Anda di halaman 1dari 128

ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK PAKAM


TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :
ANGGI SILVANA PUTRI LUBIS
NIM. 131000136

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI
DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ANGGI SILVANA PUTRI LUBIS
NIM. 131000136

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS
MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN
2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Mei 2017


Yang membuat pernyataan

Anggi Silvana Putri Lubis

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2017

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :

ANGGI SILVANA PUTRI LUBIS


NIM. 131000136

Disahkan oleh :
Komisi Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Heldy B.Z, MPH dr. Rusmalawaty, M.Kes


NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 19750804 200212 2 001

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Manajemen logistik obat merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penghapusan
obat. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang telah
melaksanakan manajemen logistik ini namun masih terdapat beberapa masalah
yaitu sumber daya manusia yang kurang, belum adanya tim perencanaan obat,
pengadaan obat yang belum terealisasi, serta sarana yang belum memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen logistik
obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif
dengan wawancara mendalam dan observasi sebagai cara untuk mengumpulkan
data. Informan dalam penelitian ini adalah unsur dari Dinas Kesehatan dan
Puskesmas berjumlah 6 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum adanyan tim perencanaan obat
terpadu dan sumber daya manusia khususnya tenaga kefarmasian masih kurang,
terutama di Puskesmas sebagai tenaga pengelola obat. LPLPO dan usulan
permintaan obat Puskesmas belum sepenuhnya dapat dijadikan sebagai alat
akomodasi dalam perencanaan obat. Pengadaan dilakukan dengan sistem e-
purchasing berdasarkan e-catalogue, serta dana pengadaan obat berasal dari
APBD, BOK Program, dan BPJS. Penyimpanan obat dilakukan di gudang farmasi
tetapi masih ada obat yang tidak disimpan secara alfabetis. Begitu pula untuk
pendistribusian obat, tata cara yang dilakukan untuk ditribusi obat setiap 2 bulan
sekali sesuai dengan usulan permintaan dalam LPLPO tetapi proses ditribusi obat
dilakukan dengan sistem jemput bola dari puskesmas ke dinas kesehatan.
Selanjutnya, penghapusan obat belum pernah dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan agar menyupayakan
pembentukan tim perencanaan obat terpadu, pengelola obat yang berlatar
belakang ahli kefarmasian, mengupayakan mengadakan pelatihan perencanaan
kebutuhan obat bagi pengelola obat Puskesmas, melengkapi sarana penyimpanan
obat, serta menyediakan anggaran untuk pendistribusian dan penghapusan obat.

Kata Kunci : Manajemen Logistik Obat, Instalasi Farmasi, Dinas Kesehatan.

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Logistics management of the drug constitutes a series of activities involving


aspects of planning, foundation, storage, distribution, and drug elimination.
Pharmacy installation of Deli Serdang Departement of health has implemented
this logistics management but there are still problems which are less human
resource, the absence of a drug planning team, unrealized drug procurement, as
well as inadequate facilities.
This research aims to know the description of drug logistics management in
Pharmacy installations of Deli Serdang Department of health. This research
applies Quantitative Approach Method with in depth interviews and observation
as the technique of collecting the data. Informers of this research are personnel of
Health Department and Medical Health Care.
The result of research shows that the absence of an integrated planning
team and human resource especially pharmaceutical manpower is lack, notably in
Medical Health Care as drug management personnel. LPLPO and purposed
demand a request of Medical Health Care has not been fully used as an
accomodation tool in drug planning. Procurement is done by system of e-
purchasing based on e-catalogue, and procurement funds APBD, BOK program,
and BPJS. Drug storage is set in Pharmaceutical warehouse but there are still
drugs not stored alphabetically. As well as for drug distribution, procedures for
the distribution of drugs once every 2 months in accordance with the proposed
request in the LPLPO but the drug distribution process is done by pick a ball from
Medical Health Care to Health Department. Further, drug elmination has never
been done.
Based on the result of research, hopefully any effort to establish and
integrated drug plans team, a drug administrator with a pharmacist background,
strives to conduct training on drug needs planning for drug administrators of
Medical Health Care, completing drug storage facilities, and provide a funding of
distribution and drugs eliminations.

Keywords : Drug logistic managements, Pharmaceutical Installation, Health


Department.

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI

FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK

PAKAM TAHUN 2017”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan (AKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

4. dr. Heldy B.Z, MPH., selaku dosen pembimbing I skripsi sekaligus sebagai

Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar

Universitas Sumatera Utara


memberikan petunjuk, saran, dan nasihat bimbingan serta arahan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan petunjuk, saran,

dan nasihat bimbingan serta arahan kepada penulis untuk kesempurnaan

penulisan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Dr. Juanita SE, M.Kes., selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu dan

banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis dalam perbaikan

dan penyempurnaan skripsi sehingga dengan baik skripsi dapat diselesaikan.

7. dr. Fauzi, SKM., selaku Penguji II yang telah banyak memberikan masukan

serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta

memberikan dukungan, bimbingan dan telah meluangkan banyak waktu

selama penulis menjalani masa perkuliahan.

8. Prof. Drs. Heru Santoso, MS. Ph. D., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis

selama masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

9. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen AKK yang telah

memberikan bekal ilmu dan membantu saya selama menempuh pendidikan.

10. dr. Hj. Aida Harahap, MARS., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang Lubuk Pakam yang telah memberikan izin kepada saya untuk

melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Deli Serdang.

vi

Universitas Sumatera Utara


11. Drs. Datita Sembiring, Apt., selaku Kepala Seksi Kefarmasian yang telah

meluangkan waktu dan membantu saya selama melakukan penelitian ini.

12. Terkhusus dan teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Syamsuddin

Lubis dan Ibunda Ponisila, S.Pd yang senantiasa selalu memberikan doa,

kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan yang tiada henti dalam bentuk

apapun kepada penulis.

13. Terkhusus untuk saudara kandung satu-satunya kakakku tersayang, Suci

Rizka Fadillah Lubis, S.Si terima kasih untuk kebersamaan, dukungan,

kasih sayang, perhatian, dan doa yang tulus yang di berikan selalu kepada

penulis.

14. Sahabat-sahabat tersayang SMA Ira Puspita Sari, Sri Wahyuni, Della

Noviza, Lisa Agustina Sembiring dan Rismada Tarigan S.Pd hingga

sekarang, untuk persahabatan, persaudaran, dan keceriaan yang tak pernah

usai.

15. Untuk sahabat-sahabat setia penulis Nisya Dwi Amanda Pane, Cindy

Claudia Ritonga dan Irwansyah Lubis, serta tim sukses, Windi, SKM., Rispa

Lubis, Rifka Lubis, Riska Afani, Kak Imas, Indah Nst, Kak Dini terima

kasih untuk motivasi, bantuan dan keceriaannya.

16. Teman-teman sekaligus keluarga di PBL Desa Bengkel Bersyukur Kab.

Sergai (Triwil, Ricka, SKM., Zahra, SKM., Isna, Veronika, Icod) yang

selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

17. Untuk teman-teman seperjuangan khususnya Departemen AKK, Stambuk

2013, serta semua pihak yang berperan namanya tidak dapat disebutkan satu

vii

Universitas Sumatera Utara


persatu terima kasih untuk selalu memotivasi selama perkuliahan dan

mendoakan demi kelancaran masa pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Amin..

Medan, Juli 2017


Penulis

Anggi Silvana Putri Lubis


Nim. 131000136

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.....................................i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................ii
ABSTRAK........................................................................................................iii
ABSTRACT .....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiii
DAFTAR ISTILAH .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xv
RIWAYAT HIDUP..........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................9
2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota...................................................9
2.2 Instalasi Farmasi.............................................................................9
2.2.1 Pengertian Instalasi Farmasi .................................................9
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi .......................................................9
2.2.3 Kedudukan Instalasi Farmasi ................................................11
2.2.4 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi....................................11
2.3 Sumber Daya Manusia....................................................................15
2.4 Manajemen.....................................................................................16
2.4.1 Pengertian Manajemen .........................................................16
2.4.2 Pentingnya Manajemen.........................................................16
2.4.3 Asas-asas Manajemen...........................................................17
2.5 Manajemen Logistik Obat ..............................................................18
2.5.1 Pengertian Manajemen Logistik............................................18
2.5.2 Pengertian Obat ....................................................................19
2.5.3 Alur Manajemen Logistik Obat.............................................20
2.6 Proses Manajemen Logistik Obat ...................................................21
2.6.1 Perencanaan..........................................................................21
2.6.2 Pengadaan ............................................................................27
ix

Universitas Sumatera Utara


2.6.3 Penerimaan ...........................................................................29
2.6.4 Penyimpanan ........................................................................31
2.6.4 Pendistribusian .....................................................................34
2.6.6 Penghapusan.........................................................................36
2.7 Puskesmas......................................................................................38
2.7.1 Pengertian Puskesmas...........................................................38
2.7.2 Fungsi Puskesmas.................................................................38
2.7.3 Program Puskesmas ..............................................................39
2.8 Landasan Teori...............................................................................40
2.9 Kerangka Pikir ...............................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................43


3.1 Jenis Penelitian...............................................................................43
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................43
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................43
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................43
3.3 Informan Penelitian ........................................................................43
3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................44
3.4.1 Data Primer ..........................................................................44
3.4.2 Data Sekunder ......................................................................44
3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................45
3.6 Triangulasi .....................................................................................45
3.7 Metode Analisis Data .....................................................................45

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................47


4.1 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang ....................................47
4.1.1 Letak dan Geografis..............................................................47
4.1.2 Kependudukan......................................................................48
4.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang .........49
4.2.1 Visi, Misi, dan Motto Dinas Kesehatan Deli Serdang............49
4.2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Deli Serdang ...............49
4.2.3 Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang ......................49
4.2.4 Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Deli Serdang .....52
4.3 Gambaran Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang............53
4.4 Karakteristik Informan ...................................................................54
4.5 Masukan (Input) .............................................................................54
4.5.1 Sumber Daya Manusia..........................................................54
4.5.1.1 Kualitas Sumber Daya Manusia ................................55
4.5.1.2 Pelatihan Sumber Daya Manusia...............................56
4.5.2 Sumber Anggaran .................................................................56
4.5.3 Data......................................................................................57
4.6 Proses (Process) .............................................................................58
4.6.1 Perencanaan Obat .................................................................58
4.6.1.1 Pemilihan Jenis Obat ................................................58
4.6.1.2 Perhitungan Perkiraan Obat ......................................59
4.6.2 Pengadaan Obat ....................................................................60
x

Universitas Sumatera Utara


4.6.3 Penyimpanan Obat................................................................62
4..4 Pendistribusian Obat...............................................................63
4.6.5 Penghapusan Obat ................................................................64
4.7 Keluaran (Output) ..........................................................................65
4.7.1 Ketersediaan Obat Puskesmas...............................................65
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................67
5.1 Masukan (Input) .............................................................................67
5.1.1 Sumber Daya Manusia..........................................................67
5.1.2 Sumber Anggaran .................................................................69
5.1.3 Data......................................................................................70
5.2 Proses (Process) .............................................................................71
5.2.1 Perencanaan Kebutuhan Obat ...............................................71
5.2.1.1 Pemilihan Jenis Obat ................................................71
5.2.1.2 Perhitungan Perkiraan Obat ......................................71
5.2.2 Pengadaan Obat ....................................................................75
5.2.3 Penyimpanan Obat................................................................76
5.2.4 Pendistribusian Obat.............................................................78
5.2.5 Penghapusan Obat ................................................................80
5.3 Keluaran (Output) ..........................................................................81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................84


6.1 Kesimpulan ....................................................................................84
6.2 Saran ..............................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................86
DAFTAR LAMPIRAN

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Deli Serdang............................................47

Tabel 4.2 Distribusi Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang....................................................................................51

Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang ...........................................................................................52

Tabel 4.4 Karakteristik Informan.....................................................................54

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Siklus Administrasi Manajemen Logistik ....................................19

Gambar 2.8 Landasan Teori ...........................................................................40

Gambar 2.9 Kerangka Pikir ............................................................................41

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISTILAH

APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah


BMHP : Bahan Medis Habis Pakai
BOK : Bantuan Operasional Kesehatan
BOP : Biaya Operasional Penyelenggara
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
DOEN : Daftar Obat Esensial Nasional
FEFO : First Expired First Out
FIFO : First In First Out
FORNAS : Formularium Nasional
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
GFK : Gudang Farmasi kabupaten

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut


JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
LKPP : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
LPLPO : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
PBF : Penerima Bahan Farmasi
PKRT : Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
PPTK : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
SDM : Sumber Daya Manusia
xiv

Universitas Sumatera Utara


SPBK : Surat Bukti Barang Keluar
SPT : Surat Perintah Tugas
UPT : Unit Pelaksana Teknis

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 3. Matriks Wawancara

Lampiran 4. Lembar Observasi

Lampiran 5. Surat Keterangan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Deli Serdang

Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian dari Dinas Kesehatan

Lampiran 8. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Lampiran 9. Data Kekosongan Obat di Dinas Kesehatan Deli Serdang

Lampiran 10. Data Obat Kadaluarsa di Dinas Kesehatan Deli Serdang

xv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anggi Silvana Putri Lubis

Tempat Lahir : Galang

Tanggal Lahir : 15 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Mandailing

Nama Ayah : Syamsuddin Lubis

Suku Bangsa Ayah : Mandailing

Nama Ibu : Ponisila, S.Pd

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Riwayat Pendidikan Formal

1. TK. Al-Qomariyah Galang : 1999 s/d 2000

2. SD Negeri No. 105382 Galang : 2000 s/d 2006

3. SMP Negeri 1 Lubuk Pakam : 2006 s/d 2009

4. SMA Negeri 1 Galang : 2009 s/d 2013

xvi

Universitas Sumatera Utara


5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2013 s/d 2017

6. Lama Studi di FKM USU : 3 tahun 11 bulan

xvii

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak

tergantikan dalam pelayanan kesehatan, karena digunakan sebagai intervensi

mengatasi masalah kesehatan. Dengan pemberian obat penyakit yang diderita oleh

pasien dapat diukur tingkat kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan

pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari

pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana

kesehatan baik rumah sakit, puskesmas, maupun poliklinik. Selain itu,

pengelolaan dan pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan

indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan dalam pelayanan

kesehatan.

Manajemen pengelolaan obat merupakan rangkaian kegiatan yang

menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan

penghapusan obat yang dikelola secara optimal demi tercapainya ketepatan

jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan. Pengelolaan obat ini dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat yang

membutuhkan di Puskesmas. Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk

menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan

jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.

Oleh karena itu, obat perlu dikelola dengan baik, efektif dan efisien. (Rosmania

dan Supriyanto, 2015)

Universitas Sumatera Utara


Pengelolaan obat yang tidak optimal disebabkan oleh SDM yang kurang,

perencanaan obat hanya berdasarkan estimasi tahun sebelumnya, dan sarana yang

tidak memadai untuk proses penyimpanan dan pendistribusian obat, serta tidak

pernah dilakukan penghapusan obat dikarenakan tidak ada panitia penghapus dan

penilai harga. Dengan munculnya pernyataan ini, maka dibentuklah pedoman

perencanaan dan pengelolaan obat tahun 1990. (Depkes RI, 1990)

Departemen Kesehatan RI mengemukakan ketersediaan obat essensial

generik di sarana pelayanan kesehatan harus sebesar 95%. Anggaran untuk obat

essensial generik di sektor publik sebesar Rp.20.000,-/kapita/tahun yaitu setara

dengan 2 US$ yang diasumsikan bahwa 1 US$ sebesar Rp.10.000. (Permenkes

RI, 2010)

Pada Tahun 2015, target Indonesia dalam indikator persentase instalasi

farmasi kabupaten/kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin

sesuai standar sebesar 55%. Realisasi indikator tersebut sebesar 57,34% dan

capaian ketersediaan obat dan vaksin sebesar 90%. (Kemenkes RI, 2015)

Pada Tahun 2015 persentase pencapaian ketersediaan obat dan vaksin di

Provinsi Sumatera Utara sebesar 72,07 %. Sementara target nasional untuk

persentase ketersediaan obat dan vaksin sekitar 85%. Jika dibandingkan

pencapaian yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan target nasional masih

belum mencukupi target yang ditentukan. (Profil Dinkes Provsu, 2015)

Dinas Kesehatan Kabupaten adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Kabupaten yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan

Universitas Sumatera Utara


Pemerintahan Daerah dan tugas pembantuan di bidang kesehatan. (UU No.

23/2014 tentang Pemerintahan Daerah)

Dinas Kesehatan dalam hal ini bertanggung jawab dan membawahi Instalasi

Farmasi dalam tugas pengelolaan obat di kabupaten. Dalam pengelolaan obat ini,

sumber daya manusia yang seharusnya tersedia untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian yaitu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana Farmasi,

Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten

Apoteker). Proses manajemen pengelolaan obat ini meliputi proses perencanaan,

pengadaan dan penghapusan obat dilakukan di Dinas Kesehatan dan proses

penyimpanan dan pendistribusian obat dilakukan di gudang farmasi kabupaten.

(UU RI, 2009)

Sesuai dengan Permenkes RI No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang

Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemerintah, dinyatakan bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis

yang cukup, terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya,

perlu digerakkan dan didorong penggunaannya pada fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah, dengan harapan penggunaan obat generik dapat berjalan dengan

efektif.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2014 menyatakan, Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan era JKN

diberikan wewenang melakukan pelayanan kesehatan primer mencakup 155

macam diagnosis penyakit. Pernyataan ini memberikan makna bahwa Puskesmas

sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) wajib menangani pelayanan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan mencakup 155 jenis diagnosis penyakit dan tidak boleh dirujuk ke

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut kecuali dalam kondisi darurat.

Dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional pengadaan obat-

obatan mengacu kepada Peraturan Formularium Nasional yang merupakan daftar

obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.

Daftar obat yang diberikan untuk program rujuk balik sesuai formularium

nasional yaitu obat untuk penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma,

PPOK, epilepsi, systemic lupus erythematosus, scizofrenia, dan stroke.

(Kemenkes Nomor 159/MENKES/SK/V/2014)

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten dari 33 Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk

Pakam. (Profil Deli Serdang, 2016)

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang merupakan pelaksana teknis

bidang pembangunan kesehatan membawahi 34 Puskesmas (19 Puskesmas rawat

inap dan 15 Puskesmas rawat jalan) pada 22 kecamatan. Tugas dan Fungsi Dinas

Kesehatan Deli Serdang salah satunya yaitu pengelolaan obat di tingkat

kabupaten. Dalam hal ini, salah satu sarana penunjang upaya kesehatan pada dinas

kesehatan adalah gudang farmasi, yang selanjutnya direvitalisasi sebagai Instalasi

Farmasi Kabupaten dengan harapan lebih mengedepankan fungsi dan strukturnya.

Keberadaan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

mempunyai peranan penting dalam pengelolaan obat dan vaksin skala

Kabupaten/Kota. (Profil Dinkes Deli Serdang, 2015)

Universitas Sumatera Utara


Selama ini, metode yang digunakan dalam perencanaan obat adalah metode

konsumsi. Perencanaan kebutuhan obat berdasarkan tahun sebelumnya dan skala

prioritasnya juga berdasarkan kepada 10 penyakit terbesar pada Puskesmas.

Kemudian kebutuhan obat Puskesmas disampaikan melalui Laporan Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ke Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli

Serdang yang pengadaan dan itemnya merujuk pada DOEN.

Sedangkan pengadaan obat menggunakan dana APBD Kab, BOK Program,

dan BPJS. Proses pengadaan obat dilakukan dengan prosedur e-purchasing

berdasarkan sistem e-catalogue yang menjelaskan bahwa pengadaan obat

dilakukan secara online pada website pelelangan elektronik dan dilaksanakan oleh

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Melalui sistem

e-catalogue obat ini maka Dinas Kesehatan Deli Serdang tidak perlu melakukan

proses pelelangan dan langsung dapat memanfaatkan sistem e-catalogue dengan

prosedur e-purchasing.

Selanjutnya, obat yang telah tersedia disimpan di gudang farmasi, dimana

gudang farmasi terpisah tidak jauh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Dalam hal penyimpanan, gudang farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang kurang

memenuhi syarat penyusunan obat tidak secara FEFO dan tidak tersedianya

kulkas untuk obat-obatan jenis narkotika.

Proses pendistribusian dilakukan 2 bulan sekali yang dimulai dari bulan

ganjil. Dalam hal pendistribusian obat, setiap 4 puskesmas mengambil obat

dengan membawa LPLPO dan SPT ke gudang farmasi dan pihak gudang farmasi

Dinas Kesehatan Deli Serdang memberi SPBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas. Pendistribusian obat tidak dilakukan oleh pihak gudang farmasi

karena keterbatasan SDM, alat transportasi, dan dana yang tidak memadai untuk

pendistibusian obat. Proses manajemen yang terakhir yaitu proses penghapusan

obat. Proses penghapusan obat ini harus ada panitia pemeriksaan obat dan

membuat berita acara pemeriksaan oleh panitia di tingkat kabupaten.

Berdasarkan survei pendahuluan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli

Serdang, persentase ketersediaan obat pada tahun 2015 sebesar 75%. Berdasarkan

hasil wawancara di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang ditemukan

masalah yaitu belum memiliki sumber daya manusia yang terampil baik itu di

Instalasi Farmasi maupun di Puskesmas terkait dengan kurangnya kelengkapan

pencatatan dan pelaporan obat, tidak terbentuk tim perencanaan obat, kekosongan

obat, penyimpanan obat tidak secara alfabetis dikarenakan obat selalu datang

dalam jumlah banyak, tidak ada lemari khusus untuk menyimpan obat yang

khusus, dan lemari penyimpanan yang bersekat-sekat, transportasi yang tidak

memadai, serta tidak diadakan penghapusan obat-obatan yang kadaluwarsa.

Simanullang (2014) dalam penelitiannya tentang Analisis Perencanaan

Kebutuhan Obat Dalam Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Di

Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan menyatakan bahwa perencanaan

kebutuhan obat pada era JKN belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman teknis

pengadaan obat khususnya menyangkut tim perencanaan yang belum terbentuk

secara lintas program dan lintas sektoral terkait.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian

ini adalah untuk menganalisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang maka dikemukakan permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana ketersediaan input (Sumber Daya Manusia, Sumber

Anggaran, Data) pada pelaksanaan manajemen logistik obat di Instalasi

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2017.

2. Bagaimana pelaksanaan proses (Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan,

Pendistribusian dan Penghapusan) sebagai fungsi manajemen logistik

obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada

tahun 2017.

3. Bagaimana output (Tersedianya Obat Yang Dibutuhkan Puskesmas) yang

dicapai dari pelaksanaan manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi unsur input (SDM, Sumber Anggaran, Data)

dalam manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk mengidentifikasi unsur proses manajemen logistik obat

(Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, dan

Penghapusan) di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

3. Untuk mengidentifikasi unsur output (Tersedianya Obat Yang

Dibutuhkan Puskesmas) yang dicapai dari pelaksanaan manajemen

logistik obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dalam manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan agar

obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup

dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu.

2. Sebagai bahan masukan bagi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang Lubuk Pakam dalam manajemen logistik obat agar obat yang

diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup dan mutu

terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu.

3. Sebagai referensi bagi mahasiwa dan dosen mengenai manajemen logistik

obat.

4. Sebagai referensi yang dapat dijadikan bacaan dan panduan oleh peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan

manajemen logistik obat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota. Sesuai dengan visi pembangunan

kesehatan kabupaten yang berbunyi “Masyarakat Deli Serdang Sehat yang

Mandiri dan Inovatif”, Dinas Kesehatan mempromosikan diri sebagai regulator,

penyedia pelayanan kesehatan bermutu, dan pemberdayaan masyarakat. (Profil

Dinkes Deli Serdang, 2015)

2.2 Instalasi Farmasi

2.2.1 Pengertian Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu bagian atau

unit pelaksana fungsional dibawah pimpinan seorang apoteker yang memenuhi

syarat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara

profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, pengendalian mutu dan pendistribusian serta

penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten.

(Permenkes RI No. 58 Tahun 2014)

2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi

Tujuan pembentukan Instalasi Farmasi Kabupaten adalah untuk

melaksanakan pengelolaan obat secara berdaya guna dan berhasil guna agar obat

Universitas Sumatera Utara


tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup dan pada waktu yang tepat, serta

melaksanakan pemeliharaan mutu obat untuk menunjang pelaksanaan upaya

kesehatan yang menyeluruh, terarah dan terpadu di Kabupaten.

Proses pengelolaan obat dapat terwujud dengan baik apabila didukung

dengan adanya ketersediaan dan kemampuan sumber daya dalam suatu sistem.

Dalam Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/2010, dinyatakan bahwa suatu

tujuan pengelolaan obat Kabupaten/Kota adalah tersedianya obat dengan kualitas

baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di unit pelayanan kesehatan.

Pengelolaan obat yang efisien dan efektif dilakukan dengan harapan dapat

menjamin :

1. Tersedianya rencana kebutuhan jenis dan jumlah obat sesuai dengan

kebutuhan pelayanan kesehatan dasar Kabupaten/Kota.

2. Tersedianya anggaran pengadaan obat yang dibutuhkan tepat pada

waktunya.

3. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien.

4. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik.

5. Terjaminnya pendistribusian obat yang baik dengan waktu tunggu yang

pendek.

6. Terpenuhinya kebutuhan obat yang mendukung pelayanan kesehatan dasar

sesuai dengan jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan.

7. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam jumlah dan kualifikasi

yang tepat.

10

Universitas Sumatera Utara


8. Digunakannya obat secara rasional sesuai dengan pedoman yang disepakati.

Tersedianya informasi pengelolaan dan penggunaan obat yang sahih, akurat

dan mutakhir.

2.2.3 Kedudukan Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi merupakan unit pelaksana dibawah Seksi Farmasi dalam

lingkungan Dinas Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.2.4 Struktur Organisasi. (Kemenkes RI Nomor 633/Menkes/S.K./IV/2012)

Susunan Sruktur Organisasi Gudang Farmasi di Kabupaten terdiri dari :

1. Kepala Gudang Farmasi.

Kepala Gudang Farmasi dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.

Adapun tugas dari Kepala Gudang Farmasi Kabupaten adalah :

1. Menyusun rencana kebijaksanaan di bidang sediaan farmasi dan bahan

medis habis (BMHP) pakai dalam rangka penetapan kebijakan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.

2. Membagi tugas dan mengkoordinasikan Sub bagian dan Seksi-seksi

dalam pelaksanaan tugasnya agar terjalin hubungan kerja yang

harmonis.

3. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil yang dicapai agar

sesuai dengan rencana.

4. Menegakkan disiplin, semangat kerja dan ketenagaan kerja untuk

memungkinkan tercapainya produktivitas tinggi.

11

Universitas Sumatera Utara


5. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas

keuangan, kepegawaian, tata usaha dan urusan dalam satuan kerja.

6. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu dan memberikan informasi

mengenai pengelolaan obat kepada unit-unit pelayanan kesehatan.

7. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan, pencatatan dan pelaporan

mengenai persediaan dan penggunaan obat.

8. Menyelenggarakan tata buku pergudangan yang cukup jelas dan mudah

dikontrol, serta membukukan setiap mutasi barang.

9. Megevaluasi hasil kegiatan Gudang Farmasi secara keseluruhan.

10. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan

berdasarkan laporan bawahan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten.

2. Petugas Tata Usaha.

Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada

di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Gudang Farmasi.

Tugas dari petugas tata usaha yaitu :

1. Menyusun rencana Sub Bagian Tata Usaha berdasarkan data program

Gudang Farmasi.

2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat

dilaksanakan.

3. Melaksanakan urusan kepegawaian dan kesejahteraannya.

4. Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan dalam

dan keamanan.

12

Universitas Sumatera Utara


5. Melaksanakan tata usaha perkantoran satuan kerja.

6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana.

7. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada

atasan.

3. Seksi Penyimpanan dan Pendistribusian.

Seksi Penyimpanan dan Pendistribusian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Gudang Farmasi. Tugas dari seksi penyimpanan dan pendistribusian yaitu :

1. Menyusun rencana kegiatan seksi Penyimpanan dan Pendistribusian

berdasarkan data program Gudang Farmasi.

2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat

dilaksanakan.

3. Mengatur dan mendistribusikan tugas, memberi petunjuk sesuai dengan

petunjuk kerja agar tercapai keserasian dan kebenaran kerja.

4. Melaksanakan penerimaan, menyimpan, pemeliharaan dan pengeluaran

obat.

5. Melaksanakan kegiatan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat

yang ada dalam persedian dan yang akan didistribusikan.

6. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu obat yang ada di Unit

Pelayanan Kesehatan.

7. Mengumpulkan data tentang kerusakan obat dan obat yang tidak

memenuhi syarat serta ada efek samping obat dan melaporkan kepada

atasan.

13

Universitas Sumatera Utara


8. Melaksanakan pencatatan barang-barang yang disimpan.

9. Melakukan pencatatan segala penerimaan dan pengeluaran barang.

10. Melakukan penyiapan surat kiriman barang.

11. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana.

12. Membuat laporan pelaksanaan kagiatan untuk disampaikan kepada

atasan.

4. Sub Seksi Pencatatan dan Evaluasi.

Seksi Pencatatan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Gudang

Farmasi. Tugas dari seksi pencatatan dan evaluasi adalah :

1. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pencatatan dan Evaluasi berdasarkan

data program Gudang Farmasi.

2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat

dilaksanakan.

3. Mengatur dan mendistribusikan tugas, memberi petunjuk kerja agar

tercapai keserasian dan kebenaran kerja.

4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan evaluasi dari persediaan barang

di Gudang Farmasi dan Unit Pelayanan Kesehatan serta penggunaan

obat.

5. Melakukan persiapan penyusunan rencana kebutuhan obat dan bahan

medis habis pakai yang diperlukan daerah.

6. Melaksanakan pengelolaan dan pencatatan penerimaan obat dan bahan

medis habis pakai.

14

Universitas Sumatera Utara


7. Melaksanakan administrasi atas semua barang yang diterima, disimpan

maupun yang akan didistribusikan ke Unit Pelayanan Kesehatan.

8. Menyiapkan dokumen mutasi barang dan surat-surat perintah

penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang.

9. Menyiapkan laporan mutasi barang secara berkala dan laporan

pencatatan obat akhir tahun anggaran.

10. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana

dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Membuat laporan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikaan kepada atasan.

2.3 Sumber Daya Manusia

Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran

dan tujuan daripada Instalasi Farmasi tersebut. (Permenkes RI No. 58 Tahun

2014)

UU No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menjelaskan bahwa

sumber daya manusia yang harus tersedia dalam hal pengelolaan obat sebanyak 13

orang dan yang berperan sebagai tenaga kefarmasian adalah yang berlatar

belakang Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

2. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker

dalam menjalani pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri dari Sarjana

15

Universitas Sumatera Utara


Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker.

2.4 Manajemen

2.4.1 Pengertian manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi

manajemen. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. (Hasibuan, 2009)

Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,

pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa

secara efisien. (Sekula, 2010)

Menurut G.R. Terry dalam bukunya Principle of Management menyatakan

bahwa manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan,

pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan

dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan

sumber daya lainnya.

2.4.2 Pentingnya Manajemen

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (baik fisik, pengetahuan,

waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk

16

Universitas Sumatera Utara


memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan

mendorong manusia untuk membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab.

Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka

terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan tentang manajemen sumber daya manusia

menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen itu penting dikarenakan :

1. Pekerjaan berat sulit dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian

kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.

2. Perusahaan akan dapat berhasil baik jika manajemen diterapkan dengan baik.

3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua

potensi yang dimiliki.

4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan.

5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan

memanfaatkan 6M dalam proses manajemen.

6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan perkembangan.

7. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.

8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.

9. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.

2.4.3 Asas-asas Manajemen

Dalam buku F.W. Taylor menunjukan bahwa asas- asas dasar ilmu

manajemen dapat dipakai untuk segala macam kegiatan manusia. Taylor juga

menunjukkan suatu filsafat manajemen yang baru, yaitu manajer akan lebih

banyak bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengendalian dalam

17

Universitas Sumatera Utara


menafsirkan kepandaian-kepandaian para pekerja dan mesin-mesin menurut

aturan-aturan, sehingga dengan jalan demikian akan membantu pekerja-pekerja

melakukan pekerjaannya.

F.W. Taylor mengemukakan asas-asas manajemen, yaitu:

1. Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik.

2. Pemilihan serta pengembangan para pekerja.

3. Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik

serta para pekerja yang terpilih dan terlatih.

4. Kerja sama yang harmonis antara manajer dan non manajer, meliputi

pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk merencakan pekerjaan.

2.5 Manajemen Logistik Obat

2.5.1 Pengertian Manajemen Logistik

Manajemen logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis mengatur

pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen

dan penyimpanan barang jadi dan informasi terkait melalui organisasi dan

jaringan pemasarannya dengan cara tertentu sehingga keuntungan dapat

dimaksimalkan baik jangka waktu sekarang maupun waktu yang akan datang

melalui pemenuhan pesanan dengan biaya efektif. (Tunggal, 2010)

Manajemen logistik adalah manajemen yang mengendalikan barang-barang

layanan dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai disposisi. (Sabarguna, 2009)

Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni dalam

proses perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat.

18

Universitas Sumatera Utara


Manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai

tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan

dipergunakan secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu organisasi mencapai

tujuan juga didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money,

Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada

kelima faktor tersebut akan memberikan kepuasan kepada konsumer, baik

konsumer internal maupun eksternal (Subagya, 1994).

Gambar siklus administrasi manajemen logistik sebagai berikut :

Unsur Fungsi Logistik


Manajemen Fungsi
Manajemen  Perencanaan
 Man  Pengadaan
 Money  Planning
 Organizing  Penyimpanan
 Machine  Pendistribusian
 Methode  Actuating
 Controlling  Penghapusan
 Material

Gambar 2.4 Siklus Administrasi Manajemen Logistik (Subagya, 1994)

2.5.2 Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. (Permenkes RI

No. 16 tahun 2013)

Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang dipergunakan

dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau

19

Universitas Sumatera Utara


rohaniah pada manusia maupun hewan, termasuk dengan tujuan untuk

memperoleh tubuh atau bagian tubuh manusia. Dalam hal ketersediaan,

pemerataan dan keterjangkauan obat diutamakan pada obat esensial, sedangkan

dari aspek jaminan mutu diberlakukan pada semua jenis obat. Obat esensial

adalah obat yang paling banyak dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan

masyarakat dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan obat

generik adalah obat dengan nama resmi untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

(Syamsuni, 2005)

2.5.3 Alur Manajemen Logistik Obat

Formularium
 POR Puskesmas Nasional
 Good
Prescribing
Practice
 Good Pemilihan
Pharmacy Distribusi Seleksi
Practice

TATA KELOLA
OBAT TERPADU
Penyimpanan Perencanaan
 LPLPO RKO
 E-Logistic

Pengadaan

E-Catalogue

 Good Distribution Practice


 Good Storage Practice

20

Universitas Sumatera Utara


2.6 Proses Manajemen Logistik Obat

2.6.1 Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan

jumlah obat dalam rangka pengadaan. (Depkes RI, 1990)

Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi sesuai dengan hasil kegiatan

pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat

waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat

dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

(metode konsumsi dan epidemiologi) dan disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia. (Permenkes RI N0. 58 tahun 2014)

Menurut Depkes RI Tahun 1990, tujuan dari perencanaan obat adalah untuk

mendapatkan :

1. Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan.

2. Menghindari terjadinya kekosongan obat.

3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Dalam tahapan perencanaan logistik, perencanaan logistik dikatakan baik

apabila mampu menjawab hal-hal sebagai berikut :

1. Apa yang dibutuhkan untuk menentukan jenis barang yang tepat (what).

2. Berapa yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang tepat (how much).

3. Bila mana dibutuhkan untuk menentukan waktu yang tepat (when).

21

Universitas Sumatera Utara


4. Dimana dibutuhkan untuk menentukan tempat yang tepat (where).

5. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan untuk menentukan

orang atau unit yang tepat (who).

6. Bagaimana diselenggarakan untuk menentukan proses yang tepat (how).

7. Mengapa dibutuhkan untuk memeriksa apakah keputusan yang diambil

sudah tepat (why).

Perencanaan pengadaan obat dilakukan melalui 2 tahapan yaitu tahap

persiapan dan tahap perencanaan kebutuhan obat. Pada tahap persiapan ada dua

kegiatan yang dilakukan yaitu :

A. Pembentukan tim perencana obat

Langkah-langkah :

- Mengevaluasi terhadap semua masukan, proses dari semua aspek

perencanaan dan pengadaan obat tahun sebelumnya.

