individu merupakan dasar yang mempengaruhi perilaku seperti
persepsi, motivasi dan emosi (Sarwono, 1993).

2.3.2 Faktor Penentu prilaku


Faktor-faktor prilaku atau determinan perilaku sulit dibatasi karena perilaku
merupakan resultante berbagai factor, baik internal maupun eksternal dari individu.Pada
dasarnya perilaku manusia dibagi menjadi 3 aspek yaitu aspek fisik, aspek psikologis
dan aspek social.Ketiga aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas untuk
mempengaruhi perilaku manusia.Perilaku merupakan refleksi berbagai kejiwaan seperti
pengetahuan keinginan, kehendak, minat motivasi, persepsi sikap dan nilai (Sarwono,
1993).
Prilaku seseorang pekerja sangat komplek, dipengaruhi oleh berbagai variable
yaitu factor individu dan factor lingkungan, seperti diagram dari Gibson, et al, (1996)
berikut ;
Gambar 1 : Kerangka Individu dari Gibson, et al (1996) :

Universitas Indonesia
14

Lingkungan Individu Perilaku Hasil


- Kemampuan + - pemecahan -Prestasi
- Jk Panjang
 Kerja keterampilan masalah
- Jk pendek
 Desain pekerja - Latar belakang - proses berpikir
-Pengembangan
 Struktur - komunikasi
keluarga
- berbicara pribadi
organisasi - Kepribadian
- mendenagar -Hubungan dengan
 Kebijakan/aturan - Persepsi
 Kepemimpinan - observasi pihak lain
- Sikap
 Penghargaan dan - pergerakan
- Ciri (atribusi) (kepatuhan dll)
sangsi - Umur -keputusan
 Sumber daya - Ras
 Non kerja - Jenis kelamin
 Keluarga - Pengalaman
 Ekonomi
 Hobi/kesenangan

Universitas Indonesia
15

Secara rinci masing-masing penentu perilaku dapat diuraikan sebagai berikut ;


1. Karakteristik pribadi
Karaktersitik pribadi dipengaruhi oleh (ilyas, 2001);
a. Jenis kelamin ; dokter wanita lebih sedikit praktek dan kontak
langsung dengan pasien dibandingkan Dengan dokter pria, tetapi
secara total produktivitas dokter wanita lebih banyak dibandingkan
Degnan dokter pria.
b. Umur ; orang yang lebih tua lebih banyak memberikan nasehat dan
konsultasi, sedangkan yang lebih muda lebih banyak mencarai
masasalah.
c. Gaya komunikasi ; orang yang ekstrovertlebih membuka diri
dibandingkan orang yang introvert.
2. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan untuk meningkatkan upaya dalam
mencapai tujuan individu, para agli menghubungkan motivasi dengan
teori-teori, yaitu teori hirarki kebutuhan (maslow), teori X dan Y (Mc
Gregor), teroi Motivasi Higiene (Herzberg), teori evaluatif kognitif, teori
penguat, teori keadilan dan teori pengharapan (Vroom). Setiap teori
mempunyai kelebihan dan kekurangan bila diterapkan untuk satu objek.
Bila dikaitkan dengan penulisan penggunaan obat, tenaga medis akan
termotivasi untuk berhati-hati dalam penggunaa obat sesuai standar obat
yang ada, bila diyakini bahwa obat-obat yang ada dalam standar dapat
memberikan hasil yang baik dalam penyembuhan pasien.
Ada beberapa factor pimpinan yang berpengaruh terhadap motivasi
seperti;
a. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan, termasuk penggunaan
standar obat dirumah sakit.
b. Persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh petugas.
c. Tersedianya sarana dan prasarana termasuk keadaan tempat para staf
bekerja.
d. Gaya kepemimpinan termasuk perilaku pimpinan terhadap bawahan.
e. Kemampuan kerja .

Universitas Indonesia
16

f. Semangat atau moral kerja,


g. Rasa kebersamaan dalam kelompok.
Pengaruh lingkungan dirumah sakit pada penggunaan obat adalah suatu
factor Pendidikan, kepemimpinan, panitia farmasi dan terapi, serta komite
medis, juga pengaruh kontak langsung antara wakil (detailman) Degan
dokter
3. Ability (kemampuan dan keterampilan)
Makin tinggi keterampilan dan kemampuan seseorang, akan makin mudah
orang tersebut melakukan pemahaman terhadap suatu masalah, khususnya
terhadap pemahaman standar obat. Kemampuan dan keterampilan sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan, kesiapan mental, fisik, kecakapan,
interpersonal dan tehnis.
4. Persepsi
Merupakan proses suatu individu mengorganisasi dan menafsirkan kesan-
kesan indera agar memberikan makna bagi lingkungannya.
Persepsi individu sangat penting dalam organisasi , karena perilaku
kelompok didasarkan pada persepsi mereka mengenai realitasnya.
5. Sikap
Pernyataan atau pertimbangan evaluative mengenai objek, orang atau
peristiwa.Sikap dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon
secara positif atau negative terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Ada
tiga komponen sikap yaitu yang mengandung suatu penilaian emosi/afeksi
(senang, benci, sedih dan lain-lain) komponen kognisi (pengetahuan
tentang suatu objek), seta komponen konasi(kecendrungan bertindak).

2.4. Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1999) mengatakan bahwa kepatuhan adalah ketaatan melakukan suatu
yang dianjurkan.
Kepatuhan adalah taat atau tidak taat pada perintah,aturan dan disiplin. Perubahan sikap
suatu individu dimulai dari tahap kepatuhan,identifikasi,kemudian internalitas

Universitas Indonesia
17

(Sarwono, 1993). Pada dasarnya kepatuhan diibaratkan keingin memperoleh imbalan,


karena mengikuti idolanya/pimpinannya, karena kelompoknya.
Dalam perencanaan Pendidikan kesehatan,kepatuhan adalah ketaatan terhadap
suatu aturan pengobatan atau upaya pencegahan yang ditentukan. Sedangkan tingkat
kepatuhan adalh besar kecilnya penyimpngan pelaksanaan pelayanan dibandingkan
dengan standar pelayanan yang ditetapkan ( Depkes RI, 1997).
Kepatuhan adalah perilaku yang taat pada standar obat dalam penulisan resep,
karena telah memahami makna dan mengetahui pentingnya tindakan tersebut, shingga
didapatkan pengobatan yang efektif, aman, rasional dan tejangkau (murah).

2.4.1 Faktor penentu Kepatuhan


Hal yang mempengaruhi kepatuhan adalah faktor internal dan eksternal individu.
Faktor internal adalah kemampuan, keterampilan, lama kerja, tingkat social, umur, jenis
kelamin, sikap dan motivasi, sedangkan factor eksternal adalah sarana prasana,
kepemimpinan, imbalan, system Pendidikan, panitia farmasi dan terapi, kontak dengan
wakil pabrik obat.

2.4.2. Pengukuran Kepatuhan


Pengukuran kepatuhan sangat komplek, yaitu pengukuran kepatuhan mulai dari
apakah individu berada pada tahap hanya patuh sementara karena
pemimpinnya(gurunya), atau memang benar-benar telah memahami dan mengetahui
pentingnya suatu tindakan (Sarwono, 1993).
Bila dikaitkan dengan kepatuhan tenaga medis dalam penggunaan obat
berdasarkan standar pengobatan, seberapa jauh harapan tenaga medis akan mendapatkan
pengharagaan atau perhatian pemimpinnya, dan seberapa jauh tenaga medis memhami
betapa pentingnya penggunaan obat berdasarkan standar obat, karena hal ini sangat
berhubungan dengan penggunaan obat yang efektif, aman, rasional dan dapat
memperluas serta menjaga kelangsungan pengobatan dengan mendapatkan obat yang
murah.

Universitas Indonesia
18

2.5. Kualitas dan Mutu


2.5.1 Pengertian Kualitas
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk,jasa,manusia,proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kualitas pelayanan kesehatan agak berbeda dengan dengan kualitas jasa lainnya. Hal ini
disebabkan karena dalam playanan kesehatan umunya pasientidak mengetahui eujud
dari jasa yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan (KARS UI, 2001).
Mutu playanan kesehattan adalah penampiilan yang panttas atau sesuai (yang
berrhubungan dengan sttandar-standar) dari suatu interrvensi yang dikettahui aman,
yang dapat memberiikan hasil kepada masyarrakat yang bersangkuttan dan yang tellah
mempunyaii kemampuan untuk menghasiilkan dampak pada kematiian, kesakiitan,
ketidak mampuan dan kekurangan gizi (Roemer dan Aquilar, WHO,1988).

2.5.2 Faktor penentu Kualitas


Pada hakikatnya pelayanan kesehatan dilihat dari penampilan (performance)
pelayanan kesehatan. Factor yang mempengaruhi kualitas pelyanan kesehatan (output)
adalah mulai dari input, proses, dan lingkungan pelayanan kesehatan, seperti kebijakan
organisasi, manajemen dan factor lainnya. (KARS UI, 2001).

2.5.3 Kualitas penggunaan Obat


Penggunaan obat berdasarkan standar obat yang berlaku di RSUD KH Daud Arif
Kuala Tungkal sebagai fakttor penentu kualiitas playanan kesehatan di pengaruhi oleh
input, proses dan lingkungan antara sebagai berikut ;
a. Faktor input
Jenis obat yang bermutu serta tenaga medis yang bermutu.Obat dikatakan
bermutu bila penggunaan obat memenuhi perrsyaratan EARMU (Efektif, Aman,
Rasional dan Murah).
b. Faktor proses
Factor proses dalam hal ini adalah proses yang dilakukan oleh dokter dalam
melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan dikatakan rasional apabila
penetapan pilihan obat memnuhi 4T dan 1W,yaitu Tepat Indikasi,tepat jenis
obat,tepat dosis obat dan Tepat pasien serta waspada terhadap efek samping

Universitas Indonesia
19

obat (Karijadi, 1990). Apabila pengobatan dilakukan secara rasional,makan mutu


pengobatan akan menjadi lebih baik dan pembiayaan obat secara total akan
menjadi rendah.

c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas pemilihan obat oleh tenaga
medis adalah factor internal rumah sakit berupa pengaruh kepemimpinan, serta
pengaruh pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan standar obat. Factor
internal sakit ini dapat dilihat dari peran panitia Farmasi dan terapi, peran
Komite Medik, peran Manajemen Rumah Sakit, ataupun peran dokter -dokter
senior sebagai panutan ataupun dalam melaksanakan pengendalian dan
pengawasan serta pembinaan terhadap dokter-dokter dalam memilih obat
berdasarkan standar obat yang berlaku di Rumah Sakit.

Universitas Indonesia
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1. Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah K.H. Daud Arif Kuala Tungkal adalah Rumah Sakit
Umum Daerah Tingkat II Kabupaten Tanjung Jabung Tipe D yang dibangun tahun 1984.
Pada tahun 1996 terjadi penngkatan Kelas Rumah Sakit dari Tipe D menjadi Tipe C,
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 549/MENKES/SK/VI/96
tanggal 5 Juni 1996, dengan jumlah tmpat tidur sebanyak 50 Tempat Tidur.
Pada tahun 1999, Rumah Sakit Umum Daerah Tingkat II Kabupaten Tanjung
Jabung berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah K.H. Daud Arif Kuala
Tungkal sesuai Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 6
Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Rumah Sakit Daerah dan yang terakhir diubah
dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 15 tahun
2008 tentang Susunnan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Sesuai Perda Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 15 tahun 2008 tersebut
dinyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah K.H. Daud Arif Kuala Tungkal
mempunyai tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
RSUD KH. Daud Arif Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditetapkan menjadi
Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanjung
Jabung Barat Nomor 445/614/RSDU/2016 tanggal 5 Agustus 2016 dan mulai berlaku
sejak tanggal 1 Januari 2017.

3.2. Visi, Misi, Motto


3.2.1. Visi
Visi Rumah Sakit adalah“ Terwujudnya Rumah Sakit Pilihan dan
KepercayaanKepercayaan Masyarakat “.Visi tersebut adalah pandangan jauh ke

20 Universitas Indonesia
22

depan(cita-cita) yang rasional untuk dicapai agar keberadaan RSUD K.H. Daud Arif
Kabupaten TanjungJabung Barat semakin maju dan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang diinginkan masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

3.2.2. Misi
Misi Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan yang berrmutu prima dan memuaskanMemberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar dan menyenangkan dengan senyum, sapa dan
salam (3S) berdasarkan hati nurani secara efektif dan efesien yang didukung oleh tenaga
profesional.

2. Meningkatkan standar mutu pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis


Pengembangan pusat diagnostik, general medical check up, MRI, Multi Slice CT-
Scan, serta pengembangan kesehatan jantung, peningkatan kapasitas hemodialisis dan
pendayagunaan fasilitas parkir.

3. Meningkatkan kompetensi tenaga medis dan non medis


Memberikan kontribusi nyata untuk peningkatan kompetnsi Sumber Daya
Manusia Rumah Sakit.

4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasana pelayanan kesehatan


Menyediakan tempat dan lingkungan yang aman dan nyaman sesuai standar
sarana dan prasarana fisik untuk peningkatan pelayanan service yang dapat
menyenangkan pelanggan.

3.2.3. Motto
Moto RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal adalah “Utamakan pelayanan
kesehatan”.

3.3. Struktur dan Ketenagaan


3.3.1. Struktur Organisasi
Struktur Oranisasi Rumah sakit sesuai dengan Peraturan Bupati (Perbup)
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit dan ditetapkannya

20 Universitas Indonesia
22

Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat nomor 445/614/RSUD/2016
tanggal 5 Agustus 2016. Susunan Struktur organisasi sebagai berikut :
1. Direktur
2. Bagian Umum terdiri dari :
a. Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian
b. Sub. Bag. Keuangan
c. Sub. Bag. Logistik dan Tata Laksana Rumah Tangga
3. Bidang Pelayanan terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan
b. Seksi Penunjang
4. Bidang Keperawatan terdiri dari :
a. Seksi. Etika dan Mutu Keperawatan
b. Seksi Asuhan Keperawatan
5. Bidang Bina Program terdiri dari :
a. Seksi Perencanaan dan Evaluasi
b. Seksi Pendidikan Latihan dan Medical Record

3.3.2. Ketenagaan
Tenaga Spesialis Dasar dan Dokter Spesialis Penunjang yang ada sampai tahun
2017 mempunyai tenaga medis sebagai berikut :
1. Dokter Umum dan dokter gigi :
1) Dokter umum : 6 Orang
2) Dokter gigi : 3 Orang
2. Dokter Spesialis :
1) Dokter Spesialis Bedah : 2 Orang
2) Dokter Spesialis Obgyn :1 Orang
3) Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 1Orang
4) Dokter Spesialis Penyakit Anak : 1 orang
5) Dokter Spesialis Mata : 2 orang
6) Dokter Spesialis Anestesi : 1 orang
7) Dokter Spesialis THT : 1 Orang ( Kunjungan )
8) Dokter Spesialis Jiwa : 1 Orang ( Kunjungan )
9) Dokter Spesialis Radiologi : 1 Orang ( Kunjungan )
10) Dokter Spesialis Syaraf : 1 Orang ( Kunjungan )
3. Tenaga Paramedis dan non paramedic : ( PNS )
1) Perawat : 48 Orang
2) Perawat Anestesi/Penata :1 Orang
3) Bidan : 9Orang
4) Analis Labor : 7 Orang
3.4. Fasilitas dan Layanan RS
3.4.1. Fasilitas
Fasilitas yang ada adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas Sarana ( Gedung Pelayanan dan Gedung Rumah Dinas ).
2. Fasilitas Prasarana

20 Universitas Indonesia
22

1). Alat Transportasi ( Ambulance Transport, Ambulance Jenazah,


Kendaraan Operasional )
2). Alat Penerangan ( PLN dan Generatot )

20 Universitas Indonesia
24

3). Alat Komunikasi ( Telepon, Faximile, Jaringan Internet )


4). Penyedian Air Bersih (Sumur Bor Dalan, Penampungan air Hujan)
3. Fasilitas Alat Kesehatan
4. Fasilitas lainnya ( Lapangan Parkir, Ruang Tunggu, Kantin, Musholla)
3.4.2. Layanan Rumah Sakit
Jenis Pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Daud Kabupten
Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Gawat Darurat ( IGD ).
Installasi Gawat Darrurat adalah unit pelayanan dirumah sakit yang
memberiikan pelayanan pertama pada pasiien dengan anccaman kematian dan
kecacattan secara terpadu dengan meliibatkan berbagai multi disiiplin. Playanan
Gawar Darurat dilaksanakan 24 jam.
2. Pelayanan Poliklinik
Pelayanan poliklinik adalah pelaayanan terrhadap orrang yang masuk rumah
sakit,untuk keperrluaan observasi diagnosis,pengobattan,rehabiilitasi medik dan
pellayanan kesehattan laiinya tanpa tiinggal diruang rawat inap
3. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap adalah tindakan kepada pasien untuk diobservasi,
diagnosis, pengobattan, rehabiilitasi medik dan atau upaya playanan kesehattan lainnya
dengan menginap di rumah sakit.
4. Penunjang Medis
Penunjang Medik adalah playanan kepada pasien untuk membanttu penegakan
diagnosiis dan terrapi.
5. Pelayanan Penunjang Non Medis
Pelayanan Penunjang Non Medik adalah tindakan kepada pasien di Rumah Sakit
yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik.
6. Pelayanan Lainnya
(Perkantoran, Keuangan, Pelayanan BPJS, dll )
3.5. Kinerja RS
Kinerja berdasarkan pengelompokkan perspektif model BSC, dapat disajikan
sebagai berikut :

3.5.1. Perspektif Pelanggan


indkator-indikator yang dapat menunnjukkan perilaku pelanggan, yaitu :
1. Cakupan Kunjungan Pasien
24

(1) Indikator untuk mengukur minat ”pasien baru” mengunakan jasa layanan yang
disediakan.
(2) Indikator untuk mengukur kemampuan rumah sakit mempertahankan pasien
lama untuk menggunakan jasa layanan yang disediakan.

2. Indeks Kepuasan Pasien


Indeks kepuasan pasien merupakan salah satu untuk mengkur tingkat kepuasan
penguna jasa layanan kesehatan. Indeks kepuasan pasien adalah angka yang dihasilkan
dari pelaksanaan survey kepuasan pasien.
Sskala untuk jawaban survey adalah 1 – 5, dengan pengertian sebagai berikut:
1. = Sangat kurang puas
2. = Kurang Puas
3. = Cukup puas
4. = Puas
5. = Sangat Puas

3.5.2. Perspektif Proses Bisnis Internal


Kiinerja Playanan rumah sakit juga dapat diukur dari aspek teknis yang
diharapkan untuk pencapaian tujuan (goal) pelayaanan mediis,yang meliiputi kualitas
fisik (quality of place) maupun mutu pelayanan (quality of services), yang meliputi
indikator-indikator sebagai berikut :

1. Quality of Place
Terdapat tiga indiikator yang menggmbarkan secara agregat kualitas fisik
layanan Rumah Sakit yaitu :
(1). Bed Occupation Ratio (BOR),
Indikator ini untuk menugukur tinggi rendahnya pemanfatan tempat tidur.
(2). Turn Over Interval (TOI),
Indikator ini untuk mengukur rata-rata hari tmpat tidur tidak ditempati saat ke saat
sampai tersi berikutnya.
2. Quality of Services
Kualitas Layaanan Rumah Sakit dapat diwakili dari 4 indiikator mutu sebagai
berikut :
(1) Angka kematian kasar (Gross Death Rate/GDR),
digunnakan untuk menilai angka kemattian di bawah 48 jam stelah dirawat untuk
setiap 100 penderita keluar.
(2) Angka kematian bersih (Net Death Rate/NDR),
digunakan untuk menilai angka kematian di atas 48 jam setelah dirawat untuk
setiap 100 pennderita keluar.

