Anda di halaman 1dari 19

KONSEP SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. ERINA DAMAYANTI PANGESTU (1033222084)


2. FEBRY HERNAWATI (1033222085)
3. IMAS KARMAYATI (1033222029)

UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas Berkat dan Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah keperawatan jiwa yang berjudul “KONSEP
SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN TRANSKULTURAL”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti program SI Keperawatan di Universitas MH.
Thamrin.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, tapi
penulis mendapatkan banyak dukungan , saran, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak,
tidak terlepas dari dukungan tenaga dan dukungan moril. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pengajar dan teman teman.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga sara dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis pada khususnya.

Jakarta, 2 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
A. Definisi Sehat Sakit...................................................................................................................6
B. Model Sehat Sakit......................................................................................................................7
C. Definisi Keperawatan Transklutrural.........................................................................................9
D. Konsep Utama Keperawatan Transkultural..............................................................................10
E. Paradigma Keperawatan Transkultural....................................................................................11
F. Proses Keperawatan Transkultural...........................................................................................12
G. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat...................................................................16
BAB 3..................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................18
B. SARAN...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial dan spiritual yang utuh dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena
mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
(Pratiwi, 2019). Menurut Leininger (2016) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada. Kesehatan adalah
keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada
rentang sehat sakit.

Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks


budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 2019). Dengan adanya globalisasi serta perpindahan
penduduk, dimungkinkan menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.

Di Indonesia sendiri terdapat beragam suku bangsa yang memiliki


karakteristik yang berbeda-beda dalam hal konsep sehat sakit. Setiap daerah pasti
memiliki caranya tersendiri dalam mengatasi rasa sakitnya karena persepsi
masyarakat tentang konsep sehat sakit sangat bersifat subjektif. Salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konsep sehat sakit adalah faktor budaya.
Tiap kebudayaan telah mengembangkan suatu sistem yang mendukung hubungan
timbal balik yang tidak luntur dalam pandangan hidup yang berlaku. Dalam konteks
kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat
pula dalam kebudayaan lain.

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang


kuat, dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
(Iskandar, 2008). Masih banyak tenaga kesehatan, terutama perawat yang melakukan
pelayanan kesehatan tanpa diimbangi dengan 2 pelayanan keperawatan dengan
budaya masing-masing pasien, sehingga selalu terdapat kontras atau perbedaan
pendapat antara perawat dengan pasien serta anggota keluarga pasien tersebut.
Perawat dan pasien memiliki tujuan yang sama dalam meningkatkan derajat kesehatan
pasien, tetapi cara yang ditempuh pasti berbeda. Budaya mempunyai pengaruh luas
terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting bagi perawat mengenal latar
belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). (Prima, 2011). Asuhan ini biasa disebut
dengan asuhan keperawatan transkultural.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimakasud dengan kosep sehat-sakit ?
2. Bagaimana persepsi sehat dan sakit yang berkaitan dengan faktor budaya yang
beragam
3. Apa yang dimaksud dengan konsep keperawatan transcultural?
4. Apa yang dimaksud dengan paradigma keperawatan transkultural

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari konsep sehat dan sakit
2. Untuk mengetahui persepsi sehat dan sakit yang berkaitan dengan faktor budaya
yang beragam
3. Untuk mengetahui konsep dari keperawatan transcultural
4. Untun mengetahui paradigma keperawatan transkultural
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Sehat Sakit


1. Definisi Sehat
Sehat adalah keadaan dinamis di mana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan- perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan
hidup (Potter & Perry, 2019).

WHO (2015) menyatakan bahwa "Health is a state of complete physical,


mental and social well-being and not merely the absence of diseases or
infirmity". Arti kesehatan menurut para pakar kesehatan yaitu suatu situasi dan
kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat
memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan juga
ekonomis. Sehat mengandung 4 komponen, yaitu : Sehat Jasmani, Sehat Mental,
Kesejahteraan Sosial, Sehat Spiritual.

Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, dimana setiap individu mempunyai


daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan keletihan atau kelesuan. UU
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa, “kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental atau psikis, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi”.
UU No.23 Tahun 1992 menyatakan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif atau baik
dalam ruang lingkup ekonomi dan sosial. Kesehatan harus dilihat sebagai suatu
perpaduan secara utuh yang terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial
dimana didalamnya ada kesehatan jiwa yang menjadi bagian dari integral
kesehatan. (Asmadi, 2008) menyimpulkan bahwa sehat adalah kemampuan
seorang individu untuk menjalankan tugas dan perannya secara efektif dengan
kondisi yang optimal.

2. Definisi Sakit
Sakit (illness) adalah penilaian tiap-tiap individu terhadap pengalamannya
menderita suatu penyakit. Sakit menimbulkan dimensi fisiologis yang bersifat
subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih dirasakan oleh orang yang
bersangkutan, yang ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan
(unfeeling well), lemah (weakness), pusing (dizziness), kaku dan mati rasa
(numbness). Mungkin saja melalui pemeriksaan secara medis individu terserang
suatu penyakit dan fungsi dari salah satu organ tubuhnya terganggu, namun tidak
merasakan sakit dan tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan
penjelasan tersebut, sakit merupakan suatu keadaan yang kurang menyenangkan
yang dirasakan seseorang serta menghambat aktifitas, baik secara jasmani dan
rohani sehingga seseorang tersebut tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya
secara normal dalam masyarakat.

Tolak ukur atau acuan yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit
atau penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai batas normal yang telah
ditetapkan, akan tetapi ada beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan
acuan (Asmadi, 2008), antara lain :
 Menurut Parson, sakit adalah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan dari
fungsi normal tubuh manusia, termasuk sistem biologis dan kondisi
penyesuaian.
 Menurut Borman, ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi
terhadap kondisi sakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam
beraktivitas sehari-hari.
 Menurut batasan medis, ada 2 bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala.
 Perkins mengemukakan pula bahwa, sakit adalah suatu kondisi yang kurang
menyenangkan yang dialami seseorang sehingga menimbulkan gangguan
pada aktivitas sehari-hari, baik jasmani maupun sosial.

Penyakit memiliki perbedaan dengan rasa sakit. Penyakit bersifat objektif


karena bisa dilihat dari parameter tertentu, sedangkan rasa sakit bersifat subjektif
karena merupakan keluhan yang dirasakan seseorang, karena memiliki
perbedaan maka implikasinya juga berbeda. Seseorang yang menderita penyakit
belum tentu merasakan sakit, sebaliknya yang mengeluh sakit belum tentu
menderita penyakit (Asmadi, 2018).

B. Model Sehat Sakit


1. Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit
Sehat dalam suatu rentang adalah tingkat kesejahtera individu pada jangka
waktu tertentu, dimana individu berada dalam kondisi sejahtera yang optimal,
dengan kualitas energi yang paling maksimum, sampai pada kondisi kematian,
yang menandakan habisnya energi individu secara total .

Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang
bersifat dinamis dan dapat berubah terus-menerus sesuai dengan adaptasi dari
individu terhadap perubahan suatu lingkungan baik internal dan eksternal dan
mampu mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat, sedangkan sakit adalah sebuah proses
perubahan atau penurunan fungsi dari individu bila dibandingkan dengan kondisi
individu sebelumnya, karena sehat dan sakit merupakan bagian yang mempunyai
beberapa tingkat dan kualitas yang bersifat relatif, maka keakuratannya harus
ditentukan sesuai dengan titik tertentu pada skala kontinum sehat sakit.

2. Model kesejahteraan tingkat tinggi


Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah model kesejahteraan yang
orientasinya ialah memaksimalkan potensi sehat yang ada pada setiap individu
untuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki
tujuan tertentu dalam lingkungan. Model ini berusaha untuk memajukan tingkat
fungsi ke arah yang lebih tinggi, dimana individu mampu hidup dengan potensi
yang paling maksimal, dan merupakan suatu proses yang dinamis, bukan suatu
keadaan yang statis dan pasif.

3. Model agen-penjamu-lingkungan
Model agen-penjamu-lingkungan adalah model yang tingkat sehat sakit dari
individu atau kelompok tersebut ditentukan oleh hubungan antara ketiga variabel
yakni agen, penjamu dan lingkungan secara dinamis.

4. Model keyakinan Kesehatan


Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku
yang ditampilkannya. Terdapat 3 komponen dalam model keyakinan kesehatan,
yaitu :
 Komponen pertama adalah persepsi individu tentang dirinya yang rentan
terhadap suatu penyakit. Contohnya, klien atau individu perlu mengenal
adanya penyakit yang diderita melalui riwayat keluarganya. Apabila dalam
keluarga memiliki riwayat diabetes melitus dan dalam empat dekade ada
keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut, maka klien memiliki
kemungkinan mengalami penyakit diabetes melitus.
 Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap keseriusan penyakit
tertentu. Variabel demografi dan sosiopsikologis merupakan hal utama yang
mempengaruhinya, rasa terancam oleh penyakit dan tanda-tanda untuk
bertindak.
 Komponen ketiga dimana individu berusaha mengambil tindakan preventif,
contohnya mengubah gaya hidup.
Model keyakinan kesehatan sangat membantu perawat dalam memahami
tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi presepsi, keyakinan, perilaku
klien serta membantu perawat dalam merancang rencana paling efektif sehingga
klien dapat memelihara atau memperoleh kembali status kesehatanya dan
mencegah terjadinya penyakit.

5. Model peningkatan kesejahteraan


Menurut Pender, peningkatan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan tingkat
kesehatan klien. Model peningkatan kesejahteraan adalah model yang
mengidentifikasikan beberapa faktor seperti demografi dan sosial. Faktor dalam
model tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi, sehingga terjadi
peningkatkan kesehatan serta mengatur berbagai tanda yang muncul menjadi
sebuah pola yang dapat menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi
individu dalam perilaku peningkatan kesehatan.

C. Definisi Keperawatan Transklutrural


Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger,
2019). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang
difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 2019). Pelayanan keperawatan
transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Tujuan
dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap
perbedaan kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
keperawatan yang humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan
kultur dan universal

D. Konsep Utama Keperawatan Transkultural


Leininger (2019), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural
berasal dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai
sebagai pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.
1. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada
manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanan
sampai dikala meninggal.
3. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena
transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain.
4. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan
ontology sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
terjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan
yang diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana
biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8. Perbedaan kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau
simbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian.
9. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan
dan prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

E. Paradigma Keperawatan Transkultural


Leininger (2019) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 2010).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada
(Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandangsebagai
suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan
fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang
tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan
simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau
kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut
yang digunakan.

4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 2019).

F. Proses Keperawatan Transkultural


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (2011) menyatakan
bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 2014). Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 2018). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)


Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biayadari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 2018). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang
sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 2018). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 2015) yaitu :
mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
 Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
 Bersikap tenang dan tidak terburu-bIuru saat berinterkasi dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
 Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
 Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
 Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
 Gunakan pihak ketiga bila perlu
 Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang
dapat dipahami oleh klien dan orang tua
 Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang
dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien.

G. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat


Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain
itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya
bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh. Masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu karena pengaruh gejala alam
seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia, makanan yang diklasifikasikan ke
dalam makanan panas dan dingin, supranatural seperti roh, guna-guna, setan.
Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah,
contohnya konsep sakit menurut budaya NTT, dikatakan sakit apabila masyarakat
sekitar merasakan pusing dan tidak mampu menjalankan aktifitas. Begitu pula di
daerah jawa, dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar tidak mampu melakukan
aktifitas seperti biasanya, sedangkan dikatakan sehat apabila masyarakat sekitar
mampu berjalan, berfikir, dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa ada
hambatan atau kendala.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and life ways)
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
6. Faktor ekonomi (economical factors)
7. Faktor pendidikan (educational factors)

B. SARAN
Konsep sehat sakit sangat berkaitan/ relevansi bagi studi kesehatan, karena
banyak masyarakat masih memiliki persepsi yang salah tentang sehat sakit, maka hal
ini merupakan tugas kita sebagai calon tenaga kesehatan agar dapat menjelaskan
konsep sehat sakit yang benar kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman lagi tentang konsep sehat sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. dan Wilson, L.M., 2018, Fisiologi Proses-Proses Penyakit, diterjemahkan


oleh Peter Anugerah, Edisi keempat, 1146, EGC, Jakarta.

Andrew, M. M., & Boyle, J. S 2019. Trancultural Concepts in Nursing Care ( Edisi ke-2).
Philadelphia: J. B. Lippincott Company.tas Diponegoro.

Asmadi, 2019. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC.

Barnum, B.S. 2015 Nursing Teori : Analysis,Aplication,Evaluation (edisi ke 5)


philadelphia:J.B.Lipincot Co.

Dwidiyanti, Meidiana. 2008. Keperawatan Dasar Konsep ”Caring”, Komunikasi, Etik


dan Spiritual dalam Pelayanan Keperawatan. Semarang : Penerbit Hasani.

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin. (2019). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.

Syafrina, 2019. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit


Universihttp://dasilvaalexandre.blogspot.com/2012/10/keperawatan-transkultural.html

Anda mungkin juga menyukai