Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KONSEP SEHAT SAKIT DAN PENERAPAN

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

NAMA : AULIA ANNISA MELJANI


NIM : PO7224223 2180
PRODI : 1A KEBIDANAN
DOSEN PENGAMPU : VINA JAYANTI SST, MKM

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG JURUSAN


KEBIDANAN MATA KULIAH KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha esa
atas segala limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga pihak penulis dalam
penyusunan makalah yang membahas mengenai perkembangan pelayanan dan
Pendidikan kebidanan di dalam negeri dan di luar negeri diselesaikan. Shalawat
serta salam penulis curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan manusia dari jalan kegelapan menuju ke jalan yang terang benderang.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Vina Jayanti SST,
MKM yang telah membimbing penulis dalam melakukan pembuatan makalah dan
tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
makalah.
Saya meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan
lebihnya kami mohon maaf.

Tanjungpinang , 18 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II .................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Sehat........................................................................................ 3
2.2. Hubungan Antara Sehat, Sakit, dan Penyakit ........................................... 4
2.3. Rentang Sehat Sakit .................................................................................. 4
2.4. Tahapan Sakit............................................................................................ 5
2.5. Perilaku Peran Sakit .................................................................................. 7
2.6. Dampak Sakit, dan Dampak Dirawat........................................................ 7
2.7. Pemrosesan Alat (Dekontaminasi dan Desinfeksi Tingkat Tinggi) .......... 9
BAB III ............................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 13
Daftar Pustaka ...................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sehat menurut WHO adalah suatu kondidi dimana fisik yang baik, mental yang
baik, dan juga kesejahteraan sosial, tidak hanya merupakan ketiadaan dari penyakit
atau kelemahan. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit.
Penyakit adalah Istilah medis yang digambarkan sebgai gangguan dalam fungsi
tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Hubungan antara sehat, sakit
dan penyakit Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit sebagai hasil
intraksi sesorang dengan lingkungan, sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan
dalam berdaptasi dengan lingkungan dan akibat gangguan kesehatan berupa
ketidakseimbangan antara factor Host-Agent dan Environ
Kesehatan individu dipengaruhi oleh bagaimana individu menerima dirinya
dengan baik, Self Esteem. Body Image, kebutuhan peran dan kemampuan serta jika
ada ancaman : anxiety sehat dan sakit di dalam rentang kehidupan manusia tentunya
tidak akan terlepas dari kedua hal tersebut. Keadaan sehat juga pastinya akan selalu
kita inginkan di dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Akan tetapi
mendapatkan sakit dan penyakit juga tidak akan dapat kita cegah secara
keseluruhan.
Tenaga kesehatan mempunyai risiko yang tinggi untuk terinfeksi penyakit yang
ditularkan melalui pasiennya tersebut. Risiko penularan penyakit dari pasien
kepada tenaga kesehatan akan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga
kesehatan sendiri. Penularan penyakit dan infeksi tidak hanya terjadi antar pasien,
namun juga dapat dialami oleh tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit. Infeksi
menjadi masalah yang tidak bisa dihindari. Infeksi adalah suatu penyakit yang
diakibatkan karena masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh manusia. Adanya
demam merupakan salah satu tanda gejala dari adanya infeksi

1
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sehat?
2. Bagaimana hubungan sehat, sakit dan penyakit?
3. Bagaimana rentang sehat sakit?
4. Bagaimana tahapan sakit?
5. Bagaimana perilaku peran sakit?
6. Bagaimana dampak sakit dan dampak dirawat?
7. Bagaimana penerapan prinsip pemrosesan alat (dekontaminasi dan
disinfeksi tingkat tinggi?

1.2. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian sehat.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sehat, sakit dan penyakit
3. Untuk mengetahui bagaimana rentang sehat sakit
4. Untuk mengetahui bagaimana tahapan sakit
5. Untuk mengetahui bagaimana perilaku peran sakit
6. Untuk mengetahui bagaimana dampak sakit dan dampak dirawat
7. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip pemrosesan alat
(dekontaminasi dan disinfeksi tingkat tinggi

1.3. Manfaat Penulisan


Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan
dasar manusia tentang sehat sakit dan prinsip pencegahan infeksi. Serta menambah
pengetahuan penulis dan penyelesaian tugas kebutuhan dasar manusia .