3.5.3. Perspektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran


24

Dlam pencapaiian mutu layananan pada perrspektif prroses biisnis internal,


diibutuhkan upaya manajemen dalam penyediaan sumber daya pelayanan baik dari
aspek sumber daya mnusia, infrastrruktur dan sistem dan prosedur. Dalam perrspektif
ini terdapat empat aspek yang dinilai, yaitu:
1. Komitmen SDM
Komitmen SDM dibutuhkan untuk mengukur seberrapa jauh pettugas playanan
memanfaatkan sumberrdaya yang ada untuk playanan klinik kedoktteran mlaluii
aktivitas-aktivitas sbagai berikut:
(1) Diagnosa: aktivitas petugas dalam menegakkan diagnosa didukung dengan
pemanfaattan perallatan, ruangan dan tenaga penunjang Mediis yang dimiiliki
Rumah Sakit. Pemanfaattan penunjang diagnosa meliiputi Laborratorium dan
Radiologi.
(2) Tindakan: merupakan aktiivitas tiindakan mediis berupa pemanfaattan ruangan
rawatt inap dan Ruangan Operrasi Rumah Sakit oleh pettugas playanan atas hasil
diagnosis dari poliklinik dan Unit Gawat Darurat.
(3) Terapi: adalah aktivitas terrapi medis beerupa pemanfaatn Sumberrdaya Farrmasi
dan Rehabilittasi Medis yang dimiliki oleh Rumah Sakit,pettugas pelaayanan atas
hasiil diagnosiis dari Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat dan Rawat Inap.

2. Pengembangan dan Pemeliharaan Infrastruktur


Unsurr pengukurran kineja pada perspektif perrtumbuhan dan pembellajaran
lainya adalah konidisi infrrastruktur. Dalam meniilai kondiisi infrrastruktur digunnakan
2 indikator yaitu : Peralatan Medis dan Gdung Pelayanan.
(1) Perralatan Medis: Pengembangan dan pmeliharaan infrasttruktur perralatan
medis dapat diidenttifikasi dari kelngkapan alat,
(2) Gedung Playanan: Adapun pengmbangan infrasttruktur yang berrhubungan
dengan teempat playanan dapat diindikasiikan dari kecukkupan luas ruangan
playanan berdasarrkan standar master plan rumah sakit

3.5.4. Perspektif Keuangan


1. Sales Growth Rate (SGR)
Indiikator ini digunakan untuk mengkur kemaampuan Rumah sakit menggalli
potensi pendapattan fungsiional dari jasa llayanan kesehattan.
2. Cost Recovery Ratio (CRR)
Indikator ini diigunakan untuk mengukurr sampai sejauh mana kontiribusi
pendapattan fungsional Rumah sakit terrhadap Bellanja Operasi.
24

3.6. Tren Capaian Layanan Rumah Sakit 3 Tahun Terakhir


Capaian layanan Rumah Sakit Umum Daerah KH. Daud Arif Kuala Tungkal
Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan 3 tahun terakhir (2015-2017) sebagai
berikut:

Tabel 3.6. Capaian Indikator Pelayanan


RSUD KH.Daud Arif Kuala Tungkal Tahun 2015 s/d 2017
Tahun
Indikator Pelayanan
2015 2016 2017
Kunjungan Rawat Jalan 21397 26726 30859
Kunjungan Rawat Inap 5287 5405 5804
Kunjungan Instalasi Gawat
8655 8118 7072
Darurat
Kunjungan Kamar Operasi 992 1141 1285
BOR 44,35% 40,75% 40,08%
TOI 3,17% 3,91% 3,95%
GDR 3,93% 4,30% 3,70%
NDR 1,55% 1,40% 1,30%
Angkat Kematian Bayi
36 39 29
(AKB)
Angka Kematian Ibu 0,54% 0,45% 0,00%
Penderita mati < 48 jam 208 153 142
Penderita mati > 48 jam 82 80 77
Sumber : Profil RSUD KH. Daud Arif 2017

3.7. Tata Laksana Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/659/2017
Tentang Formularium Nasional dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu
24

pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu,
dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup yang disusun daftar obat dalam
bentuk Formularium Nasional.
Implementasi dari SK Menteri Kesehatan tersebut ditindaklanjuti dengan
menerbitkan Surat Keputusan Direktur Nomor 238/SK/DIR/I/2018 Tentang Penetapan
Formularium Rumah Sakit Umum Daerah KH. Daud Arif sebagai upaya peningkatan
mutu pelayanan dan pengendalian obat-obatan di lingkungan RSUD KH. Daud Arif.
Penyusunan Formularium Obat Rumah Sakit
meliputi Obat dan Bahan Habis Pakai, serta alat-alat kesehatan. Dalam pelaksanaan
penyusunan dan evaluasi monitoring obat-obatan rumah sakit dilakukan oleh panitia
farmasi dan Alat kesehatan rumah sakit, Salah satu tugasnya menyusuun forrmularium
yang menjadi dasarr dalam pengunaan obat-obatan dan kebutuhan alat kesehatan di
rumah sakit.
Tabel 3.7. Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi
RSUD KH.Daud Arif Kuala Tungkal
No Indikator Kinerja Target SPM Target IKK Realisasi Keterangan
Capaian
Tahun 2018
1 Waktu Tunggu ≤ 30 Menit ≤ 10 menit 13 menit Tercapai
Pelayanan Obat JAdi
2 Waktu tunggu ≤ 60 Menit ≤ 60 Menit 45 menit Tercapai
Pelayanan obat
racikan
3 Tidak adanya 100 % 100% 99,90 Belum
kesalahan pemberian tercapai
obat
4 Penulisan resep 100% 100% 94,5% Belum
sesuai formularium tercapai
5 Kepuasan Pelanggan ≥ 80% ≥ 80% 79.60 Belum
tercapai
Sumber data : Laporan Monitoring dan evaluasi tahun 2018
24

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan dalam penulisan resep sesuai
formularium belum memenuhi standar pelayanan minimal.
BAB IV
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
4.1. Kerangka Konsep
Kerngka konseptual pnelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat
kepatuhan tenaga medis dalam pelaksanaan standard formularium obat nasional di
RSUD KH. Daud Arif Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tenaga medis di RSUD K.H. Daud


Airf Kuala Tungkal :
1. Pengetahuan tenaga medis Kepatuhan tenaga medis dalam

(dr/drg) penggunaan obat sesuai

2. Sikap tenaga medis (dr/drg) formularium obat nasional

3. Keyakinan tenaga medis (dr/drg)


4. Ketersediaan obat

4.2. Definisi Operasional


Definisi operasional dalam rancangan penelitian ini dapat disajikan secara mendetail
sbb :
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Skoring
Pengetahuan Sesuatu yang dimiliki Kuesioner ordinal 1. Baik : 76-100%
2. Sedang :60 –
tenaga medis oleh tenaga medis dalam
75%
mendefiniskan tentang
3. Kurang : kurang
penggunaan obat sesuai
dari 60%
formularium nasional
Sikap tenaga Pandangan tenaga medis Kuesioner ordinal 1. Positif jika 75%
medis tentang formularium ke atas
2. Negatif jika
nasional
kurang dari 75%
Keyakinan Pandangan terhadap Kuesioner ordinal 1. Positif jika 75%
tenaga medis obyke dari tenaga medis ke atas
2. Negatif jika
tentang standar
kurang dari 75%
formularium obat

30 Universitas Indonesia
nasional
Ketersediaan Jumlah dan jenis obat Kuesioner ordinal 1. Tersedia , jika
obat yang disediakan di pasien mendapat
masing-masing poli layanan yang
dalam jumlah yang cukup
cukup berdasarkan jumlahnya
2. Tidak Tersedia,
jumlah pasien yang
jika pasein tidak
ditangani setiap periode
mendapat obat
waktu tertentu
alam jumlah
yang cukup

Pemilihan variabel-variabel di atas sebagai variabel bebas penelitian didasarri oleh


sittuasi manajerial yaitu berkaitan dengan keputusan individu untuk menulisan resep
sebagai faktor internal yang terdiri dari variabel pengetahuan, keyakinan, dan sikap
serta faktor manajerrial yang mengendalikan individu sebagai faktor eksternal yang
terdiri dari informasi, penghargaan, dan sanksi yang berpengaruh terhadap kinerja
individu dalam organisasi sebagai hasil dari perilaku.

30 Universitas Indonesia
BAB V
METODE PENELITIAN

5.1. Disain Penelitian


Disain penelitian ini termasuk dalaam penelitian kuantitatif dengan rancangan
pendeekatan bellah lintang (cross sectional), dimana idependent variable dan idependent
variable dikumpulkan pada waktu yang bersramaan. Penelitiian ini diimaksud untuk
mengetauhui tingkat kepatuhan tenaga medis dalam penggunaan obat sesuai dengan
formularium Nasional

5.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi di Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal yang direncanakan
dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2019

5.3. Populasi / Sampel / Informan


5.3.1. Populasi
Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah semua tenaga medis
(dokter) yang melaksanakan tugas di Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal
sebanyak 23 orang.
5.3.2. Sampel
Sedangkan sampel yang memenuhi syarat dalam penelitian ini adalah semua
tenaga medis (dokter) yang melaksanakan tugas dengan besar sampel dengan
menggunakan total sampling yaitu 23 orang .
5.3.2.1 Kriteria Sampel : Inklusi ekslusi
Kriteria sampel yang akan memenuhi syarat adalah :
a. Tenaga Medis baik dokter dan dokter gigi
b. Tercatat sebagai tenaga Rumah Sakit K H Daud Arif Kuala Tungkal
c. Bertugas langsung di Unit Layanan Rumah Sakit K H Daud Arif Kuala
Tungkal.
d. Bisa bekerja sama dan koordinasi secara aktif.

32 Universitas Indonesia
33

5.3.3. Kriteria Informan


Kasi Penunjang Medik Dan Kepala Instalasi

5.4. Pengumpulan Data


5.4.1. Jenis Data
Data yang digunakan berasal dari :
a. Data Primer.
Data primer di dapatkan dengan melakukan pengukuran secara langsung dengan
menggunakan kuesioner kepada responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang atau pelengkap yang diambil dari laporan
atau catatan laporan rekam medis layanan, sistem pencatatan dan pelopran rumah sakit,
profil dan laporan tahunan / kinerja rumah sakit
5.4.2. Metode Pengumpulan Data
Mettode yang diigunakan dalam peneliitian ini adalah :
a. Wawancara
b. Kuesioner
c. Observasi
5.4.3. Instrumen Penelitian
Sedangkan instrumen dalaam penelitian ini adalah :
a. Panduan Wawancara Mendalam (Indept Interview)
b. Lembar Kuesioner
c. Lembar Ceklist
5.4.4. Petugas Pengumpul Data dan Pelatihannya
Untuk mendukung terlaksana kualitas penelitian ini, akan dibantu tim
enumerator yang memenuhi kriteria, yang sebelumnya dilakukan Training/pelatihan /
penyamaan persepsi, yaitu :
a. Tenaga Sarjana Farmasi/ Diploma Farmasi/ Sarjana Kesehatan Lainnya
b. Bertugas sebagai Staf Rumah Sakit K H Daud Arif Kuala Tungkal
c. Memahami proses tata laksana di bidang Farmasi
d. Mempunyai Loyalitas atau kinerja yang baik

Universitas Indonesia
34

5.4.5. Uji Validitas, Reabilitas, dan Triangulasi Data


Suatu kuesiioner dikattakan valid jika pertannyaan pada kuesioner mampu
unttuk mengungkaapkan sesuattu yang akan diiukur oleh kuesioner tersebut, dan
dilakukan dengan menggunakan uji validitas. Pengukuran tingkat validitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan
dengan total score kontrruk atau variabel. Dalam hal ini melakukan korelasi masing –
masing score pertanyaan dengan total score
Uji signiifikansi dilakukan dengan membanndingkann nilai r hitung dengan nilai
r tabel untuk degree of freedom (df) = n – k dalam hal ini n adalah jumlah konstruk. Jika
r hitung (untuk tiap r butir dapat dilihat pada kolom Correcteditem– Total Correlation
lebih besar dari r tabel dan nilai r positif), maka butiir atau pertanyaan tersebut
dikatakan valid atau nilai p-value lebih besar dari 0,41.
Uji Reliiabilitas dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh responden
memberirkan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang diberikan.Reliabilitas
sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merpakan indikator dari
variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban sseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jawaban reesponden
terhadap pertanyan dikatakan reliabel jika masing – masing pertanyaan dijawab secara
konsiisten atau jawaban tidak boleh acak karena masing–masing perrtanyaan hendak
mengkur hal yang sama.
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dlakukan dengan cara pengukuran
sekali saja. Disini pengukurrannya hanya seekali dan kemudiian hasilnya dibandingkan
dengan perrtanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Program
komputerr memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statiistik
cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikaatakan reliabel jika memberikan nilai
croonnbach alpha > 0,60

5.4.6. Pengolahan Data


Data yang telah dkumpulkan kemudian diolah dengan langkah – langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan penelitian kembali terhadap isian dalam lembaran kuisioner sudah
lengkap dan disi, dengan memperhatikan lembar pengisian data, sehingga

Universitas Indonesia
35

bila ada kekurangan data dapat segera dikonfirmasi pada responden yang
bersangkutan.
b. Tabulasi yaitu langkah yang memasukan data hasil penelitian kedalam tabel
– tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan.
c. Entri data yaitu proses memasukan data kedalam katagori tertentu untuk
dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan program komputer.
d. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban – jawaban yang ada menurut
macam. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai mesing – masing
jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran
tabal kerja guna mempermudah dalam membaca.
e. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang sudah dientri apakah ada
kesalahan atau tidak, dan membuang data yang sudah tidak terpakai.

5.4.7. Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan teknis :
a. Analisa Univariat
Dilakukan untuk menyederhanakan, memindahkan data untuk penyajian ke
bentuk teextuler maupun bentuk tabuler dari tampilan distribusi frekuensi responden
variabel yang di teliti. Selain itu analisa univariat juga bertujan untuk memperoleh
gambaran distrreibusi frekuensi dari variabel yang diteliti meliputi variabel dependen
dan variabel independen.
b. Analisa Bivariat
Bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh bermakna atau tidak antara 2
variabel Independen maka dilakukan analisa bivariat menggunakan pengujian statistik
dengan rumus (chi-square) dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%. Apalagi
hasil perhitungan menunjukan p– value ≤ alfa (0,05) artinya secara statistik ada
pengaruh yang bermakna diantara variabel, tetapi apabila menunjukkan ≥ alfa (0,05)
berarti secara statistik tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kedua variabel
tersebut.

Universitas Indonesia
36

5.5. Etika Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menngajukan perrmohonan untuk mendapatkan
izin dari rumah sakit setelah seminar proposal, sebelum pengumpulan data penulis akan
mengurus Surat Keterangan Kaji Etik dan Komisi Riset serta Pengabdian Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Bila dinyatakan
lolos Kaji Etik maka akan dikeluarkan surat pengantar dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia ditujukan kepada Direktur RSUD KH Daud Arif
Kabupaten Tanjung Jabung Barat agar memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian, sebelum pengumpulan data penulis juga melakukan hal-hal
berikut terhadap informan :
i. Menanyakan kembali kesediaan informan untuk diwawancara
ii. Penelitian menjelaskan tujuan penelitian kepada informan secara jujur dan juga
menjelaskan manfaat serta risiko penelitian yang harus diantisipasi kepada
informan dan masarakat
iii. Peneliti menyakinkan informan bahwa informasi yang diberikan tidak akan
disebarkan kepada orang lain dan masyarakat
iv. Peniliti akan melindungi kerahasiaan informan
v. Sebelum melakukan wawancara peneliti menjelaskan persetujuan informasi
(inform consent) sesuai prosedur penelitian dan meminta informan
menandatangani lembaran inform consent yang tertulis

Universitas Indonesia
37

BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1 Deskripsi Karakteristik Responden


Dalam penelitian ini respondennya adalah seluruh dokter yang melaksanakan tugas

dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan medik di RSUD KH.Daud Arif Kuala

Tungkal. Distribusi karakterisrik umum responden tersaji pada table berikut:


Tabel 6.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSUD KH. Daud Arif Kuala
Tungkal Tahun 2018

Karakteristik N %
Umur
21-30 2 8,7
31-40 12 52,2
41-50 7 30,4
>50 2 8,7
Jenis Kelamin
Pria 12 52,2
Wanita 11 47,8
Pendidikan Terakhir
Spesialis Mata 2 8,7
Dokter Gigi 5 21,7
Dokter Umum 10 43,5
Spesialis Bedah 2 8,7
Spesialis Kandungan 1 4,3
Spesialis Anastesi 1 4,3
Spesialis Anak 1 4,3
Spesialis Penyakit Dalam 1 4,3
Jumlah 23 100,0

Berdasarkan table 6.1 di atas dapat dketahui bahwa sebagian besar (52,2%)

responden berusia 31-40 tahun dengan jenis kelamin paling banyak yaitu pria

sebesar 52,2% dimana terdapat selisih 1 responden dengan jenis kelamin wanita.

Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah dokter umum sebesar 43,5%.
6.2 Analisis Univariat
Berdasarkan dari kategori karakteristik pada tabel 6.1 dinyatakan bahwa ditinjau

dari aspek kelompok umur dari sejumlah responden ternyata hampir 52,2 %

Universitas Indonesia
38

berumur 31 – 40 tahun, sedangkan pada posisi kedua pada kelompok umur 41-50

tahun dengan besaran 30,4 %, disusul kelompok umur 21-30 dan lebih dari 50 tahun

dengan posisi yang sama sebesar 8,7%.


Jika ditinjau dari jenis kelamin responden bahwa terdapat perbedaan yang

sedikit dengan perbandingan 52,2% pada responden laki-laki (12 orang) sedangkan

responden wanita sebesar 47,8% ( 11 orang)


Sedangkan jika ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir responden, dinyatakan

bahwa sebagian besar berpendidikan profesi dokter umum (43,5%) dengan jumlah

responden 10 orang, disusul kemudian berpendidikan profesi dokter gigi (21,7%)

dengan jumlah responden 5 orang. Pada peringkat selanjutnya didominasi kelompok

dokter spesialis, yang paling banyak adalah dokter spesialis penyakit mata dan

dokter spesialis penyakit bedah, dengan komposisi masing-masing 2 orang ( 8,7%),

sedangkan dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis

anak dan dokter spesialis dalam masing –masing diisi hanya 1 orang (4,3%).
6.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara satu variabel bebas

dengan variabel terikat yaitu kepatuhan menulis resep sesuai formularium. Analisis bivariat

dilakukan dengan uji chi-square (X2), untuk melihat adanya hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat digunakan nilai p value dan confidence interval (CI). Kedua variabel

dikatakan memiliki hubungan jika nilai p value lebih kecil dari 0,05. Besarnya nilai odds

ratiomerupakan indikator apakah variabel yang diuji merupakan faktor risiko atau faktor

protektif.
6.3.1 Hubungan Pengetahuan Tenaga Medis dengan Kepatuhan Tenaga Medis Menulis

Resep Sesuai Formularium.


Tabel 6.2 Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan Tenaga Medis dengan
Kepatuhan Tenaga Medis Dalam Menulis Resep Sesuai Formularium di
RSUD KH Daud Arif Kuala Tungkal Tahun 2018

Tingkat Kepatuhan
Pengetahuan Patuh Tidak Total POR P
Patuh value

Universitas Indonesia
39

n % N % N %
Cukup 15 93,80 1 6,20 16 100,00
Kurang 2 28,60 5 71,40 7 100,00 3,281 0,006
17 73,9 6 26,1 23 100,00

Tabel di tas menunjukkan bahawa hasil analisis hubungan antara

pengetahuan responden dengan kepatuhan tenaga medis dalam menulis resep

sesuai formularium di RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal diperoleh

sebesar 93,80% tenaga medis dengan tingkat pengetahuan cukup yang

menulis resep sesuai formularium dibandingkan dengan 28,60% tenaga

medis yang memiliki pengetahuan kurang namun menulis resep sesuai

formularium. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan tenaga medis dengan kepatuhan tenaga medis

dalam menulis resep sesuai formularium dengan nilai p sebesar 0,006

(POR=3,281, 95% CI 1,01-10,65) yang berarti bahwa pengetahuan tenaga

medis yang kurang memiliki risiko 3,281 untuk menulis resep tidak sesuai

formularium dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan cukup.

6.3.2 Hubungan SikapTenaga Medis dengan Kepatuhan Tenaga Medis Dalam

Menulis Resep Sesuai Formularium.


Tabel 6.3 Hubungan Sikap Tenaga Medis dengan Kepatuhan Tenaga Medis
Dalam Menulis Resep Sesuai Formularium di RSUD KH Daud Arif Kuala
Tungkal Tahun 2018

Sikap Kepatuhan P
Patuh Tidak Patuh Total POR value
n % N % N %
Positif 12 92,30 1 7,70 13 100,00
Negatif 5 50,00 5 50,00 10 100,00 1,146 0,070
17 73,90 6 26,2 23 100,00

Universitas Indonesia
40

Table 6.3 di atas menunjukkan bahwa 92,30% tenaga medis memiliki sikap

yang positif dimana menulis resep sesuai formularium dibandingkan dengan

50,00% tenaga medis yang memiliki sikap negatif tetapi menulis resep

sesuai formularium. Pada tabel di atas variable sikap tenaga medis tidak

mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga medis

dalam menulis resep sesuai formularium dengan p value 0,070.


6.3.3 Hubungan Keyakinan Tenaga Medis dengan Kepatuhan Tenaga Medis dalam

Menulis Resep Sesuai Formularium.


Tabel 6.4Hubungan Keyakinan Tenaga Medis dengan Kepatuhan Tenaga
Medis Dalam Menulis Resep Sesuai Formularium di RSUD KH Daud Arif
Kuala Tungkal Tahun 2018

Kepatuhan P
Keyakinan Patuh Tidak Total POR value
Patuh
n % n % N %
Positif 13 86,70 2 13,30 15 100,00
Negatif 4 50,00 4 50,00 8 100,00 1,733 0,159
17 73,90 6 26,10 23 100,00

Table 6.4 di atas menunjukkan bahwa terdapat 86,70% tenaga medis yang

memiliki keyakinan postif yang patuh menulis resep sesuai formularium

dibandingkan dengan 50,00% tenaga medis yang memiliki keyakinan

negative tetapi patuh meulis resep sesuai formularium. Pada tabel di atas

keyakinan tenaga medis tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kepatuhan tenaga medis dalam menulis resep sesuai formularium dengan p

value 0,159.
6.3.4 Hubungan Ketersediaan Obat dengan Kepatuhan Tenaga Medis dalam

Menulis Resep Sesuai Formularium.


Tabel 6.5Hubungan Ketersediaan Obat dengan Kepatuhan Tenaga Medis
Dalam Menulis Resep Sesuai Formularium di RSUD KH Daud Arif Kuala
Tungkal Tahun 2018

Universitas Indonesia
41

Kepatuhan
Ketersediaan Patuh Tidak Total POR P
Obat Patuh value
n % N % N %
Tersedia 13 81,20 3 18,80 16 100,00
Tidak 4 57,10 3 42,90 7 100,00 1,422 0,487
Tersedia
17 73,90 6 26,10 23 100,00

Tabel 6.5 di atas menunjukkan 81,20% obat tersedia sehingga tenaga medis

patuh menulis resep sesuai formularium dibandingkan dengan 57,10% obat

tidak tersedia dimana tenaga medis tetap patuh menulis resep sesuai

formularium. Pada table di atas ketersediaan obat tidak memiliki hubungan

signifikan dengan kepatuhan tenaga medis dalam menulis resep dengan nilai

p value 0,487.

Universitas Indonesia
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Pembahasan
7.1.1 Pengetahuan
Penngetahuan adaalah fakta atau kondisi mengeetahui sesuatu dengan baik

yang didapatkan melalui pengalaman (Webster Dictionary). Menurut Blum

(1975) dalam Azwar (2010) pengetahuan merupakan hasil penginderaan

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merrupakan hasil tahu, terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap objek terrtentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra penglihatan, pendenngaran, peciuman, rasa dan

raba. Pada orang mmiliki tingkat pendidikan rendah maka akan

menghammbat perkembaangan sikap seseorrang terhadap penerimaan

informasi dan nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat pengetahuan yang

rendah mempengaruhi kepatuhan dokter di dalam memberikan resep sesuai

formularium baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa studi

menemukan pengetahuan dokter yang renndah berrhubungan dengan

kepatuhan dokter dalam memberikan resep sesuai formularium (Fitriani et al,

2015; Ridwan, 2015; Alwi, 2009; Wambrauw, 2006; Regaletha, 2009). Hasil

penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang membuktikan

tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tenaga medis dengan

kepatuhan dalam memberikan resep sesuai formularium dengan nilai

p=0,006.

Universitas Indonesia
42
43

7.1.2 Sikap
Sikap merupakan opini dan perrasaan yang umumnya dimiliki seseorang

terhadap sesuatu, khususnya ketika ditunjukkan dalam tingkah laku

(Longman Dictionary, 2019). Sikap merupakan predisiposisi untuk

memberikan tannggapan terhadap rangsaang lingkungan yang

mempengaruhi perilaku seseorang. Sikap merupakan suatau keadaan jiwa

dan pikiran yang ada untuk memberikan tanggapan pada suatu objek yang

diatur melalui pengalaman serta mempengaruhi baik secara langsung

maupun tidak langsung perilaku atau tindakan (Notoatmodjo, 1990).

Berdasarkan hasil analisis tidak ditemukan adanya hubunngan sikap dengan

perilaku tenaga medis dalam memberikan resep sesuai formularium di

RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal dengan nilai p=0,070. Hasil penelitian

tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Regaletha

(2009);Wambrauw (2006); Fitriani et al (2015); Alwi (2009) yang

menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan

kepatuhan tenaga medis dalam mengaplikasikan forrmularium obat. Adanya

perbedaan hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena ada faktor lain

selain sikap yang berhubungan dengan kepatuhan tenaga medis dalam

memberikan resep sesuai formularium di RSUD KH. Daud Arif Kuala

Tungkal.
7.1.3 Keyakinan
Keyakinan merupakan salah satu faktor predisposisi dalam teori Green dan

Marshall (1991) yang dipengaruhi oleh kehendak, dimana kehendak

dipengaruhi oleh sikap normal subjektif. Keyakinan yang baik atau positif

akan lebih gampang mengubah perilaku disbanding orang dengan keyakinan

yang tidak baik atau negatif. Kepatuhan tenaga medis dalam menulis resep

Universitas Indonesia
44

sesuai formularium dipengaruhi secara tidak langsung oleh keyakinannya

akan mutu dan khasiat obat yang diberikan. Hasil penelitian Wambrauw

(2006) dan Regaletha (2009) menunjukkan ada hubungan keyakinan tenaga

medis dengan kepatuhan dalam memberikan resep sesuai formularium. Hasil

penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimana

didapatkan tidak ada hubungan antara keyakinan tenaga medis dengan

kepatuhan dalam memberikan resep sesuai formularium di RSUD KH. Daud

Arif Kuala Tungkal dengan nilai p=0,159. Perbedaan hasil penelitian

tersebut kemungkinan karena ada faktor lain yang merupakan faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan tenaga medis dalam memberikan resep

sesuai formularium.
7.1.4 Ketersediaan Obat
Ketersediaan sarrana kesehatan atau dlam haal ini adallah ketersediaan obat

merupakan faktor pemungkin perilaku kesehatan. (Green and Marshall,

1991). Ketersediaan obat merupakan faktor penunjang perilaku dokter untuk

patuh atau tidak dalam memberikan resep sesuai formularium. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan ketersediaan obat dengan

kepatuhan tenaga medis dalam memberikan resep sesuai formularium. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitianWambrauw (2006) dimana

menunjukkan ada hubungan signifikan antarra ketersediaan obat dengan

kepatuhan dokter dalam memberikan resep sesuai formularium dengan nilai

p=0,487.

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Indonesia
45

8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
8.1.1 Faktor yang terbukti berhubungan dengan kepatuhan tenaga medis
memberikan resep obat sesuai formularium di RSUD KH. Daud Arif Kuala
Tungkal adalah Pengetahuan;
8.1.2 Faktor yang tidak terbukti berhubungan dengan kepatuhan tenaga medis
memberikan resep obat sesuai formularium di RSUD KH. Daud Arif Kuala
Tungkal adalah: Sikap, Keyakinan, dan Ketersediaan Obat.

8.2 Saran
8.2.1 Bagi Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal
Agar manajemen melakukan pendidikan dan pelatihan terkait pelaksanaan
formularium di Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal secara berkala
dan periode waktu tertentu.
8.2.2 Bagi Tenaga Medis Rumah Sakit KH Daud Arif Kuala Tungkal
Agar setiap dalam melaksanakan aktifitas terkait profesi dengan penuh
dedikasi guna peningkatan kualitas layanan Rumah Sakit KH Daud Arif
Kuala Tungkal, dengan melibatkan semua komponen layanan termasuk
petugas terkait.
8.2.3 Bagi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Perlunya dukungan manajemen secara terstruktur dalam mengkawal
pelaksanaan kepatuhan layanan penggunaan obat sesuai formularium dengan
kebijakan Peraturan Per-Undang-Undangan baik dukungan SDM dan
anggaran sarana dan prasarana.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

1. Reepublik Indonnesia , 2016, Keputusan Menterri Kesehatan RI Nomor 72 tahun


2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian, Jakarta, 2016
2. Republik Indonesia , 2018, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan minimal Rumah Sakit, Jakarta, 2018
3. Republik Indonesia, 2017, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ,
tentang Formularium Nasional , Jakarta, 2017
4. Kusumanto et al, 2001, Manajemen logistic Rumah Sakit, KARS FKM UI, Jakarta
5. WHO, 2003, Adherence to long – term therapies evidences of action Geneva world
health organization
6. Puspitaningtyas PH, 2014, Evaluasi Kesesuaian peresepan Dokter pada pasien
Rawat Jalan dengan formularium Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, Tugas
Akhir, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
7. Djatmiko M and Sulastini R, 2008, Evaluasi Ketaatan penulisan kartu obat terhadap
formularium Rumah Sakit di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2008,
Thesis, Fakuktas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang, Semarang
8. Azwar, A, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta,
PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
9. Agung, S, 2014, Analisis Faktor yang mempengaruhi kepatuhan penulisan resep
sesuai formularium di instalasi rawat jalan RSUD Prof,Dr,Soekandar Mojosari,
Mojokerto, tesis, Surabaya
10. Jurnal Pharmacy, Vol.09 No 02 , Pengaruh kepatuhan dokter dalam penulisan Resep
obat sesuai formularium obat golongan antibiotic terhadap obat macet golongan
antibiotic di Rumah Sakit Umum Purbalingga, 2012, Pubralinga
11. Wibowo, A, Metode Penelitian Praktis Bidang Kesehatan, Jakarta, PT.Raja
Grafindo Persada, 2014
12. Notoadmojo, S; Meteodologi penelitian kesehatan, rineke cipta, Jakarta
13. RSUD.KH.Daud Arif Kuala tungkal, 2018, Keputusan Direktur RSUD KH.Daud
Arif tentang Panitia Farmasi dan Terapi RSUD KH Daud Arif, 2018 ;
14. Kusumanto et al, 2001, Manajemen logistic Rumah Sakit, KARS FKM UI, Jakarta.
15. Ilyas,2001;Kinerja Teori, penilaian, pusat kesehatan FKM

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai