Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN DAN KESEHATAN


Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampuh : Nur Alim, S.H., M.H.Kes

Oleh :

WIDIANTI

NIM : BSN201011

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


INSTITUT SAINS DAN KESEHATAN BONE
2021

Alamat : Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.75 Watampone


Telp.04812918034 email : akbid_bsn_wtp@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak maka terselesailah makalah ini. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan selesai dengan baik. Akhirnya tim penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Watampone, 18 Juni 2021

Widianti

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................I 
DAFTAR ISI........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kewarganegaraan...........................................................................................7
B. Kesehatan.......................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian kewarganegaran dan kesehatan.....................................................9
B. Cara memperoleh kewarganegaraan................................................................10
C. Hak warga negara dalam kesehatan................................................................11
D. Pelayanan kesehatan di Indonesia...................................................................13
E. Pelayanan yang berkualitas bagi negara..........................................................14
F. Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan...........................................15
G. Undang-udang kesehatan di Indonesia............................................................17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara Demokrasi yang berlandaskan UUD 45
dan Pancasila. Berdasarkan dengan hal tersebut maka seharusnya Indonesia
dapat menjadi contoh atau setidaknya dapat memberikan penjaminan tentang
adanya junjungan tinggi terhadap hukum dan peraturan yang berlaku di
negara ini yang seharusnya semua berlaku sesuai dengan asas demokrasi
pancasila dan yang akan menjadi konpensasinya adalah dijunjungnya Hak
Asasi Manusia (HAM) sehingga dapat memberikan jaminan keamanan dan
kesehatan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing
(WNA) yang bertempat di Negara Indonesia ini.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan “
citizenship “. Dalam pengertian ini , warga sauatu kota atau kabupaten
disebut sebagai warga penduduk kota atau kabupaten, karena mereka juga
merupakan unit politik. Dalam otonomi, kewarganegaraan menjadi penting
karena masing-masing unit politik akan memberikan hak pemegang (biasanya
sosial) yang berbeda dari warganya.
UU tentang Kesehatan mengatur berbagai macam upaya yang menjadi
tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Secara umum, Pasal 10 UU Kesehatan menyatakan bahwa untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23
tahun 1992 memberikan batasan: kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,

1
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut
organisasi kesehatan dunia (WHO) yang paling baru yaitu bahwa kesehatan
merupakan keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak
hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada dasarnya kesehatan mencakup tiga
aspek yaitu fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut undang-undang No.
23/1992, kesehatan mencakup empat aspek yaitu fisik, mental, sosial, dan
ekonomi (Notoatmodjo, 2007:3). Jadi Kesehatan merupakan suatu gejala di
mana kondisi tubuh maupun jiwa dalam kondisi yang produktif baik dari segi
fisik, mental, sosial maupun ekonomi, di mana kesehatan suatu kondisi tubuh
yang sangat penting dalam menjalani aktifitas dalam kehidupan sehari-hari,
tanpa kesehatan akan menghambat aktifitas dalam kehidupan baik rohani
maupun jasmani. Kesehatan tubuh sangat berperan penting dalam menjalani
aktifitas-aktifitas baik dari segi fisik atau pikiran di mana kesehatan
merupakan modal utama dalam melakukan aktifitas dalam menjalani
kehidupan.
Kesehatan adalah kebutuhan penting setiap manusia. Demi
mendapatkannya manusia rela mengorbankan apa yang dimilikinya agar tidak
lagi didera oleh penyakit. Kebutuhan atas kesehatan yelah menjadi segala-
galanya bahkan dibanding kebutuhan atas uang sekalipun. Bahkan bagi yang
hidup dikota metropolitan, kesehatan telah menjadi barang yang mahal.
Bisnis jasa medis telah menjadi bidang usaha yang menguntungkan.
Pelayanan dibidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibuthkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit
merupakan lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional dan
mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah
sakiy perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Tidak
mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk dibenahi agar bisa

2
memberikan pelayan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah
dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan
pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat
secara jasmani dan rohani. Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah
sakit dituntut selalu menjaga kepercyaan konsumen secara cermat dengan
memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upayah untuk memenuhi
keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit
dalam hal ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan
saja mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga
mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan hubungan harmonis
antara staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian perlu adanya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari pada kesehatan
masyarakat pada umumnya, mempunyai tujuan membina dan meningkatkan
derajat kesehatan dari kehidupan sehari-hari, baik fisik, mental, maupun
sosial dengan cara pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan.
Masalah kesehatan lingkungan terutama di kota-kota besar pada zaman
pembangunan ini menjadi masalah yang sangat rumit dan memerlukan
pemecahan secara terorganisir.
Dari sekian banyak kebijaksanaan pembangunan, salah satunya adalah
pembangunan di bidang kesehatan. Masyarakat berhak untuk memperoleh
derajat kesehatan yang sama dan berkewajiban ikut serta dalam usaha
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Untuk memperoleh itu
semua maka diperlukan berbagai usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
pokok masyarakat Indonesia, yang pada hakekatnya terpenuhi sandang,
pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Derajat masyarakat miskin yang
masih rendah diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan
kesehatan. Kesulitan akses ini diakibatkan oleh berbagai faktor seperti
ketidakadanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan
yang memang mahal.

3
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan,
sejak tahun 1998 Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan
kesehatan penduduk miskin. Dimulai dengan pengembangan Program Jaring
Pengaman Sosial (JPS-BK) tahun 1998-2001, Program Dampak Pengurangan
Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Bahan Bakar
Minyak (PKPS-BBM) Tahun 2002-2004. Program-program tersebut diatas
berbasis pada „provider‟ kesehatan (supply oriented), dimana dana disalurkan
langsung ke Puskesmas dan Rumah Sakit. Provider kesehatan (Puskesmas
dan Rumah Sakit) berfungsi ganda yaitu sebagai pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) dan juga mengelola pembiayaan atas pelayanan kesehatan
yang diberikan. Kondisi seperti ini menimbulkan beberapa permasalahan
antara lain terjadinya defisit di beberapa Rumah Sakit dan sebaliknya dana
yang berlebih di Puskesmas, juga menimbulkan fungsi ganda pada PPK yang
harus berperan sebagai ‘Payer’ sekaligus ‘Provider’.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman pelayanan kesehatan di masa lalu
dan upaya untuk mewujudkan sistem pembiayaan yang efektif dan efisien
masih perlu diterapkan mekanisme jaminan kesehatan yang berbasis asuransi
sosial. Penyelenggaraan program ini melibatkan beberapa pihak yaitu
Pemerintah Pusat (Departemen Kesehatan), Pemerintah Daerah, Pengelola
Jaminan Kesehatan (PT.Askes (Persero), dan Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit dimana masing-masing pihak
memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan tujuan yang sama yaitu
mewujudkan pelayanan kesehatan dengan biaya dan mutu yang terkendali.
Berlandaskan pada upaya pengembangan sistem jaminan tersebut pada
tahun 2006, penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
yang meliputi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta
pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit dikelola sepenuhnya melalui
mekanisme asuransi sosial oleh PT Askes (Persero). Dengan pertimbangan
pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi dan
akuntabiltas, serta mengingat keterbatasan pendanaan, dilakukan perubahan
pengelolaan program Askeskin pada tahun 2008, dengan memisahkan fungsi

4
pengelolaan dengan fungsi pembayaraan dengan didukung penempatan
tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit. Selain itu mulai di berlakukannya
Tarif Paket Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin di Rumah Sakit
dengan nama program berubah menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS) (Biro Hukum & Organisasi Departemen Kesehatan
R.I,2009)
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan
nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat
kesehatan, yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber
daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan
nasional. Sesuai dengan Pancasila khususnya sila ke V yang berbunyi “
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ” maka seluruh masyarakat
Indonesia berhak mendapatkan hak sosial sebagai warga negara dari
pemerintah tak terkecuali dalam hal pelayanan kesehatan khususnya bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat bantuan dari pemerintah yang
di wujudkan dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS).

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan


akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu warga negara agar setiap
hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa serta tidak
melenceng dari apa yang diharapkan. Menurut Gracellia (2012), tujuan utama
Pendidikan Kewarganegaraan yaitu; Untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan
bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan
nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang mengkaji
sarta akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu
juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung

5
jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Sesuai dengan teori di atas maka mata kuliah Kewarganegaraan
merupakan pembelajaran yang penting dalam menjaga kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan
uatama Pendidikan Kewarganegaraan di atas khususnya dalam hal
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani masyarakat maka di dapat suatu
kesimpulan bahwa pembangunan dibidang kesehatan tidak kalah pentingnya
jika dibandingkan dengan bidang pembangunan lainnya, bahkan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional secara
keseluruhan. Pembangunan kesehatan lingkungan merupakan salah satu
bagian dari pembangunan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut
penulis mencoba untuk meninjau lebih jauh melalui penulisan skripsi dengan
judul “ Kewarganegaraan dan Kesehatan”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kewarganegaraan dan Kesehatan?
2. Bagaimana Cara Memperoleh Kewarganegaraan?
3. Bagaimana Hak Warga Negara Dalam Kesehatan?
4. Bagaimana Pelayanan Kesehatan Di Indonesia?
5. Bagaimana Pelayanan Yang Berkualitas Bagi Negara
6. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan?
7. Apa undang-undang kesehatan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kewarganegaraan dan Kesehatan
2. Untuk mengetahui cara memperoleh kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui Hak warga negara dalam kesehatan
4. Untuk mengetahui Pelayanan kesehatan di indonesia
5. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi negara
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan
7. Untuk mengetahui undang-undang kesehatan di Indonesia

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kewarganegaraan
Kewarganegaraan merupakan hubunganyang paling sering dan kadang-
kadang hubungan satu-satunya dengan seorang individu dan suatu negara
yang mejamin diberikannya hak-hka dan kewajiban-kewajiban individu itu
pada hukum internasional. Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep
kewargaan ( bahasa inggris citizenship ). Di dalam pengertian ini, warga
suatu kota atau kabupaten di sebut sebagai warga kota atau warga kabupaten,
karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah,
kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan
memberikan hak ( biasanya sosial ) yang berbeda-beda bagi warganya
B. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau
kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan
waktu.Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik,
berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait
beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari
pelayanan kesehatan itu sendiri (Sulastomo, 2000).
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan (Anonim, 2004)
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan atau masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
4. diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk

7
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
5. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewarganegaraan dan Kesehatan


1. Kewarganegaraan
Secara bahasa, kewarganegaraan berarti hal yang berhubungan
dengan Warga negara, keanggotaan sebagai warga negara. Secara istilah,
kewarganegaraan berasal dari kata warga negara, yaitu penduduk sebuah
negara/bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran dan sebagainya
yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari
negara itu. Warga negara juga di artikan sebagi orang-orang yang
merupakan bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara.
Menurut pasal 1 UU no 12 tahun 2006, kewarganegaraan adalah segala hal
ikhwal yang berhubungan dengan warga negara, sedangkan warga negara
adalah warga suatu negara yang di tetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan
( bahasa inggris citizenship ). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota
atau kabupaten di sebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena
keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah,
kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan
memberikan hak ( biasanya sosial ) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan memilki kemiripan dengan kebangsaan ( bahasa
inggris nationality ). Yang membedakan adlah hak-hak untuk aktif dalam
perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi
seorang warga negara ( contoh, secara hukum merupakan subyek suatu
negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak perpertisipasi
dalam politik ). Juga di mungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa
menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
Tentu saja warga yang tinggal dalam suatu Negara mendapatkan
hak dan kewajiban. Dan hak-haknya adalah :

9
a. Berhak mendapatkan perlindungan hokum
b. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
c. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
d. Memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan
i. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing2 yg di percayai, dll
2. Kesehatan 
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau
kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan
waktu. Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah
memungkinkan setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri mereka
sendiri, dan berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi kesehatan.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, seperti
perilaku individu, kondisi sosial, genetik dan biologi, perawatan kesehatan,
dan lingkungan fisik.
Menurut WHO (1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan
penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang
menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta
negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam
bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih 
luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian
dan lainnya.
B. Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang
dilakukan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan
pada keawarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan
orang tuanya menentukan kewarganegaraan anaknya.Misalkan jika

10
seseorang dilahirkan dari orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia,
maka ia dengan sendirinya telah berkewarganegaraan Indonesia.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan
berdasarkan daerah tempat ia dilahirkan.Misalkan ada seseorang
dilahirkan di dalam daerah atau wilayah hukum negara Indonesia, maka
dengan sendirinyapun ia memiliki kewarganegaraan Indonesia.
Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing
yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama dengan
prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di negara Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.
3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius
soli dan ius sanguinistetap bisa mendapatkan atau memperoleh
kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau naturalisasi.
Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai negara itu berbeda.
Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara itu
berbeda, jadi persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan
situasi negaranya.
C. Hak Warga Negara Dalam Kesehatan
Secara kerangka pemenuhan hak atas kesehatan, satu sisi negara kita
jelas mengakui dan sangat mewajibkan pemenuhan hak warga negaranya
salah satunya terkait dengan hak atas pelayanan kesehatan. Diantaranya
terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya yang telah diratifikasi oleh Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2005.
Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional menyebutkan “Jaminan kesehatan diselenggarakan

11
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan”.
Dan dipertegas dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2005 menyebutkan “Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap
orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan
fisik dan mental” jo. Pasal 12 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 menyebutkan “Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin
semua pelayanan dan perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang”.
Disisi lain dengan Pemberlakuan pasal 52 Ayat (1) huruf r Perpres
Nomor 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kesehatan merupakan pengabaian
jaminan kesehatan bagi masyarakat yang kita nilai bisa merusak tatanan
kewajiban negara yang telah disebutkan dan dijamin oleh undang-undang
yang lebih tinggi, bagaimana mungkin misalnya korban akibat tindak pidana
penganiayaan yang sama sekali tidak menginginkan terjadinya tindakan
tersebut terhadap dirinya tetapi negara tidak mau menanggung dan menjamin
pelayanan kesehatan terhadap korban tersebut
Pertanggungjawaban negara yang harus dipenuhi terhadap hak atas
kesehatan setidaknya terdapat 3 bentuk yaitu menghormati hak atas
kesehatan, melindungi hak atas kesehatan serta memenuhi hak atas kesehatan.
Pemerintah seharusnya menjunjung tinggi hak atas kesehatan bagi
seluruh masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup yang sehat agar
terwujudnya  derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dan hal
ini juga yang menjadi tanggung jawab negara demi terwujudnya hak
fundamental dalam bidang kesehatan.
Melihat kondisi seperti ini, maka pemerintah daerah dalam hal ini
pemerintah Aceh harus mengambil alih tanggung jawab itu. Terutama untuk
pemerintah Aceh, kita memiliki peluang besar untuk mengelola sendiri
tanggung jawab atas kesehatan. Berdasarkan Pasal 16 Ayat (1) huruf e jo.
Pasal 224 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh,
menjadi dasar kewajiban bagi pemerintah aceh untuk memberikan atau
mengurus penanganan pada bidang kesehatan, berdasarkan hal tersebut Aceh

12
seharusnya dapat mengelola secara mandiri dan kesehatan yang tertuang
dalam  Dana Otonomi Khusus Aceh sebagaimana pasal 183 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh tanpa mengikuti skema
Pemerintah Pusat yang belum menjamin hak atas kesehatan bagi masyarakat
Aceh apalagi dengan berlakunya Perpres Nomor 82 Tahun 2018 Tentang
Jaminan Kesehatan.
Dana otsus kita memberi peluang untuk aceh mengurus sendiri, dan
pemerintah aceh sudah pernah melakukannya serta sempat berjalan dengan
baik sebelum bergabung dengan jaminan kesehatan nasional, jadi kalau
kondisinya seperti ini, maka pemerintah aceh segeralah melakukan tindakan
untuk menformulasi ulang jaminan kesehatan masyarakat aceh, sebelum
pengabaian ini berlangsung lama
D. Pelayanan Kesehatan Di Indonesia
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan
kedudukan yang sama  di mata masyarakat. Akan tetapi sering terdapat
dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu
banyak kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan
kesehatan di negeri ini. Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memiliki dompet tebal. Sementara orang-
orang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan
proporsional. Orang-orang miskin sepertinya tidak boleh sakit.
Tidak dapat dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara
si kaya dan si miskin dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di
berbagai rumah sakit sering menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara
implisit. Bahwa menempuh pendidikan kedokteran itu tidaklah murah. Oleh
sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang harus ditempuh,
masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal yang luar
biasa. Mungkin paradigma awal ketika seseorang memilih jalan hidupnya
sebagai seoang dokter mengalami disorientasi. Pengabdian kepada
masyarakat dan bangsa bukanlah menjadi faktor yang mendominasi

13
keinginan seseorang menjadi dokter. Ada faktor-faktor komersialisasi yang
terkadang melandasi seseorang dalam menempuh jalur kedokteran sebagai
pilihannya. Tulisan ini bukan dibuat untuk mendiskreditkan seorang dokter,
sama sekali tidak. Dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dokter
merupakan posisi yang menjadikan seseorang dapat lebih menghargai
kehidupan. Substansinya adalah dewasa ini gambaran seorang dokter yang
terjadi di Indonesia merupakan sebuah komersialisasi pekerjaan bukan
pelayan kesehatan. Seandainya paradigma-paradigma yang mengalami
disorientasi tersebut dapat diluruskan maka posisi seorang dokter akan
kembali pada tingkatan yang mulia.
Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya
biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan
baik dan ramah. Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-
asalan. Belum lagi perawat di rumah sakit sering malas-malasan jika bekerja.
Salah seorang pernah berkata bahwa rumah sakit di Jepang tidak
menyediakan fasilitas hiburan seperti televisi bagi para pegawai rumah sakit.
Dengan demikian kondisi kerja akan jauh lebih kondusif karena konsentrasi
tidak akan terpecah antara urusan pekerjaan dan hiburan. Sementara di
Indonesia keberadaan televisi bagi pegawai rumah sakit adalah sebuah
keniscayaan. Sebenarnya kondisi ini dapat merusak produktivitas kerja.
Meskipun selalu ada pembenaran bahwa profesionalisme selalu dijunjung
tinggi dalam menjalani profesi. Tidak jelas kevalidan wacana tersebut, namun
tampaknya melihat kondisi rumah sakit yang ada di Indonesia dengan
pelayanannya, wacana tersebut ada benarnya terlepas dengan kondisi yang
ada pada rumah sakit di Jepang.
E. Pelayanan Yang Berkualitas Bagi Negara
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas
jasa/pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1)      Tangible (nyata/berwujud)
2)      Reliability (keandalan)
3)      Responsiveness (Cepat tanggap)

14
4)      Competence (kompetensi)
5)      Access (kemudahan)
6)      Courtesy (keramahan)
7)      Communication (komunikasi)
8)      Credibility (kepercayaan)
9)      Security (keamanan)
10)  Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)
Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusan-keputusan
sebagai berikut:
1. SKep Men Kes RI No 99a/Men.Kes /SK/III/1982 Tentang
berlakunya Sistem Kesehatan Nasional.
2. TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa
Depan.
3. Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok
kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 574/ Men.Kes.
`/SK/IV/2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
sehat tahun 2010.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 1277/Men. Kes/SK/X/2001
tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehata
F. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan
terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa factor seperti adanya
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai
masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan politik.
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

15
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga
sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti
perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya maka
digunakanlah alat seperti laser, terapi perubahan gen dll. Maka pelayanan
kesehatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan butuh tenaga
yang professional di bidang tertentu.
2. Pergeseran nilai masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan
pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat
mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
3. Aspek legal dan etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntunan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dengan memperhatikan norma dan etik yang
ada dalam masyarakat.
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lebih mudah
diperoleh dan di jangkau dan begitu sebaliknya dengan orang yang
tergolong ekonomi rendah. Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi
dalam sistem pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan.

16
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan.
G. Undang-undang Kesehatan di Indonesia
Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang
relatif masih baru di Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala peraturan
dan aturan yang secara langsung berkaitan dengan pemeliharaan dan
perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan yang rusak. Hukum
kesehatan mencakup penerapan hukum perdata dan hukum pidana yang
berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan. Subyek-
subyek hukum dalam sistem hukum kesehatan adalah:
1) Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana
lain di bidang kesehatan.
2) Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah;
 Bidang farmasi
 Bidang kebidanan
 Bidang perawatan
 Bidang kesehatan masyarakat, dll.
Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi
segala aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi
kedokteran merupakan masalah penting, karena membawa akibat yang berat,
terutama akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan.
Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena
Kekurangan; (1) pengetahuan (2) pengalaman (3) pengertian. Ketiga faktor
tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan atau penilaian.
Contoh: kejadian tindakan malpraktek Malpraktek adalah suatu tindaka
praktek yang buruk, dengan kata lain adalah kelalaian dokter dalam
melaksanakan profesinya, apabila hal tersebut diadukan kepada pihak yang
berwajib, maka akan diproses secara hukum dan pihak pengadilan yang akan
membuktikan apakah tuduhan tersebut benar atau salah.

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara bahasa, kewarganegaraan berarti hal yang berhubungan dengan
Warga negara, keanggotaan sebagai warga negara. Secara istilah,
kewarganegaraan berasal dari kata warga negara, yaitu penduduk sebuah
negara/bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran dan sebagainya yang
mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu.
Warga negara juga di artikan sebagi orang-orang yang merupakan bagian dari
suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Menurut pasal 1 UU no 12 tahun
2006, kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
warga negara, sedangkan warga negara adalah warga suatu negara yang di
tetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau
kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan
waktu. Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah
memungkinkan setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri mereka
sendiri, dan berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi kesehatan.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, seperti
perilaku individu, kondisi sosial, genetik dan biologi, perawatan kesehatan,
dan lingkungan fisik.
Pelayanan kesehatan sebagai suatu hak bagi warga negara Secara
kerangka pemenuhan hak atas kesehatan, satu sisi negara kita jelas mengakui
dan sangat mewajibkan pemenuhan hak warga negaranya salah satunya
terkait dengan hak atas pelayanan kesehatan. Diantaranya terdapat pada
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial

18
dan Budaya yang telah diratifikasi oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2005
B. SARAN
Kesehatan adalah hal yang paling berharga dalam manusia, setiap warga
negara mempunyai hak asasi atas pelayanan kesehatan. Itulah sebabnya
kewarganegaraan dan kesehatan saling berhubungan dan tugas kita menjadi
warga negara harus ikut berpastisipasi dalam pelayanan kesehatan entah di
Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, dan pelayanan kesehatan lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://calatif.blogspot.com/2015/12/makalah-hubungan-kewarganegaraan-
dalam.html
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/16472
https://www.slideshare.net/m-tea/tugas-akhir-kewarganegaraan

20

Anda mungkin juga menyukai