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sehat
Pengertian sehat menurut WHO merupakan keadaan dari kondisi fisik yang
baik, mental yang baik, dan juga kesejahteraan sosial, tidak hanya merupakan
ketiadaan dari penyakit atau kelemahan (Triyono & Herdiyanto, 2017).
Sehat adalah keadaan utuh fisik, jasmani, mental, dan sosial dan bukanhanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.Sedangkan kesehatan
adalah suatu keadaan sehat jasmani, mental dan sosial. Undang-undang Nomor 36
tahun 2009 mendefinisikan kesehatan adalah keadaan sehat baik secara
fisik,mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Konsep sakit adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan
pengalaman yang langsung dialaminya (bersifat subyektif). Penyakit adalah bentuk
reaksi biologis terhadap suatu organisme benda asing atau luka (bersifat objektif).
Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit dan sebaliknya orang
mengeluh sakit padahal tidak ditemukan penyakit
Sehat fisik dimana tidak ada rasa sakit dan kondisi tubuh dan organ dalam
kondisi yang normal dapat berfungsi dengan baik. Pendapat lain mengatakan bahwa
sehat fisik adalah suatu keadaan bentuk fisik dan faalnya tidak mengalami
gangguan sehingga memungkinkan berkembang-nya mental dan sosial untuk dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal. Sehat mental adalah suatu
kondisi memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,emosional yang optimal
dari seseorang. Pengertian lain bahwa sehat mental adalah keadaan dimana jiwa dan
pikiran kita dapat berpikir secara logis dan dimengerti orang lain. Sehat spiritual
adalah saat keadaan seseorang dapat memperlihatkan kehidupannya yang mengakui
adanya Tuhan dan beribadah sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat,
seperti adanya rasa syukur,memaafkan, pengendalian diri, menyayangi, dan ajaran
baik pada agamanya.Sedangkan sehat sosial adalah disaat sesorang dapat mematuhi
norma yang ada dimasyarakat, dan diterima hidup bersama masyarakat.

3
2.2. Hubungan Antara Sehat, Sakit, dan Penyakit
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya (Soejoeti,2008). Sedangkan Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Syahrun (2008) bahwa pandangan masyarakat orang Buton
tentang sakit adalah semacam gangguan terhadap pikiran dan fisik manusia,
sehingga mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dengan
baik (Harjati & dkk).
Penyakit adalah Istilah medis yang digambarkan sebgai gangguan dalam fungsi
tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Hubungan antara sehat, sakit
dan penyakit Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit sebagai hasil
intraksi sesorang dengan lingkungan, sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan
dalam berdaptasi dengan lingkungan dan akibat gangguan kesehatan berupa
ketidakseimbangan antara factor Host-Agent dan Environment (Irwan, 2017).
2.3. Rentang Sehat Sakit
Berdasarkan Model Rentang Sehat-Sakit Neuman, sehat dalam suatu rentang
merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu yang terdapat dalam
rentang dan kondisi sejahtera yang optimal dengan energi yang paling maksimum,
sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total (Suryanti, 2021).
Jadi berdasarkan model rentang sehat-sakit ini, sehat merupakan suatu keadaan
dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu
terhadap berbagai perubahan yang ada pada lingkungan internal dan eksternalnya
untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana
fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada, mengalami perubahan atau
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Konsep sehat-
sakit dalam model ini merupakan kualitas yang relatif dan memiliki tingkatan
tertentu, sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada
Skala Rentang Sehat-Sakit.

4
Gambar : Rentang Sehat Sakit

Rentang sehat dan sakit setiap individu akan berbeda-beda dan dinamis.
Seseorang dapat menganggap dirinya sehat padahal bagi orang lain kondisi orang
tersebut pada rentan setengah sakit. Kondisi saat ini merasa dalam keadaan sehat,
pada kondisi yang sama 10 tahun berikutnya, bisa saja individu ini merasa dalam
keadaan sakit, sehingga rentan sehat dan sakit merupakan hal yang dinamis.
2.4. Tahapan Sakit
Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan.
Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat
yang normal. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa
penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru secara
lengkap melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu.
Dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah
diubah (Nadya, 2013).
Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui dan
tidak berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut
menurut pola gejalanya yang khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self
limiting) atau dapat sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi
sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh.

5
Menurut Suchman tahapan sakit terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Tahap mengalami gejala
• Tahap transisi : Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya
seperti merasa dirinya tidak sehat atau merasa timbulnya berbagai
gejala/merasa ada bahaya.tahap traansisi ini terdiri atas 3 aspek yaitu
aspek fisik meliputi ; nyeri, panas tinggi, aspek kognitif meliputi;
interprestasi terhadap gejala serta aspek respon emosi terhadap
ketakutan atau kecemasan
• Konsultasin dengan orang terdekat : Gejala dan perasaan, kadang-
kadang mencoba pengobatan di rumah.
2. Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Role)
• Penerimaan terhadap sakit
• Individu mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman :
menghasilkan peran sakit.
• Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain mengobati
sendiri, mengikuti nasehat teman atau keluarga.
• Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan
merasa lebih baik. Invidu masih mencari penegasan dari keluarga
tentang sakitnya.
• Rencana pengobatan dipenuhi atau dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman selanjutnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan.
• Individu yang sakit : Meminta nasehat dari profesi kesehatan atas
inisiatif sendiri. Tahap kontak dengan pelayanan terdiri atas 3 tipe
informasi yaitu validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala yang
tidak dimengerti dan tipe keyakinan bahwa mereka akan baik
• Jika tidak ada gejala : Individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada
gejala kembali pada profesi kesehatan
• Tahap ketergantungan
4. Tahap penyembuhan

6
• Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran
sakit dan fungi sebelum sakit
• Kesiapan untuk fungsi social

2.5. Perilaku Peran Sakit


Pada prinsipnya perilaku peran sakit adalah suatu tindakan atau upaya-upaya
yang dilakukan penderita (orang sakit) untuk memperoleh pengobatan sampai
dengan kesembuhan. Menurut Kasl dan Cobb dalam Niven ( 2002), mengemukakan
perilaku peran sakit (sick role behavior) adalah aktivitas untuk mendapatkan
kesejahteraan oleh individu yang sakit, sedangkan menurut Becker (1979) dalam
Kholid (2014), perilaku peran sakit merupakan salah satu klasifikasi perilaku
kesehatan yang mana orang sakit (pasien) mempunyai peran, mencakup hak-hak
orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation) serta hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun oranglain (terutama
keluarganya) (Hidayati, Syafar, & Hakim).
Pentingnya perilaku peran sakit pada penderita (orang sakit) membawa dampak
yang positif bila dilakukan dengan baik, apabila perilaku tersebut tidak dilakukan
dengan baik maka akan membawa dampak negatif berupa tidak dipatuhinya semua
ketentuan-ketentuan pengobatan sesuai dengan aturan pengobatan berdasarkan
penyakitnya sehingga obat tidak dimakan sebagaimana mestinya yang berujung
pada menjadi lebih parahnya penyakit yang berpotensi menimbulkan komplikasi
lebih lanjut, ketidaksembuhan sehingga menyebabkan kematian.
2.6. Dampak Sakit, dan Dampak Dirawat
Rumah sakit merupakan tempat sarana pelayanan kesehatan untuk orang -
orang yang sedang menjalani perawatan, mencakup semua usia. Perawatan dirumah
sakit dapat menimbulkan stressor bagi orang-orang yang sedang mengalami
perawatan terutama bagi anak-anak. Kekhawatiran tentang rasa sakit, operasi,
imobilitas, perpisahan dengan orangtua, dan kehilangan akan membuat anak-anak
berpotensi mengalami stress (Marhaeni, Susilowati, & Septimar, 2020).
Menurut penelitian, hal yang paling umum terjadi pada anak yang hospitalisasi
adalah gangguan emosional berupa kecemasan, dengan berbagai tingkatan cemas

7
dan manifestasi yang berbeda berdasarkan usia anak. Bila kecemasan ini tidak
tertangani dengan baik dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik, muncul sikap
tidak kooperatif dalam program pengobatan, dan mempengaruhi hasil program
terapi. Gangguan perkembangan juga merupakan salah satu dampak negatif dari
hospitalisasi (Ns. Zubaidah, 2022).
Peran petugas kesehatan di rumah sakit sangat penting dalam mengurangi
respon stress anak terhadap hospitalisasi, dengan tetap melibatkan orang tua sebagai
support sistem terdekat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
dampak hospitalisasi bagi anak, yaitu (Ns. Zubaidah, 2022):
1. Berikan informasi kepada anak dan keluarga secara adekuat
Penjelasan selayaknya sudah harus diberikan sejak masa persiapan anak akan
dirawat baik tentang rencana prosedur medis awal maupun lingkungan rumah
sakit yang akan dihadapi (fasilitas rumah sakit, siapa yang terlibat dalam
perawatan, dan lain-lain). Penjelasan juga harus diberikan selama perawatan
untuk setiap tindakan atau prosedur yang akan dilakukan. Pemberian informasi
yang adekuat terbukti dapat menurunkan kecemasan orang tua dan ketakutan
bagi anak yang menjalani hospitalisasi, dan bahkan mereka akan mendukung
program pengobatan. Prinsip yang harus diperhatikan bahwa ketakutan akan
ketidaktahuan (fantasi) lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Metode
penjelasan pada anak harus disesuaikan dengan usia, kondisi, dan tahap
perkembangan anak, misal dengan metode terapi bermain dengan alat bantu
seperti boneka, miniatur peralatan rumah sakit; metode cerita/ dongeng
dengan alat bantu menggunakan buku- buku bacaan, film; metode bemain
peran (role play), atau berupa penjelasan singkat secara langsung.
2. Menghadirkan orang tua atau orang terdekat selama anak dirawat
Sebagian besar rumah sakit telah menerapkan aturan bahwa untuk pasien anak
diperbolehkan orang tua untuk menunggu, dan diperbolehkan anggota keluarga
lain untuk berkunjung. Hal ini untuk mengatasi stressor perpisahan anak
dengan orang- orang dicintainya, dan akan menimbulkan rasa nyaman dan
ketenangan bagi anak. Namun hal ini dengan tetap memperhatikan kondisi
anak dan resiko keamanan bagi pengunjung tersebut. Bilamana tidak

8
memungkinakn bagi anak untuk dikunjungi, maka oraang tua dapat
menghadirkan benda sebagai pengganti seperti foto, audiotape atau rekaman
video kebersamaan anak dan orang tua.
3. Mempertahankan rutinitas kegiatan anak saat hospitalisasi
Perubahan jadwal dan hilangnya ritual aktifitas bagi anak dapat menimbulkan
stress bagi anak. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap kondisi anak
dan dapat memberikan saran aktifitas anak yang tetap dapat dilakukan selama
hospitalisasi dengan modifikasi kegiatan atau pelaksanaan waktu, seperti tetap
mengizinkan anak membawa barang mainannya dan bermain di tempat tidur,
menonton televisi, tetap sekolah melalui media elektronik, dan lain-lain.
4. Komunikasi efektif untuk meningkatkan pemahaman
Untuk menjamin keefektifan komunikasi terutama untuk anak dengan
gangguan perkembangan, maka harus dipilih metode dan media yang sesuai.
Penggunaan alat- alat tertentu, seperti social script book, alat distraksi (alat
bermain) mungkin diperlukan.
5. Penataan ruang rawat dan program bermain
Untuk mendukung perawatan anak yang optimal selama hospitalisasi, rumah
sakit selayaknya dapat memfasilitasi ruangan khusus bagi anak dengan
penyediaan perabotan yang berwarna cerah dan sesuai dengan usia anak,
dekorasi ruangan yang menarik dan familiar bagi anak, serta adanya ruangan
bermain yang dilengkapi berbagai macam alat bermain. Peran perawat adalah
tetap memilah kriteria kondisi anak yang diperbolehkan bermain di ruang
bermain dan berinovasi dalam jenis terapi bermain yang bersifat terapetik bagi
anak yang hospitalisasi.
2.7. Pemprosesan Alat (Dekontaminasi dan Desinfeksi Tingkat Tinggi)
Sterilisasi merupakan tingkat pemrosesan ulang yang diperlukan saat
memproses peralatan/perangkat medis dengan menghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk bakteri, virus, spora dan jamur. Sedangkan
disinfektan menginaktivasi mikroorganisme yang menghasilkan penyakit, tetapi
tidak merusak spora bakteri. Sebelum sterilisasi maupun disinfeksi dilakukan, perlu

9
adaya pembersihan secara menyeluruh pada peralatan/perangkat sehingga
memperoleh hasil yang efektif. Hal tersebut terbagi menjadi tiga (Ulfa, 2018):

1. Critical Items
Barang yang terkait dengan risiko tinggi infeksi jika barang tersebut
terkontaminasi dengan mikroorganisme apa pun, termasuk spora bakteri.
Dengan demikian, sterilisasi objek yang masuk jaringan steril atau sistem
vaskular sangat penting, karena kontaminasi mikroba dapat menyebabkan
penularan penyakit. Kategori ini termasuk instrumen bedah, cardiac dan
urinary catheters, implan, dan ultrasound-probes yang digunakan dalam rongga
tubuh steril. Item dalam kategori ini harus steril atau harus disterilkan dengan
sterilisasi uap, jika memungkinkan. Jika barang tersebut sensitif terhadap
panas, maka dapat dilakukan dengan Ethylene Oxide (ETO) atau plasma gas
hidrogen peroksida atau dengan sterilisasi kimia cair jika metode lain tidak
sesuai. Ini termasuk ⩾2.4% glutaraldehyde-based formulations, 1.12%
glutaraldehyde dengan 1.93% phenol/phenate, 7.5% stabilized hydrogen
peroxide, 7.35% hydrogen peroxide dengan 0.23% peracetic acid, ⩾0.2%
peracetic acid, dan 1.0% hydrogen peroxide dengan 0.08% peracetic acid.
Waktu paparan yang ditunjukkan berada dalam kisaran 3-12 jam, dengan
pengecualian ⩾0,2% paracetic acid (waktu sporicidal 12 menit pada 50-56° C).
Penggunaan cairan kimia steril adalah metode sterilisasi yang dapat diandalkan
jika hanya pembersihan didahului pengobatan, yang menghilangkan bahan
organik dan anorganik, dan jika panduan yang tepat untuk konsentrasi, waktu
kontak, suhu, dan pH diikuti. Keterbatasan lain untuk sterilisasi perangkat
dengan sterilisasi kimia cair adalah bahwa perangkat tidak dapat dibungkus
selama pemrosesan dalam cairan kimia steril; dengan demikian,
mempertahankan steril setelah pemrosesan dan selama penyimpanan tidak
mungkin. Selanjutnya, setelah terpapar dengan cairan kimia steril, alat
mungkin memerlukan pembilasan dengan air yang, secara umum, tidak steril.
Oleh karena itu, karena keterbatasan yang melekat pada penggunaan sterilisasi
kimia cair dalam nonautomated reprocessor, penggunaannya harus dibatasi

10
untuk memproses ulang perangkat penting yang sensitif terhadap panas dan
tidak sesuai dengan metode sterilisasi lainnya.

2. Semicritical Items
Merupakan barang yang bersentuhan dengan selaput lendir atau nonintact skin.
Peralatan pernapasan dan anestesi, beberapa endoskopi, laryngoscope blades,
esophageal manometry probes, anorectal manometry catheters, dan
diaphragm-fitting rings dimasukkan dalam kategori ini. Alat medis ini harus
bebas dari semua mikroorganisme (yaitu, mycobacteria, jamur, virus, dan
bakteri), meskipun sejumlah kecil spora bakteri mungkin ada. Secara umum,
membran mukosa utuh, seperti paru-paru atau saluran pencernaan, tahan
terhadap infeksi oleh spora bakteri umum tetapi rentan terhadap organisme
lain, seperti bakteri, mikobakteri, dan virus.
Persyaratan minimum untuk barang semikritik adalah disinfeksi tingkat tinggi
menggunakan disinfektan kimia. Glutaraldehid, hidrogen peroksida, ortho-
phthalaldehyde (OPA), asam perasetat dengan hidrogen peroksida, dan klorin
telah dijelaskan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat
dan disinfektan tingkat tinggi yang dapat diandalkan ketika pedoman untuk
prosedur kuman yang efektif adalah diikuti. Waktu paparan untuk sebagian
besar disinfektan tingkat tinggi bervariasi dari 10 hingga 45 menit, pada 20-
25°C. Wabah infeksi terus terjadi ketika disinfektan yang tidak efektif,
termasuk iodophor, alkohol, dan glutaraldehid berlebih, digunakan untuk apa
yang disebut disinfeksi tingkat tinggi. Ketika disinfektan dipilih untuk
digunakan dengan item perawatan pasien tertentu, kompatibilitas kimiawi
setelah penggunaan yang diperpanjang dengan item yang akan didesinfeksi
juga harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, pengujian kompatibilitas oleh
Olympus America dari 7,5% hidrogen peroksida menunjukkan perubahan
kosmetik dan fungsional pada endoskopi yang teruji. Demikian pula, Olympus
Amerika tidak mendukung penggunaan produk yang mengandung hidrogen
peroksida dengan asam perasetat, karena kerusakan kosmetik dan fungsional.