- Evaluasi dilakukan terhadap ketersediaan anggaran, jumlah pengadaan,

jumlah yang didistribusikan, jumlah yang digunakan di unit pelayanan

kesehatan.

- Rencana kebutuhan obat didasarkan atas hasil estimasi kebutuhan obat.

- Penyempurnaan perencanaan kebutuhan obat untuk mengetahui jenis

kebutuhan dana untuk anggaran berikutnya.

B. Penyusunan Rencana Kerja Operasional.

Langkah-langkah :

- Melakukan kompilasi data pemakaian obat (LPLPO).

- Melakukan kompilasi data penyakit dari Puskesmas.

22

Universitas Sumatera Utara


- Menyiapkan data tentang obat yang akan diterima.

- Menyiapkan daftar harga jenis obat.

Sedangkan pada tahap proses perencanaan kebutuhan obat ada 5 kegiatan

yang dilakukan yaitu :

1. Tahap pemilihan obat

Fungsi seleksi adalah untuk menentukan obat yang benar-benar diperlukan

sesuai dengan populasi penduduk berdasarkan pola penyakit dengan prinsip dasar:

- Menentukan jenis obat (beberapa jenis item obat yang akan

digunakan/dibeli)

- Obat memiliki manfaat terapi yang jauh lebih besar dibanding resiko dan

efek sampingnya.

- Merupakan obat terbaik yang memiliki manfaat.

Seleksi/pemilihan obat didasarkan pada obat generik terutama yang

tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku

dengan patokan harga sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan.

2. Tahap komplikasi pemakaian obat

Komplikasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian

perbulan masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan selama setahun

sebagai data pembanding bagi stok optimum.

3. Tahap perhitungan kebutuhan obat

Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan obat dengan pendekatan dapat

dilakukan melalui metode konsumsi, epidemiologi, dan morbiditas.

23

Universitas Sumatera Utara


1. Metode Konsumsi

Didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan farmasi pada tahun

sebelumnya. Langkah-langkah metode ini adalah :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, yang diperoleh dari pencatatan dan

pelaporan informasi baik kartu stock, buku penerimaan dan pengeluaran

serta catatan harian penggunaan obat.

b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.

c. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat, langkah-langkah yang

harus dilakukan adalah :

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun.

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan.

3. Menghitung kekurangan jumlah obat.

4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya pertahun.

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang.

6. Menghitung leadtime (waktu tunggu).

7. Menentukan stok pengaman.

8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun

yang akan datang.

9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran

yang akan datang.

d. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

24

Universitas Sumatera Utara


Jenis data yang diperlukan untuk metode konsumsi yaitu : alokasi dana,

daftar obat, stok awal, LPLPO, sisa stok, obat hilang/rusak, kadaluarsa,

kekosongan obat, pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun, lead time, stok

pengaman dan perkembangan pola kunjungan di puskesmas.

2. Metode Epidemiologi

Didasarkan pada data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar

pengobatan yang ada. Langkah-langkah metode ini adalah :

a. Pengumpulan dan pengolahan data.

b. Menyediakan pedoman/standar pengobatan yang digunakan sebagai

perencanaan.

c. Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

d. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

3. Metode Kombinasi

Merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi. Berupa

perhitungan kebutuhan obat yang telah mempunyai data konsumsi yang

jelas namun kasus penyakit cenderung berubah.

4. Tahap proyeksi kebutuhan obat

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan rancangan stok

akhir periode yang akan datang. Rancangan stok akhir diperkirakan sama dengan

hasil perkalian antara waktu tunggu dan estimasi pemakaian rata-rata/bulan

ditambah stok penyangga, menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun

yang akan datang dan menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan

serta pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran.

25

Universitas Sumatera Utara


5. Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat.

Ada beberapa teknik manajemen dalam penyesuaian jumlah kebutuhan obat

dengan alokasi dana, yaitu :

a. Analisa ABC

Analisa ABC dilakukan dengan cara mengelompokkan jumlah dana yang

diserap untuk setiap jenis obat dalam 3 kelompok, yaitu :

Kelompok A : kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya

menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.

Kelompok B : kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaan

menunjukkan penyerapan dana sekitar 20% dari jumlah dana obat keseluruhan.

Kelompok C : kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaan

menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.

b. Analisa VEN

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang

terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak

tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat

dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu :

Kelompok V : kelompok obat-obatan yang sangat esensial.

Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu:

- Obat penyelamat.

- Obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok (Vaksin).

- Obat-obatan untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian

terbesar.

26

Universitas Sumatera Utara


Kelompok E : obat-obatan yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.

Kelompok N : obat-obatan yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk

menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.

2.6.2 Pengadaan

Pengadaan adalah suatu proses untuk mengadakan obat yang dibutuhkan di

unit pelayanan kesehatan. (Depkes RI, 1990)

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan

dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran (Permenkes RI No. 58

Tahun 2014).

Menurut Depkes RI Tahun 1990, tujuan dari pengadaan obat adalah

tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan mutu yang tinggi dan

dapat diperoleh pada waktu yang tepat.

Didalam Permenkes RI No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit dijelaskan bahwa pelaksanaan pengadaan obat

dilakukan dengan memperhatikan :

1. Pemilihan metode pengadaan.

- Lelang

- Penunjukan langsung

27

Universitas Sumatera Utara


- Swakelola

2. Sumber Dana.

3. Penerimaan dan pemeriksaan obat

Pada tahap pelaksanaan pengadaan obat, ada beberapa metode yang

digunakan dalam pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan, tetapi

hendaknya dipilih metode yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemilihan

metode hendaknya mempertimbangkan jenis, sifat nilai barang yang akan

dibeli. Dalam memilih dan menetapkan metode pengadaan harus mengikuti

ketentuan-ketentuan pemerintah yang berlaku. Proses pengadaan hendaknya

dilaksanan dengan prinsip efisien, efektif, transparan, dan adil.

Berdasarkan Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, obat pada dasarnya termasuk dalam kriteria barang/jasa

khusus, karena jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan sehingga dapat dilakukan pengadaan melalui penunjukan langsung.

Dengan telah terbangunnya sistem e-Catalogue obat, maka

Lembaga/Dinas/Instansi tidak perlu melakukan proses pelelangan, namun dapat

langsung memanfaatkan sistem e-Catalogue obat dengan prosedur e-Purchasing.

e-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa berdasarkan e-

Catalogue obat. Sedangkan e-Catalogue obat adalah sistem informasi elektonik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai

penyediaan barang/jasa tertentu. Dengan dikembangkannya sistem e-Catalogue

obat tersebut, maka pengadaan obat oleh Lembaga/Dinas/Instansi dapat

dilaksanakan dengan :

28

Universitas Sumatera Utara


1. Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar e-Catalogue Portal Pengadaan

Nasional dilakukan dengan e-Purchasing.

2. Pengadaan obat yang belum ada dalam daftar e-Catalogue menggunakan

proses pengadaan sesuai dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengadaan diantaranya

(Anief, 2005) adalah :

1. Waktu pembelian mencegah terjadinya kekosongan persediaan.

2. Lokasi produksi farmasi berada, apabila waktu yang diperlukan untuk

mengirimnya singkat maka waktu pembelian dapat dilakukan pada saat

barang hampir habis.

3. Frekuensi dan volume pembelian; makin kecil volume barang/jumlah

barang yang dibeli makin tinggi frekuensi dalam melakukan pembelian.

2.6.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam menerima obat-obat

baik dari pemasok maupun dari gudang obat dati II atau dari suatu unit pelayanan

kesehatan kepada unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi

pesanan atau permintaan obat dari yang bersangkutan. Maksud dan tujuan

penerimaan ini adalah obat yang diterima baik jenis dan jumlahnya sesuai dengan

dokumen yang menyertai. (Depkes RI, 1990)

Kegiatan penerimaan obat meliputi :

1. Penyusunan rencana pemasukan barang.

29

Universitas Sumatera Utara


Ini berdasarkan pemberitahuan dari Pimpro/Kepala Kantor/satuan kerja

mengenai akan datangnya obat-obatan dari pemasok, maka disusun rencana

pemasukan obat, personil, peralatan, dan tempat penyimpanan.

2. Pemeriksaan dan penerimaan obat

Obat yang baru diterima ditempatkan di ruang khusus sampai pemeriksaan dan

penerimaan obat selesai dilaksanakan. Pemeriksaan dilakukan setelah dokumen

obat lengkap. Selanjutnya panitia memeriksa/meneliti surat kontrak, surat

pesanan, surat kiriman, sertifkat analisa, jumlah kemasan, berat masing-masing

kemasan, jenis dan jumlah obat, kemasan, dan bentuk obat.

3. Berita acara dan penerimaan obat.

Obat-obat yang diterima dibuatkan berita acara penerimaan dan pemeriksaan

obat sesuai dengan hasil pemeriksaan. Berita acara pemeriksaan penerimaan

obat adalah dokumen tanda bukti pemeriksaan pada penerimaan keadaan,

banyaknya, dan sumber yang bersangkutan dengan obat.

4. Untuk obat-obatan yang tidak memenuhi syarat baik dari segi mutu, tanggal

kadaluarsa, jumlah isi dalam satu kemasan maupun jumlah sautan kemasan

harus diajukan klaim.

5. Pencatatan harian penerimaan obat.

Obat-obatan yang telah diterima dan diperiksa harus segera dicatat dan

bukukan pada buku harian penerimaan obat mengenai data obat dan dokumen

obat tersebut. Buku harian ini berisi nomor urut, tanggal penerimaan, nama dan

alamat pengirim, nomor dokumen, tanggal dokumen, nama barang, nomor

kode, banyak barang, nomor berita acara dan serah terima, dan keterangan.

30

Universitas Sumatera Utara


2.6.4 Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan

obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman. (Depkes RI, 1990)

Dalam Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek dijelaskan bahwa penyimpanan obat harus disimpan

dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi

dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan

harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya

memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua obat/bahan

obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan

stabilitasnya.

Persyaratan Gudang Farmasi pada proses penyimpanan obat : (Depkes RI, 2003)

1. Cukup luas minimal 3x4 m2.

2. Ruangan kering tidak lembab.

3. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas.

4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk

menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.

5. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya

debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet).

6. Dinding dibuat licin.

7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.

8. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.

9. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.

31

Universitas Sumatera Utara


10. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu

terkunci.

11. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan.

Pengaturan Proses Penyimpanan Obat harus : (Depkes RI, 2003)

1. Obat di susun secara alfabetis.

2. Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO.

3. Obat disimpan pada rak.

4. Obat yang disimpan pada lantai harus di letakkan diatas palet.

5. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.

6. Cairan dipisahkan dari padatan.

7. Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

Menurut Depkes RI Tahun 1990, ada empat kegiatan yang dilakukan pada

proses penyimpanan obat antara lain : pengaturan tata ruang, penyusunan stok

obat, pencatatan stok obat dan pengamatan mutu obat.

Pengaturan tata ruang dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dalam

penyimpanan, penyusunan pencarian dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan

pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Adapun faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut :

1. Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata dengan

menggunakan sistem satu lantai dan jangan menggunakan sekat-sekat karena akan

membatasi pengaturan tata ruangan.

2. Sirkulasi udara yang baik

32

Universitas Sumatera Utara


Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adanya sirkulasi udara

yang cukup di dalam ruangan gudang, sirkulasi yang baik akan memaksimalkan

umur hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan

memperbaiki kindisi kerja. Idealnya didalam gudang terdapat AC, namun

biayanya akan menjadi mahal untuk ruangan gudang yang luas. Alternatif lain

adalah menggunakan kipas angin dan jika belum cukup makan perlu ventilasi

melalui atap.

3. Rak

Penempatan rak yang tepat akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan

gerakan stok obat.

4. Kondisi penyimpanan khusus

a. Vaksin memerlukan “cold chain” khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik.

b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu

terkunci.

c. Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan

dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan dalam bangunan khusus terpisah

dari gudang induk.

5. Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar

seperti kardus, mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup.

Dalam penyusunan stok obat dilakukan menurut bentuk sdiaan dan

alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka langkah yang dilakukan

33

Universitas Sumatera Utara


adalah menggunakan prinsip FIFO dan FEFO dalam penyusunan obat yaitu obat

yang masa kadaluwarsanya lebih awal harus digunakan lebih awal atau yang

diterima lebih awal harus digunakan lebih awal, gunakan lemari khusus untuk

menyimpan narkotika, simpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur dan

cahaya serta kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai, simpan obat dalam rak

dan berikan nomor kode dengan memisahkan obat dalam dengan obat-obatan

untuk pemakaian obatluar cantumkan nama masing-masing obat dengan rapi dan

apabila persediaan obat cukup banyak dan dengan membiarkan obat tetap dalam

box masing-masing.

Dalam pencatatan kartu stok induk maka kartu stok induk diletakkan di

Ruang Kepala Gudang Farmasi, dimana kegiatan pencatatan dilakukan secara

rutin dan setiap terjadi mutasi obat, pengeluaran, hilang, rusak langsung dicatat

didalam kartu stok induk serta penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan setiap

akhir bulan.

Untuk kegiatan pengamatan mutu obat, jika dari pengamatan visual diduga

ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptik harus

dilakukan dengan pengujian laboratorium.

2.6.5 Pendistribusian

Pendistribusian merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran

dan pengiriman obat-obatan yang bermutu dari instalasi farmasi dalam

pemenuhan pesanan atau permintaan unit-unit pelayanan kesehatan dengan tujuan

terlaksananya penyebaran obat secara merata dan teratur serta dapat diperoleh

34

Universitas Sumatera Utara


pada saat dibutuhkan, terjaminnya mutu, keabsahan obat dan ketepatan,

kerasionalan serta efisiensi penggunaan obat. (Permenkes RI No. 58 Tahun 2014)

Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola

pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya. (Subagya, 1994 dalam

Febriwati, 2013)

Tahapan dsitribusi antara lain :

1. Semua jenis logistik yang dibeli atau diadakan baik melalui pihak ketiga

maupun pembelian sendiri harus melalui dan diterima oleh Panitia Penerima

Barang.

2. Sebelum Panitia Penerima Barang menerima logistik yang diserahkan,

terlebih dahulu diwajibkan kepada Timnya untuk melakukan pemeriksaan

atas logistik yang diserahkan tersebut, dengan melakukan pengecekan

secara cermat terhadap jenis barang apakah sudah sesuai dengan kontrak,

baik jenis, spesifikasi dan jumlahnya.

3. Kelengkapan dokumen pengiriman seperti faktur, agar sesuai dengan

kontrak (nama rekanan, tanggal pengiriman, jenis dan jumlah).

Dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu sesuai dengan batas

waktu yang tertera dalam kontrak. Jika melampaui, maka Panitia Penerima

Barang membubuhkan tanggalnya sesuai dengan tanggal pada saat barang

tersebut diterima. Jangan pernah menyesuaikan tanggal penerimaan barang

dengan tanggal yang tertera dalam kontrak.

35

Universitas Sumatera Utara


2.6.6 Penghapusan

Penghapusan adalah serangkaian kegiatan dalam pembebasan barang/obat-

obatan milik kekayaan negara dari pertanggung-jawaban berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Subagya, 1994).

Menurut Depkes RI Tahun 1990, tujuan dari penghapusan obat yaitu :

1. Penghapusan pertanggung jawaban para petugas terhadap barang/obat-

obatan yang diurusnya.

2. Menghindarkan pembiayaan.

3. Menghindarkan kerugian negara akibat hancurnya barang tersebut.

4. Menjaga keselamatan kerja dan pengotoran lingkungan.

5. Sebagai sumber dana bagi negara.

Alasan penghapusan barang antara lain :

a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,

administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan.

b. Tekhnis dan ekonomis : setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya

disebabkan faktor-faktor kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,

kadaluwarsa, menguap atau handling, busuk karena tidak memenuhi

spesifikasi sehingga barang tidak dapat dipergunakan lagi.

c. Surplus dan akses.

d. Tidak bertuan : Barang-barang yang tidak diurus.

e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkasa Program.

Penghapusan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu :

a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur

36

Universitas Sumatera Utara


Dalam aspek yuridis mencakup hal-hal pembentukan panitia penilai,

identifikasi dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat,

persyaratan atau ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian

kewajiban sebelum barang dihapus.

b. Aspek rencana pelaksana teknis

Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.

Dalam Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotik diatur mengenai penghapusan, bahwa obat kadaluwarsa

atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.

Penghapusan atau pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung

narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga

kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.

Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan formulir

pemusnahan.

Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain

yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir

pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain :

1. Pemanfaatan langsung; usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-

komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai

persediaan baru.

37

Universitas Sumatera Utara


2. Pemanfaatan kembali; usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang

yang dihapus menjadi barang lain.

3. Pemindahan; mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka

pemanfaatan langsung.

4. Hibah; pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan

atau pihak di luar instansi (Pemerintah).

5. Penjualan/pelelangan; dijual baik di bawah tangan atau dilelang.

6. Pemusnahan; menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan.

2.7 Puskesmas

2.7.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengupayakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

(Permenkes RI No. 75 Tahun 2014)

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

2.7.2 Fungsi Puskesmas

Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya,

puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjaungkau, adil dan

merata. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan

38

Universitas Sumatera Utara


dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis

dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat umum.

Puskesmas juga diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator

dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah

kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat. Hasil yang

diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya

pembangunan diluar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan

dan perilaku sehat. Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan

puskesmas harus secara pro aktif menjalin kemitraan dengan bidang

pembangunan (sektor) lain ditingkat kecamatan melalui pertemuan-pertemuan

koordinasi membahas situasi dan upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan

perilaku hidup sehat masyarakat.

2.7.3 Program Puskesmas

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

1. Program Kesehatan Masyarakat Esensial

Puskesmas memiliki program esensial yang ditetapkan berdasarkan

kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia dengan kemampuan dalam

mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan internasional yang berkaitan

dengan kesakitan, kecacatan dan kematian.

Program esensial tersebut antara lain : (a) promosi kesehatan, (b) kesehatan

lingkungan, (c) kesehatan Ibu dan Anak, termasuk keluarga berencana, (d)

perbaikan gizi, (e) pemberantasan penyakit menular, dan (f) pengobatan. Rincian

masing-masing kegiatan dari program esensial tersebut diserahkan kepada Dinas

39

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan Kabupaten/Kota bersama dengan puskesmas mengacu pada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan serta sesuai dengan kemampuan

dan potensial setempat.

2. Program Kesehatan Masyarakat Pengembangan

Program pengembangan merupakan program yang disesuaikan dengan

permasalahan kesehatan masyarakat setempat dan sesuai dengan tuntutan

masyarakat sebagai program inovatif dengan mempertimbangkan kemampuan

sumber daya yang tersedia dan dukungan dari masyarakat.

Program kesehatan pengembangan tersebut antara lain : (a) usaha kesehatan

sekolah, (b) usaha kesehatan olah raga, (c) perawatan kesehatan masyarakat, (d)

kesehatan kerja, (e) kesehatan gigi dan mulut, (f) kesehatan jiwa, (g) kesehatan

mata, (h) kesehatan usia lanjut, (i) pembinaan pengobatan tradisional. (Permenkes

RI No. 75 Tahun 2014)

2.8 Landasan Teori

Teori manajemen menurut Ivancevich et al (2007) yang meliputi masukan,

proses serta keluaran merupakan acuan atau landasan teori yang

diimplementasikan dalam manajemen logistik obat di dinas kesehatan. Skema

landasan teori seperti diuraikan berikut ini :


Masukan (Input)
Proses
 Man
 Money  Planning Keluaran
 Methods  Organizing
 Materials  Staffing (Output)
 Machine  Directing
 Market  Controlling

Gambar 2.7 Landasan Teori

40

Universitas Sumatera Utara


2.9 Kerangka Pikir

Pengelolaan obat yang baik demi terwujudnya pemenuhan kebutuhan obat

puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dasar masyarakat tergantung

kepada ketersediaan obat yang ada di instalasi farmasi Kab/kota. Sebagai

kerangka pikir penelitian disajikan sebagai berikut :

PROSES
OUTPUT
INPUT
- Perencanaan
Tersedianya Obat
-Sumber daya manusia - Pengadaan
yang dibutuhkan
- Penyimpanan
-Sumber Anggaran di Puskesmas
- Pendistribusian
-Data
- Penghapusan

Gambar 2.9 Kerangka Pikir Pelaksanaan Manajemen Logistik Obat

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian yaitu :

1. Masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam melaksanakan

perencanaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, meliputi :

a. Sumber daya manusia adalah orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan di

instalasi farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

b. Sumber Anggaran adalah ketersediaan alokasi sumber dana dalam

menunjang proses pengelolaan obat.

c. Data adalah bahan acuan atau informasi untuk melakukan proses

pengelolaan obat.

41

Universitas Sumatera Utara


2. Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan dalam manajemen logistik obat di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, meliputi :

a. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan

jumlah obat dalam rangka pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang.

b. Pengadaan adalah proses untuk pengadaan obat yang dibutuhkan di

Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

c. Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-

obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman di gudang farmasi

kabupaten.

d. Pendistribusian adalah rangkaian kegiatan dalam pengeluaran dan

pengiriman obat-obatan yang bermutu dari gudang obat secara merata ke

seluruh Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

e. Penghapusan adalah kegiatan dalam rangka pembebasan obat-obatan milik

kekayaan negara yang sudah kadaluwarsa.

3. Keluaran (Output) adalah hasil dari manajemen logistik obat di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yaitu tersedianya obat yang dibutuhkan di

Puskesmas.

42

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian bersifat kualitatif yaitu untuk

melihat atau menggambarkan pelaksanaan manajemen logistik obat di Instalasi

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam.

Menurut Sugiyono (2015), metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang Lubuk Pakam, dengan pertimbangan manajemen logistik obat di Instalasi

Farmasi diasumsikan belum terlaksana dengan baik dan belum mampu dalam

memenuhi kebutuhan obat Puskesmas.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari survei pendahuluan yang dimulai dari

bulan Juni 2016 s/d Juli 2017.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pengelola obat di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam, yaitu unsur dari

pihak Dinas Kesehatan Serta unsur dari pihak Puskesmas Kabupaten Deli

Serdang. Informan dari pihak Dinas Kesehatan terdiri dari : (a) Kepala Seksi

43

Universitas Sumatera Utara


Kefarmasian, (b) Kepala Gudang Farmasi Dinas Kesehatan, (c) 1 orang staf

gudang farmasi, (d) Kepala Seksi Ketenagaan. Informan dari Puskesmas adalah 1

orang Kepala Puskesmas dan 1 orang petugas penanggung jawab pengelola obat

Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk

Pakam.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Wawancara

Cara yang digunakan adalah wawancara mendalam dan terbuka.

b. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung proses kegiatan di

lapangan. Dengan pengamatan diharapkan peneliti lebih jelas mengetahui

proses pelaksanaan kegiatan yang terjadi di lapangan meliputi hal-hal

sebagai berikut :

1. Kegiatan yaang sudah berjalan dengan baik.

2. Kegiatan-kegiatan yang belum dapat dilaksanakan (sebagian atau

seluruhnya).

3. Kendala-kendala yang dihadapi di Lapangan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bagian Instalasi Farmasi Lubuk Pakam berupa:

a. Struktur organisasi dan ketenagaan dari Instalasi Farmasi.

b. Usulan obat per-tahun Instalasi Farmasi.

44

Universitas Sumatera Utara


c. Laporan penerimaan dan pengeluaran obat Puskesmas.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa voice recorder, notes

dan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara kepada informan.

3.6 Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan

data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data

dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dalam

penelitian ini, triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber yang

berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik

yang sama. (Sugiyono, 2015)

3.7 Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015) analisis data

kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

45

Universitas Sumatera Utara


2. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data berupa teks yang bersifat naratif.

Data- data untuk membuat narasi berasal dari temuan di lapangan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

46

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

4.1.1 Letak dan Geografis

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada

posisi 2057’ LU – 3016’ LS dan antara 98033’ – 99027’ BT. Luas wilayah

Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 km2 dengan ketinggian wilayah bekisar

0-500 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah Kabupaten Deli Serdang

meliputi :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan

Selat Malaka.

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Karo

dan Simalungun.

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan

Karo.

d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Serdang

Bedagai.

Administrasi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan

yang terdiri dari 394 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar 1.984.598

jiwa.

Tabel 4.1 Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang


No. Nama Kecamatan Luas Area
(Km2)
1. Gunung Meriah 76,65

47

Universitas Sumatera Utara


2. STM Hulu 223,38
3. Sibolangit 179,96
4. Kutalimbaru 174,92
5. Pancur Batu 122,53
6. Namorambe 62,30
7. Biru-biru 89,69
8. STM Hilir 190,50
9. Bangun Purba 129,95
10. Galang 150,29
11. Tanjung Morawa 131,75
12. Patumbak 46,79
13. Deli Tua 9,36
14. Sunggal 92,52
15. Hamparan Perak 230,15
16. Labuhan Deli 127,23
17. Percut Sei Tuan 190,79
18. Batang Kuis 40,34
19. Pantai Labu 81,85
20. Beringin 52,69
21. Lubuk Pakam 31,19
22. Pagar Merbau 62,89
Total 2.497,72
Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang

4.1.2 Kependudukan

Penduduk Kabupaten Deli Serdang berjumlah 1.984.598 jiwa dengan

rincian jumlah penduduk laki-laki 998.669 jiwa dan penduduk perempuan

985.929 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan

Percut Sei Tuan sebesar 426.429 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit

adalah Kecamatan Gunung Meriah sebesar 2.800 jiwa. Namun Kecamatan Deli

Tua merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya yaitu 7.176.07 jiwa

per km2 dengan rata-rata 4,42 jiwa per rumah tangga.

Jumlah komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur yang terbesar

adalah kelompok umur 0 – 4 tahun sebesar 11,14% dan kelompok umur 5 – 9

48

Universitas Sumatera Utara


tahun sebesar 10,29%. Sedangkan komposisi penduduk paling sedikit berada pada

kelompok umur 70 – 74 tahun sebesar 0,93% dan ≥ 75 tahun sebesar 0,93%.

4.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

4.2.1 Visi, Misi, dan Motto Dinas Kesehatan Deli Serdang

Dinas Kesehatan Deli Serdang dalam menjalankan tugasnya memiliki visi,

misi dan motto yaitu :

a. Visi

Visi Dinas Kesehatan Deli Serdang yaitu terwujudnya pelayanan publik

yang optimal.

b. Misi

Misi Dinas Kesehatan Deli Serdang yaitu :

1. Melaksanakan Pelayanan Publik yang Transparan dan Akuntabel.

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Secara Profesional.

3. Melaksanakan Tertib Administrasi.

c. Motto

Dinas Kesehatan Deli Serdang memiliki motto “SMART”

S = Sederhana

M = Mudah

A = Akurat

R = Ramah

T = Tepat Waktu

4.2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Deli Serdang

49

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 2233 Tahun 2016 tentang Rincian

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Deli Serdang bahwa organisasi Dinas

Kesehatan Deli Serdang terdiri dari :

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretariat terdiri dari Sub Bagian Program Informasi dan Humas, Sub Bagian

Keuangan dan Pengelolaan Asset, Sub Bagian Hukum Kepegawaian dan

Umum.

3. Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari Seksi Pelayanan Kesehatan Primer,

Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional.

4. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi,

Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, Seksi Kesehatan Lingkungan,

Kesehatan Kerja dan Olahraga.

5. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari Seksi Surveilens

dan Imunisasi, Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dan

Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan

Jiwa.

6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri dari Seksi

Kefarmasian, Seksi Alat Kesehatan dan PKRT, dan Seksi Sumber Daya

Manusia Kesehatan.

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas.

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

4.2.3 Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang

50

Universitas Sumatera Utara


Samapai tahun 2015, jumlah Puskesmas di Kabupaten Deli Serdang adalah

sebanyak 34 unit, dengan rincian 20 unit Puskesmas rawat inap dan 14 unit

Puskesmas rawat jalan serta Puskesmas Pembantu sebanyak 106 unit.

Distribusi Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten


Deli Serdang.
No. Kecamatan Puskesmas Status
1. Gunung Meriah Gunung Meriah Rawat Jalan
2. STM Hulu Tiga Juhar Rawat Inap
3. Sibolangit 1. Sibolangit Rawat Inap
2. Bandar Baru Rawat Jalan
4. Kutalimbaru Kutalimbaru Rawat Inap
5. Pancur Batu 1. Pancur Batu Rawat Inap
2. Sukaraya Rawat Jalan
6. Namorambe Namorambe Rawat Inap
7. Biru-biru Biru-biru Rawat Inap
8. STM Hilir Talun Kenas Rawat Inap
9. Bangun Purba Bangun Purba Rawat Inap
10. Galang 1. Galang Rawat Jalan
2. Petumbukan Rawat Jalan
11. Tanjung Morawa 1. Tanjung Morawa Rawat Jalan
2. Dalu Sepuluh Rawat Jalan
12. Patumbak Patumbak Rawat Inap
13. Deli Tua Deli Tua Rawat Jalan
14. Sunggal 1. Sei Mencirim Rawat Inap
2. Mulyorejo Rawat Jalan
3. Sei Semayang Rawat Jalan
15. Hamparan Perak 1. Hamparan Perak Rawat Inap
2. Kota Datar Rawat Jalan
16. Labuhan Deli 1. Labuhan Deli Rawat Inap
2. Pematang Johar Rawat Inap
17. Percut Sei Tuan 1. Bandar Khalipah Rawat Inap
2. Tanjung Rejo Rawat Jalan
3. Kenangan Rawat Inap
18. Batang Kuis Batang Kuis Rawat Inap
19. Pantai Labu Pantai Labu Rawat Inap
20. Beringin 1. Aras Kabu Rawat Inap
2. Karang Anyar Rawat Jalan

51

Universitas Sumatera Utara


21. Lubuk Pakam 1. Lubuk Pakam Rawat Jalan
2. Pagar Jati Rawat Jalan
22. Pagar Merbau Bandar Dolok Rawat Jalan

4.2.4 Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan data dari kepegawaian pada akhir tahun 2015, tenaga

kefarmasian yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan pemerintah (Dinas

Kesehatan, Puskesmas, UPT di Kabupaten Deli Serdang) sebanyak 5 orang.

Dengan sebaran 2 orang apoteker di Dinas Kesehatan yang memegang jabatan

kepala seksi kefarmasian dan kepala gudang farmasi, serta 3 orang apoteker di

Puskesmas di Puskesmas sebagai pengelola obat Puskesmas. Bila dibandingkan

dengan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang membawahi

34 Puskesmas, hal ini dapat dikatakan minim tenaga kefarmasian. Distribusi

tenaga kefarmasian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Deli


Serdang
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
UNIT KERJA TENAGA TEKNIS
NO. APOTEKER TOTAL
(PUSKESMAS) KEFARMASIAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1. Gunung Meriah - - - - - - - - -
2. Tiga Juhar - 1 1 - - - - 1 1
3. Sibolangit - 1 1 - - - - 1 1
4. Bandar Baru - - - - - - - - -
5. Kutalimbaru - - - - 1 1 - 1 1
6. Pancur Batu - - - - 1 1 - 1 1
7. Sukaraya - 1 1 - - - - 1 1
8. Namorambe - 1 1 - - - - 1 1

52

Universitas Sumatera Utara


9. Biru-biru - 1 1 - - - - 1 1
10. Talun Kenas - - - - - - - - -
11. Bangun Purba - - - - 1 1 - 1 1
12. Galang - 1 1 - - - - 1 1
13. Petumbukan - 1 1 - - - - 1 1
14. Tanjung Morawa - - - - - - - - -
15. Dalu Sepuluh - - - - - - - - -
16. Patumbak - - - - - - - - -
17. Deli Tua - - - - - - - - -
18. Sei Mencirim - - - - - - - - -
19. Mulyorejo - - - - - - - - -
20. Sei Semayang - - - - - - - - -
21. Hamparan Perak - - - - - - - - -
22. Kota Datar - - - - - - - - -
23. Labuhan Deli - 2 2 - - - - 2 2
24. Pematang Johar - - - - - - - - -
25. Bandar Khalifah - 1 1 - - - - 1 1
26. Tanjung Rejo - - - - - - - - -
27. Kenangan - - - - - - - - -
28. Batang Kuis - - - - - - - - -
29. Pantai Labu - 1 1 - - - - 1 1
30. Aras Kabu - 1 1 - - - - 1 1
31. Karang Anyar - 1 1 - - - - 1 1
32. Lubuk Pakam - - - - - - - - -
33. Pagar Jati - - - - - - - - -
34. Bandar Dolok - - - - - - - - -
Sub Jumlah (Puskesmas) - 13 13 - 3 3 - 16 16

4.3 Gambaran Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang.

Instalasi Farmasi dinas kesehatan deli serdang merupakan unit pelaksana

dibawah Seksi Farmasi dalam lingkungan Dinas Kesehatan yang berada dibawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang terpisah tidak jauh

53

Universitas Sumatera Utara


dari dinas kesehatan. Tujuan adanya instalasi ini yaitu untuk melaksanakan

pengelolaan obat dengan baik dan tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup

pada waktu yang tepat.

Kepala
Instalasi Farmasi

Petugas
Tata Usaha

Staf Staf Staf Staf Staf


Fungsional Fungsional Fungsional Fungsional Fungsional

2.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

4.4 Karakteristik Informan

No. Informan Jabatan Umur Jenis Pendidikan


(Tahun) Kelamin
1. Informan 1 Kepala Seksi Kefarmasian 53 Thn Laki-laki Apoteker

2. Informan 2 Kepala Instalasi Farmasi 35 Thn Perempuan Apoteker


3. Informan 3 Kepala Seksi Ketenagaan 48 Thn Laki-laki SKM
4. Informan 4 Petugas Instalasi Farmasi 40 Thn Perempuan SMA
5. Informan 5 Kepala Puskesmas 44 Thn Laki-laki Dokter
6. Informan 6 Pengelola Obat Puskesmas 29 Thn Perempuan S.Farm

4.5 Masukan (Input)

Input merupakan komponen yang memberikan masukan untuk berfungsinya

satu sistem seperti pelayanan kesehatan terhadap beberapa aspek yang

54

Universitas Sumatera Utara


dikategorikan sebagai input dalam analisis manajemen logistik obat yaitu : sumber

daya manusia, sumber anggaran, dan data.

4.5.1 Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Kesehatan Deli Serdang dengan

wawancara mendalam terhadap Kepala Seksi Farmasi, Kepala Instalasi Farmasi,

Kepala Puskesmas dan Pengelola Obat Puskesmas diperoleh hasil mengenai

sumber daya manusia instalasi farmasi sebagai berikut.

4.5.1.1 Kualitas Sumber Daya Manusia

Hasil wawancara tentang kualitas sumber daya manusia pengelola obat di

Dinas Kesehatan dijelaskan oleh kepala seksi instalasi farmasi dan pihak

Puskesmas sebagai berikut :

“Sumber daya manusia yang seharusnya ada di puskesmas dalam


pengelolaan obat adalah yang berlatar belakang ahli kefarmasian. Tapi
pada kenyataannya ada puskesmas yang masih memberdayakan tenaga
medis lainnya seperti bidan, perawat dan lainnya dalam pengelolaan
obat.” (Informan 5)
“Sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi bisa dikatakan
kurang karena di Dinas ini yang pendidikan berlatar belakang apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian hanya ada 3 orang dan selebihnya
memberdayakan tenaga kesehatan yang ada. Begitu juga di Puskesmas.
Dari 34 Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang hanya
ada 16 orang tenaga teknis kefarmasian untuk pengelolaan obat tingkat
puskesmas”. (Informan 1)
Pernyataan informan tersebut didukung oleh pernyataan Kepala Seksi

Ketenagaan Dinas Kesehatan Deli Serdang yang menegaskan bahwa memang

benar sumber daya manusia khususnya tenaga kefarmasian di Dinas Kesehatan

dan Puskesmas masih kurang.

Demikian kutipan pernyataan tersebut.

55

Universitas Sumatera Utara


“dikatakan sumber daya manusia nya kurang, karena yang sebenarnya
pengelola obat di dinas dan puskesmas seharusnya adalah tenaga
kefarmasian. Pada kenyataannya dari 34 puskesmas hanya ada 16 orang
tenaga teknis kefarmasian untuk pengelola obat. Tetapi mengingat dan
menimbang keterbatasan sumber daya manusia maka diberdayakanlah
tenaga kesehatan yang ada”. (Informan 3)
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber

daya manusia yang ada di instalasi farmasi dinas kesehatan maupun puskesmas

dalam pengelolaan obat menyebabkan terjadinya perangkapan tugas.

4.5.1.2 Pelatihan Sumber Daya Manusia

Hasil wawancara terhadap pelatihan sumber daya manusia dalam

pengelolaan obat di dinas kesehatan dijelaskan oleh kepala instalasi farmasi,

sebagai berikut :

“Pelatihan sumber daya manusia untuk pengelola obat di dinas kesehatan


dan puskesmas tidak pernah dilakukan. Hanya saja setiap 3 bulan sekali
dilakukan pertemuan di instalasi farmasi dinas kesehatan yang diikuti
oleh kepala seksi farmasi, kepala instalasi farmasi yang ada di dinas
kesehatan ditambah 10 orang kepala puskesmas di wilayah kerja dinas
kesehatan deli serdang”. (Informan 1)
Berdasarkan kutipan diatas dapat diperoleh informasi bahwa pengelola obat

di Dinas Kesehatan Deli Serdang pernah mendapat pelatihan. Kutipan ini

didukung dengan pernyataan :

“Pelatihan memang belum pernah dilakukan. Yang dilakukan hanya


pertemuan yang diikuti oleh kepala seksi farmasi, kepala instalasi farmasi
dan 10 orang kepala puskesmas. Selebihnya, pengelola obat yang ada di
dinas kesehatan dan puskesmas tidak pernah ikut pertemuan dan cuma
tau dasar-dasarnya saja”. (Informan 3)
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa belum

pernah dilakukan pelatihan untuk pengelola obat yang ada di dinas kesehatan

maupun di puskesmas.

4.5.2 Sumber Anggaran

56

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian mengenai sumber anggaran di dinas kesehatan deli serdang

untuk proses pengelolaan obat di instalasi farmasi dinyatakan oleh kepala seksi

farmasi dan kepala instalasi farmasi.

Berikut ini kutipan dari informan :

“Kalau untuk anggaran obat, sumber anggarannya diperoleh dari APBD,


BOK Program dan BPJS. Masalah besarannya saya tidak tahu.”
(Informan 2)
“Selama ini sumber dana berasal dari APBD, BOK Program dan BPJS.
Besarannya saya juga tidak tahu. Karena setelah di rencanakan obatnya
langsung di usulkan ke bagian keuangan untuk menyesuaikan dengan
dana yang tersedia. setahu saya, untuk obat hanya 10% dari dana APBD
yang tersedia. Masalah dana BOK Program itu langsung dari pemerintah
obatnya datang. Jadi saya tidak tahu berapa besarannya. Begitu juga
untuk dana BPJS.” (Informan 1)
Berdasarkan pernyataan informan 1 dan 2 di atas, diperoleh informasi

bahwa sumber anggaran di dinas kesehatan deli serdang untuk proses pengelolaan

obat berasal dari dana APBD, BOK Program dan BPJS.

4.5.3 Data

Berdasarkan hasil wawancara, data yang sudah tersedia belum memadai dan

belum membantu dalam proses pengelolaan obat di instalasi farmasi dinas

kesehatan deli serdang. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini :

“Data untuk proses pengelolaan obat belum lengkap. Memang kartu stok
sudah ada, tapi belum cukup untuk proses pengelolaan obat. (Informan
1)
“Data pada proses penyimpanan belum begitu lengkap. Hanya ada data
kartu stock dan kumpulan LPLPO dari puskesmas.” (Informan 4)
“Untuk proses pendistibusian obat, data yang diperlukan sudah cukup
memadai.” (Informan 4)

57

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan kutipan di atas diperoleh informasi bahwa data dalam proses

pengelolaan obat di dinas kesehatan kabupaten deli serdang belum tersedia secara

keseluruhan sehingga proses pengelolaan obat belum berjalan dengan baik.

Kutipan di atas ditambahkan oleh informan 2 yang mengemukakan bahwa :

“Kartu stock dan data untuk proses distribusi obat memang sudah
tersedia, tetapi data yang lain banyak yang tidak ada. Data lain yang
belum tersedia seperti data lead time (waktu tunggu) tidak ada.”
(Informan 2)
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa data

yang belum tersedia secara keseluruhan sangat berpengaruh dalam proses

pengelolaan obat. Hal ini akan mengakibatkan proses pengelolaan obat tidak

berjalan dengan baik.

4.6 Proses (Process)

4.6.1 Perencanaan Obat

Kegiatan perencanaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas

Kesehatan Deli Serdang dimulai dengan pemilihan jenis obat, dan perhitungan

perkiraan jumlah kebutuhan obat. Dalam hal ini, perencanaan obat dilakukan oleh

Ka. Seksi Kefarmasian, Ka. Instalasi Farmasi dan perwakilan 10 petugas obat

puskesmas. Dalam perencanaan obat di Dinas Kesehatan idealnya harus ada

terbentuk tim perencanaan terpadu. Pada kenyataannya tim perencanaan terpadu

tidak terbentuk.

4.6.1.1 Pemilihan jenis obat

Perencanaan jenis obat adalah suatu kegiatan memilih jenis obat yang

diperlukan Puskesmas. Adapun tujuan dari pemilihan jenis obat ini yaitu agar

tersedianya jenis obat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan 1 tahun ke

58

Universitas Sumatera Utara


depan di Puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas dan

Puskesmas diperoleh kutipan :

“Obat seharusnya direncanakan dari Puskesmas yang namanya bottom


up. Pemilihan jenis obatnya berdasarkan e-catalogue dan harus terkait
dengan 155 jenis penyakit serta sesuai dengan Fornas …” (Informan 5)

“Perencanaan obat dilakukan di Puskesmas. Puskesmaslah yang tau jenis


obat apa saja yang mereka butuhkan. Jenis obat yang dibutuhkan harus
terkait 155 jenis penyakit yang di tangani puskesmas dan mengacu
kepada Fornas. Setelah ditentukan jenis obatnya lalu disampaikan ke
IFK namanya RKO dengan membawa LPLPO. Kemudian direkap dan
disesuaikan dengan anggaran yang ada.” (Informan 2)

“Alur perencanaannya dimulai dari rekapan LPLPO Puskesmas dan


Pustu-Pustu, disesuaikan dengan data penyakit yaitu 10 penyakit terbesar
serta data-data kunjungan pasien.”(Informan 6)

Pernyataan kedua informan tersebut dibenarkan oleh Ka. Seksi Kefarmasian

bahwa perencanaan pemilihan jenis obat memang berdasarkan Fornas dan harus

terkait dengan 155 jenis penyakit yang ditangani di fasilitas kesehatan tingkat

pertama.

Demikian kutipan jawaban informan :

“Alur perencanaan dimulai dari bawah yaitu laporan Puskesmas (Bottom


Up) dan di Dinas Kesehatan menyesuaikan anggarannya (To Down)
Perencanaan pemilihan jenis obat disini berdasarkan e-catalogue dan
terkait dengan 155 jenis penyakit yang ditangani di Puskesmas serta
dihubungkan dengan Fornas. Fornas disini untuk fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan obatnya sudah tersedia.” (Informan 1)
Kesimpulan dari pernyataan informan diatas diperoleh informasi

bahwasannya perencanaan kebutuhan obat dimulai dari Puskesmas (Bottom Up)

dengan membawa laporan LPLPO yang selanjutnya dilaporkan ke dinas kesehatan

(Top Down) dan pemilihan jenis obatnya berdasarkan e-catalogue dan mengacu

pada Fornas serta 155 jenis penyakit yang ditangani di Puskesmas.

59

Universitas Sumatera Utara


4.6.1.2 Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

Dalam hal kegiatan perencanaan perhitungan perkiraan kebutuhan obat,

perencanaan yang dilakukan pihak dinas kesehatan berdasarkan pemakaian tahun

sebelumnya dan pemakaian rata-rata perbulan.

Demikian kutipan jawaban informan :

“Sebenarnya kami tidak ada melakukan perhitungan perkiraan obat


untuk rencana berikutnya. Hanya saja untuk rencana kebutuhan obat
tahun berikutnya dihitung berdasarkan metode konsumsi dikurangi
dengan sisa stok per 31 Desember. Sisa stok ini ditulis setiap bulan dalam
bentuk laporan yang namanya LPLPO. Untuk pemakaian rata-rata
perbulan didapat dari rekapan LPLPO.” (Informan 2)

“Perencanaan perkiraan kebutuhan obat ini berdasarkan jumlah


pemakaian rata-rata perbulan dikalikan dengan 18 bulan. Angka 18 ini
diperoleh dari 1 tahun ada 12 bulan. Dari 12 bulan ini ada penambahan 6
bulan yang dijadikan sebagai buffer stok (stok pengaman). Itulah yang
kami lakukan dalam perencanaan obat untuk perhitungan perkiraan
obat.” (Informan 2)
Pernyataan informan 2 dibenarkan oleh informan 1 bahwa perencanaan

perhitungan perkiraan kebutuhan obat berdasarkan pemakaian tahun sebelumnya

dan pemakaian rata-rata perbulan.

“Memang benar kami tidak melakukan perhitungan perkiraan kebutuhan


obat. Kami menghitung kebutuhan obat hanya berdasarkan pemakaian
tahun lalu dikurangi dengan sisa stok per 31 Desember. Intinya sih dalam
hal perkiraan obat hanya melihat pemakaian tahun sebelumnya
saja……” (Informan 1)

“Pemakaian rata-rata per bulan didapat dari rekapan LPLPO.


Perencanaan perhitungan perkiraan obat ini yaitu jumlah pemakaian
rata-rata perbulan yang dikalikan dengan 18 bulan. Dalam 1 tahun ada
12 bulan dan 18 bulan diperoleh dari adanya penambahan 6 bulan
dijadikan untuk stok pengaman.” (Informan 1)
Kesimpulan dari kedua pernyataan informan diatas diperoleh informasi

bahwasannya dalam kegiatan perencanaan perhitungan perkiraan kebutuhan obat

60

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan di dinas kesehatan berasal dari pemakaian tahun sebelumnya

ditambah dengan kompilasi rekapan LPLPO dari pihak puskesmas.

4.6.2 Pengadaan Obat

Hasil wawancara dari Kepala Gudang Farmasi tentang pengadaan obat

diperoleh informasi bahwa sistem pengadaan obat melalui sistem e-purchasing

dan e-catalogue. Kendala yang sering dalam pengadaan obat melalui e-

purchasing ini yaitu pada sistemnya. Realisasi pengadaan obatnya ada item obat

yang tidak tersedia di e-catalogue. Lama pengadaan obat melalui e-catalogue ini

juga belum diketahui pasti. Sumber dana pengadaan berasal dari dana APBD Kab,

BOK Program, dan BPJS.

Adapun kutipan jawaban informan sebagai berikut :

“Pengadaan obatnya menggunakan e-catalogue dengan sistem e-


purchasing. Sumber dana berasal dari dana APBD Kab, BOK Program,
dan BPJS. Manajemen alur pengadaan obatnya yaitu obat dipesan ke
Pusat (Kemenkes) dan dari sanalah obat berasal dan masuk ke pbf-pbf
yang ada, selanjutnya disampaikan ke gudang farmasi. Setelah sampai di
gudang farmasi kita sesuaikan dengan pesanan kita. Tetapi dalam
penerimaan obat, obat tidak langsung datang 100.000 tablet. Maksudnya
gini, kita pesan 100.000 tablet Amoxillin dan yang datang 25.000 tablet
Amoxillin dulu. Baru 2 bulan kedepan datang lagi 50.000 tablet
Amoxillin. Tapi di tahun ini klop 100.000 tablet Amoxillin. Prosesnya
bertahap gini karna sambil nunggu produksi. Begitu sih
pengadaannya..”(Informan 2)
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Kepala Seksi Kefarmasian

bahwasannya pengadaan obat dilakukan menggunakan e-catalogue dengan sistem

e-purchasing. Sumber dana untuk pengadaan obat ini berasal dari dana APBD

Kab, BOK Program, dan BPJS.

Demikian kutipan jawaban dari Kepala Seksi Kefarmasian :

61

Universitas Sumatera Utara


“Sekarang ini pengadaan obatnya menggunakan e-catalogue dengan
sistem e-purchasing. Pengadaan obat ini dilakukan oleh PPTK. Sumber
dana berasal dari APBD Kab, BOK Program, dan BPJS. Dalam alur
manajemen pengadaannya memang gak 100% obat diterima dalam 1 kali
datang. Tapi memang tetap terealisasi 100% dalam 1 tahun ini……”
(Informan 1)
Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pernyataan informan diatas adalah

bahwa pengadaan obat yang dilakukan di dinas kesehatan menggunakan e-

catalogue dengan sistem e-purchasing walaupun terkadang sistemnya ini terjadi

masalah. Dana dalam pengadaan obat ini bersumber dari dana APBD Kab, BOK

Program, dan BPJS. Dimana dana APBD Kab untuk obat generik dan BOK

Program untuk obat TB Paru, HIV/AIDS, Malaria, Kecacingan, dan Tablet

Tambah Darah.

4.6.3 Penyimpanan Obat

Hasil penelitian mengenai penyimpanan obat, diperoleh informasi bahwa

Dinas Kesehatan memiliki 1 unit gudang farmasi yang terpisah tidak jauh dari

Dinas Kesehatan.

Berikut kutipan dari informan :

“Obat disimpan di gudang farmasi. Gudang farmasi memang terpisah


tidak jauh dari dinas kesehatan. Penyimpanan obat ini lebih
memperhatikan sistem FIFO. Dan obat kulkas dan obat chold chain
disimpan di kulkas ataupun chold chain. Ya beginilah kondisi gudangnya.
Bisa adek lihat sendiri….” (Informan 4)

“Dinas Kesehatan Deli Serdang memiliki 1 unit gudang berupa rumah


untuk penyimpanan obat dan terpisah tidak jauh dari dinas kesehatan.
Kulkas dan chold chain sudah tersedia dan digunakan untuk menyimpan
vaksin. Dalam hal penyimpanan obat tidak secara alfabetis dan disusun
berdasarkan bentuk sediaan. Bahkan rak penyimpanan obat bersekat-
sekat sehingga sulit untuk mengeluarkan obat. Kendala lain yaitu
sebagian AC rusak dan belum tersedianya lemari khusus untuk
penyimpanan obat narkotika dan obat narkotika diletakkan begitu saja di
rak. Itu saja. (Informan 2)

62

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan dari Kepala Gudang Farmasi dan petugas penyimpana gudang

faramasi ini dibenarkan oleh Kepala Seksi Instalasi Farmasi dinas kesehatan

bahwa penyimpanan obat di gudang farmasi belum sepenuhnya benar. Hal ini

terbukti dari cara penyusunan obat yang tidak teratur dan menyebabkan sulitnya

kontrol kadaluwarsa obat.

Demikian kutipan dari Kepala Seksi Instalasi Farmasi :

“Memang benar gudang farmasi untuk penyimpanan obat terpisah tidak


jauh dari dinas. Saya juga melihat bahwa tidak tersedianya lemari khusus
untuk obat narkotika dan hanya diletakkan di rak begitu saja dan
sebagian AC rusak. Dan obat hanya disimpan berdasarkan bentuk
sediaan namun tidak secara alfabetis. Ketidakteraturan ini terkadang
membuat kesalahan dalam pengontrolan tanggal kadaluwarsa”.
(Informan 1)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa obat disimpan berdasarkan

bentuk sediaan saja dan tidak secara alfabetis. Untuk obat narkotika hanya

diletakkan diatas rak begitu saja tanpa ada lemari khusus penyimpanan.

4.6.4 Pendistribusian Obat

Hasil wawancara informan dari dinas kesehatan tentang pendistribusian obat

ke Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Deli Serdang diperoleh informasi

bahwa pendistribusian obat dilakukan berdasarkan LPLPO Puskesmas yang

diterima oleh dinas. Obat yang diberikan untuk 3 bulan kedepan dan

pendistribusian dilakukan setiap 2 bulan sekali yang dimulai dari bulan ganjil.

Sistem distribusi yang dilakukan adalah Puskesmas mengambil sendiri obat-

obatan tersebut, dikarenakan keterbatasan transportasi dinas.

Berikut kutipan jawaban dari informan :

“Pendistribusian obat ke Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli


Serdang dilakukan setiap 2 bulan sekali yang dimulai dari bulan ganjil

63

Universitas Sumatera Utara


untuk kebutuhan 3 bulan kedepan. Disini Puskesmas mengambil obat
sendiri ke dinas dan pada setiap kali pengambilan obat terdiri dari 4
Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang dengan syarat
harus membawa SPT dan membuat LPLPO. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan transportasi dinas dan BOP juga tidak ada dianggarkan
untuk pendistribusian obat-obatan tersebut. (Informan 2)
Pernyataan Kepala Gudang Farmasi tersebut dibenarkan oleh pihak

Puskesmas bahwa pendistribusian dilakukan setiap 2 bulan sekali dan diketahui

pula dalam pendistribusian ini pihak Puskesmas yang mengambil sendiri obat-

obatan ke Dinas Kesehatan.

Berikut kutipan jawaban informan :

“Dinas mengeluarkan obat-obatan per-triwulan, sesuai dengan LPLPO


kami yang juga buat untuk kebutuhan Puskesmas 3 bulan ke depan. Hal
ini meringankan pekerjaan juga sih, karena otomatis pembuatan laporan
juga per-triwulan. Kami ambil sendiri obat-obatan ke dinas kesehatan,
dan kami distribusikan ke pustu-pustu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas kami”. (Informan 6)
Dari pernyataan-pernyataan diatas diperoleh kesimpulan bahwasannya

pendistribusian obat-obatan ke Puskesmas dilakukan setiap 2 bulan sekali yang

dimulai dari bulan ganjil. Hal ini menurut pihak Dinas Kesehatan dikarenakan

keterbatasan sumber daya manusia dalam pengerjaannya dan tidak adanya

anggaran untuk pendistribusian obat.

4.6.5 Penghapusan Obat

Hasil wawancara informan dari pihak Puskesmas tentang penghapusan obat

memberikan informasi bahwa belum pernah dilakukan penghapusan obat terhadap

obat-obatan yang kadaluwarsa. Obat-obatan yang kadaluwarsa hanya

dikumpulkan pada satu tempat sampai menunggu konfirmasi dari Dinas

Kesehatan.

Berikut kutipan dari pihak Puskesmas :

64

Universitas Sumatera Utara


“Belum pernah dilakukan penghapusan terhadap obat kadaluwarsa…”
(Informan 5)

“Belum pernah dilakukan penghapusan obat terhadap obat kadaluwarsa


dan tau sama tau aja lah antara pihak dinas dan puskesmas..” (Informan
6)
Pernyataan pihak Puskesmas ini didukung oleh Kepala Seksi Farmasi yang

menyatakan bahwa memang belum pernah dilakukan penghapusan obat

kadaluwarsa baik di dinas maupun di puskesmas. Hal ini dikarenakan

penghapusan obat memerlukan tim penghapusan dan biaya yang besar.

Berikut kutipan dari pihak Dinas Kesehatan :

“Belum pernah dilakukan penghapusan obat. Ini dikarenakan belum


terbentuknya tim penghapusan obat, baik di dinas maupun di puskesmas.
Lagi pula terbentur dengan biaya penghapusan itu sendiri..” (Informan
1)
4.7 Keluaran (Output)

4.7.1 Ketersediaan Obat Yang Dibutuhkan Puskesmas

Hasil wawancara maupun pengamatan peneliti kepada pihak Dinas

Kesehatan diperoleh informasi bahwa kebutuhan obat di Puskesmas dapat

dikatakan tercukupi. Tidak ada masalah kekurangan atau kekosongan obat.

Adapun kutipan pernyataan dari pihak dinas kesehatan sebagai berikut :

“Saya rasa selama ini mencukupi, tidak ada masalah. Apabila Puskesmas
mengalami kekurangan obat mereka mengambil kembali obat-obatan ke
gudang farmasi dinas. (Informan 1)
Namun pernyataan tersebut dibantah oleh pihak Puskesmas yang

menyatakan bahwa ketersediaan kebutuhan obat di Puskesmas belumlah

mencukupi. Terlihat dari indikator masih adanya item obat yang tidak tersedia

dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas seperti obat gigi dan antalgin yang

menyebabkan pasien mencari sendiri obat di apotek.

65

Universitas Sumatera Utara


Berikut kutipan dari informan pihak Puskesmas :

“Bisa dikatakan tidak mencukupi karena ada jenis obat yang kami minta
dan butuhkan untuk pelayanan tidak diadakan, misalnya antalgin dan
obat gigi. Untuk mengatasi hal itu kebijakan pimpinan Puskesmas untuk
mengadakannya dengan dana Puskesmas sendiri atau pasien mencari
dan membeli sendiri ke apotek”. (Informan 6)

Dari pernyataan-pernyataan diatas diperoleh kesimpulan bahwasannya

ketersediaan kebutuhan obat di Puskesmas belum bisa dikatakan cukup. Hal itu

dapat dilihat dari indikator-indikator seperti masih adanya pasien yang membeli

obat sendiri di apotek luar, walaupun hal ini atas kemauan pasien sendiri.

66

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input)

5.1.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang bertugas dalam pengelolaan obat menjadi faktor

yang sangat penting dan berpengaruh dalam proses logistik obat. Menurut

Undang-undang RI No. 51 Tahun 2009, sumber daya manusia yang harus tersedia

dalam hal pengelolaan obat minimal sebanyak 3 orang yang berlatar belakang

Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herman dkk (2010)

yang menyatakan bahwa sumber daya manusia minimal sebanyak 3 orang dalam

pengelola obat di unit kabupaten/kota dan dipimpin oleh apoteker ataupun tenaga

teknis kefarmasian.

Sumber daya manusia dalam pengelolaan obat di instalasi farmasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berjumlah 2 orang dengan 1 orang sebagai

kepala seksi instalasi farmasi dan 1 orang kepala instalasi farmasi dengan

pendidikan Apoteker, 1 orang bagian tata usaha dengan pendidikan SKM, serta 8

orang sebagai tenaga penyimpanan dan distribusi obat dengan pendidikan terakhir

SMA/SMK. Dilihat dari tingkat pendidikan, petugas pengelola obat belum

memenuhi ketentuan.

67

Universitas Sumatera Utara


Untuk mendapatkan tenaga pengelolaan obat yang bermutu, maka

diperlukan adanya pelatihan sebagai kegiatan dalam pengembangan SDM.

Dengan meningkatnya mutu tenaga pengelola obat diharapkan tersedianya obat

dengan kualitas baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah sesuai dengan

kebutuhan dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional bagi

masyarakat dapat tercapai. (Permenkes RI, 2010)

Tenaga pengelola obat di instalasi farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang

belum pernah mendapatkan pelatihan tentang manajemen pengelolaan obat. Hal

ini dikarenakan untuk diadakan pelatihan masih tergantung dengan biaya yang

tersedia. Dengan tidak adanya pelatihan yang diberikan, dapat dilihat bahwa

kemampuan tenaga pengelola obat tidak ada mengalami peningkatan yang

mengakibatkan pengelolaan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang

belum terlaksana secara optimal.

Menurut Kemenkes RI (2012), tim perencanaan obat terpadu merupakan

suatu kebutuhan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana

melalui koordinasi antar pihak yang terkait dengan perencanaan obat. Tim

perencanaan obat terpadu di dinas kesehatan dibentuk oleh kepala dinas kesehatan

dengan mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan.

Pengelolaan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang dalam hal

perencanaan obat tidak adanya dibentuk tim perencanaan obat terpadu. Tidak

adanya tim perencanaan obat terpadu disebabkan karena kepala dinas kesehatan

tidak ada membentuk tim perencanaan obat. Sebenarnya pihak seksi kefarmasian

sudah mengusulkan untuk pembentukan tim perencanaan obat dan pada

68

Universitas Sumatera Utara


kenyataannya tidak terealisasi. Jadi dalam melakukan perencanaan obat, kepala

dinas kesehatan menunjuk bagian kefarmasian yaitu kepala seksi kefarmasian

yang dibantu oleh kepala instalasi farmasi. Wewenang yang diberikan kepala

dinas ini tanpa adanya Surat Keputusan penunjukan secara tertulis untuk menjadi

perencana obat. Jika dilihat dengan peraturan yang ada, hal ini dinilai tidak sesuai

dengan Kemenkes RI (2012), yang menyatakan bahwa tim perencanaan obat

terpadu sebagai suatu kebutuhan agar perencanaan obat dapat telaksana dan

berjalan dengan optimal dengan melibatkan semua pihak terkait dengan

perencanaan obat yang terdiri dari kepala seksi kefarmasian, kepala instalasi

farmasi, petugas instalasi farmasi, kepala bidang perencanan dinas kesehatan,

kepala puskesmas dan pengelola obat puskesmas.

5.1.2 Sumber Anggaran

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa sumber

anggaran yang diperoleh dinas kesehatan deli serdang dalam proses pengelolaan

obat di instalasi farmasi adalah berasal dari dana APBD, BOK Program, dan

BPJS. Dari dana APBD untuk obat sebesar 10% dari dana yang tersedia. Dana

BOK Program tidak tahu berapa besarannya karena obatnya langsung datang dari

pusat. Begitu juga untuk dana BPJS. Pihak instalasi farmasi tidak tahu karena

mereka hanya merencanakan saja lalu diusulkan ke bagian keuangan untuk

menyesuaikan dengan anggaran yang ada.

Menurut Diah (2012), menyatakan bahwa mengenai anggaran tidak dapat

dibahas secara mendalam karena untuk hasil penelitian hanya sebatas pada

sumber dana. Masalah-masalah yang terkait dengan penganggaran hanya secara

69

Universitas Sumatera Utara


garis besarnya saja dan tidak dibahas secara mendalam. Hal ini diketahui bahwa

anggaran untuk pengelolaan obat merupakan bagian dari anggaran yang diajukan

oleh pihak instalasi farmasi ke bagian keuangan. Setelah disetujui, maka instalasi

farmasi dapat meminta kebutuhannya kepada bagian pengadaan, lalu bagian

pengadaan akan berkoordinasi dengan bagian keuangan dengan menggunakan

dana APBD untuk dapat merealisasikan permintaan dari instalasi farmasi.

5.1.3 Data

Data merupakan kunci dasar untuk menganalisa kebutuhan obat yang

sesungguhnya dalam melakukan pengelolaan obat. Jika ada data yang tidak

tersedia maka akan menyebabkan pengelolaan obat yang tidak baik.

Menurut Depkes RI (1990) pada pedoman perencanaan obat dan

pengelolaan obat, bahwa data yang harus dikumpulkan dan tersedia dalam proses

pengelolaan obat yaitu adanya data alokasi dana, daftar obat, stok obat,

penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat kadaluwarsa, obat kosong, pemakaian

rata-rata tahunan, indeks, musiman, lead time, stok pengaman, dan perkembangan

pola kunjungan. Sumber data bisa berasal dari kartu stok.

Hasil penelitian yang dilakukan di instalasi farmasi dinas kesehatan deli

serdang diketahui bahwa data yang digunakan masih belum sesuai dengan yang

dibutuhkan sehingga sangat berpengaruh dalam proses pengelolaan obat. Data

yang tersedia di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang dalam hal

pengelolaan obat hanya data daftar obat stok obat. Pada proses perencanaan obat

seharunya ada menggunakan waktu tunggu. Tetapi, hasil penelitian tidak ada

70

Universitas Sumatera Utara


menggunakan waktu tunggu. Hal ini akan mengakibatkan proses pengelolaan obat

tidak berjalan dengan baik.

5.2 Proses (Process)

5.2.1 Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum melakukan

semua proses pengelolaan obat. Kegiatan perencanaan obat yang dilakukan di

Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan

pemilihan jenis obat, penentuan jenis obat, dan perhitungan perkiraan kebutuhan

obat.

5.2.1.1 Pemilihan Jenis Obat

Pada proses perencanaan pemilihan jenis obat selalu berkaitan dengan kartu

stok dan standar terapi. Obat yang terdapat di e-catalogue sangat banyak, maka

kartu stok dalam proses perencanaan obat ini diperlukan untuk melihat kebutuhan

dan kekurangan obat yang dibutuhkan. Selain itu, standar terapi juga digunakan

dalam perencanaan pemilihan jenis obat yang sangat dibutuhkan dalam keadaan

mendesak. Standar terapi untuk tujuan perencanaan obat harus berisikan nama

penyakit, nama obat, kekuatan dan bentuk sediaan, dosis rata-rata, jumlah dosis

perhari, lama pemberian, dan jumlah obat yang dibutuhkan perepisode. (Depkes

RI, 1990)

71

Universitas Sumatera Utara


Pemilihan obat didasarkan pada Formularium Nasional dan pada Daftar

Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku dengan patokan harga untuk

Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan. Pemilihan

jenis obat dilakukan agar obat yang tersedia benar-benar diperlukan sesuai dengan

pola penyakit di pelayanan kesehatan. Idealnya memilih obat dilakukan setelah

mengetahui gambaran pola penyakit di wilayah kerja masing-masing, karakteristik

pasien yang dilayani maupun tenaga kesehatan yang melayani karena senantiasa

jenis obat dapat berubah dalam kurun waktu tertentu. (Kemenkes RI, 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di dinas kesehatan deli serdang diperoleh

informasi bahwa, pemilihan jenis obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas

Kesehatan Deli Serdang berdasarkan yang ada di e-catalogue, Fornas dan 155

jenis penyakit yang ditangani di puskesmas. Dalam merencanakan pemilihan jenis

obat ini, perencanaan dimulai dari puskesmas yang biasa disebut bottom up.

Selanjutnya perencanaan yang berasal dari puskesmas di ajukan ke dinas

kesehatan untuk menyesuaikan dengan dana yang tersedia (to down) dalam

pengadaan obat berikutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Rumbay dkk (2015) mengenai Analisis

Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara

menyatakan bahwa dalam tahap pemilihan jenis harus berdasarkan pada Daftar

Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS). Apabila

instalasi farmasi dinas kesehatan kabupaten dalam pemilihan jenis obat tidak

sesuai dengan DOEN, maka instalasi farmasi akan sulit menentukan obat apa

yang akan disediakan.

72

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.2 Perhitungan Perkiraan Kebutuhan Obat

Menurut Depkes RI (1990) pada pedoman perencanaan obat dan

pengelolaan obat, bahwa dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat harus

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Ada beberapa langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat sesuai dengan peraturan

Depkes RI (1990), yaitu :

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun

Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah obat yang dikeluarkan dengan

kecukupan untuk jangka waktu tertentu dan data dapat diperoleh dari kartu

stok.

Pemakaian nyata per tahun = stok awal + jumlah yang diterima - sisa stok
(yang dihitung per 1 November) - jumlah obat yang
hilang/rusak/kadaluarsa.

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

Untuk mengetahui pemakaian rata-rata perbulan kita dapat menggunakan

rumus sebagai berikut.

Menghitung Pemakaian Rata-rata per bulan = pemakaian nyata obat


per tahun : berapa bulan obat habis dipakai

3. Menghitung kekurangan obat

Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi

kekosongan obat.

Menghitung kekurangan obat = waktu kekosongan obat x pemakaian


rata-rata per bulan

73

Universitas Sumatera Utara


4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya (riil) pertahun

Merupakan jumlah obat yang sesungguhnya dibutuhkan selama 1 tahun.

Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun = angka


pemakaian nyata per tahun + angka kekurangan obat.

5. Menghitung waktu tunggu (LeadTime)

Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana

kebutuhan diajukan sampai dengan obat diterima.


Menghitung waktu tunggu = pemakaian rata-rata per bulan x waktu yang
dibutuhkan sejak rencana kebutuhan obat diajukan sampai dengan obat
diterima.
6. Menentukan stok pengaman

Merupakan jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya

kekosongan obat.
Nilai stok pengaman dapat diperoleh berdasarkan pengalaman dari
monitoring dinamika logistik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dalam hal perkiraan

perhitungan kebutuhan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang

diketahui bahwa mereka tidak melakukan perhitungan perkiraan kebutuhan obat

yang seharusnya. Hanya saja dalam perencanaan kebutuhan obat untuk tahun

berikutnya berdasarkan pemakaian tahun lalu. Pemakaian tahun lalu ini dibuat

dalam bentuk laporan yang namanya LPLPO. LPLPO ini merupakan laporan

bulanan dari puskesmas. Setelah itu LPLPO ini dilaporkan ke dinas kesehatan deli

serdang per triwulan untuk direkap. Hasil rekapan LPLPO ini dilakukan

perhitungan yaitu jumlah pemakaian rata-rata per bulan dikalikan dengan 18

74

Universitas Sumatera Utara


bulan. Pada kenyataannya kita tahu bahwa dalam 1 tahun ada 12 bulan. Tetapi, 18

bulan ini diperoleh dari penambahan 6 bulan yang dijadikan sebagai stok

pengaman (Buffer Stock).

5.2.2 Pengadaan Obat

Pada proses pengadaan obat menggunakan sistem e-purchasing. Pengadan

obat juga harus berdasarkan sistem ABC dan VEN untuk mengetahui berapa dana

yang diperlukan dalam pengadaan ini. Analisa ABC dilakukan dengan cara

mengelompokkan jumlah dana yang diserap untuk setiap jenis obat dengan

kelompok A menyerap dana sekitar 70%, kelompok B menyerap dana sekitar

20%, dan kelompok C menyerap dana sekitar 10%. Sedangkan analisa VEN

didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang

tercantum dalam daftar obat dikelompokkan dengan kelompok V merupakan

kelompok esensial, kelompok E merupakan kelompok bekerja pada sumber

penyebab penyakit, dan kelompok N yaitu obat yang kerjanya ringan. (Depkes RI,

1990)

Permenkes RI (2010) menyatakan bahwa pengadaan obat merupakan proses

untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan

obat yang dilaksanakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam

Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dan Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ketentuan yang dijadikan pedoman

75

Universitas Sumatera Utara


dalam proses pengadaan obat dimulai dari meninjau atau memeriksa kembali

tentang proses pemilihan obat, menyesuaikan dengan dana, memilih metode

pengadaan, mengalokasikan dan memililih supplier, menentukan syarat-syarat

kontrak, memantau status pesanan, menerima dan mengecek obat, pembayaran,

mendistribusikan obat dan mengumpulkan informasi mengenai pemakaian.

Tujuan dari pengadaan obat ini adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah

yang cukup, mutu obat terjamin, dan obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.

Dalam proses pengadaan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan deli

serdang, pengadaan obat menggunakan metode ABC dengan sistem e-purchasing.

Metode ABC dalam pengadaan obat di dinas kesehatan termasuk kedalam

kelompok C yaitu dengan menyerap dana 10% dari dana APBD. Alur pengadaan

obat ini dimulai dari merencanakan obat yang dilakukan oleh unsur seksi farmasi,

instalasi farmasi, pemegang program, dan petugas obat puskesmas. Sesudah

direncanakan, obat diadakan dengan cara e-catalogue dan dikirim ke gudang

farmasi kabupaten. Setelah obat tersedia di gudang farmasi kabupaten selanjutnya

obat di distribusikan ke fasilitas kesehatan (Puskesmas) dengan alat distribusinya

yaitu LPLPO.

Menurut Hartono (2010), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

menyatakan bahwa manajemen alur pengadaan obat yang seharusnya dimulai dari

puskesmas membuat usulan untuk pengadaan obat, tim perencanaan obat

kabupaten melakukan cek kebutuhan dengan melakukan survei lapangan dan

memverifikasi, sesudah di verifikasi langsung dibuat draft untuk di usulkan ke

pemda sekaligus pengesahan oleh bupati, pengadaan dengan metode tender, tim

76

Universitas Sumatera Utara


pemeriksa menguji mutu balai POM, seteleh uji selesai langsung di distribusikan

ke gudang dan nantinya akan di distribusikan ke puskesmas.

5.2.3 Penyimpanan Obat

Proses penyimpanan obat merupakan tahapan yang harus dilakukan setelah

proses pengadaan. Menurut Permenkes RI No. 73 Tahun 2016, menyatakan

bahwa obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah

baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal

kadaluwarsa. Dalam penyimpanan juga harus ada dibuat kartu stok. Semua obat

harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjadi keamanan dan

stabilitasnya. Pada tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk

penyimpanan barang lain yang menyebabkan kontaminasi. Dalam hal sistem

penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan, disusun

secara alfabetis serta pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First

Out) dan FIFO (First In First Out).

Tempat penyimpanan obat narkotika dan psikotropika harus mampu

menjaga keamanan, khasiat, dan mutu obat. Tempat penyimpanan obat khusus

narkotika dapat berupa lemari khusus, gudang ataupun ruangan. Lemari khusus ini

syaratnya harus terbuat dari bahan yang kuat, diletakkan di tempat yang aman

dalam ruangan khusus di sudut gudang dan tidak terlihatn oleh umum, serta harus

memiliki kunci yang khusus. Apabila tidak memiliki lemari khusus setidaknya

memiliki gudang ataupun ruangan untuk menyimpan khusus obat narkotika.

77

Universitas Sumatera Utara


Syarat yang harus dimiliki gudang ataupun ruangan khusus ini yaitu gudang tidak

boleh dimasuki orang lain tanpa izin penanggungjawab, dinding harus terbuat

dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi

dengan 2 buah kunci yang berbeda, dan langit-langit dan ventilasi harus terbuat

dari tembok besi serta harus dilengkapi dengan kunci agar gudang terjaga

keamanannya. (Permenkes RI, 2015)

Dalam hal penyimpanan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan kabupaten

membuat kartu stok. Kartu stok obat dibuat setiap 1 jenis obat yang diterima dari

proses pengadaan. Hasil wawancara dan observasi menyatakan bahwa obat

disimpan pada 1 gudang farmasi yang tempatnya terpisah tidak jauh dari dinas

kesehatan. Pada proses penyimpanan, obat disusun berdasarkan bentuk sediaan

tetapi tidak secara alfabetis, hanya lebih memperhatikan sistem FIFO.

Menurut Diah (2012), dalam penyimpanan obat di instalasi farmasi dinas

kesehatan harus mempunyai 1 unit gudang. Pada proses penyimpanannya disusun

secara alfabetis, sudah memperhatikan sistem FIFO dan FEFO, disusun

berdasarkan bentuk sediaan tetapi belum memisahkan antara obat dalam dan obat

luar, dan apabila pada rak ada obat yang kosong maka sebagian obat diletakkan

ditempat yang kosong tersebut.

5.2.4 Pendistribusian Obat

Pendistribusian obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka

pengeluaran obat dan pengiriman obat-obatan yang bermutu dari instalasi farmasi

dalam pemenuhan pesanan atau permintaan unit-unit pelayanan kesehatan dengan

tujuan terlaksananya penyebaran obat secara merata dan teratur serta dapat

78

Universitas Sumatera Utara


diperoleh pada saat dibutuhkan, terjaminnya mutu, keabsahan obat dan ketepatan,

kerasionalan serta efisiensi penggunaan obat. (Permenkes RI No. 58 Tahun 2014)

Menurut Permenkes RI (2010) menyatakan bahwa pendistribusian obat

merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di Unit Pelayanan

Kesehatan. Sistem distribusi obat dilakukan pertriwulan oleh pihak dinas

kesehatan untuk puskesmas di wilayah kerjanya dan untuk mempercepat proses

sampai obat ke puskesmas harus dibuat jadwal pengiriman. Obat-obat yang akan

didistribusikan harus disertai dengan dokumen penyerahan atau pengiriman obat-

obatan. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obatan yang akan dikirim maka

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas obat, dosis, isi kemasan, serta

kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat. Dan setiap pengeluaran

obat dari gudang farmasi kabupaten harus dicatat pada kartu stok obat dan kartu

induk persediaan obat serta buku harian pengeluaran obat.

Berdasarkan hasil wawancara di instalasi farmasi dinas kesehatan kabupaten

deli serdang diketahui bahwa jadwal distribusi obat sudah dilakukan sesuai

dengan ketentuan yaitu setiap 2 bulan sekali yang dimulai dari bulan ganjil, jadi

dalam setahun ada sebanyak 6 kali proses distribusi obat. Sistem distribusi obat di

dinas kesehatan menggunakan sistem p, artinya pendirtribusian obat setiap

periode.Tetapi, pada sistem distribusi obat tidak dilakukan oleh pihak Instalasi

Farmasi ke Puskesmas-Puskesmas di wilayah kerjanya. Karena pada

kenyataannya, sistem distribusi obat ini dilakukan dengan sistem jemput antar

dimana puskesmas sendirilah yang mengambil obat ke gudang farmasi kabupaten

dengan membawa Surat Perintah Tugas dan membawa LPLPO. Jadi pihak

79

Universitas Sumatera Utara


puskesmas lah yang berperan aktif dalam hal pendistribusian obat. Hal ini

dikarenakan tidak adanya biaya untuk transportasi, letak geografis yang terlalu

luas, dan transportasi yang kurang memadai.

5.2.5 Penghapusan Obat

Proses penghapusan obat merupakan kegiatan dalam pembebasan obat-

obatan milik kekayaan negara dari pertanggungjawaban berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Permenkes RI (2016), menyatakan bahwa obat kadaluwarsa atau

rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan

obat kadaluarsa atau rusak harus disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan,

Apoteker dan tenaga kefarmasian yang lain serta dilengkapi dengan berita acara

pemusnahan obat. Tahapan dalam proses penghapusan obat yaitu dimulai dari

menyusun daftar obat-obatan yang akan dihapus dilengkapi dengan alasannya.

Kemudian melaporkan kepada atasan mengenai barang yang akan dihapuskan dan

membentuk panitian pemeriksaan obat-obatan yang dilengkapi dengan berita

acara. Selanjutnya melaporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada pihak yang

berwenang atau pemilik obat-obatan. Ketika sudah ada keputusan dari pihak yang

berwenang barulah dilakukan penghapusan obat-obatan yang kadaluwarsa

ataupun rusak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa ada obat

yang kadaluwarsa ataupun rusak. Tetapi, obat yang kadaluwarsa ini hanya

dikumpulkan pada satu wadah dan tidak pernah dilakukan penghapusan obat.

80

Universitas Sumatera Utara


Padahal sudah dilaporkan kepada atasan mengenai hal ini tapi tidak pernah

terlaksana. Hal ini dikarenakan harus ada panitia penilai dan panitia penghapusan

obat.

5.3 Keluaran (Output)

5.3.1 Ketersediaan Obat di Dinas Kesehatan Yang Dibutuhkan Puskesmas.

Output dari penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan obat di dinas

kesehatan yang dibutuhkan Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang dalam melakukan pelayanan kesehatan tingkat pertama (FKTP).

Proses pengelolaan obat harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Apabila salah satu proses pengelolaan obat tidak berjalan dengan baik

akan mengakibatkan adanya obat yang tidak tersedia dengan jenis dan jumlah

obat, serta diperoleh dalam waktu yang lama.

Proses pengelolaan obat yang pertama dan paling utama adalah perencanaan

obat. Pada proses perencanaan obat ini harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang sudah ditetapkan. Ketika tahap perencanaan obat ini sudah terlaksana sesuai

dengan ketentuan, maka tahapan selanjutnya juga akan berjalan dengan baik.

Tujuan dari pengelolaan obat ini adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat

yang tepat sesuai dengan kebutuhan, untuk menghindari kekosongan obat, untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan memenuhi kebutuhan obat sesuai

permintaan puskesmas.

Dalam melakukan pengelolaan obat di dinas kesehatan deli serdang

ditemukan kendala dan hambatan seperti data yang dibutuhkan untuk perencanaan

81

Universitas Sumatera Utara


obat tidak lengkap, keterlambatan obat sampai ke dinas kesehatan dalam proses

pengadaan, jumlah obat yang datang tidak sesuai dengan permintaan sehingga

dapat menyebabkan terjadinya kekosongan obat di dinas kesehatan. Kendala yang

terjadi ini juga akan berdampak kepada puskesmas wilayah kerja dinas kesehatan

deli serdang dalam hal ketersediaan obat yang dibutuhkan puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dari pihak Puskesmas memberi informasi

bahwa ketersediaan obat-obatan yang diterima Puskesmas masih kurang lengkap

dan belum sesuai dengan permintaan mereka pada LPLPO. Keluhan dari Kepala

Puskesmas dan petugas obat yaitu obat-obatan yang diterima dari pengadaan tidak

sesuai lagi dengan LPLPO kebutuhan Puskesmas, sehingga pihak Puskesmas

dalam pengadaan obatnya memberikan obat yang ekuivalen dengan obat yang

dibutuhkan pasien. Kebijakan lain yang dilakukan oleh pihak puskesmas yaitu

menggunakan dana puskesmas untuk menyediakan obat yang tidak tersedia.

Selain itu, alternatif lain yang dilakukan adalah pasien diberi resep dan disarankan

untuk membeli sendiri obat di apotek.

Selain itu, adanya obat yang kadaluarsa juga menunjukkan bahwa

pengelolaan obat di dinas kesehatan deli serdang tidak berjalan dengan baik. Obat

yang kadaluarsa ini disebabkan pada proses penyimpanan obat yang hanya

memperhatikan FIFO. Idealnya, pada tahap penyimpanan obat di gudang farmasi

seharusnya memperhatikan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa obat yang

kadaluarsa dikarenakan pada proses penyimpanan yang hanya memperhatikan

82

Universitas Sumatera Utara


sistem FIFO, pola penyakit di puskesmas berubah yang menyebabkan obat

menumpuk, dan ada sebagian obat dari hasil pengadaan mendekati tanggal

kadaluarsanya. Walaupun diketahui ada obat yang kadaluarsa, perlakuan yang

dilakukan terhadap obat yang kadaluarsa ini hanya dikumpulkan dan diletakkan di

tempat terpisah dan belum pernah dilakukan pemusnahan obat. Pemusnahan obat

tidak pernah dilakukan karena tidak adanya dana yang tersedia dan harus ada

panitia penghapusan obat.

83

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwasannya

manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang belum sepenuhnya berjalan dengan baik, dapat dilihat dari uraian berikut

ini :

1. Sumber daya manusia untuk pengelolaan obat di dinas kesehatan

dengan latar belakang kefarmasian sebanyak 3 orang dan belum pernah

mendapat pelatihan unutuk pengelolaan obat.

2. Dana untuk pengelolaan obat diperoleh dari 10% dana APBD dinas

kesehatan dan berdampak pada adanya obat yang belum sesuai dengan

permintaan.

3. Data untuk melakukan pengelolaan obat belum lengkap, yaitu tidak

tidak menggunakan data standar terapi yang mengakibatkan

pengelolaan obat tidak berjalan dengan baik.

4. Proses perencanaan pemilihan jenis obat berdasarkan jenis obat yang

ada di e-catalogue, tetapi tidak sesuai permintaan sehingga

menyebabkan obat kosong.

84

Universitas Sumatera Utara


5. Pengadaan obat menggunakan sistem e-purchasing untuk pengadaan 1

tahun dengan menyerap dana 10% untuk obat.

6. Penyimpanan obat dilakukan di gudang dengaan sistem p dan membuat

kartu stok obat setiap item obat.

7. Pendistribusian obat ke puskesmas dilakukan secara periodik dengan

puskesmas yang mengambil obat ke gudang farmasi. Hal ini dilakukan

oleh pihak puskesmas dikarenakan keterlambatan obat sampai ke

puskesmas.

8. Penghapusan terhadap obat yang kadaluarsa ataupun rusak belum

pernah dilakukan dikarenakan tidak ada terbentuk panitia penilai dan

panitia penghapus.

9. Ketersediaan obat di Puskesmas tidak sesuai dengan permintaan,

dikarenakan tidak sesuai dengan LPLPO dan obat yang tidak

dibutuhkan diterima.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan pelatihan

mengenai pengelolaan obat kemampuannya mengalami peningkatan..

2. Dinas kesehatan perlu membentuk tim perencana obat terpadu dalam

perencanaan obat.

3. Diharapkan kepada dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

melengkapi sarana untuk penyimpanan obat.

4. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk melakukan distribusi obat ke

puskesmas.

85

Universitas Sumatera Utara


5. Diharapkan kepada dinas kesehatan membentuk panitia penilai dan

penghapusan obat dalam rangka melakukan penghapusan obat.

6. Diharapkan bagi Puskesmas mencantumkan penggunaan riil

sesungguhnya dalam merencanakan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2005. Manajemen Farmasi, Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Depkes RI, 1990. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat.

, 2003. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan di Puskesmas. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Diah, Prihatiningsih. 2012. Gambaran Sistem Penyimpanan Obat di Gudang


farmasi Kab/Kota. Depok : FKM UI.

Dinas Kesehatan Kota Medan. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan
Tahun 2015. Medan : Dinas Kesehatan Kota Medan.

Dinas Kesehatan Lubuk Pakam. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2015. Lubuk Pakam : Dinas Kesehatan Lubuk Pakam.

Febriawati, H., 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, Yogyakarta :


Gosyen Publishing.

Hartono J.P., 2007. Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik


Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) Di Puskesmas Se-Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Semarang : Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan Kunci
Keberhasilan, Edisi Revisi Cetakan ke-8 . Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009.

Herman, M.J. Handayani, R.S. (2010). Eksistensi Unit Pengelola Obat di


Beberapa Kabupaten/Kota Suatu Analisis Paska Desentralisasi. Badan
Litbang Depkes RI. Vol 12.

Infarkes, 2014. Tata Laksana Pelayanan Obat Dalam Program JKN. Dirjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Buletin.
Edisi I Pebruari 2014.

86

Universitas Sumatera Utara


Kemenkes RI, Nomor 633/MENKES/SK/IV/2012 tentang Pembentukan
Gudang Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi di Kabupaten/Kota.

, Nomor 1121/MENKES/SK/V/2013 tentang Pedoman Teknis


Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar.

, Nomor 159/MENKES/SK/V/2014 tentang Formularium


Nasional.

, Tahun 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja. Dirjen Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Kepmenkes RI, Nomor 81/MENKES/SK/1/2014 tentang Pedoman Penyusunan


Perencanaan SDM di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota.

Pebup, Nomor 2233 Tahun 2016 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan Deli Serdang.

Permenkes RI, Nomor. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban


Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah.

, Nomor 16 Tahun 2013 tentang Industri Farmasi.

, Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi


Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

, Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotik.

, Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Rumah Sakit.

, Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas)

, Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,


Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi.

, Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek.

Perpres RI, Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah.

87

Universitas Sumatera Utara


Rosmania, F.A. Supriyanto, S. (2015). Analisis Pengelolaan Obat Sebagai
Dasar Pengendalian Safety Stock Pada Stagnant Dan Stockout Obat.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Airlangga. Vol 3 (1).

Rumbay, I.N. Kandou, G.D. Soleman, T. (2015). Analisis Perencanaan Obat di


Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sam Ratulangi Manado. Vol 5 (2b).

Sabarguna, B. S., 2009. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit,


Jakarta : Sagung Seto.

Sekula, Andrew F. Personnel, Administration, and Human Resources


Management. Canada, A. Wiley Trans-Edition., 2010

Simanullang, S., 2014. Analisis Perencanaan Kebutuhan Obat Dalam


Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan.

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Syamsuni., 2005. Farmasi Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : ECG.

Terry, G. R., Principle og Management, 7th Ed., Homewood Illnois, Richard D.


Irwin Inc., 2009.

Tunggal, A. W., 2010. Global Supply Chain Management, Jakarta : Harvarindo.

Undang-undang RI, Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

, Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

88

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Dengan ini bersedia menjadi informan penelitian “Analisis Manajemen Logistik

Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang Lubuk Pakam

Tahun 2017” dengan syarat tidak mencantumkan nama asli yang bersangkutan.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2016

(………………………)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


Analisis Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam
Tahun 2017

I. Karakteristik Informan

Nama :

Umur : Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Pendidikan :

Unit Kerja :

II. INPUT

1. Sumber Daya Manusia (ditanyakan kepada Ka. Seksi Kefarmasian

dan Ka. Seksi Ketenagaan)

a. Bagaimana sumber daya manusia di instalasi farmasi dinas

kesehatan Deli Serdang maupun Puskesmas mencukupi dalam proses

manajemen logistik obat?

b. Bagaimana latar belakang pendidikan sumber daya manusia yang

ada di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang dan puskesmas?

- Apakah sudah sesuai dengan peraturan yang ada?

c. Apakah pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di instalasi farmasi

Universitas Sumatera Utara


dinas kesehatan deli serdang dan puskesmas terkait manajemen

pengelolaan obat?

- Jika sudah, kapan terakhir dilakukan?

- Jika belum, kenapa?

2. Sumber Anggaran (ditanyakan kepada Ka. Seksi Kefarmasian dan

Kepala Instalasi Farmasi)

a. Dari mana sumber dana diperoleh dalam proses manajemen logistik

obat?

b. Bagaimana dengan ketersediaannya?

c. Apakah ada hambatan atau kendala dari sumber anggaran?

-Jika ada, apa yang dilakukan?

3. Data (ditanyakan kepada Ka. Seksi Kefarmasian, Kepala Gudang

Farmasi, dan Staf Gudang Farmasi)

a. Apa saja data yang diperlukan dalam manajemen logistik obat di

dinas kesehatan deli serdang?

III. PROSES

1. Perencanaan (ditanyakan kepada Kepala Seksi Farmasi, Kepala

Gudang Farmasi dan Kepala Puskesmas)

a. Bagaimana proses perencanaan obat yang dilakukan di Dinas

Kesehatan Deli Serdang?

b. Metoda apa yang digunakan dalam perencanaan obat ini?

c. Bagaimana proses perencanaan pemilihan jenis obat untuk tahun

berikutnya? Berdasarkan apa pemilihan jenis obatnya?

Universitas Sumatera Utara


d. Bagaimana proses untuk menentukan perkiraan kebutuhan obat untuk

rencana yang akan datang?

e. Kendala apa saja yang dihadapi dalam perencanaan obat ini?

2. Pengadaan (ditanyakan kepada Ka. Seksi Kefarmasian dan Ka.

Gudang Farmasi)

a. Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan di Dinas Kesehatan

Deli Serdang?

b. Apakah ada sistem yang digunakan untuk pengadaan obat ini?

- Jika ada, menggunakan sistem apa?

- Jika tidak, berdasarkan apa?

c. Apakah dalam 1 kali pengadaan obat, obat diterima secara

keseluruhan?

- Jika iya, apa alasannya?

- Jika tidak, kenapa begitu?

3. Penyimpanan (ditanyakan kepada Ka. Seksi Kefarmasian dan Ka.

Gudang Farmasi)

a. Dimanakah obat yang diterima dari pengadaan disimpan?

b. Bagaimana proses penyimpanan obatnya?

- Apakah berdasarkan sediaan, alfabetis, dan farmakologis?

c. Apakah sarana dalam penyimpanan obat sudah tercukupi?

- Jika tidak, apa saja yang belum tercukupi?

- Apa yang menyebabkan tidak tercukupi?

Universitas Sumatera Utara


4. Pendistribusian (ditanyakan kepada Ka. Gudang Farmasi dan

Pengelola Obat Puskesmas)

a. Bagaimana proses manajemen pendistribusian obat yang dilakukan

gudang farmasi?

b. Apakah transportasi untuk pendistribusian obat sudah tersedia?

c. Apakah ada tersedia anggaran untuk pendistribusian obat ini?

d. Data apa saja yang diperlukan gudang farmasi dalam proses

pendistribusian obat obat ke puskesmas wilayah kerjanya?

5. Penghapusan (ditanyakan kepada Ka. Seksi Kefarmasian, Kepala

Puskesmas, dan Petugas Obat Puskesmas)

a. Apakah pernah dilakukan penghapusan terhadap obat yang

kadaluarsa ataupun rusak?

- Jika pernah, apakah ada dibentuk tim panitia penghapusan obat?

Apakah ada tersedia anggarannya?

- Jika tidak, kenapa?

b. Bagaiamana perlakuan terhadap obat yang kadularsa ataupun rusak?

IV. OUTPUT

Ketersediaan Obat di Puskesmas (ditanyakan kepada Kepala Seksi

Farmasi dan Pengelola Obat Puskesmas)

a. Apakah semua jenis obat yang diusulkan tersedia?

- Jika tidak, kenapa?

b. Apakah obat yang diterima mencukupi untuk kebutuhan 1 tahun

kedepan?

Universitas Sumatera Utara


- Jika tidak, kenapa?

c. Bagaimana kebijakan pihak Puskesmas dalam mengatasi masalah

obat yang tidak tersedia dari dinas kesehatan?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Matriks Wawancara

Tabel Matriks 1. Sumber Daya Manusia

Informan Pernyataan
Apakah sumber daya manusia di instalasi farmasi dinas kesehatan sudah
mencukupi dalam prosese manajemen pengelolaan obat?
Informan 1 Sumber daya manusia masih kurang, karena yang latar
belakang apoteker dan tenaga teknis kefarmasian hanya ada
3 orang dan selebihnya memberdayakan tenaga kesehatan
yang ada. Dari 34 Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan
Deli Serdang hanya ada 16 orang tenaga teknis kefarmasian
untuk pengelolaan obat tingkat puskesmas.
Informan 3 Kualitas sumber daya manusia dikatakan masih minim,
karea masih memberdayakan tenaga medis lainnya seperti
bidan, perawat dan lainnya dalam pengelolaan obat
Informan 5 Lebih memberdayakan tenaga medis lain.
Apakah ada diberikan pelatihan kepada perencana obat?
Usulan untuk membuat pelatihan sudah diusulkan. Tetatpi
Informan 1
Pelatihan tentang manamejem pengelolaan obat tetap saja
belum pernah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan hanya
pertemuan dengan pengelola obat puskesmas.
Sampai sekarang belum pernah dilakukan pelatihan untuk
Informan 3
pengelolaan obat.

Tabel Matriks 2. Sumber Anggaran

Informan Pernyataan

Darimana sumber dana diperoleh untuk manajemen pengelolaan obat?


Informan 1 Sumber dana berasal dari APBD, BOK Program dan BPJS.
Setau saya untuk obat diperoleh dari 10% dana ABBD.
Untuk dana BOK Program saya tidak tahu karena obat
langsung turun dari pusat.
Informan 3 Sumber dana dari APBD, BOK Program dan BPJS.

Universitas Sumatera Utara


Tabel Matriks 3 Data

Informan Pernyataan
Apa saja data yang diperlukan dalam manajemen logistik obat di dinas
kesehatan deli serdang?
Informan 1 Data untuk proses pengelolaan obat belum lengkap. Memang
kartu stok sudah ada, tapi belum cukup untuk proses
pengelolaan obat.
Informan 2 Kartu stock dan data untuk proses distribusi obat memang
sudah tersedia, tetapi data yang lain banyak yang ada. Data
lain yang belum tersedia seperti data lead time (waktu
tunggu) tidak ada.
Informan 4 Data pada proses penyimpanan belum begitu lengkap. Hanya
ada data kartu stock dan kumpulan LPLPO dari puskesmas.
Untuk proses pendistibusian obat, data yang diperlukan
sudah cukup memadai.

Tabel Matriks 4 Perencanaan Obat (Pemilihan Jenis Obat)

Informan Pernyataan
Bagaimana proses perencanaan obat yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Deli Serdang?
Informan 1 Alur proses perencanaan dimulai dari bawah yaitu laporan
Puskesmas (Bottom Up) dilaporkan ke Dinas Kesehatan
untuk menyesuaikan anggarannya (To Down).
Informan 2 Prosesnya perencanaan obat secara battom up (Puskesmas)
dan top down (Dinas Kesehatan).
Informan 6 Alur perencanaannya dimulai dari rekapan LPLPO
Puskesmas dan Pustu-Pustu, disesuaikan dengan data
penyakit yaitu 10 penyakit terbesar serta data-data
kunjungan pasien.
Bagaimana cara memilih jenis obat yang digunakan di instalasi farmasi
dinas kesehatan?
Informan 1 Pemilihan jenis obat disini berdasarkan e-catalogue. Karena
sekarang memang pemesanan obatnya secara online. Jadi
kadang ada juga yang tidak tersedia.
Informan 5 Pemilihan jenis obatnya berdasarkan e-catalogue dan harus
terkait dengan 155 jenis penyakit serta sesuai dengan Fornas.
Apakah jenis obat yang digunakan di instalasi farmasi dinas kesehatan
sudah sesuai dengan e-catalogue?
Informan 1 Obat yang di e-catalogue belum semua ada tersedia. Jadi
inilah yang membuat obat kosong.

Universitas Sumatera Utara


Informan 2 Perencanaan obat dimulai dari Puskesmas. Puskesmaslah
yang tau jenis obat apa saja yang mereka butuhkan. Jenis
obat yang dibutuhkan juga harus terkait 155 jenis penyakit
yang di tangani puskesmas dan mengacu kepada Fornas
karena ada juga obat yang tidak tersedia di e-catalogue.

Tabel Matriks 5 Perencanaan Obat (Perhitungan Jumlah Obat)

Informan Pernyataan
Bagaimana cara melakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat yang
akan datang?
Informan 1 Memang benar kami tidak melakukan perhitungan perkiraan
kebutuhan obat. Menghitung kebutuhan obat hanya
berdasarkan pemakaian tahun lalu dikurangi dengan sisa
stok per 31 Desember.
Terus pemakaian rata-rata per bulan didapat dari rekapan
LPLPO. Perencanaan perhitungan perkiraan obat ini yaitu
jumlah pemakaian rata-rata perbulan yang dikalikan dengan
18 bulan. Dalam 1 tahun ada 12 bulan dan 18 bulan
diperoleh dari adanya penambahan 6 bulan dijadikan untuk
stok pengaman.
Informan 2 Sebenarnya kami tidak ada melakukan perhitungan perkiraan
obat untuk rencana berikutnya. Hanya saja untuk rencana
kebutuhan obat tahun berikutnya dihitung berdasarkan
metode konsumsi dikurangi dengan sisa stok per 31
Desember. Sisa stok ini ditulis setiap bulan dalam bentuk
laporan yang namanya LPLPO. Untuk pemakaian rata-rata
perbulan didapat dari rekapan LPLPO.
Perencanaan perkiraan kebutuhan obat ini berdasarkan
jumlah pemakaian rata-rata perbulan dikalikan dengan 18
bulan. Angka 18 ini diperoleh dari 1 tahun ada 12 bulan.
Dari 12 bulan ini ada penambahan 6 bulan yang dijadikan
sebagai buffer stok (stok pengaman). Itulah yang kami
lakukan dalam perencanaan obat untuk perhitungan
perkiraan obat.

Universitas Sumatera Utara


Tabel Matriks 6 Pengadaan Obat

Informan Pernyataan
Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Deli Serdang?
Informan 1 Pengadaan obat ini dilakukan oleh PPTK.
Informan 2 Proses manajemen alur pengadaan obatnya yaitu obat
dipesan ke Pusat (Kemenkes) dan dari sanalah obat berasal
dan masuk ke pbf-pbf yang ada, selanjutnya disampaikan ke
gudang farmasi. Setelah sampai di gudang farmasi kita
sesuaikan dengan pesanan kita.
Apakah ada sistem yang digunakan untuk pengadaan obat ini?
Informan 1 Ada. Sekarang ini pengadaan obatnya menggunakan e-
catalogue dengan sistem e-purchasing.
Informan 2 Pengadaan obatnya menggunakan e-catalogue dengan sistem
e-purchasing. Sumber dana berasal dari dana APBD Kab,
BOK Program, dan BPJS.
Apakah dalam 1 kali pengadaan obat, obat diterima secara keseluruhan?
Tidak. Dalam alur manajemen pengadaannya memang gak
Informan 1 100% obat diterima dalam 1 kali datang. Tapi memang tetap
terealisasi 100% dalam 1 tahun ini.
Penerimaan obat dari pengadaan, obat tidak langsung datang
Informan 2 100.000 tablet. Maksudnya gini, kita pesan 100.000 tablet
Amoxillin dan yang datang 25.000 tablet Amoxillin dulu.
Baru 2 bulan kedepan datang lagi 50.000 tablet Amoxillin.
Tapi di tahun ini klop 100.000 tablet Amoxillin. Prosesnya
bertahap gini karna sambil nunggu produksi. Begitu sih
pengadaannya.

Tabel Matriks 7 Penyimpanan Obat


Informan Pernyataan
Dimanakah obat yang diterima dari pengadaan disimpan?
Informan 1 Obat yang diterima dari pengadaan disimpan di gudang
farmasi dinas kesehatan. Gudang ini terpisah dengan dinas
kesehatan dan tidak terpisah jauh dari dinas kesehatan.
Informan 2 Dinas Kesehatan Deli Serdang memiliki 1 unit gudang
berupa rumah untuk penyimpanan obat dan terpisah tidak
jauh dari dinas kesehatan. Di gudang inilah obat disimpan
dari hasil pengadaan.
Informan 4 Obat disimpan di gudang farmasi. Gudang farmasi memang
terpisah tidak jauh dari dinas kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Bagaimana proses penyimpanan obatnya?
Informan 1 Penyimpanan obat tidak secara alfabetis dan hanya
berdasarkan bentuk sediaan. Sistem penyimpanan obatnya
juga hanya berdasarkan FIFO.
Informan 2 Penyimpanan obat tidak secara alfabetis dan disusun
berdasarkan bentuk sediaan. Bahkan rak penyimpanan obat
bersekat-sekat sehingga sulit untuk mengeluarkan obat.
Informan 4 Penyimpanan obat ini lebih memperhatikan sistem FIFO.
Apakah sarana dalam penyimpanan obat sudah tercukupi?
Sarananya belum tersedia semuanya. Sarana yang belum
Informan 1
tersedia yaitu tidak adanya lemari khusus untuk obat
narkotika dan hanya diletakkan begitu saja. Beberapa AC di
gudang penyimpanan juga rusak dan belum diperbaiki
sampai saat ini.
Belum. Sarana untuk penyimpanan obat yang belum tersedia
Informan 2
sampai sekarang ini adalah lemari khusus untuk obat
narkotika. Sarana lain seperti AC, kulkas dan chold chain
sudah tersedia dan digunakan untuk menyimpan vaksin.
Tetapi AC ada beberapa yang rusak.
Belum. Sarana yang belum tersedia yaitu lemari khusus obat
Informan 4
narkotika.

Tabel Matriks 8 Pendistribusian Obat

Informan Pernyataan

Bagaimana proses manajemen pendistribusian obat yang dilakukan


gudang farmasi?
Informan 2 Pendistribusian obat ke Puskesmas wilayah kerja Dinas
Kesehatan Deli Serdang dilakukan setiap 2 bulan sekali yang
dimulai dari bulan ganjil untuk kebutuhan 3 bulan kedepan.
Disini Puskesmas mengambil obat sendiri ke dinas dan pada
setiap kali pengambilan obat terdiri dari 4 Puskesmas di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang.
Informan 6 Dinas mengeluarkan obat-obatan per-triwulan, sesuai dengan
LPLPO kami yang juga buat untuk kebutuhan Puskesmas 3
bulan ke depan. Hal ini meringankan pekerjaan juga sih,
karena otomatis pembuatan laporan juga per-triwulan. Kami
ambil sendiri obat-obatan ke dinas kesehatan, dan kami
distribusikan ke pustu-pustu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas kami.

Universitas Sumatera Utara


Apakah transportasi untuk pendistribusian obat sudah tersedia?
Informan 2 Tersedia hanya ada 1 mobil untuk pendistribusian obat. Jadi
tidak cukup waktunya untuk mendistribusikan obat dengan 1
mobil, karena puskesmas wilayah kerjadinas kesehatan deli
serdang jumlahnya banyak dan letak geografisnya yang
berjauhan.
Informan 6 Kami menggunakan ambulance untuk mengambil obat ke
dinas kesehatan. Dari puskesmas, pustu menagmbil sendiri
obatnya ke puskesmas.
Apakah ada tersedia anggaran untuk pendistribusian obat?
Infroman 2 Tidak ada.
Informan 6 Tidak ada.
Data apa saja yang diperlukan gudang farmasi dalam proses
pendistribusian obat obat ke puskesmas wilayah kerjanya?
Informan 2 Data yang harus ada untuk pendistribusian obat adalah SPT
dan membuat LPLPO.
Informan 6 Puskesmas harus membawa LPLPO saat mengambil obat ke
gudang farmasi dinas kesehatan.

Tabel Matriks 9 Penghapusan Obat

Apakah pernah dilakukan penghapusan terhadap obat yang kadaluarsa


ataupun rusak?
Infroman 1 Belum pernah dilakukan penghapusan obat. Ini dikarenakan
belum terbentuknya tim penghapusan obat, baik di dinas
maupun di puskesmas. Lagi pula terbentur dengan biaya
penghapusan itu sendiri.
Informan 5 Belum pernah dilakukan. Tau sama tau saja.
Informan 6 Belum pernah dilakuka penghapusan obat yang kadaluarsa.
Bagaiamana perlakuan terhadap obat yang kadularsa ataupun rusak?
Informan 1 Perlakuan terhadap obat yang kadaluarsa atau rusak yaitu
obat dikumpulkan dahulu di masing-masing puskesmas.
Tunggu ada konfirmasi dari pihak dinas kesehatan untuk
dikembalikan ke dinas kesehatan.
Informan 5 Obat kadaluarsa dikumpulkan di puskesmas sampai ada
konfirmasi dari dinas kesehatan.
Informan 6 Obat yang kadaluarsa di puskesmas dikumpulkan dan di
lainkan di tempat tersendiri sampai ada konfirmasi dari
dinas.

Universitas Sumatera Utara


Tabel Matriks 10 Tersedianya Kebutuhan Obat di Puskesmas

Apakah semua jenis obat yang diusulkan tersedia?


Infroman 1 Tidak. Ini dikarenakan pada proses perencanaan obat dengan
sistem e-purchasing sering terjadi gangguan jaringan.
Informan 6 Tidak.
Apakah obat yang diterima mencukupi untuk kebutuhan 1 tahun
kedepan?
Informan 1 Cukup.
Informan 6 Cukup. Tapi ada beberapa jenis obat yang tidak tersedia.
Bagaimana kebijakan pihak Puskesmas dalam mengatasi masalah obat
yang tidak tersedia dari dinas kesehatan?
Informan 1 Kami menyarankan kepada pihak puskesmas untuk
menunggu obat yang tidak tersedia sampai pada pengadaan
berikutnya.
Informan 6 Kebijakan dari puskesmas adalah membeli obat dengan
biaya kesehatan puskesmas ataupun dengan memberikan
resep kepada pasien untuk membeli obat ke apotek.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Lembar Observasi di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli


Serdang
Analisis Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

No. Variabel Observasi Ya Tidak


1. Surat Keputusan panitia perencana obat 
2. Struktur organisasi tim perencanaan obat 
3. Prosedur tertulis perencanaan obat 
4. Data perencanaan obat :
- Alokasi dana 
- Daftar obat-obat yang dibutuhkan 
- Stok awal 
- Penerimaan 
- Pengeluaran 
- Sisa stok 
- Obat hilang/rusak atau kadaluarsa 
- Kekosongan obat 
- Pemakaian rata-rata tahunan 
- Indeks musiman 
- Waktu tunggu 
- Stok pengaman 
- Perkembangan pola kunjungan 
- LPLPO 

Analisis Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Hasil Pengamatan
Kriteria Penyimpanan
No. Ya Tidak
Obat disimpan dalam gudang khusus untuk
1. 
obat, tidak dicampur dengan peralatan lain.

Obat diletakkan di atas rak/pallet penyimpanan,



2. tidak langsung di atas lantai.

Obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan. 


3.

4. Obat disusun secara alfabetis. 

Obat yang membutuhkan suhu dingin disimpan


5. 
dalam kulkas atau chold chain.

Universitas Sumatera Utara


Narkotika dan psikotropika disimpan dalam

6 lemari khusus dan dikunci.

Penyimpanan obat memakai sistem FIFO dan


7. 
FEFO.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9

Data Kekosongan Obat di Dinas Kesehatan Deli Serdang

No. Nama Obat

1. Amilorid tab 5 mg
2. Aminofilin tab 200 mg
3. Antalgin
4. Anti parkinson kombinasi
5. Anti malaria kombinasi
6. Asam askorbat tab 250 mg
7. Asam folat tab 5 mg
8. Dentin Konditioner
9. Diltiazem tab 30 mg
10. Epinefrin 1 mg
11. Eritromysin Sirup
12. Etambutol tab 250 mg
13. Etambutol tab 500 mg
14. Etil Klorida Semprot
15. Fenitoin Na 100 mg
16. Fluoresain tts mata 2,5 mg/ml
17. Formokresol
18. Framisetin sulfat 1%
19. Galaktosa microprticle
20. Hepatitis B imunoglobulin
21. Isoniazid tab 300 mg
22. Kalsium Hidroksida paste
23. Karbamazepin sir 100 mg/5 ml
24. N-asetil sistein kaps 200 mg
25. Nikotinamid tab 100 mg
26. Nikotinamid tab 5 mg
27. Paraformaldehid tab 1 g
28. Pasta pengisi saluran akar
29. Pirazinamid tab 500 mg
30. Telmisartan tab 40 mg
31. Tetanus toxoid inj

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10

Data Kadaluarsa Obat di Dinas Kesehatan Deli Serdang

No. Nama Obat

1. Amlodipiline
2. Deksametason
3. Haloperidol tablet
4. Karbamazepin tablet
5. Salbutamol
6. Tramadol kapsul
7. Cloramphenicol syrup
8. Aminofilin
9. Zinc tablet 20 mg
10. Doksazosin tab 2 mg
11. Kloramfenikol susp 125 mg/5 ml
12. Rifampisin kaps 300 mg

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai