Abstrak:. Ada masyarakat yang kesulitan memperoleh air bersih untuk kehidupan sehari-hari, sementara di
sisi lain terdapat penggunaan air secara berlebihan tanpa memperhatikan kebutuhan generasi yang akan
datang. Aksesibilitas air bersih bagi masyarakat miskin adalah salah satu indikator pada pasokan air dan
sistem pelayanan air bersih di kota Semarang. Ada tiga tingkat aksesibilitas air bersih yaitu aksebilitas
rendah, aksesibilitas menengah dan aksesibilitas tinggi. Aksesibilitas air bagi masyarakat miskin di
Semarang adalah aksebilitas menengah. Tetapi masyarakat harus menghabiskan 5% dari pendapatan setiap
bulan untuk mendapatkan air bersih. Situasi ini sangatlah buruk, dimana standarisasi aksebilitas air yang
seharusnya tidak menghabiskan lebih dari 3% dari pendapatan setiap bulan.
Rendahnya
89JURNAL Tingkat Pelayanan
TEKNIK AirVol.
- UNISFAT, Bersih Bagi
5, No. Masyarakat
2, Maret 2010 Hal(baca : Masyarakat
88 - 100 89
89
Miskin) Kota Semarang – Mohammad Debby Rizani
Indonesia apabila pemerintah dan keberlangsungannya. Keberhasilan
perusahaan air minum tidak dapat penyediaan air bersih perkotaan banyak
secara maksimal mengelola aset ditunjukkan oleh beberapa negara
utamanya. berkembang seperti di Brazil di salah
Berbagai permasalahan yang satu kota bernama Porto Alegre berhasil
dihadapi perusahaan air minum saat ini, melaksanakan manajemen penyediaan
seperti: tingginya tingkat kebocoran air air bersih yang mempunyai dasar
yang diproduksi, kapasitas produksi partisipasi masyarakat, baik dalam
yang belum terpakai, biaya perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi.
operasional/pemeliharaan untuk Salah satunya dalam hal penentuan
menghasilkan air bersih setiap meter anggaran dilaksanakan secara
kubiknya masih lebih tinggi atau sama partisipasif. Di Indonesia, agar
dengan harga jual air setiap meter partisipasi masyarakat kota bisa
kubiknya, belum dapat terpenuhinya mencapai hasil yang maksimal
kebutuhan masyarakat akan air minum pemerintah kota Semarang dalam hal ini
bersih baik secara kuantitas maupun sebagai pelaksana memerlukan
kualitas, konflik perebutan air baku penerapan 10 prinsip dalam partisipasi
yang melintasi dua atau lebih masyarakat. Kesepuluh prinsip-prinsip
pemerintah daerah, adanya daerah yang tersebut adalah:
tidak menyediakan pengaturan air baku, 1. Komitmen
adanya penggundulan hutan di kawasan Dalam menentukan kebijakan
daerah aliran sungai, kesulitan mengenai penyediaan air bersih
keuangan, terbelit hutang yang cukup perkotaan diperlukan komitmen
besar dan tidak mampu membayar diantara semua pihak. Disini yang
hutang sesuai dengan jadwal yang telah menjadi penentu adalah pimpinan
ditentukan, bahkan tidak sedikit dari dinas terkait, para tokoh politik dan
perusahaan air minum yang ada, jika masyarakat untuk bersama-sama
ditinjau dari posisi keuangan perusahaan membantu pengelolaan air serta
sudah dalam keadaan pailit penyediaannya untuk kelangsungan
mencerminkan belum maksimalnya hidup warga. Kesadaran diantara
pengelolaan aset utama perusahaan air pihak-pihak ini untuk bertukar
minum. informasi dan dukungan kepada
Dalam prinsip kelayakan seluruh pelaksana program.
pelayanan dalam pembangunan sektor 2. Hak
air menekankan pada partisipasi Dalam proses partisipasi masyarakat,
masyarakat yang menjadi penentu dalam hak-hak untuk mendapatkan
Rendahnya
91JURNAL Tingkat Pelayanan
TEKNIK AirVol.
- UNISFAT, Bersih
5, No.Bagi Masyarakat
2, Maret 2010 Hal(baca : Masyarakat
88 - 100 91
91
Miskin) Kota Semarang – Mohammad Debby Rizani
harus terbuka dan transparan kesejahteraan masyarakat. Secara umum
sehingga dalam pertanggungjawaban dapat dikatakan bahwa air bersih
akan jelas. Pelaksana pelayanan air memiliki nilai ekonomi yang
publik harus mempunyai kejelasan penyediaannya memerlukan “ongkos
tugas yang dilaksanakan sehingga produksi” karena cara mendapatkannya
sistem tanggung jawab akan mudah. memerlukan teknologi pengolahan.
9. Evaluasi Tidak pula dapat dipungkiri bahwa
Untuk mendapatkan hasil yang ketersediaan air merupakan hak bagi
maksimal dibutuhkan suatu proses setiap warga masyarakat sehingga
evaluasi. Ini memudahkan pemerintah memiliki kewajiban untuk
pemerintah untuk mengetahui hal-hal menyediakannya. Hal ini diperkuat
apa saja yang belum mengakomodir secara global, melalui tujuan
partisipasi masayarakat. pembangunan internasional (MGDs)
10. Partisipasi aktif bidang pengentasan kemiskinan dan
Jika ada partisipasi aktif masyarakat keberlanjutan lingkungan. Dalam bidang
akan ada dinamika dalam proses kemiskinan pembangunan harus mampu
pengambilan keputusan. Mereka meningkatkan pendapatan masyarakat
dapat secara nyata ikut dalam proses sehingga pada tahun 2015 tidak ada
tersebut, dan memperkuat penduduk yang memiliki penghasilan
pendidikan bermasyarakat dan kurang dari 1 US$ dan mengalami
keahlian bermasyarakat. kelaparan, sementara dalam bidang
Berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan Lingkungan disebutkan
dalam pelaksanaan proses partisipasi salah satu targetnya adalah proporsi
masyarakat dalam permasalahan penduduk yang belum mendapatkan
penyediaan air bersih diharapkan melalui pelayanan air minum yang layak minum
mekanisme yang mendukung diharapkan berkurang setengahnya pada
terlaksananya 10 prinsip partisipasi tahun 2015. Meskipun dua hal tersebut
masyarakat. Pemerintah yang ingin memiliki karateritik unik tersendiri
membangun suatu pelayanan air publik sehingga perlu dipisahkan, tetapi kalau
membutuhkan mekanisme tersebut. diberlakukan bagi masyarakat miskin,
Proses penentuan anggaran yang akan dalam prakteknya sehari-hari keduanya
dibebankan kepada masyarakat harus memiliki keterkaitan yang sangat nyata
mengetahui kondisi sosial ekonomi dan jelas.
masyarakat. Bagi masyarakat miskin, biaya
Ketersediaan Air bersih sangat dan waktu untuk mengakses air minum
penting bagi upaya peningkatan memiliki korelasi yang tinggi dengan
Rendahnya
93JURNAL Tingkat Pelayanan
TEKNIK AirVol.
- UNISFAT, Bersih
5, No.Bagi Masyarakat
2, Maret 2010 Hal(baca : Masyarakat
88 - 100 93
93
Miskin) Kota Semarang – Mohammad Debby Rizani
sebagian wilayah tersebut rata-rata Semarang. Dalam analisis ini dilakukan
penghasilan masyarakat miskin paling pembobotan terhadap hasil analisis
rendah Rp.450.000 dan paling tinggi sebelumnya sehingga dapat diketahui
sebesar Rp.750.000 per bulan. Pekerjaan
tingkat akses air bersih bagi masyarakat
mereka adalah buruh dan tenaga upahan
miskin, apakah berada pada tingkatan
harian. Dari 42 titik lokasi tersebut
secara administrasi tersebar di 33 akses optimal, menengah, akses dasar
wilayah Desa/Kelurahan (Eda Haryani, atau bahkan tidak ada akses.
2007). Karakteristik kawasan miskin di Pengelompokkan dan pembobotan
kota Semarang diperlihatkan dalam tingkat akses ini menggunakan hasil
gambar 1. Selanjutnya kajian yang
penelitian Howard dan Bartram tahun
dilakukan Eda Haryani terhadap lokasi
2003. Secara lengkap pembobotan yang
kelurahan tersebut, akan digunakan
sebagai basis penilaian tingkat dilakukan dalam kajian ini menggunakan
aksesibilitas air bagi masyarakat miskin tabel 2.
di Kota Semarang.
Tabel 2. Kriteria Pembobotan Penentuan
Tingkat Akses Air Bersih
Kuantitas Jarak Waktu Nilai
5 -19 > 1000 m > 30 menit 0
l/org/hr
20-49 100-1000 5-30 menit 1
l/org/hr m
50-99 < 100 m < 5 menit 2
l/org/hr (1 rumah 1
kran)
> 100 1 rumah 1 rumah 3
Gambar 1. Karakteristik Kawasan Miskin di l/org/hr lebih dari lebih dari 1
Kota Semarang 1 kran kran
Sumber: Howard dan Bartram, dalam Eda
AKSESIBILITAS AIR MINUM BAGI 2007
MASYARAKAT MISKIN DI KOTA Dari hasil pembobotan tersebut
SEMARANG kemudian dikelompokkan kedalam
Untuk mengetahui tingkat
tingkatan akses berdasarkan jumlah skor
aksesibilitas air bersih bagi masyarakat
total yang diperoleh. Pengelompokkan
miskin Kota Semarang dilakukan dengan
ini dilakukan berdasarkan hasil
analisis deskriptif kuantitatif, dimana
penelitian Howard dan Bartram. Secara
hasil analisis ini akan dapat
lengkap dapat dilihat pada tabel 3.
menggambarkan tingkat aksesibilitas air
bersih bagi masyarakat miskin Kota
Rendahnya
95JURNAL Tingkat Pelayanan
TEKNIK AirVol.
- UNISFAT, Bersih
5, No.Bagi Masyarakat
2, Maret 2010 Hal(baca : Masyarakat
88 - 100 95
95
Miskin) Kota Semarang – Mohammad Debby Rizani
Tabel 5. Jarak yang Harus Ditempuh Masyarakat mampu mengkonsumsi air
Masyarakat Miskin Kota Semarang dalam jumlah yang lebih dari 50 l/O/h,
untuk Mendapatkan Air Bersih
Jarak Skor Jumlah Kelurahan kemudian jarak yang ditempuh untuk
> 1000 m 0 3 mendapatkan tidak lebih dari 1 km.
100-1000 1 4
m Kemudian mayoritas dapat diperoleh
< 10 m 2 26 kurang dari 5 menit. Artinya masyarakat
1 rumah 3 0
lebih dari 1 miskin tidak mengalami kesulitan
kran mengakses air.
Tabel 6. Waktu yang Diperlukan untuk
Mendapatkan Air Minum
Waktu yang Jumlah Skor
diperlukan untuk Kelurahan
mengumpulkan
air
> 30 menit 0 0
5-30 menit 6 1
< 5 menit 24 2
1 rumah lebih dari 1 0 3
Gambar 3. Jarak Tempuh untuk kran
Mendapatkan Air
Dilihat dari segi waktu,
masyarakat miskin di kota semarang
mayoritas sekitar 80% hanya
mengeluarkan waktu maksimal 5 menit
untuk mendapatkan air bersih.
Sementara hanya 20% mereka
menghabiskan waktu antara 5 – 30 menit
Gambar 4. Waktu yang Dikeluarkan untuk
untuk mendapatkan air bersih. Penilaian Mendapatkan Air
dari segi waktu untuk mendapatkan air
Meskipun aksesibilitas air berada
tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pada tingkatan menengah tetapi
aksesibilitas dari sisi total waktu yang
persoalan penyediaan air minum layak
dikeluarkan untuk mengakses air dalam
konsumsi masih perlu ditelaah lebih
kategori tinggi. Oleh karena itu dalam
mendalam apabila dikaitkan Tetapi jika
sudut pandang ini sebenarnya tidak ada
dikaitkan dengan biaya yang harus
persoalan. Dilihat dari Kuantitas air yang
mereka keluarkan untuk mendapatkan
dapat dikonsumsi, jarak yang ditempuh
air tersebut, maka persoalannya lain.
untuk mendapatkan air dan kemudian
Rata-rata pengeluaran masyarakat
waktu untuk mendapatkan air nampak
miskin untuk air bersih tiap bulannya
tingkat aksesibilitas air bagi masyarakat
adalah 5,2%. Hal ini sesuai dengan hasil
miskin dalam tingkatan menengah.
Rendahnya
97JURNAL Tingkat Pelayanan
TEKNIK AirVol.
- UNISFAT, Bersih
5, No.Bagi Masyarakat
2, Maret 2010 Hal(baca : Masyarakat
88 - 100 97
97
Miskin) Kota Semarang – Mohammad Debby Rizani
difokuskan dan didukung.
Pemerintah sebaiknya menggunakan
mekanisme ini untuk mengumpulkan
seluruh informasi, ide, gagasan yang
ada. Gagasan tersebut dikumpulkan
untuk digarap dan tidak perlu ada
Gambar 5. Peta Sebaran Tingkat pembahasan masalah di proses
Aksesibilitas Air
fasilitasi. Masayarakat dengan bebas
Bagi masyarakat Miskin Kota Semarang
dapat mengungkapkan apa yang dia
harapkan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap air bersih. Proses
fasilitasi menciptakan kondisi dan
lingkungan yang menunjang
partisipasi publik. Pemerintah
mengundang masayarakat yang ingin
ikut dalam proses tersebut, prinsip
Gambar 6. Kecenderungan Kebutuhan Air
Bagi Masyarakat Miskin dikaitkan dengan hak dan kejelasan informasi sangat
Jumlah Keluarga Miskin di Kota Semarang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan
sampai dengan tahun 2015 seluruh masyarakat yang punya
MEKANISME PENYELESAIAN keinginan akses air bersih lancar
PELAYANAN AIR BERSIH BAGI akan ikut dalam proses ini, karena
MASYARAKAT MISKIN
Dari uraian diatas kiranya ada dalam mekanisme ini cara yang
beberapa mekanisme secara teknis dalam ditempuh sederhana :
penyelesaian pengadaan dan teknik - Setiap ide yang diberikan dicatat
penyaluran air bersih yang tepat serta baim siapapun pihak yang
dapat menjangkau sebagian besar mengajukan ide tersebut.
masyarakat (khususnya masyarakat - Tidak ada diskusi dan evaluasi
miskin) di kota Semarang. Beberapa dalam mengalirnya ide atau
mekanisme yang dapat ditempuh oleh gagasan, sehingga rakyat kecilpun
pemerintah kota Semarang adalah tidak sungkan untuk ‘ber-ide’.
sebagai berikut : Ketakutan masyarakat kecil dalam
a. Fasilitasi diskusi akan menghambat diskusi
Proses partisipasi membawa sehingga fasilitasi tidak terjadi
berbagai macam masalah dan proses tersebut masyarakat akan
berkumpulnya kelompok stakeholder nyaman dalam mekanisme tersebut.
harus diorganisasi, diatur, dan
Rendahnya
99JURNAL Tingkat Pelayanan
TEKNIK AirVol.
- UNISFAT, Bersih
5, No.Bagi Masyarakat
2, Maret 2010 Hal(baca : Masyarakat
88 - 100 99
99
Miskin) Kota Semarang – Mohammad Debby Rizani
tersebut dibayar dengan total Juornalist Workshop on Water
pengeluaran untuk air minum kurang Issues 5-8 desember 2004. Badan
dari 3 % dari total penghasilan mereka. regulator pelayanan air minum
Suatu hal yang belum dapat dicapai oleh Jakarta.
Kota Semarang. Oleh karena itu perlu Cahyat, Ade. Bagaimana Kemiskinan
Diukur? Beberapa model
adanya mekanisme secara teknis dalam
perhitungan kemiskinan di
penyelesaian pengadaan dan teknik
Indonesia. November 2004.
penyaluran air bersih yang tepat serta
Governance Brief. Center For
dapat menjangkau sebagian besar International Forestry Research.
masyarakat (khususnya masyarakat Marina, Ira. 2005. “Keterjangkauan dan
miskin) di kota Semarang. Beberapa Kelangsungan Pengelolaan
mekanisme yang dapat ditempuh yaitu : Layanan Air Bersih di
proses fasilitasi dan konsultasi kota. Perumahan Beringin Asri
Semarang.” Tugas Akhir tidak
DAFTAR PUSTAKA diterbitkan, Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas
Brown, Alison and Tony Lloyd Jones.
Teknik Universitas Diponegoro,
2002. “Spatial Palnning Access
Semarang.
and Infrastructure”. In Carole
Reclaiming Public Water. 2005. Cerita
Rakodi (ed.) Urban Livelihood.
sukses, perjuangan dan visi dari
London: Earthscan.
berbagai negara. AMRTA
Ridhlo, Muhammad Agung. 2002.
Institute for Water Literacy.
Karakteristik Kemiskinan
Santoso, Hamong. 2006. “Kebijakan
Perkotaan pada Permukiman
Infrastruktur Air Bersih dan
Kumuh dan Liar Kota
Kemiskinan.” Jurnal Percik,
Semarang.” Tesis tidak
Edisi April, hal. 30
diterbitkan, Program Studi
Mungkasa, Oswar. 2006. “Pembangunan
Magister Teknik Pembangunan
Air Minum dan Pembangunan.”
Kota, Program Pasca Sarjana
Jurnal Percik, Edisis Oktober
Universitas Diponegoro,
2006, hal. 18-20.
Semarang.
Profil PDAM Tirta Moedal Kota
Howard, Guy dan Jamie Bartram.
Semarang. Litbang PDAM Tirta
Domestic Water Quantity,Service
Moedal Kota Semarang, 2006.
Level and Health. World Health
Maryono. 2007. Menilai Aksesibilitas
Organization 2003.
Air Minum di Kota Semarang.
Anwar, Alizar. 2004. Pelayanan Air
Jurnal PRESIPITASI Vol. 3 No.2
Minum Wilayah Perkotaan
September 2007, ISSN 1907-
Indonesia. Disampaikan dalam
187X
100
JURNAL TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 88 - 100 100