11
Barang semisitik yang akan memiliki kontak dengan selaput lendir saluran
pernafasan atau saluran cerna harus dibilas dengan air steril, air yang disaring,
atau air keran, diikuti oleh bilas alkohol. Pembilasan alkohol dan forced-air
secara nyata mengurangi kemungkinan kontaminasi instrumen (misalnya
endoskopi), kemungkinan besar dengan menghilangkan lingkungan basah
yang mendukung pertumbuhan bakteri. Setelah pembilasan, barang harus
dikeringkan dan kemudian disimpan dengan baik agar terhindar dari kerusakan
atau kontaminasi. Tidak ada rekomendasi untuk menggunakan air steril atau
air yang disaring, daripada air keran, untuk membilas peralatan semikrit yang
akan bersentuhan dengan membran mukosa rektum (misalnya, rectal-probes
atau anoscopes) atau vagina (misalnya, vagina-probes).
3. Noncritical Items
Benda yang bersentuhan dengan kulit tetapi bukan selaput lendir. Kulit
berfungsi sebagai penghalang efektif untuk sebagian besar mikroorganisme,
oleh karena itu, sterilitas item yang bersentuhan dengan kulit adalah “tidak
kritis.” Contoh barang tidak penting adalah bedpans, manset tekanan darah,
kruk, bed-rails, linen, meja samping tempat tidur, furnitur pasien, dan lantai.
Berbeda dengan kritis dan beberapa item semikritik, sebagian besar barang
yang tidak dapat digunakan kembali dapat didekontaminasi di mana mereka
digunakan dan tidak perlu diangkut ke area pengolahan pusat. Hampir tidak
ada risiko yang terdokumentasi untuk menularkan agen infeksi kepada pasien
melalui item yang tidak penting ketika itu digunakan sebagai item yang tidak
penting dan tidak tersentuh kulit yang tidak sengaja dan / atau membran
mukosa. Namun, barang-barang ini (misalnya, meja samping tempat tidur atau
bed-rails) berpotensi berkontribusi pada transmisi sekunder, dengan
mengkontaminasi tangan petugas perawatan kesehatan atau dengan kontak
dengan peralatan medis yang kemudian akan bersentuhan dengan pasien.
Waktu pemaparan untuk disinfektan ini adalah 60 detik atau lebih lama.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sehat merupakan kondisi dimana sehat fisik, mental dan sosial, serta tidak
hanya bebas penyakit atau kecacatan sehingga seseorang dapat bekerja secara
produktif. Sakit merupakan keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit. Sedangkan penyakit adalah istilah medis yang
digambarkan sebgai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan
berkurangnya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan hasil dari
intraksi sesorang dengan lingkungan, sebagai bentuk dari keberhasilan maupun
kegagalan dari berdaptasi dengan lingkungan serta akibatdari gangguan kesehatan
berupa ketidak seimbangan antara faktor utama penjamu dan lingkungan.
Sebelum sterilisasi maupun disinfeksi dilakukan, perlu adaya pembersihan
secara menyeluruh pada peralatan/perangkat sehingga memperoleh hasil yang
efektif, terdapat 3 jenis dalam menstrilkan peralatan yaitu: Critical Items,
Semicritical Items, dan Noncritical Items.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat
memahami konsep sehat sakit dan penerapan prinsip pencegahan infeksi. Dan dapat
menerapkannya daam kehidupan sehari hari.

13
Daftar Pustaka

Hidayati, L. N., Syafar, H., & Hakim, B. H. (n.d.). PERILAKU PERAN SAKIT
PENDERITA TB PARU DALAM KEPATUHAN PENGOBATAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS JAYAPURA UTARA. Retrieved from
http://pasca.unhas.ac.id/:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c290e28b83c2ae42e2b44f6f7a442085.pdf
Irwan. (2017). Etika Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. ABSOLUTE MEDIA.
Retrieved from Irwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan.pdf
Juwita, C. P. (2021). MODUL KONSEP SEHAT SAKIT. Retrieved from
repository.uki.ac.id:
http://repository.uki.ac.id/9069/1/ModulKonsepSehatdanSakit.pdf
Nadya. (2013, Januari). KONSEP SEHAT DAN SAKIT. Retrieved from https://uin-
alauddin.ac.id/: https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit
Suryanti, P. E. (2021). Konsep Sehat-Sakit : Sebuah Kajian Filsafat. Sanjiwani Jurnal
Filsafat.
Triyono, S. D., & Herdiyanto, Y. K. (2017). KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA
INDIVIDU DENGAN UROLITHIASIS. Jurnal Psikologi Udayana.
Ulfa, d. (2018, November 27). Disinfektan dan Sterilisasi di Fasilitas Kesehatan. Retrieved
from Magister Admnistrasi Ruma Sakit: https://mars.umy.ac.id/disinfektan-dan-
sterilisasi-di-fasilitas-kesehatan/

iii

Anda mungkin juga menyukai