DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengertian Pancasila......................................................................................2
2.2 Pengertian Sistem..........................................................................................2
2.3 Pengertian Etika............................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Pasal 28 ayat (1) Undang-
undang Dasar 1945 telah mengamatkan bahwa “setiap orang berhak untuk hidup sejahterah
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Selain itu dalam Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang kesehatan dinamakan juga, bahwa “Kesehatan adalah keadaan secara
sehat, baik secara fisik, mental spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1948) tertulis juga, bahwa “Health is a
fundamental human right”. Yang mengundang suatu kewajiban untuk menyehatkan yang
sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak
asasi manusia. Kesehatan Masyarakat adalah semua upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dengan menggunakan serangkaian upaya yang sekurang-
kurangnya terdiri dari unsur-unsur atau ciri-ciri Berbasis Masyarakat, Berorientasi
pencegahan atau peningkatan derajat kesehatan, Dilaksanakannya secara lintas disiplin atau
bekerja sama dengan sektor non-kesehatan, Adanya keterlibatan masyarakat atau partisipasi
masyarakat dan Terorganisir dengan baik (Achmadi, 2014).
Kota Sehat adalah keadaan kota yang hendak diwujudkan (derivat dari provinsi sehat) yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat, mampu menyediakan dan menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Bila mengacu pada konsep kota
sehat (Helath City) yang dikembangkan oleh WHO bersamaan dengan hari ulang tahunnya
yang bertema Healthy Cities for Better Life, kota sehat merupakan gerakan masyarakat yang
terus menerus dan sistematis, berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas lingkungan fisik
dan lingkungan sosial, didukung oleh 4 pemerintah daerah (lokal) sehingga tercapai kawasan
perkotaan yang nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh warganya yang disebut City fit to
live in (Hadi, 2002). Perkembangan Gerakan Kota Sehat di setiap negara berbeda, tergantung
permasalahan yang dihadapi dan dipertimbangkan. Namun tiap negara memiliki kesamaan
konsep tentang Kota Sehat, yaitu berasal dari keinginan dan kebutuhan masyarakat, dikelola
oleh masyarakat, dan difasilitatori oleh pemerintah.
Konsep Kota Sehat juga mengutamakan pendekatan proses dari target, tidak mempunyai
batas waktu, dan berkembang secara dinamik, sesuai dengan sasaran yang dinginkan
masyarakat yang dicapai secara bertahap (Menteri Dalam Negeri & Menteri Kesehatan,
2005). Penyelenggaraan Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan
memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
mewujudkan Kota Sehat. Klasifikasi Kabupaten/Kota Sehat meliputi pemantapan, pembinaan
dan pengembangan. Klasifikasi ditentukan berdasarkan jumlah tatanan Kota Sehat yang
dipilih. Kota Sehat dilaksanakan melalui forum dan memfungsikan lembaga masyarakat yang
ada. Dalam kegiatan ini tim pembina Kota Sehat yaitu diketuai oleh Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dengan anggota dari instansi terkait, dan tim pembina
tersebut ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Tujuan dibentuknya tim pembina
Kota Sehat adalah untuk menselaraskan kebutuhan masyarakat sesuai dengan arah
pembangunan daerah (Menteri Dalam Negeri & Menteri Kesehatan, 2005).
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1.2. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kota sehat merupakan cerminan dari kondisi kota yang bersih, aman, nyaman dan sehat untuk
ditempati oleh warganya. Sebutan kota sehat menjadi symbol bagi wilayah yang telah memenuhi
kriteria tersebut. Kota yang sehat bukan berarti di kota tersebut tidak ada orang yang sakit. Penilaian
kota sehat tidak dilihat dari sedikitnya orang yang sakit, melainkan dari upaya pencegahan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan visi.nya menjadi kota yang sehat.
Untuk menjadi kota sehat, pemerintah harus memenuhi minimal 3 tatanan dari 9 tatanan yang menjadi
kriteria penilaian. Sembilan tatanan tersebut meliputi sekto kesehatan dan sector non kesehatan.
Tatanan yang menjadi sasaran pengerjaan disesuaikan dengan permasalahan masing-masing daerah.
Adapun Sembilan tatanan kota sehat tersebut ialah:
Aspek yang dinilai ialah meliputi kebersihan udara, kualitas air sungai, ketersediaan air bersih,
pengolahan sampah, pengelolaan pasar, pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana untuk olahraga
dan bermain anak-anak.
Aspek yang dilihat ialah ketersediaan dan kestabilan harga bahan-bahan pokok.
Untuk mewujudkan kota sehat ada 3 aspek yang harus dipenuhi. Pertama, dimulai dari pemeliharaan
kebersihan rumah serta makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kebersihan makanan meliputi
pemilihan bahan makanan, cara memasak atau proses pengolahan, penyiapan, dan cara
penyimpanan bahan makanan yang belum terpakai aspek yang kedua ialah perihal. A
Aspek yang kedua yaitu mengenai penggunaan pestisida. Pestisida untuk racun hewan harus
disimpan di tempat yang aman. Aspek terakhir meliputi pemeliharaan sumber air seperti sumur
resapan, WC, tempat sampah, dan kamar mandi.
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat diterapkan
untuk menjadi kota sehat diantaranya :
Di tempat-tempat umum disediakan 2 tempat sampah dalam satu kawasan, berfungsi untuk
memilah sampah organic dan anorganik.
Melakukan pemberdayaan masyarakat terkait daur ulang sampah. Ada dua macam sampah
yaitu sampah organic dan anorganik. Sampah organic berasal dari makanan, kulit, dan
dedaunan dapat diolah menjadi pupuk. Sedangkan sampah anorganik seperti plastic, botol,
kertas dapat diolah menjadi barang baru, berupa kerajinan.
Melakukan penghijauan atau reboisasi di hutan-hutan yang gundul.
Membuat taman kota atau hutan kota. Adanya taman kota membuat udara yang dihasilkan
akans sejuk dan terlihat asri dipandang.
Itulah hal-hal yang perlu dilakukan untuk menuju kota sehat. Mari kita dukung upaya pemerintah
dalam mewujudkan kota sehat dengan cara menjaga kelestarian lingkungan dan membuang
sampah pada tempatnya.
2.3 Syarat – syarat lingkungan Pemukiman yang Aman, Nyaman tentram dan sehat
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU
RI No. 4/1992). Adapun syarat untuk menjadi pemukiman yang sehat, nyaman dan tentram yaitu
:
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di
dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni
mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka
melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar
dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar,
tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang;
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.
Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan;
Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,
jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan
mata;
Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan
kesehatan
Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat
hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan
yang dapat menimbulkan keracunan.
Vektor penyakit
Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi
untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan
rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5
serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
Kualitas udara
Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kritik/Saran
Semoga dengan makalah ini dapat memperluas ilmu tentang bagaimana mengelola dan
membuat kota menjadi sehat, sehingga semua kehidupan menjadi berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
https://dlh.semarangkota.go.id/langkah-menjadikan-kota-semarang-kota-sehat/
https://bone.go.id/2016/05/12/pengertian-kabupaten-kota-sehat/
http://dbfmradio.id/index.php/news/19-daerah/1547-kabupaten-kota-sehat-tingkatkan-
kehidupan-masyarakat