SKRIPSI
OLEH :
ANGGI SILVANA PUTRI LUBIS
NIM. 131000136
OLEH
ANGGI SILVANA PUTRI LUBIS
NIM. 131000136
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS
MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN
2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Disahkan oleh :
Komisi Pembimbing Skripsi
ii
iii
iv
Alhamdulilah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
PAKAM TAHUN 2017”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada
kepada :
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. dr. Heldy B.Z, MPH., selaku dosen pembimbing I skripsi sekaligus sebagai
Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar
6. Dr. Juanita SE, M.Kes., selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu dan
7. dr. Fauzi, SKM., selaku Penguji II yang telah banyak memberikan masukan
8. Prof. Drs. Heru Santoso, MS. Ph. D., selaku Dosen Pembimbing Akademik
10. dr. Hj. Aida Harahap, MARS., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang Lubuk Pakam yang telah memberikan izin kepada saya untuk
vi
12. Terkhusus dan teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Syamsuddin
Lubis dan Ibunda Ponisila, S.Pd yang senantiasa selalu memberikan doa,
kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan yang tiada henti dalam bentuk
kasih sayang, perhatian, dan doa yang tulus yang di berikan selalu kepada
penulis.
14. Sahabat-sahabat tersayang SMA Ira Puspita Sari, Sri Wahyuni, Della
usai.
15. Untuk sahabat-sahabat setia penulis Nisya Dwi Amanda Pane, Cindy
Claudia Ritonga dan Irwansyah Lubis, serta tim sukses, Windi, SKM., Rispa
Lubis, Rifka Lubis, Riska Afani, Kak Imas, Indah Nst, Kak Dini terima
Sergai (Triwil, Ricka, SKM., Zahra, SKM., Isna, Veronika, Icod) yang
2013, serta semua pihak yang berperan namanya tidak dapat disebutkan satu
vii
skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
viii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................86
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Halaman
Deli Serdang....................................................................................51
Serdang ...........................................................................................52
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Agama : Islam
xvi
xvii
Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak
mengatasi masalah kesehatan. Dengan pemberian obat penyakit yang diderita oleh
pasien dapat diukur tingkat kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan
pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari
kesehatan.
jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan. Pengelolaan obat ini dilakukan
jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.
Oleh karena itu, obat perlu dikelola dengan baik, efektif dan efisien. (Rosmania
perencanaan obat hanya berdasarkan estimasi tahun sebelumnya, dan sarana yang
tidak memadai untuk proses penyimpanan dan pendistribusian obat, serta tidak
pernah dilakukan penghapusan obat dikarenakan tidak ada panitia penghapus dan
generik di sarana pelayanan kesehatan harus sebesar 95%. Anggaran untuk obat
RI, 2010)
sesuai standar sebesar 55%. Realisasi indikator tersebut sebesar 57,34% dan
capaian ketersediaan obat dan vaksin sebesar 90%. (Kemenkes RI, 2015)
pencapaian yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan target nasional masih
Kabupaten yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Dinas Kesehatan dalam hal ini bertanggung jawab dan membawahi Instalasi
Farmasi dalam tugas pengelolaan obat di kabupaten. Dalam pengelolaan obat ini,
Pemerintah, dinyatakan bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis
yang cukup, terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya,
efektif.
obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.
Daftar obat yang diberikan untuk program rujuk balik sesuai formularium
nasional yaitu obat untuk penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma,
di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk
inap dan 15 Puskesmas rawat jalan) pada 22 kecamatan. Tugas dan Fungsi Dinas
kabupaten. Dalam hal ini, salah satu sarana penunjang upaya kesehatan pada dinas
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ke Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Deli
dilakukan secara online pada website pelelangan elektronik dan dilaksanakan oleh
e-catalogue obat ini maka Dinas Kesehatan Deli Serdang tidak perlu melakukan
prosedur e-purchasing.
gudang farmasi terpisah tidak jauh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
Dalam hal penyimpanan, gudang farmasi Dinas Kesehatan Deli Serdang kurang
memenuhi syarat penyusunan obat tidak secara FEFO dan tidak tersedianya
dengan membawa LPLPO dan SPT ke gudang farmasi dan pihak gudang farmasi
Dinas Kesehatan Deli Serdang memberi SPBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk
karena keterbatasan SDM, alat transportasi, dan dana yang tidak memadai untuk
obat. Proses penghapusan obat ini harus ada panitia pemeriksaan obat dan
Serdang, persentase ketersediaan obat pada tahun 2015 sebesar 75%. Berdasarkan
masalah yaitu belum memiliki sumber daya manusia yang terampil baik itu di
pencatatan dan pelaporan obat, tidak terbentuk tim perencanaan obat, kekosongan
obat, penyimpanan obat tidak secara alfabetis dikarenakan obat selalu datang
dalam jumlah banyak, tidak ada lemari khusus untuk menyimpan obat yang
kebutuhan obat pada era JKN belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman teknis
tahun 2017.
Serdang.
Serdang.
obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup
Deli Serdang Lubuk Pakam dalam manajemen logistik obat agar obat yang
diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup dan mutu
obat.
4. Sebagai referensi yang dapat dijadikan bacaan dan panduan oleh peneliti
Instalasi Farmasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu bagian atau
melaksanakan pengelolaan obat secara berdaya guna dan berhasil guna agar obat
dengan adanya ketersediaan dan kemampuan sumber daya dalam suatu sistem.
baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Pengelolaan obat yang efisien dan efektif dilakukan dengan harapan dapat
menjamin :
waktunya.
pendek.
yang tepat.
10
dan mutakhir.
harmonis.
11
Kabupaten.
Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada
Gudang Farmasi.
dilaksanakan.
dan keamanan.
12
atasan.
dilaksanakan.
obat.
Pelayanan Kesehatan.
memenuhi syarat serta ada efek samping obat dan melaporkan kepada
atasan.
13
atasan.
Seksi Pencatatan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
dilaksanakan.
obat.
14
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
2014)
sumber daya manusia yang harus tersedia dalam hal pengelolaan obat sebanyak 13
orang dan yang berperan sebagai tenaga kefarmasian adalah yang berlatar
1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
15
Farmasi/Asisten Apoteker.
2.4 Manajemen
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa
bahwa manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan,
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan
16
Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka
2. Perusahaan akan dapat berhasil baik jika manajemen diterapkan dengan baik.
3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua
Dalam buku F.W. Taylor menunjukan bahwa asas- asas dasar ilmu
manajemen dapat dipakai untuk segala macam kegiatan manusia. Taylor juga
menunjukkan suatu filsafat manajemen yang baru, yaitu manajer akan lebih
17
melakukan pekerjaannya.
4. Kerja sama yang harmonis antara manajer dan non manajer, meliputi
dan penyimpanan barang jadi dan informasi terkait melalui organisasi dan
dimaksimalkan baik jangka waktu sekarang maupun waktu yang akan datang
layanan dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai disposisi. (Sabarguna, 2009)
18
tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan
tujuan juga didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money,
Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
19
dari aspek jaminan mutu diberlakukan pada semua jenis obat. Obat esensial
masyarakat dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan obat
generik adalah obat dengan nama resmi untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
(Syamsuni, 2005)
Formularium
POR Puskesmas Nasional
Good
Prescribing
Practice
Good Pemilihan
Pharmacy Distribusi Seleksi
Practice
TATA KELOLA
OBAT TERPADU
Penyimpanan Perencanaan
LPLPO RKO
E-Logistic
Pengadaan
E-Catalogue
20
2.6.1 Perencanaan
jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
Menurut Depkes RI Tahun 1990, tujuan dari perencanaan obat adalah untuk
mendapatkan :
1. Apa yang dibutuhkan untuk menentukan jenis barang yang tepat (what).
2. Berapa yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang tepat (how much).
21
persiapan dan tahap perencanaan kebutuhan obat. Pada tahap persiapan ada dua
Langkah-langkah :
kesehatan.
Langkah-langkah :
22
sesuai dengan populasi penduduk berdasarkan pola penyakit dengan prinsip dasar:
digunakan/dibeli)
- Obat memiliki manfaat terapi yang jauh lebih besar dibanding resiko dan
efek sampingnya.
tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku
23
24
daftar obat, stok awal, LPLPO, sisa stok, obat hilang/rusak, kadaluarsa,
2. Metode Epidemiologi
perencanaan.
3. Metode Kombinasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan rancangan stok
akhir periode yang akan datang. Rancangan stok akhir diperkirakan sama dengan
yang akan datang dan menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan
25
a. Analisa ABC
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20% dari jumlah dana obat keseluruhan.
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
b. Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
- Obat penyelamat.
terbesar.
26
2.6.2 Pengadaan
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
Tahun 2014).
tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan mutu yang tinggi dan
- Lelang
- Penunjukan langsung
27
2. Sumber Dana.
khusus, karena jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri
yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai
dilaksanakan dengan :
28
2.6.3 Penerimaan
baik dari pemasok maupun dari gudang obat dati II atau dari suatu unit pelayanan
pesanan atau permintaan obat dari yang bersangkutan. Maksud dan tujuan
penerimaan ini adalah obat yang diterima baik jenis dan jumlahnya sesuai dengan
29
Obat yang baru diterima ditempatkan di ruang khusus sampai pemeriksaan dan
4. Untuk obat-obatan yang tidak memenuhi syarat baik dari segi mutu, tanggal
kadaluarsa, jumlah isi dalam satu kemasan maupun jumlah sautan kemasan
Obat-obatan yang telah diterima dan diperiksa harus segera dicatat dan
bukukan pada buku harian penerimaan obat mengenai data obat dan dokumen
obat tersebut. Buku harian ini berisi nomor urut, tanggal penerimaan, nama dan
kode, banyak barang, nomor berita acara dan serah terima, dan keterangan.
30
obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman. (Depkes RI, 1990)
dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan
harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua obat/bahan
obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.
Persyaratan Gudang Farmasi pada proses penyimpanan obat : (Depkes RI, 2003)
4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet).
31
terkunci.
Menurut Depkes RI Tahun 1990, ada empat kegiatan yang dilakukan pada
proses penyimpanan obat antara lain : pengaturan tata ruang, penyusunan stok
pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Adapun faktor yang perlu
1. Kemudahan bergerak
menggunakan sistem satu lantai dan jangan menggunakan sekat-sekat karena akan
32
yang cukup di dalam ruangan gudang, sirkulasi yang baik akan memaksimalkan
biayanya akan menjadi mahal untuk ruangan gudang yang luas. Alternatif lain
adalah menggunakan kipas angin dan jika belum cukup makan perlu ventilasi
melalui atap.
3. Rak
Penempatan rak yang tepat akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan
b. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
c. Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan
5. Pencegahan kebakaran
33
yang masa kadaluwarsanya lebih awal harus digunakan lebih awal atau yang
diterima lebih awal harus digunakan lebih awal, gunakan lemari khusus untuk
menyimpan narkotika, simpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur dan
cahaya serta kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai, simpan obat dalam rak
dan berikan nomor kode dengan memisahkan obat dalam dengan obat-obatan
untuk pemakaian obatluar cantumkan nama masing-masing obat dengan rapi dan
apabila persediaan obat cukup banyak dan dengan membiarkan obat tetap dalam
box masing-masing.
Dalam pencatatan kartu stok induk maka kartu stok induk diletakkan di
rutin dan setiap terjadi mutasi obat, pengeluaran, hilang, rusak langsung dicatat
didalam kartu stok induk serta penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan setiap
akhir bulan.
Untuk kegiatan pengamatan mutu obat, jika dari pengamatan visual diduga
ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptik harus
2.6.5 Pendistribusian
terlaksananya penyebaran obat secara merata dan teratur serta dapat diperoleh
34
pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya. (Subagya, 1994 dalam
Febriwati, 2013)
1. Semua jenis logistik yang dibeli atau diadakan baik melalui pihak ketiga
maupun pembelian sendiri harus melalui dan diterima oleh Panitia Penerima
Barang.
secara cermat terhadap jenis barang apakah sudah sesuai dengan kontrak,
Dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu sesuai dengan batas
waktu yang tertera dalam kontrak. Jika melampaui, maka Panitia Penerima
35
2. Menghindarkan pembiayaan.
b. Tekhnis dan ekonomis : setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya
36
atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
pemusnahan.
sekurang-kurangnya petugas lain dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain
persediaan baru.
37
pemanfaatan langsung.
2.7 Puskesmas
tingkat pertama, dengan lebih mengupayakan upaya promotif dan preventif, untuk
38
Program esensial tersebut antara lain : (a) promosi kesehatan, (b) kesehatan
lingkungan, (c) kesehatan Ibu dan Anak, termasuk keluarga berencana, (d)
perbaikan gizi, (e) pemberantasan penyakit menular, dan (f) pengobatan. Rincian
39
Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan serta sesuai dengan kemampuan
sekolah, (b) usaha kesehatan olah raga, (c) perawatan kesehatan masyarakat, (d)
kesehatan kerja, (e) kesehatan gigi dan mulut, (f) kesehatan jiwa, (g) kesehatan
mata, (h) kesehatan usia lanjut, (i) pembinaan pengobatan tradisional. (Permenkes
40
PROSES
OUTPUT
INPUT
- Perencanaan
Tersedianya Obat
-Sumber daya manusia - Pengadaan
yang dibutuhkan
- Penyimpanan
-Sumber Anggaran di Puskesmas
- Pendistribusian
-Data
- Penghapusan
pengelolaan obat.
41
Deli Serdang.
obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman di gudang farmasi
kabupaten.
Puskesmas.
42
Farmasi diasumsikan belum terlaksana dengan baik dan belum mampu dalam
Penelitian ini dilakukan mulai dari survei pendahuluan yang dimulai dari
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam, yaitu unsur dari
pihak Dinas Kesehatan Serta unsur dari pihak Puskesmas Kabupaten Deli
Serdang. Informan dari pihak Dinas Kesehatan terdiri dari : (a) Kepala Seksi
43
gudang farmasi, (d) Kepala Seksi Ketenagaan. Informan dari Puskesmas adalah 1
orang Kepala Puskesmas dan 1 orang petugas penanggung jawab pengelola obat
Pakam.
a. Wawancara
b. Pengamatan (Observasi)
sebagai berikut :
seluruhnya).
Data sekunder diperoleh dari bagian Instalasi Farmasi Lubuk Pakam berupa:
44
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa voice recorder, notes
3.6 Triangulasi
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dalam
penelitian ini, triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber yang
berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :
1. Reduksi data
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
diperlukan.
45
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data berupa teks yang bersifat naratif.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
46
Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada
posisi 2057’ LU – 3016’ LS dan antara 98033’ – 99027’ BT. Luas wilayah
Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 km2 dengan ketinggian wilayah bekisar
0-500 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah Kabupaten Deli Serdang
meliputi :
Selat Malaka.
dan Simalungun.
Karo.
Bedagai.
yang terdiri dari 394 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar 1.984.598
jiwa.
47
4.1.2 Kependudukan
Percut Sei Tuan sebesar 426.429 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
adalah Kecamatan Gunung Meriah sebesar 2.800 jiwa. Namun Kecamatan Deli
Tua merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya yaitu 7.176.07 jiwa
48
a. Visi
yang optimal.
b. Misi
c. Motto
S = Sederhana
M = Mudah
A = Akurat
R = Ramah
T = Tepat Waktu
49
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Deli Serdang bahwa organisasi Dinas
2. Sekretariat terdiri dari Sub Bagian Program Informasi dan Humas, Sub Bagian
Umum.
4. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi,
Jiwa.
Kefarmasian, Seksi Alat Kesehatan dan PKRT, dan Seksi Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
50
sebanyak 34 unit, dengan rincian 20 unit Puskesmas rawat inap dan 14 unit
Distribusi Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang dapat dilihat
51
kepala seksi kefarmasian dan kepala gudang farmasi, serta 3 orang apoteker di
dengan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang membawahi
52
dibawah Seksi Farmasi dalam lingkungan Dinas Kesehatan yang berada dibawah
Kabupaten/Kota. Instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang terpisah tidak jauh
53
pengelolaan obat dengan baik dan tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup
Kepala
Instalasi Farmasi
Petugas
Tata Usaha
54
Dinas Kesehatan dijelaskan oleh kepala seksi instalasi farmasi dan pihak
55
daya manusia yang ada di instalasi farmasi dinas kesehatan maupun puskesmas
sebagai berikut :
pernah dilakukan pelatihan untuk pengelola obat yang ada di dinas kesehatan
maupun di puskesmas.
56
untuk proses pengelolaan obat di instalasi farmasi dinyatakan oleh kepala seksi
bahwa sumber anggaran di dinas kesehatan deli serdang untuk proses pengelolaan
4.5.3 Data
Berdasarkan hasil wawancara, data yang sudah tersedia belum memadai dan
kesehatan deli serdang. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini :
“Data untuk proses pengelolaan obat belum lengkap. Memang kartu stok
sudah ada, tapi belum cukup untuk proses pengelolaan obat. (Informan
1)
“Data pada proses penyimpanan belum begitu lengkap. Hanya ada data
kartu stock dan kumpulan LPLPO dari puskesmas.” (Informan 4)
“Untuk proses pendistibusian obat, data yang diperlukan sudah cukup
memadai.” (Informan 4)
57
pengelolaan obat di dinas kesehatan kabupaten deli serdang belum tersedia secara
“Kartu stock dan data untuk proses distribusi obat memang sudah
tersedia, tetapi data yang lain banyak yang tidak ada. Data lain yang
belum tersedia seperti data lead time (waktu tunggu) tidak ada.”
(Informan 2)
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa data
pengelolaan obat. Hal ini akan mengakibatkan proses pengelolaan obat tidak
Kesehatan Deli Serdang dimulai dengan pemilihan jenis obat, dan perhitungan
perkiraan jumlah kebutuhan obat. Dalam hal ini, perencanaan obat dilakukan oleh
Ka. Seksi Kefarmasian, Ka. Instalasi Farmasi dan perwakilan 10 petugas obat
tidak terbentuk.
Perencanaan jenis obat adalah suatu kegiatan memilih jenis obat yang
diperlukan Puskesmas. Adapun tujuan dari pemilihan jenis obat ini yaitu agar
58
bahwa perencanaan pemilihan jenis obat memang berdasarkan Fornas dan harus
terkait dengan 155 jenis penyakit yang ditangani di fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
(Top Down) dan pemilihan jenis obatnya berdasarkan e-catalogue dan mengacu
59
60
purchasing ini yaitu pada sistemnya. Realisasi pengadaan obatnya ada item obat
yang tidak tersedia di e-catalogue. Lama pengadaan obat melalui e-catalogue ini
juga belum diketahui pasti. Sumber dana pengadaan berasal dari dana APBD Kab,
e-purchasing. Sumber dana untuk pengadaan obat ini berasal dari dana APBD
61
masalah. Dana dalam pengadaan obat ini bersumber dari dana APBD Kab, BOK
Program, dan BPJS. Dimana dana APBD Kab untuk obat generik dan BOK
Tambah Darah.
Dinas Kesehatan memiliki 1 unit gudang farmasi yang terpisah tidak jauh dari
Dinas Kesehatan.
62
faramasi ini dibenarkan oleh Kepala Seksi Instalasi Farmasi dinas kesehatan
bahwa penyimpanan obat di gudang farmasi belum sepenuhnya benar. Hal ini
terbukti dari cara penyusunan obat yang tidak teratur dan menyebabkan sulitnya
bentuk sediaan saja dan tidak secara alfabetis. Untuk obat narkotika hanya
diletakkan diatas rak begitu saja tanpa ada lemari khusus penyimpanan.
diterima oleh dinas. Obat yang diberikan untuk 3 bulan kedepan dan
pendistribusian dilakukan setiap 2 bulan sekali yang dimulai dari bulan ganjil.
63
pula dalam pendistribusian ini pihak Puskesmas yang mengambil sendiri obat-
dimulai dari bulan ganjil. Hal ini menurut pihak Dinas Kesehatan dikarenakan
Kesehatan.
64
“Saya rasa selama ini mencukupi, tidak ada masalah. Apabila Puskesmas
mengalami kekurangan obat mereka mengambil kembali obat-obatan ke
gudang farmasi dinas. (Informan 1)
Namun pernyataan tersebut dibantah oleh pihak Puskesmas yang
mencukupi. Terlihat dari indikator masih adanya item obat yang tidak tersedia
dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas seperti obat gigi dan antalgin yang
65
“Bisa dikatakan tidak mencukupi karena ada jenis obat yang kami minta
dan butuhkan untuk pelayanan tidak diadakan, misalnya antalgin dan
obat gigi. Untuk mengatasi hal itu kebijakan pimpinan Puskesmas untuk
mengadakannya dengan dana Puskesmas sendiri atau pasien mencari
dan membeli sendiri ke apotek”. (Informan 6)
ketersediaan kebutuhan obat di Puskesmas belum bisa dikatakan cukup. Hal itu
dapat dilihat dari indikator-indikator seperti masih adanya pasien yang membeli
obat sendiri di apotek luar, walaupun hal ini atas kemauan pasien sendiri.
66
Sumber daya manusia yang bertugas dalam pengelolaan obat menjadi faktor
yang sangat penting dan berpengaruh dalam proses logistik obat. Menurut
Undang-undang RI No. 51 Tahun 2009, sumber daya manusia yang harus tersedia
dalam hal pengelolaan obat minimal sebanyak 3 orang yang berlatar belakang
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herman dkk (2010)
yang menyatakan bahwa sumber daya manusia minimal sebanyak 3 orang dalam
pengelola obat di unit kabupaten/kota dan dipimpin oleh apoteker ataupun tenaga
teknis kefarmasian.
kepala seksi instalasi farmasi dan 1 orang kepala instalasi farmasi dengan
pendidikan Apoteker, 1 orang bagian tata usaha dengan pendidikan SKM, serta 8
orang sebagai tenaga penyimpanan dan distribusi obat dengan pendidikan terakhir
memenuhi ketentuan.
67
dengan kualitas baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah sesuai dengan
ini dikarenakan untuk diadakan pelatihan masih tergantung dengan biaya yang
tersedia. Dengan tidak adanya pelatihan yang diberikan, dapat dilihat bahwa
melalui koordinasi antar pihak yang terkait dengan perencanaan obat. Tim
perencanaan obat terpadu di dinas kesehatan dibentuk oleh kepala dinas kesehatan
Pengelolaan obat di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang dalam hal
perencanaan obat tidak adanya dibentuk tim perencanaan obat terpadu. Tidak
adanya tim perencanaan obat terpadu disebabkan karena kepala dinas kesehatan
tidak ada membentuk tim perencanaan obat. Sebenarnya pihak seksi kefarmasian
68
yang dibantu oleh kepala instalasi farmasi. Wewenang yang diberikan kepala
dinas ini tanpa adanya Surat Keputusan penunjukan secara tertulis untuk menjadi
perencana obat. Jika dilihat dengan peraturan yang ada, hal ini dinilai tidak sesuai
terpadu sebagai suatu kebutuhan agar perencanaan obat dapat telaksana dan
perencanaan obat yang terdiri dari kepala seksi kefarmasian, kepala instalasi
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa sumber
anggaran yang diperoleh dinas kesehatan deli serdang dalam proses pengelolaan
obat di instalasi farmasi adalah berasal dari dana APBD, BOK Program, dan
BPJS. Dari dana APBD untuk obat sebesar 10% dari dana yang tersedia. Dana
BOK Program tidak tahu berapa besarannya karena obatnya langsung datang dari
pusat. Begitu juga untuk dana BPJS. Pihak instalasi farmasi tidak tahu karena
dibahas secara mendalam karena untuk hasil penelitian hanya sebatas pada
69
anggaran untuk pengelolaan obat merupakan bagian dari anggaran yang diajukan
oleh pihak instalasi farmasi ke bagian keuangan. Setelah disetujui, maka instalasi
5.1.3 Data
sesungguhnya dalam melakukan pengelolaan obat. Jika ada data yang tidak
pengelolaan obat, bahwa data yang harus dikumpulkan dan tersedia dalam proses
pengelolaan obat yaitu adanya data alokasi dana, daftar obat, stok obat,
rata-rata tahunan, indeks, musiman, lead time, stok pengaman, dan perkembangan
serdang diketahui bahwa data yang digunakan masih belum sesuai dengan yang
yang tersedia di instalasi farmasi dinas kesehatan deli serdang dalam hal
pengelolaan obat hanya data daftar obat stok obat. Pada proses perencanaan obat
seharunya ada menggunakan waktu tunggu. Tetapi, hasil penelitian tidak ada
70
pemilihan jenis obat, penentuan jenis obat, dan perhitungan perkiraan kebutuhan
obat.
Pada proses perencanaan pemilihan jenis obat selalu berkaitan dengan kartu
stok dan standar terapi. Obat yang terdapat di e-catalogue sangat banyak, maka
kartu stok dalam proses perencanaan obat ini diperlukan untuk melihat kebutuhan
dan kekurangan obat yang dibutuhkan. Selain itu, standar terapi juga digunakan
dalam perencanaan pemilihan jenis obat yang sangat dibutuhkan dalam keadaan
mendesak. Standar terapi untuk tujuan perencanaan obat harus berisikan nama
penyakit, nama obat, kekuatan dan bentuk sediaan, dosis rata-rata, jumlah dosis
perhari, lama pemberian, dan jumlah obat yang dibutuhkan perepisode. (Depkes
RI, 1990)
71
Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku dengan patokan harga untuk
Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan Obat Program Kesehatan. Pemilihan
jenis obat dilakukan agar obat yang tersedia benar-benar diperlukan sesuai dengan
pasien yang dilayani maupun tenaga kesehatan yang melayani karena senantiasa
jenis obat dapat berubah dalam kurun waktu tertentu. (Kemenkes RI, 2015)
informasi bahwa, pemilihan jenis obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Deli Serdang berdasarkan yang ada di e-catalogue, Fornas dan 155
obat ini, perencanaan dimulai dari puskesmas yang biasa disebut bottom up.
kesehatan untuk menyesuaikan dengan dana yang tersedia (to down) dalam
menyatakan bahwa dalam tahap pemilihan jenis harus berdasarkan pada Daftar
instalasi farmasi dinas kesehatan kabupaten dalam pemilihan jenis obat tidak
sesuai dengan DOEN, maka instalasi farmasi akan sulit menentukan obat apa
72
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Ada beberapa langkah-langkah yang harus
kecukupan untuk jangka waktu tertentu dan data dapat diperoleh dari kartu
stok.
Pemakaian nyata per tahun = stok awal + jumlah yang diterima - sisa stok
(yang dihitung per 1 November) - jumlah obat yang
hilang/rusak/kadaluarsa.
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi
kekosongan obat.
73
Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana
kekosongan obat.
Nilai stok pengaman dapat diperoleh berdasarkan pengalaman dari
monitoring dinamika logistik.
yang seharusnya. Hanya saja dalam perencanaan kebutuhan obat untuk tahun
berikutnya berdasarkan pemakaian tahun lalu. Pemakaian tahun lalu ini dibuat
dalam bentuk laporan yang namanya LPLPO. LPLPO ini merupakan laporan
bulanan dari puskesmas. Setelah itu LPLPO ini dilaporkan ke dinas kesehatan deli
serdang per triwulan untuk direkap. Hasil rekapan LPLPO ini dilakukan
74
bulan ini diperoleh dari penambahan 6 bulan yang dijadikan sebagai stok
obat juga harus berdasarkan sistem ABC dan VEN untuk mengetahui berapa dana
yang diperlukan dalam pengadaan ini. Analisa ABC dilakukan dengan cara
mengelompokkan jumlah dana yang diserap untuk setiap jenis obat dengan
20%, dan kelompok C menyerap dana sekitar 10%. Sedangkan analisa VEN
didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang
penyebab penyakit, dan kelompok N yaitu obat yang kerjanya ringan. (Depkes RI,
1990)
75
Tujuan dari pengadaan obat ini adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup, mutu obat terjamin, dan obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
kelompok C yaitu dengan menyerap dana 10% dari dana APBD. Alur pengadaan
obat ini dimulai dari merencanakan obat yang dilakukan oleh unsur seksi farmasi,
yaitu LPLPO.
menyatakan bahwa manajemen alur pengadaan obat yang seharusnya dimulai dari
pemda sekaligus pengesahan oleh bupati, pengadaan dengan metode tender, tim
76
bahwa obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Dalam penyimpanan juga harus ada dibuat kartu stok. Semua obat
harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjadi keamanan dan
secara alfabetis serta pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First
menjaga keamanan, khasiat, dan mutu obat. Tempat penyimpanan obat khusus
narkotika dapat berupa lemari khusus, gudang ataupun ruangan. Lemari khusus ini
syaratnya harus terbuat dari bahan yang kuat, diletakkan di tempat yang aman
dalam ruangan khusus di sudut gudang dan tidak terlihatn oleh umum, serta harus
memiliki kunci yang khusus. Apabila tidak memiliki lemari khusus setidaknya
77
boleh dimasuki orang lain tanpa izin penanggungjawab, dinding harus terbuat
dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi
dengan 2 buah kunci yang berbeda, dan langit-langit dan ventilasi harus terbuat
dari tembok besi serta harus dilengkapi dengan kunci agar gudang terjaga
membuat kartu stok. Kartu stok obat dibuat setiap 1 jenis obat yang diterima dari
disimpan pada 1 gudang farmasi yang tempatnya terpisah tidak jauh dari dinas
berdasarkan bentuk sediaan tetapi belum memisahkan antara obat dalam dan obat
luar, dan apabila pada rak ada obat yang kosong maka sebagian obat diletakkan
pengeluaran obat dan pengiriman obat-obatan yang bermutu dari instalasi farmasi
tujuan terlaksananya penyebaran obat secara merata dan teratur serta dapat
78
sampai obat ke puskesmas harus dibuat jadwal pengiriman. Obat-obat yang akan
obatan. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obatan yang akan dikirim maka
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas obat, dosis, isi kemasan, serta
obat dari gudang farmasi kabupaten harus dicatat pada kartu stok obat dan kartu
deli serdang diketahui bahwa jadwal distribusi obat sudah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yaitu setiap 2 bulan sekali yang dimulai dari bulan ganjil, jadi
dalam setahun ada sebanyak 6 kali proses distribusi obat. Sistem distribusi obat di
periode.Tetapi, pada sistem distribusi obat tidak dilakukan oleh pihak Instalasi
kenyataannya, sistem distribusi obat ini dilakukan dengan sistem jemput antar
dengan membawa Surat Perintah Tugas dan membawa LPLPO. Jadi pihak
79
dikarenakan tidak adanya biaya untuk transportasi, letak geografis yang terlalu
rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan
obat kadaluarsa atau rusak harus disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan,
Apoteker dan tenaga kefarmasian yang lain serta dilengkapi dengan berita acara
pemusnahan obat. Tahapan dalam proses penghapusan obat yaitu dimulai dari
Kemudian melaporkan kepada atasan mengenai barang yang akan dihapuskan dan
berwenang atau pemilik obat-obatan. Ketika sudah ada keputusan dari pihak yang
ataupun rusak.
yang kadaluwarsa ataupun rusak. Tetapi, obat yang kadaluwarsa ini hanya
dikumpulkan pada satu wadah dan tidak pernah dilakukan penghapusan obat.
80
terlaksana. Hal ini dikarenakan harus ada panitia penilai dan panitia penghapusan
obat.
berlaku. Apabila salah satu proses pengelolaan obat tidak berjalan dengan baik
akan mengakibatkan adanya obat yang tidak tersedia dengan jenis dan jumlah
Proses pengelolaan obat yang pertama dan paling utama adalah perencanaan
obat. Pada proses perencanaan obat ini harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang sudah ditetapkan. Ketika tahap perencanaan obat ini sudah terlaksana sesuai
dengan ketentuan, maka tahapan selanjutnya juga akan berjalan dengan baik.
Tujuan dari pengelolaan obat ini adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat
yang tepat sesuai dengan kebutuhan, untuk menghindari kekosongan obat, untuk
permintaan puskesmas.
ditemukan kendala dan hambatan seperti data yang dibutuhkan untuk perencanaan
81
pengadaan, jumlah obat yang datang tidak sesuai dengan permintaan sehingga
terjadi ini juga akan berdampak kepada puskesmas wilayah kerja dinas kesehatan
dan belum sesuai dengan permintaan mereka pada LPLPO. Keluhan dari Kepala
Puskesmas dan petugas obat yaitu obat-obatan yang diterima dari pengadaan tidak
dalam pengadaan obatnya memberikan obat yang ekuivalen dengan obat yang
dibutuhkan pasien. Kebijakan lain yang dilakukan oleh pihak puskesmas yaitu
Selain itu, alternatif lain yang dilakukan adalah pasien diberi resep dan disarankan
pengelolaan obat di dinas kesehatan deli serdang tidak berjalan dengan baik. Obat
yang kadaluarsa ini disebabkan pada proses penyimpanan obat yang hanya
seharusnya memperhatikan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
82
menumpuk, dan ada sebagian obat dari hasil pengadaan mendekati tanggal
dilakukan terhadap obat yang kadaluarsa ini hanya dikumpulkan dan diletakkan di
tempat terpisah dan belum pernah dilakukan pemusnahan obat. Pemusnahan obat
tidak pernah dilakukan karena tidak adanya dana yang tersedia dan harus ada
83
6.1 Kesimpulan
Serdang belum sepenuhnya berjalan dengan baik, dapat dilihat dari uraian berikut
ini :
2. Dana untuk pengelolaan obat diperoleh dari 10% dana APBD dinas
kesehatan dan berdampak pada adanya obat yang belum sesuai dengan
permintaan.
84
puskesmas.
panitia penghapus.
dibutuhkan diterima.
6.2 Saran
perencanaan obat.
puskesmas.
85
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Medan. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan
Tahun 2015. Medan : Dinas Kesehatan Kota Medan.
Dinas Kesehatan Lubuk Pakam. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2015. Lubuk Pakam : Dinas Kesehatan Lubuk Pakam.
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan Kunci
Keberhasilan, Edisi Revisi Cetakan ke-8 . Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009.
Infarkes, 2014. Tata Laksana Pelayanan Obat Dalam Program JKN. Dirjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Buletin.
Edisi I Pebruari 2014.
86
Pebup, Nomor 2233 Tahun 2016 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan Deli Serdang.
87
88
PERNYATAAN
Nama :
Umur :
Tahun 2017” dengan syarat tidak mencantumkan nama asli yang bersangkutan.
sebagaimana mestinya.
(………………………)
I. Karakteristik Informan
Nama :
Umur : Tahun
Pendidikan :
Unit Kerja :
II. INPUT
pengelolaan obat?
obat?
III. PROSES
Gudang Farmasi)
Deli Serdang?
keseluruhan?
Gudang Farmasi)
gudang farmasi?
IV. OUTPUT
kedepan?
Matriks Wawancara
Informan Pernyataan
Apakah sumber daya manusia di instalasi farmasi dinas kesehatan sudah
mencukupi dalam prosese manajemen pengelolaan obat?
Informan 1 Sumber daya manusia masih kurang, karena yang latar
belakang apoteker dan tenaga teknis kefarmasian hanya ada
3 orang dan selebihnya memberdayakan tenaga kesehatan
yang ada. Dari 34 Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan
Deli Serdang hanya ada 16 orang tenaga teknis kefarmasian
untuk pengelolaan obat tingkat puskesmas.
Informan 3 Kualitas sumber daya manusia dikatakan masih minim,
karea masih memberdayakan tenaga medis lainnya seperti
bidan, perawat dan lainnya dalam pengelolaan obat
Informan 5 Lebih memberdayakan tenaga medis lain.
Apakah ada diberikan pelatihan kepada perencana obat?
Usulan untuk membuat pelatihan sudah diusulkan. Tetatpi
Informan 1
Pelatihan tentang manamejem pengelolaan obat tetap saja
belum pernah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan hanya
pertemuan dengan pengelola obat puskesmas.
Sampai sekarang belum pernah dilakukan pelatihan untuk
Informan 3
pengelolaan obat.
Informan Pernyataan
Informan Pernyataan
Apa saja data yang diperlukan dalam manajemen logistik obat di dinas
kesehatan deli serdang?
Informan 1 Data untuk proses pengelolaan obat belum lengkap. Memang
kartu stok sudah ada, tapi belum cukup untuk proses
pengelolaan obat.
Informan 2 Kartu stock dan data untuk proses distribusi obat memang
sudah tersedia, tetapi data yang lain banyak yang ada. Data
lain yang belum tersedia seperti data lead time (waktu
tunggu) tidak ada.
Informan 4 Data pada proses penyimpanan belum begitu lengkap. Hanya
ada data kartu stock dan kumpulan LPLPO dari puskesmas.
Untuk proses pendistibusian obat, data yang diperlukan
sudah cukup memadai.
Informan Pernyataan
Bagaimana proses perencanaan obat yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Deli Serdang?
Informan 1 Alur proses perencanaan dimulai dari bawah yaitu laporan
Puskesmas (Bottom Up) dilaporkan ke Dinas Kesehatan
untuk menyesuaikan anggarannya (To Down).
Informan 2 Prosesnya perencanaan obat secara battom up (Puskesmas)
dan top down (Dinas Kesehatan).
Informan 6 Alur perencanaannya dimulai dari rekapan LPLPO
Puskesmas dan Pustu-Pustu, disesuaikan dengan data
penyakit yaitu 10 penyakit terbesar serta data-data
kunjungan pasien.
Bagaimana cara memilih jenis obat yang digunakan di instalasi farmasi
dinas kesehatan?
Informan 1 Pemilihan jenis obat disini berdasarkan e-catalogue. Karena
sekarang memang pemesanan obatnya secara online. Jadi
kadang ada juga yang tidak tersedia.
Informan 5 Pemilihan jenis obatnya berdasarkan e-catalogue dan harus
terkait dengan 155 jenis penyakit serta sesuai dengan Fornas.
Apakah jenis obat yang digunakan di instalasi farmasi dinas kesehatan
sudah sesuai dengan e-catalogue?
Informan 1 Obat yang di e-catalogue belum semua ada tersedia. Jadi
inilah yang membuat obat kosong.
Informan Pernyataan
Bagaimana cara melakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat yang
akan datang?
Informan 1 Memang benar kami tidak melakukan perhitungan perkiraan
kebutuhan obat. Menghitung kebutuhan obat hanya
berdasarkan pemakaian tahun lalu dikurangi dengan sisa
stok per 31 Desember.
Terus pemakaian rata-rata per bulan didapat dari rekapan
LPLPO. Perencanaan perhitungan perkiraan obat ini yaitu
jumlah pemakaian rata-rata perbulan yang dikalikan dengan
18 bulan. Dalam 1 tahun ada 12 bulan dan 18 bulan
diperoleh dari adanya penambahan 6 bulan dijadikan untuk
stok pengaman.
Informan 2 Sebenarnya kami tidak ada melakukan perhitungan perkiraan
obat untuk rencana berikutnya. Hanya saja untuk rencana
kebutuhan obat tahun berikutnya dihitung berdasarkan
metode konsumsi dikurangi dengan sisa stok per 31
Desember. Sisa stok ini ditulis setiap bulan dalam bentuk
laporan yang namanya LPLPO. Untuk pemakaian rata-rata
perbulan didapat dari rekapan LPLPO.
Perencanaan perkiraan kebutuhan obat ini berdasarkan
jumlah pemakaian rata-rata perbulan dikalikan dengan 18
bulan. Angka 18 ini diperoleh dari 1 tahun ada 12 bulan.
Dari 12 bulan ini ada penambahan 6 bulan yang dijadikan
sebagai buffer stok (stok pengaman). Itulah yang kami
lakukan dalam perencanaan obat untuk perhitungan
perkiraan obat.
Informan Pernyataan
Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Deli Serdang?
Informan 1 Pengadaan obat ini dilakukan oleh PPTK.
Informan 2 Proses manajemen alur pengadaan obatnya yaitu obat
dipesan ke Pusat (Kemenkes) dan dari sanalah obat berasal
dan masuk ke pbf-pbf yang ada, selanjutnya disampaikan ke
gudang farmasi. Setelah sampai di gudang farmasi kita
sesuaikan dengan pesanan kita.
Apakah ada sistem yang digunakan untuk pengadaan obat ini?
Informan 1 Ada. Sekarang ini pengadaan obatnya menggunakan e-
catalogue dengan sistem e-purchasing.
Informan 2 Pengadaan obatnya menggunakan e-catalogue dengan sistem
e-purchasing. Sumber dana berasal dari dana APBD Kab,
BOK Program, dan BPJS.
Apakah dalam 1 kali pengadaan obat, obat diterima secara keseluruhan?
Tidak. Dalam alur manajemen pengadaannya memang gak
Informan 1 100% obat diterima dalam 1 kali datang. Tapi memang tetap
terealisasi 100% dalam 1 tahun ini.
Penerimaan obat dari pengadaan, obat tidak langsung datang
Informan 2 100.000 tablet. Maksudnya gini, kita pesan 100.000 tablet
Amoxillin dan yang datang 25.000 tablet Amoxillin dulu.
Baru 2 bulan kedepan datang lagi 50.000 tablet Amoxillin.
Tapi di tahun ini klop 100.000 tablet Amoxillin. Prosesnya
bertahap gini karna sambil nunggu produksi. Begitu sih
pengadaannya.
Informan Pernyataan
Hasil Pengamatan
Kriteria Penyimpanan
No. Ya Tidak
Obat disimpan dalam gudang khusus untuk
1.
obat, tidak dicampur dengan peralatan lain.
1. Amilorid tab 5 mg
2. Aminofilin tab 200 mg
3. Antalgin
4. Anti parkinson kombinasi
5. Anti malaria kombinasi
6. Asam askorbat tab 250 mg
7. Asam folat tab 5 mg
8. Dentin Konditioner
9. Diltiazem tab 30 mg
10. Epinefrin 1 mg
11. Eritromysin Sirup
12. Etambutol tab 250 mg
13. Etambutol tab 500 mg
14. Etil Klorida Semprot
15. Fenitoin Na 100 mg
16. Fluoresain tts mata 2,5 mg/ml
17. Formokresol
18. Framisetin sulfat 1%
19. Galaktosa microprticle
20. Hepatitis B imunoglobulin
21. Isoniazid tab 300 mg
22. Kalsium Hidroksida paste
23. Karbamazepin sir 100 mg/5 ml
24. N-asetil sistein kaps 200 mg
25. Nikotinamid tab 100 mg
26. Nikotinamid tab 5 mg
27. Paraformaldehid tab 1 g
28. Pasta pengisi saluran akar
29. Pirazinamid tab 500 mg
30. Telmisartan tab 40 mg
31. Tetanus toxoid inj
1. Amlodipiline
2. Deksametason
3. Haloperidol tablet
4. Karbamazepin tablet
5. Salbutamol
6. Tramadol kapsul
7. Cloramphenicol syrup
8. Aminofilin
9. Zinc tablet 20 mg
10. Doksazosin tab 2 mg
11. Kloramfenikol susp 125 mg/5 ml
12. Rifampisin kaps 300 mg