Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU SEHAT SAKIT

Dosen Pembimbing : Atun Roudotul M, M.Kep

DISUSUN OLEH
1. Abdullah Ibnu M. (180102001)
2. Ade Triwinarti (180102002)
3. Amelia Damayanti (180102007)
4. Anggi Fianita (180102008)
5. Anggita Nur A. (180102009)
6. Anisa Octanela (180102010)
7. Anita Fitriani (180102011)

PRODI D3 KEPERAWATAN 1A
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Perilaku Sehat Sakit ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perilaku sehat dan sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................1


KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
a. Latar Belakang...........................................................................................................4
b. Rumusan Masalah......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5
a. Pengertian Perilaku.....................................................................................................5
b. Pengertian Sehat.........................................................................................................5
c. Pengertian perilaku sehat............................................................................................6
d. Pencegahan, tujuan dan akibat perilaku sehat............................................................6
e. Perilaku sakit..............................................................................................................7
f. Penyebab perilaku sakit..............................................................................................7
g. Faktor yang mempengaruhi perilaku sakit.................................................................8
h. Tahap perilaku sakit.................................................................................................11
BAB III PENUTUP............................................................................................................12
a. Kesimpulan..............................................................................................................12
b. Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas
sering dituding sebagai efek dari jauhnya jarak yang dijangkau. Tarif yang tinggi,
pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya merupakan faktor lain terciptanya
sehat sakit.
Pada kenyataannya, di dalam masyarakat itu sendiri terdapat beraneka ragam
konsep sehat-sakit, yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-
sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelengaraan pelayanan kesehatan.
Timbulnya perbedaan konsep sehat-sakit yang dianut oleh masyarakat dengan konsep
sehat-sakit yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan
karena persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan kita sebagai provider.
Dengan kata lain adanya perbedaan yang berkisar antara penyakit (disease) dengan
illness (rasa sakit).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perilaku?
2. Apa pengertian sehat?
3. Apa pengertian perilaku sehat?
4. Apa Pencegahan, Tujuan dan Akibat Dari Perilaku Sehat?
5. Apa itu perilaku sakit?
6. Apa penyebab dari perilaku sakit?
7. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit?
8. Bagaimana tahap perilaku sakit?
9.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku,
karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Jadi kesimpulannya perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) seorang akhli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari
bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
 Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup, misalnya
ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan.
 Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata, misalnya seorang
ibu memeriksakan kehamilannya.

B. Pengertian Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual. Menurut WHO Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan. Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik
berikut yang dapat meningkatkan. konsep sehat yang positif
 Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
 Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
 Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis,intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial,
dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

5
C. Perilaku Sehat
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yangdikembangkan Bloom. Untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku
kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian, Becker mengklasifikasikan
perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
1. Pengetahuan Kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang
diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang factor-faktor
yang terkait. dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan, sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap
terhadap factor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari
ke&elakaan.
3. Praktek kesehatan, praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivita seseorang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan
terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap factor-faktor
yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

D. Pencegahan, Tujuan dan Akibat Dari Perilaku Sehat


1. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention) adalah respon untuk melakukan
pencegahan penyakit dan upaya mepertahankan dan meningkatkan kesehatannya /
segala tindakan secara medis direkomendasikan, dilakukan secara sukarela oleh
seseorang yang percaya dirinya sehat dan bermaksud untuk mencegah penyakit
atau ketidakmampuan atau untuk mendeteksi penyakit yang tidak tampak nyata
(asimptomatik ). Pada proses pencegahan dapat dilakukan dalam dua bentuk
medis dan non medis.
 Contoh pencegahan secara medis : imunisasi
 Contoh pencegahan non medis : olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan alkohol, istirahat yang cukup. Selain itu perilaku dan gaya
hidup yang positif bagi kesehatan ( misalnya, tidak gonta ganti pasangan,
adaptasi dengan lingkungan)
2. Tujuan dari perilaku sehat dan perubahan perilaku sehat adalah agar terjadinya
suatu pola hidupsehat yang menunjukan kepada kebiasaan.
3. Akibat perilaku Sehat
 Reinforcement (peningkatan)
merupakan sesuatu yang dilakukan yang dapat membawa kesenangan dan
kepuasan. Contohnya anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila
dikasih mainan.

6
 Extincion (peniadaan)
merupakan perilaku sehat yang apabila konsekuensinya di hilangkan maka
akan melemah responnya jika tidak ada stimuli/reinforcer lain yang
mempertahankan perilaku sehat. Contohnya anak kecil yang mau cuci tangan
sebelum makan bila di berikan mainan tetap melakukan perilaku sehatnya
karena pujian orang tua atau kepuasan karena tangannya bersih dari kuman.
 Punishment (hukuman)
merupakan perilaku yang apabila dilakukan dan membawa konsekuensi yang
tidak menyenangkan cenderung ditekan. Contohnya anak kecil yang bermain
dengan benda tajamcseperti pisau dimarahi oleh ibunya, dan kemudian tidak
mengulanginya lagi.

E. Perilaku Sakit
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami,
melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
 Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah
segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan.
 Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa
tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu
 Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang dilakukan
oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya
dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.

F. Penyebab Perilaku Sakit


Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa
penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :
1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat
dilihat.
5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas , tenaga, obat-
obatan, biaya, dan transportasi.
Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang sakit yang
dapat diamati, yaitu:

7
1. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit memiliki
perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya tidak sembuh,
takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak mendapat pengakuan dari
lingkungan sehingga merasa diisolasi.
2. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas
(kecemasan).Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan regresi (menarik diri) dari lingkungannya.
3. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak
mempersoalkan tentang dirinya sendiri.
4. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit dengan
melebih-lebihkan persoalan kecil.Akibatnya pasien menjadi cerewet, banyak
menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah sepele.
5. Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan sangat
sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga menyebabkan reaksi emosional tinggi.
6. Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor diatas, seorang
penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain.
7. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki rasa
cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu sebab
berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya
perhatian terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat
terhadap sesuatu.

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit


 Faktor Internal
1. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami Klien akan segera
mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan
sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut
bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari
bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi
dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan) sehingga
jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik
itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan
sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk
memenuhi rencana terapi yang ada.
 Faktor eksternal
1. Gejala yang Dapat Dilihat

8
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan
lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan,
karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang
dialaminya.
2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang
berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan
pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin
akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi
atau tidak, sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah
benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
3. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
4. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan
besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak
membutuhkan prosedur yang rumit.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan.Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai
kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan
(aerobik, senam POCO-POCO dll).

H. Tahap-tahap Perilaku Sakit


1. Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ” Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu.
Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap
perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi
dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon

9
emosional. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan melakukan
konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia
benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari
harapan terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional seperti : menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana
tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan,
sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika
gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak
dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien
3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,
mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan dating
Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu
penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa
mengancam kehidupannya. klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa
tersebut.
Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang
telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat
diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa
awal yang telah ditetapkan.
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia
akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang
diinginkan
Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan
bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang
didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai
usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada
pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada Klien
menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress
hidupnya. Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya  semakin parah sakitnya, semakin bebas.

10
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-
hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja,
rumah maupun masyarakat
5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan
seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal,
misalnya pada penyakit kronis.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sehat merupakan keadaan dimana tubuh dalam keadaan normal. Sedangkan sakit
adalah penilaian seseorang pada rasa sakitnya. Tujuan dari perilaku sehat dan
perubahan perilaku sehat adalah agar terjadinya suatu pola hidup sehat yang
menunjukan kepada kebiasaan. Perilaku sakit mempunyai 5 tahapan.

B. Saran
Sebagai manusia yang merupakan makhluk tertinggi ciptaan Allah hendaknya selalu
menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit-penyakit karena sehat itu mahal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gamelanggriya.wordpress.com
2013/08/sehat-adalah-pengertian-dan-definisi.html.com
Anggelinaninnya.blogspot.com

13

Anda mungkin juga menyukai