Anda di halaman 1dari 12

PAPER

“KOLABORASI

DALAM MEWUJUDKAN KOTA SEHAT”

Disusun Oleh:

Lukyana Dinar Puspita (1700029027)

Elsa Nurdyah Puspitarini (1700029192)

Sinta Marselina (1700029203)

Dosen Pengampu : Firman, SKM.,MPH.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul ”Kepemimpinan Kolaborasi
Dalam Mewujudkan Kota Sehat”.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengajar yang telah


membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah, terlepas dari itu
semua penulis menyusun berdasarkan sumber dari jurnal dan artikel. Dalam penulisan
ini, penulis menyadari bahwa paper masih jauh dari kata sempurna, karena kurangnya
literatur yang penulis temukan, untuk itu penulis bersedia menerima kritikan ataupun
saran.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita semua.


Akhirnya besar harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi banyak pihak.

Yogyakarta, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL… .............................................................................................i

KATA PENGANTAR.. .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1


B. Tujuan ..................................................................................................................2
C. Manfaat ................................................................................................................2

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ...........................................................................3

BAB III KESIMPULAN.. .........................................................................................7

A. Kesimpulan ...........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota merupakan pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang dicirikan
oleh batasan administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta didominasi
oleh kegiatan produktif. Kota memiliki berbagai unsur dan komponen, mulai dari
komponen fisik seperti perumahan dan prasarana umum, hingga komponen non fisik
seperti kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan kota. Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat. Pada
Tahun 2018 jumlah Kabupaten/Kota di Indonesia sebanyak 514 dengan jumlah
penduduk Indonesia sekitar 265.015.313 jiwa (Kemenkes RI, 2018).
Kota-kota di Indonesia mulai berkembang seirirng dengan berjalannnya
waktu. Peningkatan perekonomian dan kesejahteraan penduduk mampu meningkatkan
pembangunan di perkotaan. Pembangunan secara fisik memiliki dampak positif dan
negatif. Dampak posotif antara lain kelancaran dan efisiensi kegiatan perekonomian
yang didukung oleh pembangunan industri dan transportasi, serta fasilitas sosial.
Dampak negatif antara lain menurunnya kualitas lingkungan akibat kurang
diperhitungkannya kemapuan lingkungan perkotaan dalam mendukukng berbagai
kegiatan dan sarana yang dibangun. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas
kesehatan manusia dan makhluk hidup lain. Apabila lingkungan terganggu maka akan
berpengaruh dan mengancam kesehatan dan keselamatan manusia dan makhluk hidup
lain.
Dalam Mulasari (2018), disebutkan bahwa untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal diperlukan upaya strategis untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat , yaitu dengan pembangunan kesehatan. Untuk mencapai
strategi tersebut diperlukan peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang. Bidang kesehatan sebagai pendekatan yang dianggap paling
tepat saat ini. Terkait hal tersebut pemerintah melalui Peraturan Bersama Mentri
Dalam Negeri dan Mentri Kesehatan No.34 Tahun 2005 dan No.
1138/Menkes/PB/VII/2005 menetapkan pedoman penyelenggaraan Kabupaten/Kota
Sehat.
Dalam peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa, Kabupaten/Kota Sehat
adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk
dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.
Dalam pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat masih terdapat beberapa masalah yang
muncul salah satunya adalah kurang pahamnya masyarakat tentang program
penyelenggaraan kabupaten/kota sehat.
Hapsari,dkk (2007) mengatakan bahwa kurangnya sosialisasi pemerintah
kepada masyarakat menjadi masalah umum dalam penyelenggaraan kabupaten/kota
sehat. Selain itu masalah lainnya juga turut menjadi kendala dalam pelaksanaan

1
program ini. Masalah tersebut yaitu, belum adanya kerjasama lintas sektor yang baik
dan tidak semua kota terbentuk Forum Kota Sehat, meskipun sudah terbentuk masih
belum ada keterpaduan antara anggota pengurus dalam persepsi dan pelaksanaan
kegiatan.
Perlunya kepemimpinan dalam mewujudkan kota sehat sangatlah penting.
Oleh karena itu paper dengan judul “Kepemimpinan Kolaborasi dalam Mewujudkan
Kota Sehat” ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi kepemimpinan
kolaborasi dalam mewujudkan kota sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Pemerintah dalam mewujudkan Kota Sehat?
2. Bagaimana Kepemimpinan Kolaborasi dalam Implementasi Kota Sehat?

C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya peran pemerintah dalam mewujudkan Kota Sehat.
2. Mengetahui kepemimpinan kolaborasi dalam implementasi Kota Sehat.

D. Manfaat

1. Manfaat secara teori


Penulis dapat memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan tentang
kepemimpinan kolaborasi dalam mewujudkan dan implementasi Kota Sehat.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Pemerintah
Dapat menjadi salah satu masukan dalam mewujudkan dan implementasi
Kota Sehat.
b. Bagi Masyarakat
Supaya menjadi masukan bagi masyarakat untuk berkontribusi dan
membantu pemerintah dalam mewujudkan dan mengimplementasikan Kota
Sehat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Pemerintah dalam meujudkan kota sehat
Kota sehat adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk
dihuni oleh para penduduk masyarakatnya. Kota sehat merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mewujudkan kota sehat yang dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dan
forum yang telah difasilitasi oleh pemerintah kota. Forum yang disediakan oleh
pemerintah merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan
berpartisipasi. Forum kota sehat juga berperan untuk menentukan arah, prioritas,
perencanaan pembangunan wilayah sehingga dapat dengan mudah mewujudkan wilayah
yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh penduduk msyarakatnya.
Didalam penerapan kota sehat terdapat beberapa unsur utama yang mutlak harus
ada di dalam konsep Kota Sehat. Dengan berbagai unsur konseptual dapat dibedakan
dalam dua kategori yang meliputi konsep tentang sehat dan konsep tentang cara
memperolehnya. Dan tiga unsur kunci yang berhubungan dengan kesehatan adalah model
sehat yang positif, model sehat yang ekologis dan perhatian kepada ketidaksamaan dalam
kesehatan. Unsur-unsur utama tersebut memperhatikan strategi yang berfokus pada proses,
kebijakan publik dan pemberdayaan masyarakat.
Hapsari (2007) mengatakan bahwa permasalahan umum yang berkaitan dengan
Kota Sehat adalah karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang menyebabkan
masyarakat tidak mengetahui program-program Kota Sehat. Permasalahan lainnya adalah
karena belum adanya kerjasama antar lintas sektor yang baik dan tidak semua kota sehat
terbentuk Forum Kota Sehat (FKS). Jika pun terbentuk hubungan antara anggota pengurus
juga belum ada keterpaduan dalam persepsi dan pelaksanaan kegiatan. Selain itu, juga
dipengaruhi oleh banyaknya anggota FKS yang berfikir bahwa FKS ini merupakan tugas
dari Dinas Kesehatan saja sehingga menghambat program-program FKS. Pelaksanaan
program FKS juga masih terfokus pada upaya kuratif sedangkan upaya promotif dan
preventifnya masih belum.
Upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
berpartisipasi mewujudkan kota sehat masih perlu dilakukan. Salah satunya melalui
kegiatan talkshow sebagai salah satu media pembelajaran yang bisa dilakukan secara rutin
agar literasi kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dengan diadakan talkshow ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam membantu
mewujudkan kota sehat serta dapat menjalankan program pemerintah untuk mewujudkan
kota sehat menuju Indonesia sehat yang berkemajuan.
Dalam pelaksanaan Kota Sehat menurut Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan
(2005) terdapat tatanan Kota Sehat yang dapat dikelompokkan berdasarkan kawasan dan
permasalahan khusus yang terdiri dari:
1. Kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum
2. Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi
3. Kawasan pertambangan sehat
4. Kawasan hutan sehat
5. Kawasan pariwisata sehat

3
6. Kawasan industri dan perkantoran sehat
7. Ketahanan pangan dan gizi
8. Kehidupan masyarakat sehat dan mandiri
9. Kehidupan sosial yang sehat

Konsep Kota Sehat itu sendiri bila merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, helathy city
didefinisikan dengan suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang telah disepakati oleh masyarakat dan pemerintah
daerah.

WHO (1997) menyebutkan terdapat sebelas komponen kota sehat yang


berkualitas yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang stabil; dukungan
masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif; partisipasi dan kontrol msyarakat yang kuat;
pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan yang
aman; akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan komunikasi
dengan masyarakat.

Dalam mewujudkan Kota Sehat tentu pemerintah memeiliki peran untuk turut
menentukan arah, prioritas, perencanaan pembangunan wilayahnya yang mengintegrasikn
berbagai aspek sehingga dapat mewujudkan wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dapat dihuni oleh warganya. Tujuan daripada Kota Sehat itu sendiri adalah
tercapainya kondisi kabupaten/kota yang bersih, aman, nyaman, dan sehat untuk dihuni
dan sebagai tempat untuk bekerja dan berkarya bagi warganya dengan terlaksananya
berbagai program pembangunan berwawasan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan
sarana, produktivitas dan perekonomian masyarakat sebagai bagian dari upaya pencapaian
Indonesia Sehat 2010.

Kolaborasi antar pemerintah, swasta dan masyarakat memberikan beberapa


keuntungan dalam pelaksanaan program pembangunan untuk mewujudkan Kota Sehat
diantaranya:

a. Meningkatkan rasa memiliki kepada masyarakat terhadap suatu program sehingga


menjamin kesinambungan program tersebut
b. Mengurangi hambatan terhadap inovasi-inovasi program, membantu penyebaran
informasi atau meningkatkan jumlah warga yang terlibat dalam implementasi
program
c. Mengurangi ketergantungan terhadap faktor eksternal dan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah
d. Program yang menekankan masyarakat cenderung sesuai kebutuhan masyarakat
e. Sharing risk, dalam arti segala resiko ditanggung bersama antara pemerintah,
swasta dan masyarakat
f. Sharing dana

4
g. Merealisasikan pemerintah berdasarkan prinsip good governance dan clean
government

Kepemimpinan yang diperlukan dalam setiap aspek proses kolaboratif pada


masyarakat non-kolaboratif dengan karakteristik partisipasi, kesetaraan kekuasaan dan
kompetensi rendah yaitu:

1. Dialog otentik; kepemimpinan yang mampu berperan dalam menjaga agar


komunikasi dalam dialog interaktif dapat berjalan dengan baik, sehingga
kepemimpinan harus mampu memulai, mendorong, memberdayakan dan
memperlancar jalannya dialog interaktif
2. Membangun komitmen; kepemimpinan berperan dalam menggli nilai-nilai dan
kemanfaatan bersama untuk dapat mencapai komitmen para aktor dalam proses
kolaboratif
3. Membangun tujuan bersama; kepemimpinan memiliki peran untuk mengarahkan
peserta agar mampu membuat tujuan yang akan diraih oleh proses kolaboratif
4. Menyusun kesepakatan; kepemimpinan menggerakkan, memotivasi peserta untuk
menemukan pemecahan masalah melalui penemuan fakta yang telah disepakati
bersama, kemudian menemukan sebuah inovasi yang diharapkan dapat
memecahkan permasalahan.

B. Implementasi kota sehat

Di Indonesia gerakan kota sehat di bawah kendali Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Kesehatan. Peraturan bersama menteri dalam negeri dan menteri kesehatan
menjadi dasar pelaksanaan program kota/kabupaten sehat di Indonesia. faktor keberhasilan
pelaksanaan kota sehat di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh kemauan politik yang
kuat dari pemerintah kota. Untuk menerapkan kota sehat yang efektif, pemahaman tentang
kota sehat kepada pemangku kepentingan perlu kuat. Perekrutan tenaga administrasi untuk
Forum Kota Kesehatan adalah sesuatu yang perlu(Anwas,2014). Gerakan Healthy Cities
harus didukung oleh keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dinilai
fundamental dan harus dikembangkan sebagai bagian yang berkelanjutan dan strategi
pengembangan jangka panjang(Batara, 2018).

Dikursus tentang kota sehat merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan visi
Indonesia Sehat 2011 pada tahun 1998. Pada saat itu diharapkan pada tahun 2011
Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu dengan penduduk yang hidup dalam
lingkungan sehat, melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, mampu menyediakan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga memiliki derajat kesehatan
yang tinggi.

Konsep kota sehat ditekankan pada tataran kawasan dengan memperhatiakn semua
aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Karena itu, pembangunan kota sehat tidak

5
hanya berfokus pada pelayanan kesehatan tetapi lebih luas lagi. Pengembangan kota sehat
adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan fasilitas pemerintah secara
berkelanjutan tanpa batas waktu dan mempertimbangkan kondisi dinamika masyarakat
perkotaan. Wujudnya berupa integrasi dari berbagai kegiatan dan dukungan dari berbagai
sektor yang difasilitasi oleh pemerintah kota. Pembentukan kota sehat adalah
implementasi pemberdayaan masyarakat menuju kota sehat.

6
BAB III
KESIMPULAN

Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman,


aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan
beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan
pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat masih terdapat beberapa
masalah yang muncul salah satunya adalah kurang pahamnya masyarakat tentang program
penyelenggaraan kabupaten/kota sehat.
Untuk mewujudkan kota sehat yang dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat
dan forum yang telah difasilitasi oleh pemerintah kota. Forum yang disediakan oleh
pemerintah merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan
berpartisipasi. Forum kota sehat juga berperan untuk menentukan arah, prioritas,
perencanaan pembangunan wilayah sehingga dapat dengan mudah mewujudkan wilayah
yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh penduduk msyarakatnya.
Upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
berpartisipasi mewujudkan kota sehat masih perlu dilakukan. Salah satunya melalui
kegiatan talkshow sebagai salah satu media pembelajaran yang bisa dilakukan secara rutin
agar literasi kesehatan masyarakat dapat meningkat. Dengan diadakan talkshow ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam membantu
mewujudkan kota sehat.

Kolaborasi antar pemerintah, swasta dan masyarakat dapat memberikan beberapa


keuntungan dalam pelaksanaan program mewujudkan Kota Sehat diantaranya adalah
Meningkatkan rasa memiliki kepada masyarakat terhadap suatu program sehingga
menjamin kesinambungan program tersebut, Mengurangi hambatan terhadap inovasi-
inovasi program, membantu penyebaran informasi atau meningkatkan jumlah warga yang
terlibat dalam implementasi program, Mengurangi ketergantungan terhadap faktor
eksternal dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah, Program
yang menekankan masyarakat cenderung sesuai kebutuhan masyarakat, Sharing risk,
dalam arti segala resiko ditanggung bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat,
Sharing dana dan Merealisasikan pemerintah berdasarkan prinsip good governance dan
clean government.

Kepemimpinan yang diperlukan dalam setiap aspek proses kolaboratif pada


masyarakat non-kolaboratif adalah dialog otentik, membangun komitmen, membangun
tujuan bersama dan menyusun kesepakatan. kota sehat merupakan upaya pemerintah untuk
mewujudkan visi Indonesia Sehat 2011 pada tahun 1998. Pada saat itu diharapkan pada
tahun 2011 Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu dengan penduduk yang
hidup dalam lingkungan sehat, melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, mampu
menyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga memiliki
derajat kesehatan yang tinggi.

7
Dibawah kendali Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.
Peraturan bersama menteri dalam negeri dan menteri kesehatan menjadi dasar pelaksanaan
program kota/kabupaten sehat di Indonesia. faktor keberhasilan pelaksanaan kota sehat di
Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh kemauan politik yang kuat dari pemerintah kota.
Gerakan Healthy Cities harus didukung oleh keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwas, O. M. (2014). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta.

Batara, A. S. (2018). Healthy Setting Ruang Publik Perkotaan (Sebuah Konsep Terminal
Sehat). Makassar: CV Social Politic Genius (SIGn).

Hapsari, D. S. (2007). Gambaran Kebijakan Penyelenggaraan Kota Sehat pada Lima Kota
di Indonesia. Media Litbang Kesehatan, Vol XVII No 3, Hal 19-28.

Peraturan Bersama Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan No 34 Tahun


2005 dan No 1138/Menkes/PB/VII/2005.

Mulasari, S. A. (2018). Membangun Kota Sehat(Healthy City) Menuju Indonesia Sehat


Berkemajuan. Jurnal Pemberdayaan, Vol 2 No 2, Hal 187-194.

RI, K. K. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Soedirham, S. (2012). Kota Sehat sebagai Bentuk Sustainable Communities Best Practice.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 7 No 2, Hal 53.

Sufianty, E. (2014). Kepemimpinan dan Perencanaan Kolaboratif pada Masyarakat non


Kolaboratif. Jurnal Perencanaan Wikayah dan Kota, Vol 25 No 1, Hal 88-89.

Anda mungkin juga menyukai