OLEH :
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perilaku Sehat Sakit ” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini kami selaku penyusun tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
kami, memberi masukan-masukan yang bersifat membangun, serta membimbing
kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”, maka dari
itu kami mohon kritik dan saran dari dosen bidang studi “Antropologi” dan
teman-teman, demi menyempurnakan isi makalah ini dan menjadi referensi untuk
pembelajaran selanjutnya. “Tiada Gading Yang Tak Retak”, kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan serta kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian sehat dan sakit.
2. Mengetahui rentanagn sehat.
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status kesehatan.
4. Mengetahui rentanagn sakit.
5. Mengetahui bagimana tahapan orang sakit.
6. Mengetahui dampak dari sakit
7. Mengetahui bagaimana perilaku orang sakit.
8. Mengetahui konsep sehat sakit secara umum yang berada di masyarakat.
9. Mengetahui perbedaan persepsi sehat sakit antara petugas dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian sehat
Menurut World Health Organization (WHO) sehat keadaan sempurna
meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual. Menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari bidan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Secara luas sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana individu
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internah (seperti
psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan lingkunagn eksternal
(seperti lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya (Saam & Wahyuni, 2012). Menurut Lukaningsih (2011) pada
kesehatan fisik seringkali dipengaruhi oleh pikiran atau non-fisik. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan sehat secara fisik maka non-fisik harus mendukung.
Dengan demikian sehat adalah kesejahteraan individu meliputi fisik, psikis,
sosial dan spiritual.
Pengertian sehat dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah:
1. White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
2. Pender (1982)
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
3. Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri secara adekuat.
4. UU No.23 (1992) tentang Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produkif secara sosial dan ekonomi.
5. UU No.36 (2009) tentang kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Menurut UU No.36/2009, kesehatan itu mencakup 5 aspek, yakni: fisik,
mental, spiritual, sosial dan ekonomi. Wujud atau Indikator dari 5 dimensi
sehat, antara lain:
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik mengandung arti bahwa seseorang tidak merasa sakit
dan memang secara klinis tidak ada penyakit atau dengan kata lain
semua organ tubuh normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2. Kesehatan Mental
Kesehatan jiwa (Mental Health) adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang-orang lain (Pasal 1 UU No.3 Tahun 196 tentang
Kesehatan Jiwa).
3. Kesehatan Spiritual
Kesehatan spiritual mengandung arti bahwa seseorang mampu
mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang
pencipta.
4. Kesehatan Sosial
Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat sedemikian
rupa rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup
kemampuan untuk memlihara dan memajukan kehidupan.
5. Kesehatan Ekonomi
Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang yang sudah
dewasa, mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang
sudah pension atau usia lanjut, sehat ekonomi terlihat dari perilaku
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan.
a. Perkembangan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang
mempunyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh
faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan,
menginat proses perkembangan di mulai dari usia bayi sampai usia lanjut
yang memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda-beda. Respon dan pemahaman itulah yang dapat mempengaruhi
status kesehatan seseorang. Apabila sesorang merespon dengan baik
terhadap perubahan kesehatannya, maka akan memiliki kesehatan yang
baik sehingga, mencapai kesehatan yang optimal,demikian sebaliknya
apabila seseorang yang merespon dengan tidak baik terhadap pertumbuhan
status kesehatan bagi dirinya, maka dapar menimbulkan perubahan status
kesehatan yang berkurang.
Sebagai contoh, perubahan status kesehatan yang dapat di pengaruhi oleh
perkembangan adalah pada bayi atau anak-anak yang tahap
perkembangannya belum mencapai kematangan, maka status
kesehatansanagt rentan terhadap berbagai penyakit.
b. Sosial dan kultural
Sosial dan kultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan status
kesehatan seseoranag karena akan mempengaruhi pemikiran dan
keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam prilaku
kesehatan.
Contohnya seseorang yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang kotor
namun jarang timbul penyakit jadi mereka akan beranggapan mereka ada
dalam keadaan sehat , demekian juga seseorang yang memiliki sosial
ekonomi rendah akan merespons baik ketika mengalami penyakit flu
karena menurutnya penyakit itu sudah biasa, maka hal inilah yang akan
menggangu stats kesehatan seseorang.
c. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalau juga dapat mempengaruhi satats kesehatan
seseorang. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang
tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga
berdampak besar dalam sstatsu kesehatan selanjutnya.
Contohnya seseorang yang pernah mengalaami diare, karena pengalaman
masa lalu yang salah dalam mengatasi diare yang menyebabkan dirinya
masuk rumah sakit, maka dalam kehidupannya sehari-hari seorang
tersebut akan selalau berupaya untuk tidak menggulangi pengalaman masa
lalu dengan mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan diare.
d. Harap seseorang tentang dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam
meningkatkan perubahan status kesehatan kearah optimal. Harap dapat
menghasilakan statsu kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik
aupun psikologis, karena melalui harapan akan menimbulkan motivasi
bergaya hidup sehat dan selalu menghindari hal-hal yang dapat
mempengaruhi status kesehatan dirinya.
e. Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor
genetic, walaupun tidak terlalu besar tetapi akan mempengaruhi terhadap
berbagai penyakit.
f. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan , kebersihan diri,tempat pembuanagn air atau limabah atau
kotoran serta ruamh yang memunay persyaratan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku sehat yang dapat merubah status kesehatan.
g. Pelayanan
Pelayanagn kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau system
pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Hal ini dapat
dijumpai apabila pelayan kesehatan terlalu jauh atau kualitas dalam
memberikan pelayanan yang baik, maka akan mempengaruhi seseorang
dalam berprilaku hidup sehat.
Selain itu sakit dapat diartikan sebagai hasil dari interaksi antara seseorang
dengan lingkungan, di mana terjadinya kegagalan dalam beradaptasi dengan
lingkungan sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara faktor host, agent
dan lingkungan.
1. Tahap Gejala
Tahap ini merupakan tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan
ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya
suatu gejala yang dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri,
panas dan lain-lain sebagai manifestasi terjadinya ketidaksqimbangan dalam
tubuh. Setiap gejala timbul sebagai manifestasi fisik.
2. Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang
dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gangguan
yang dirasakan pada tubuhnya. Setelah menginterpretasi gejala itu, maka
seseorang akan merespons dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut seperti
merasakan ketakutan atau kecemasan. Untuk mengatasi ketakulan atau
kecemasan tersebut, kemudian dilakukan proses konsultasi dengan orang
sekitar atau orang yang dianggap lebih mengetahui atau datang ke tempat
pengobatan. Tahap ini dapat berakhir dengan ditemukan gejala yang pasti dan
terjadi perubahan dari sakitnya. Proses ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya pengetahuan atau pengalaman masa lalu.
Dalam kondisi ini seseorang dapat melakukan peran selama sakit dengan
tujuan memperoleh kesehatan, peran tersebut menurut Parsons dapat meliputi
pertama, klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi selama sakit;
kedua, klien dibebaskan dari tugas dan fungsi sosial ketiga, klien diharuskan
untuk berusaha memperoleh kondisi sehat secepat mungkin: keempat klien dan
keluarga mencari bantuan orang yang kompeten.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahapan ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan
kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter,
perawat atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri. Proses
pencarian informasi ini dilakukan untuk mencari pembenaran keadaan
sakitnya, kemudian untuk mengetahui gejala-gejala yang tidak dimengerti oleh
klien dan adanya keyakinan bahwa dirinya akan lebih baik. Jika setelah
konsultasi tidak ditemukan lagi gejala yang ada, maka klien menganggap
dirinya telah sembuh. Namun apabila gejala tersebut muncul kembali, maka
dirinya akan kembali datang ke pelayanan kesehatan.
4. Tahap ketergantungan
Tahapan ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang
tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang
sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan akan tetapi tidak semua orang
mempunyai tingkat ketergantunga yang sama melainkan bebeda berdasarkan
tingkat kebutuhannya. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat
penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan
terhadap ketergantungan dan dapat diberikan support agar seseorang
mengalami kemandirian.
5. Tahap penyembuhan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya
kemampuan untuk beradaptasi, di mana seseorang akan meļakukan proses
belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti
sebelum sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial.
Peran tenaga kesehatan di sini dengan membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan
Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang telah mengalami sakit baik
yang dirawat di rumah maupun dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat
terjadi pada individu, keluarga atau masyarakat. Dampak-dampak tersebut antara
lain:
Pertama, terjadi perubahan peran pada keluarga. Selama sakit peran dalam
keluarga akan mengalami gangguan mengingat terjadi pergantian peran dari salah
satu anggota keluarga yang mengalami sakit.
Ketiga, masalah keuangan. Dampak ini jelas akan terjadi karena adanya
beberapa pengeluaran keuangan yang sebelumnya tidak diduga selama sakit
mengingat biaya perawatan dan obat-obatan cukup mahal.
Selain dampak yang terjadi akibat keadaan sakit atau dirawat di rumah
sakit, seseorang pun selama sakit akan mengalami perubahan dalam berperilaku
yang berdampak pada dirinya. Adapun perubahan perilaku yang terjadi selama
sakit antara lain: