Anda di halaman 1dari 27

KEBUTUHAN NUTRISI UNTUK DEWASA

OLEH:

MUTIA ISMI SEPTINA (P07120019051)


NI PUTU PINGKY PRIASTINI (P07120019055)
NI LUH NILA MARTINI (P07120019065)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper Gizi dan
Diet . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dan untuk
membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca mengenai
kebutuhan nutrisi untuk dewasa.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan
masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini. Makalah ini
disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu
pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan paper ini, diharapkan pembaca
dapat memahami mengenai kebutuhan nutrisi unruk dewasa .
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah Gizi dan
Diet yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik,
dan masukan sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun
mutu makalah ini.

Denpasar, 14 April 2020

Penyusu

i
DAFTAR ISI

A. Kata Pengantar ..............................................................................................................i


B. Daftar isi ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A Kebutuhan Nutrisi Untuk Dewasa ................................................................................1
B. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Usia Dewasa ..........................4
C. Perilaku Konsumsi Usia Dewasa .................................................................................6
D. Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Usia Dewasa.................7
E. Konsep Dasar Gizi Seimbang Usia Dewasa.................................................................9
F. Kebutuhan Gizi Usia Dewasa .....................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................................20
B. Saran ..........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya.
Dalam keadaan normal tubuh mengatur keseimbangan antara energi yang
diperolehdari makanan dengan energi yang diperlukan tubuh, guna
mempertahankankelangsungan fungsi tubuh.
Pada orang dewasa, dimana pertumbuhan tidak lagi terjadi kebutuhan zat-zat gizi
lebih tergantung pada aktivitas fisiknya. Umumnya laki-laki lebih memerlukan
energ iini disebabkan karena secara fisik laki-laki lebih banyak bergerak
tetapi padaaktivitasnya juga memerlukan energi banyak. Semakin tinggi dan
semakin berat badan seseorang maka kebutuhan energinya juga perlu
ditambahkan.
Makanan fast food umumnya mengandung kalori tinggi, kadar lemak, gula
dan sodium (Na) juga tinggi, tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat,
kalsium dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi
pola makan, akan berdampak negatif pada keadaan gizi pada dewasa.
Inventasi medis yang paling canggih, telah mengeluarkan dimensi lain dari
intraksi antara gizi dan mortalitas.
Sedangkan Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan
baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori
pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

B. Tujuan penulisan
1. Apa itu kebutuhan nutrisi untuk orang dewasa ?

1
2. Apa tujuan pemberian nutrisi untuk dewasa ?
3. Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keadaan nutrisi pada usia
dewasa ?
4. Apa kebutuhan energi dan zat nutrisi pada usia dewasa ?

C. Manfaat penulisan
1. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada usia dewasa
2. Mengetahui tujuan pemberin nutrisi pada usia dewasa
3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terdadap keadaan nutrisi pada
usia dewasa
4. Mengetahui kebutuhan energi dan zat nutrisi pada usia dewasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Nutrisi Untuk Dewasa


1. Keadaan Fisiologis Masa Dewasa
Masa dewasa dibagi menjadi dua tahap, masa dewasa awal yaitu antara umur 20-
40 tahun dan masa dewasa lanjut yaitu antara umur 40-60 tahun. Pada masa
dewasa tubuh tidak hanya dalam keadaan puncak dari kemampuan fisik tetapi
juga mulai mengalami penurunan fungsi. Keadaan puncak dari keadaan fisik
membuat beberapa orang terlena dan mulai melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk
yang dapat berepengaruh terhadap kesehatan di kemudian hari. Penyakit
degenerative juga muncul pada masa ini.
Pada awal masa dewasa merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa
dewasa. Pada masa ini kondisi fisik tidak hanya mencapai puncaknya, tetapi juga
mulai menurun pada masa ini. Bagi sebagian orang puncak dari kemampuan fisik
dicapai pada usia usia di bawah 30 tahun. Kekuatan dan ketahanan otot mulai
menunjukkan tanda penurunan sekitar umur 30-an.
2. Tujuan Pemberian Nutrisi Untuk Dewasa
a. Membantu mempertahankan kesehatan yang baik (mempertahankan
keadaan gizi).
b. Membuat keadaan gizi tubuh menjadi lebih baik.
c. Memperlambat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif.
d. Untuk mengatur semua proses yang terjadi dalam tubuh
e. Memberikan unsur-unsur yang diperlukan untuk sel jaringan tubuh yang
aus.(contoh : rambut yang rontok, kuku, bekas luka, menstruasi, dll).
3. Status Gizi Orang Dewasa
Status gizi pada orang dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah kebiasaanya dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari.
Kebiasaan makan tidak dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang terkandung dalam
makanan. Namun banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kebiasaan
makan, salah satunya adalah lingkungan.

3
Orang dewasa cenderung kurang memperhatikan asupan makanan.
Umumnya orang dewasa lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak, berenergi
gurih dan manis. Sementara makanan kaya serat seperti sayur dan buah diabaikan.
Akibatnya, asupan energi (kalori) yang masuk ke dalam tubuh berlebih (Kurniasih
dkk, 2010). Padahal pada usia ini dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi
serat namun rendah lemak, ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan tidak
lagi terjadi dan hendaknya pemenuhan zat gizi dipusatkan untuk pemeliharaan
kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik.
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya
(Cakrawati & Mustika, 2012). Menurut Almatsier (2003) status gizi merupakan
suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan
yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih.

B. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Usia Dewasa


1. Usia
Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat pula
kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk membantu
tubuh melakukan beragam aktivitas fisik. Namun kebutuhan zat tenaga
akan berkurang saat usia mencapai 40 tahun ke atas. Setiap 10 tahun
setelah usia seseorang mencapai 25 tahun, kebutuhan energi per hari untuk
pemeliharaan dan metabolisme sel-sel tubuh berkurang atau mengalami
penurunan sebesar 4 persen setiap 10 tahunnya. Berkurangnya kebutuhan
tersebut dikarenakan menurunnya kemampuan metabolisme tubuh,
sehingga tidak membutuhkan tenaga yang berlebihan karena dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh. Penumpukan
lemak di dalam tubuh dapat menimbulkan terjadinya obesitas (Putri,
2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan
Sudikno (2007) terhadap orang dewasa di Depok menunjukkan hasil
bahwa persentase status gizi obesitas tertinggi terjadi pada kelompok umur

4
31-40 tahun, yaitu sebesar 21,7 persen. Selain itu terdapat kecenderungan
peningkatan kejadian obesitas sampai dengan umur 50 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang
dikonsumsi. Umumnya perempuan lebih banyak memerlukan
keterampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan gizi perempuan
lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Apriadji dalam Putri, 2012). Menurut
Depkes (1994) kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi karena setelah pubertas,
perempuan akan cenderung memiliki proporsi massa lemak tubuh yang
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Sudikno (2007) terhadap
orang dewasa di Depok bahwa persentase status gizi obesitas pada
perempuan diketahui sebesar 21,6 persen lebih tinggi dibandingkan
persentase status gizi obesitas pada laki-laki yaitu 10,8 persen.
3. Pendapatan
Pendapatan mempengaruhi daya beli terhadap makanan. Semakin
baik pendapatan maka akan semakin baik pula makanan yang dikonsumsi
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sebaliknya, pendapatan yang
kurang mengakibatkan menurunnya daya beli terhadap makanan secara
kualitas maupun kuantitas. Penduduk yang berpendapatan cukup masih
banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan bergizi dalam
menyediakan makanan keluarga. Hal ini disebabkan karena (Kartasapoetra
dan Marsetyo, 2010) :
1) Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
2) Pantangan-pantangan secara tradisional masih diberlakukan
3) Atau keengganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah
walaupun mereka tahu banyak mengandung gizi.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan,
akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin

5
baik status gizinya. Ini dikarenakan seseorang yang mengenyam
pendidikan biasanya lebih memahami dalam menerima informasi-
informasi mengenai gizi. Hasil penelitian Asriah dan Putri (2006)
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara pendidikan
dan pengetahuan dengan statusgizi ibu hamil di Bidan Praktek Swasta
Banda Aceh.
5. Sosial budaya
Budaya memiliki pengaruh besar dalam pemilihan dan pengolahan
pangan menjadi makanan. Budaya juga mempengaruhi kebiasaan makan
seseorang. Salah satu contohnya, pada suku Melayu mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang berkuah santan. Berdasarkan hasil
penelitian Handayani (2012) menunjukkan bahwa pola makan pada
keluarga suku melayu di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang lebih cenderung mengonsumsi makanan
bersantan dengan frekuensi lebih dari 4 kali per minggu.
6. Perilaku makan
Perilaku makan merupakan suatu wujud tindakan seseorang dalam
memilih dan mengkonsumsi makanan yang terbentuk melalui pengetahuan
dan sikap. Jika keadaan ini terus-menerus berlangsung maka akan menjadi
kebiasaan makan dan akan membentuk pola makan. Perilaku makan yang
tidak seimbang akan mengakibatkan masalah gizi.
7. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangannya (Almatsier, 2003). Aktivitas fisik dapat
mempengaruhi status gizi. Aktivitas fisik yang kurang akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan lemakdan dapat menyebabkan
obesitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widiantini dan
Zarfiel pada tahun 2013 terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI menunjukkan bahwa
terdapat 36,5 persen PNS memiliki aktivitas sedang dan 48 persen
mengalami obesitas. Hasil penelitiannya memperlihatkan adanya
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas.

6
8. Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
pembentukan perilaku makan yang selanjutnya akan mempengaruhi status
gizi. Lingkungan disini adalah lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya
promosi melalui media elektronik maupun cetak.
C. Perilaku Konsumsi Makanan Usia Dewasa
Terbentuknya suatu perilaku konsumsi makanan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
disebabkan oleh lingkungan (Notoatmodjo, 2011).
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui seseorang di mana hal
yang diketahui tersebut diperoleh secara formal maupun non formal,
didasari pengetahuan melalui pengetahuan formal akan lebih mudah
dilaksanakan daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan non formal.
Pengetahuan berperan penting dalam pembentukan sikap dan tindakan.
Pengetahuan tentang gizi seimbang bermanfaat dalam menentukan apa yang
dikonsumsi setiap harinya. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi
seimbang, maka kebutuhan zat gizi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
yang seharusnya, sehingga dapat tercapai kesehatan yang optimal. Tingkat
pengetahuan tentang gizi seseorang akan mempengaruhi kebiasaannyadalam
memilih makanan.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap sangat tergantung dari
pengetahuan, semakin baik pengetahuan maka akan semakin baik pula
sikapnya. Sikap sangat penting dalam pemenuhan zat gizi, karena tanpa
adanya sikap yang baik maka apa yang diperoleh dari pengetahuan akan sia-
sia dan tindakan tidak akan tercapai.
3. Tindakan
Sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Jika
pengetahuan mengenai gizi sudah baik maka kemungkinan untuk

7
melakukan tindakan akan baik pula. Tapi jika pengetahuan baik namun
sikap bertolak belakang dengan pengetahuan itu sendiri, maka tindakan
tidak akan pernah tercapai seperti yang dikehendaki. Melalui tindakan
seseorang terhadap mengkonsumsi makanan, dapat dinilai perilaku
makannya baik atau tidak. Menurut Susanto (1997) dalam Paramita (2002)
perilaku konsumsi makanan adalah cara-cara atau tindakan yang dilakukan
oleh individu, keluarga, atau masyarakat di dalam pemilihan makanannya
yang dilandasi oleh pengetahuan dan sikapnya terhadap makanan tersebut.
Perilaku konsumsi makanan pada orang dewasa cenderung jauh dari konsep
gizi seimbang. Umumnya, orang dewasa kurang memperhatikan asupan
nutrisi yang dikonsumsi. Mereka cenderung menyukai makanan yang tinggi
lemak, manis dan gurih namun kurang serat.

D. Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Usia


Dewasa
Perilaku konsumsi makanan pada orang dewasa perlu diperhatikan.
Karena makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi status gizi. Status gizi
terbentuk dari makanan apa yang dikonsumsi. Kekurangan maupun kelebihan
nutrisi yang dikonsumsi akan mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh.
Jika asupan nutrisi yang dikonsumsi kurang maka akan menyebabkan tubuh lemas
karena kekurangan energi, daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit serta
dapat mengalami gizi kurang . Sebaliknya, jika asupan nutrisi yang dikonsumsi
berlebih akan menyebabkan penumpukan energi yang dapat memicu terjadinya
gizi lebih.
Ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramita
(2002) terhadap peragawati menunjukkan bahwa frekuensi makan per hari mereka
adalah > 2 kali per hari sebanyak 55 persen, tidak sarapan pagi sebanyak 72,5
persen, mengkonsumsi sayuran hijau sebanyak 90 persen dan mengkonsumsi
buah-buahan sebanyak 77,5 persen, tidak mengkonsumsi makanan selingan
sebanyak 70 persen. Menurut data yang diperoleh rata-rata tingkat konsumsi
energi mereka berada pada kategori defisit tingkat berat yaitu sebanyak 60 persen
dan 57,5 persen peragawati mengalami gizi kurang. Hasil penelitian menunjukkan

8
bahwa belum terdapat keseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran
energi, dimana energi yang dikonsumsi lebih rendah daripada energi yang
dikeluarkan. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan, terdapat hubungan
antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi peragawati.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Amir (1996) pada orang
dewasa di Kotamadya Bandung menunjukkan hasil bahwa rata-rata konsumsi
total energi pada orang dewasa adalah 1885 kalori dengan persentase karbohidrat
terhadap total energi sebesar 58,7 persen dan persentase lemak terhadap total
energi sebesar 28,30 persen. Disamping itu diketahui juga bahwa prevalensi gizi
kurang pada orang dewasa adalah sebanyak 10,7 persen sedangkan gizi lebih
sebanyak 29,4 persen. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan
total energi dengan Indeks Massa Tubuh orang dewasa di Kotamadya Bandung.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmawati dan Sudikno
terhadap orang dewasa di Kota Depok pada tahun 2007 menunjukkan bahwa
persentase status obesitas tampak lebih tinggi pada orang dewasa yang sering
mengkonsumsi gorengan seperti pisang goreng, tempe goreng, tahu goreng, bakso
yaitu sebesar 20,7 persen, sedangkan menurut makanan kesukaan/kegemaran,
diketahui bahwa persentase obesitas lebih tinggi pada orang dewasa yang
menyukai makanan gorengan (18,1 persen), makanan berlemak (23,4 persen), dan
makanan manis (20,4 persen). Data status gizi yang diperoleh sebesar 16,4 persen
orang dewasa di Kota Depok mengalami obesitas. Hasil uji statistik menunjukkan
terdapat pengaruh antara keseringan mengkonsumsi gorengan dan mengkonsumsi
makanan kesukaan/kegemaran (makanan gorengan, makanan berlemak, makanan
manis) dengan status gizi obesitas pada orang dewasa di Kota Depok.
Menurut hasil penelitian Humayrah (2009) pada orang dewasa di Provinsi
Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Gorontalo menunjukkan hasil bahwa prevalensi
kegemukan tertinggi terjadi di Sulawesi Utara dan DKI Jakarta pada sampel yang
jarang mengonsumsi makanan manis dengan persentase 34,6 persen dan 28.3%.
Sementara itu di Gorontalo prevalensi kegemukan sama pada sampel yang jarang
dan sering yaitu sebesar 24,6 persen. Namun hasil uji statistik menunjukkan hanya
kebiasaan mengkonsumsi makanan manis di Sulawesi Utara yang berhubungan
dengan kegemukan. Selanjutnya prevalensi kegemukan tertinggi terjadi di

9
Sulawesi Utara terjadi pada sampel yang sering mengonsumsi makanan berlemak
dengan persentase 34,7 persen. Sama halnya dengan Sulawesi Utara, prevalensi
kegemukan di DKI Jakarta dan Gorontalo tertinggi terjadi pada sampel yang
sering mengkonsumsi makanan berlemak dalam 1 bulan terakhir dengan
persentase 28,8 persen dan 26,3 persen. Namun hasil uji statistik menunjukkan
hanya kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak di Sulawesi Utara yang
berhubungan dengan kegemukan. Selain itu, prevalensi kegemukan tertinggi
terjadi di Sulawesi Utara pada sampel yang sering mengkonsumsi jeroan seperti
usus, ampela, otak, paru, dan sebagainya yaitu sebesar 35,5 persen. Berbeda
dengan Sulawesi Utara, prevalensi kegemukan di DKI Jakarta dan Gorontalo
tertinggi pada sampel yang jarang mengonsumsi makanan jeroan dengan
persentase sebesar 27,2 persen dan 24,6 persen. Hasil uji statistik
menunjukkanterdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi jeroan pada
orang dewasa di Sulawesi Utara dan DKI Jakarta, namun tidak dengan orang
dewasa di Gorontalo.

E. Konsep Dasar Gizi Seimbang Usia Dewasa


Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Konsep dasar gizi seimbang
pada orang dewasa tercantum dalam 10 Pesan Gizi Seimbang Tahun 2014 adalah
sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2014) :
1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh
keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Konsumsi anekaragam pangan
merupakan anjuran penting untuk mewujudkan gizi seimbang. Cara
mewujudkannya adalah dengan menerapkan prinsip mengkonsumsi lima
kelompok pangan setiap hari atau setiap makan. Kelima kelmpok pangan
tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan
minuman. Mengkonsumsi lebih dari satu jenis untuk setiap kelompok

10
makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan) setiap kali
makan akan lebih baik. Selain itu diharapkan selalu bersyukur dan
menikmati makanan yang dikonsumsinya. Dengan bersyukur dan
menikmati makan anekaragam maknaan dan tidak tergesa-gesa akan
mendukung terwujudnya cara makan yang baik.
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin,
mineral dan serat pangan. Konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan
salah satu indikator sederhana gizi seimbang. Sayuran dan buah-buahan
berperan sebagai antioksidan, menjaga kenormalan tekanan darah, kadar
gula dan kolesterol serta menurunkan resiko sulit buang air besar dan
kegemukan. Pada orang dewasa dianjurkan mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan sebanyak 400-600 gram per hari atau setara dengan 2½ porsi
atau 2½ gelas sayur setelah dimasak dan 3 buah pisang ambon ukuran
sedang, ½ potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang.
3. Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
Lauk pauk terdiri dari pangan hewani dan nabati. Pangan hewani
terdiri dari daging ruminansia (daging sapi, daging kambing, daging
rusa,dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek, dll), ikan dan seafood.
Pangan nabati terdiri dari kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti
kedelai, tahu, tempe, dan lain-lain. Mewujudkan gizi seimbang, kedua
kelompok pangan ini perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan lainnya
setiap hari agar jumlah dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih
sempurna. Pada orang dewasa dianjurkan mengkonsumsi pangan hewani
dan pangan nabati sebanyak 2-4 porsi per hari.
4. Biasakan mengkonsumsi anekaragam makanan pokok
Cara mewujudkan pola konsumsi makanan pokok yang beragam
adalah dengan mengkonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok dalam
sehari.
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak

11
Anjuran mengkonsumsi gula pada orang dewasa adalah 4 sendok
makan, natrium tidak lebih dari 1 sendok teh dan lemak/minyak tidak lebih
dari 5 sendok makan per orang per hari.
6. Biasakan sarapan
Sarapan berperan dalam memenuhi 15- 30 persen kebutuhan gizi
harian. Tidak sarapan dapat menyebabkan kegemukan pada orang dewasa
sera meningkatkan resiko jajan yang tidak sehat. Sarapan diperlukan untuk
berfikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah
bangun pagi. Membiasakan sarapan dapat mencegah makan berlebihan
dikala makan kudapan atau makan siang. Bagi orang yang tidak biasa
makan kudapan pagi dan kudapan siang, porsi makanan saat sarapan sekitar
1/3 dari total makanan siang. Sedangkan bagi orang yang biasa makan
kudapan pagi dan makanan kudapan siang, jumlah porsi makanan sarapan
sebaiknya seperempat dari makanan harian.
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
Air berperan sebagai pengatur proses biokimia, pengatur suhu,
pelarut, pembentuk atau komponen sel dan organ, media transportasi zat
gizi dan pembuangan sisa metabolism, pelumas sendi dan bantalan organ.
Gangguan terhadap keseimbangan air di dalam tubuh dapat meningkatkan
resiko berbagai gangguan atau penyakit, antara lain: konstipasi, infeksi
saluran kemih, batu saluran kemih, gangguan ginjal dan obesitas. Oleh
karena itu dianjurkan meminum air sekitar dua liter atau delapan gelas
sehari.
8. Biasakan membaca label pada kemasan
Label pada kemasan makanan membantu konsumen untuk
mengetahui bahan-bahan yang terkandung didalamnya serta memperkirakan
bahaya yang mungkin terjadi pada konsumen yang memiliki penyakit
tertentu. Oleh karena itu dianjurkan membaca label pada kemasan makanan
seperti informasi kandungan gizi dan tanggal kadaluarsa sebelum membei
atau mengkonsumsi makanan tersebut.
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir

12
Sebelum mengkonsumsi makanan dianjurkan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir agar terhindar dari kuman penyebab
penyakit
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Pada orang dewasa dianjurkan melakukan latihan fisik atau
olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu.
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah
terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan
normal, yaitu berat badan yang sesuai dengan tinggi badannya. Oleh karena
itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari
„Pola Hidup‟ dengan„ Gizi Seimbang‟

F. Kebutuhan Gizi Usia Dewasa


Kebutuhan gizi orang dewasa berbeda-beda bagi setiap orang. Kebutuhan
zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor yaitu umur, tinggi badan, berat
badan, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Oleh karena itu, dalam pemenuhan zat
gizi harus disesuaikan dengan kebutuhannya.
1. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya
usia, ini dikarenakan menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas
fisik. Kebutuhan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan.
Kebutuhan energi berbeda-bebeeda bagi setiap orang. Anjuran kebutuhan energi
ditetapkan dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG).
2. Kebutuhan karbohidrat
Konsumsi karbohidrat dianjurkan 50-60 persen dari total kebutuhan
energi, terutama dalam bentuk karbohidrat kompleks seperti yang terdapat dalam
padia-padian (beras, jagung, gandum dan hasil olahannya seperti roti) dan umbi-
umbian (kentang, singkong dan ubi). Sedangkan untuk karbohidrat sederhana
seperti gula maksimum dikonsumsi 5 persen dari kebutuhan energi total atau
paling banyak 4-5 sendok sehari (Almatsier dkk, 2013).
3. Kebutuhan protein

13
Konsumsi protein dianjurkan 15-30 persen atau dari kebutuhan total
energi. Kebutuhan konsumsi protein pada kelompok usia dewasa digunakan untuk
menggantikan protein yang hilang akibat rutinitas sehari-hari melalui urin, feses,
kulit dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi protein
yang terlalu tinggi dapat meningkatkan hilangnya kalsium melalui urin, sehingga
resiko menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari 2 kali jumlah
yang dianjurkan dapat meningkatkan terjadinya penyakit jantung koroner
terutama sebagai akibat dari tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang
terdapat dalam makanan hewani Asupan lemak jenuh dianjurkan mengkonsumsi
protein yang berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan sebagainya
(Almatsier dkk, 2013).
4. Kebutuhan lemak
Konsumsi lemak dianjurkan 25 persen dari total kebutuhan energi.
Konsumsi lemak pada usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, ikan, susu tanpa lemak (skim) serta mengurangi santan
dan goreng-gorengan (Almatsier dkk, 2013).
5. Kebutuhan mineral
Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi
apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Beberapa
mineral yang perlu diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garam
natrium terdapat dalam garam dapur (NaCl) dan monosodium glutamat (MSG).
Konsumsi garam natrium dibatasi hingga 6 g per hari ( 2400 mg per hari). Selain
itu dianjurkan untuk membatasi makanan yang diawetkan menggunakan garam
seperti ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar begitupula dengan MSG.
AKG besi pada perempuan dewasa muda lebih tinggi dibandingkan dewasa
setengah tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap bulan
melalui menstruasi. Makanan sumber zat besi yang dianjurkan adalah daging
merah, hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hsil olahannya
sepertu tahu dan tempe. Kalsium penting untuk pembentukan tulang dan menjaga
agar tulang tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup setiap hari dapat mencegah
terjadinya osteoporosis dikemudian hari. Makanan kaya kalsium yang dianjurkan
untuk dikonsumsi adalah susu dan hasil olahannya (Almatsier dkk, 2013).

14
6. Kebutuhan vitamin
Angka kebutuhan vitamin pada kelompok usia dewasa umumnya dapat
dipenuhi apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) dianjurkan untuk digunakan sebagai standar guna
mencapai status gizi yang optimal. Angka Kecukupan Gizi (AKG)
atauRecommended Dietary Allowances (DRA) merupakan kecukupan rata-rata
zat gizi sehari bagi hampir semua orang sehat (97,5 persen) menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis.
AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh populasi
dan bukan merupakan perorangan/individu (Amelia, 2014).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa umur
30-64 tahun Indonesia disajikan pada tabel berikut :

Tabel Angka Kecukupan Gizi per hari umur 19-64 tahun :


Kelompok Umur
Pria Wanita
Jenis Zat Gizi 19-29 30-49 50-64 19-29 30-49 50-64
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Karbohidrat (gr) 327 394 349 309 323 285
Protein (gr) 62 65 65 56 57 57
Lemak ( gr) 91 73 65 75 60 53
Vitamin
600 600 600 500 500 500
-Vitamin A (mg)
15 15 15 15 15 15
-Vitamin D (mg) 15 15 15 15 15 15
-Vitamin E (mg) 1,4 1,3 1,2 1,1 1,1 1,0
1,6 1,6 1,4 1,4 1,3 1,1
-Vitamin B1 (mg) 15 14 13 12 12 10
-Vitamin B2 (mg) 90 90 90 75 75 75

-Vitamin B3 (mg)
-Vitamin C (mg)
Mineral
1100 1000 1000 1100 1000 1000
-Kalsium (mg)
35 35 30 26 26 12
-Zat besi (mg)
Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2013

Penilaian Status Gizi

15
Dewasa Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses
pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting,
baik yang bersifat objektif maupun subjektif, kemudian dibandingkan dengan
baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan
laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim
“penilai” (Arisman, 2010).
Penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung
dan penilaian secara tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak
langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Penilaian status gizi orang dewasa pada prinsipnya adalah berdasarkan
pengukuran fisik atau antropometri, yaitu menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Pengukuran Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
antara protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa dkk, 2001).

IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Tabel Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT
Kurus <17,0
Normal >18,5 - 25,0
Overweight >25,0 - 27,0
Obesitas >27,0
Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2014

Pengukuran survei konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan


makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat
kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh

16
terhadap konsumsi makanan tersebut. Metode yang digunakan dalam mengukur
konsumsi makanan dibagi atas dua metode yaitu metode kualitatif dan metode
kuantitif (Supariasa dkk, 2001).
Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi
konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang
kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan.
tersebut. Salah satunya adalah frekuensi makan (food frequency). Tujuannya
adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap hari, minggu, bulan,
tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan
frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan
yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi
yang cukup sering oleh responden. Sedangkan metode kuantitatif adalah untuk
mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi. Salah satunya adalah Recall 24
jam. Penggunaan recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu (Supariasa dkk, 2001).
a. Pengertian Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai proporsionalitas
perbandingan antara tinggi dan berat seseorang. BMI sering digunakan dokter
untuk menilai seseorang ituobesitasatau tidak.Body Mass Index (BMI) merupakan
teknik untuk menghitung index berat badan, sehingga dapat diketahui kategori
tubuh kita apakah tergolong kurus, normal dan obesitas(kegemukan). Body Mass
Index (BMI) dapat digunakan untuk mengontrol berat badan sehingga dapat
mencapai berat badan normal sesuai dengan tinggi badan.BMI adalah kalkulasi
statistik yang dimaksudkan sebagai sarana untuk melakukan penaksiran. BMI bisa
diterapkan pada sekelompok orang untuk menentukan trend, atau bisa juga
diterapkan secara individual.Saat diterapkan pada individual, hanya satu dari
beberapa penaksiran yang digunakan untuk menentukan resiko terhadap penyakit
yang berhubungan dengan berat badan (underweight, overweight, atau obese).
(Syukra Alhamda, 2015).
Perhitungan BMI Rumus dibawahyang digunakan untuk mengukurtinggi
dan berat badan dengan mengacu pada Body Mass Index (BMI) :

17
Kemudian untuk mengkategorikan klasifikasi berat badan, hasil hitung
BMI tersebut dapat dicocokkan pada Tabel Klasifikasi BMI menurut versi
organisasi kesehatan dunia, WHO yang disepakati tahun 2004 sebagai berikut

Kemungkinan keterbatasan BMI saat diterapkan pada individual adalah:


1. BMI tidak membedakan antara lemak dan otot. BMI cenderung untuk
memperkirakan tingkat "kegemukan" yang terlalu tinggi diantara para atlit
elite dicabang olahraga misalnya football, angkat besi, dan binaraga.
Karena otot lebih berat dibanding lemak, banyak atlit yang tubuhnya
berotot dikelompokkan sebagai overweight, meski mereka punya
persentase lemak tubuh yang kecil dankondisi fisik yang prima.
2. BMI cenderung untuk memperkirakan tingkat kegemukan yang terlalu
rendah pada manula karena massa otot dan tulang mereka sudah banyak

18
berkurang dan digantikan dengan lemak untuk alasan yang sama dengan
tingkat kegemukan dikalanganatlit.
3. BMI tidak membedakan tipe-tipe tubuh. Orang yang bertubuh besar
(bertulang besar) menggunakan standard yang sama dengan orang yang
bertubuh kecil.
4. Pengelompokan berat dalam BMI itu absolute, sedangkan dalam banyak
kasus resiko kesehatan akan berubah seiring perubahan BMI. Seseorang
dengan BMI 24,9 dikelompokkan sebagai berat badan normal, sementara
orang yang punya BMI 25,1 dikelompokkan overweight. Dalam
realitasnya resiko kesehatan mereka mungkin cukup mirip.
5. BMI tidak memperhitungkan penyakit atau obat-obatan yang mungkin
menyebabkan water retention.
6. BMI tidak membedakan antara gender, ras, atau etnis. Dua orang dengan
BMI yang sama mungkin punya resiko kesehatan yang berbeda karena
genderatau faktor genetik.
7. BMI adalah index comparativedan tidak mengukur jumlah lemak tubuh
secara langsung. Metode lain memberikan pengukuran lemak tubuh secara
langsung, namun meteode ini mahal dan membutuhkan peralatan khusus
serta pelatihan untuk menggunakannya dengan benar. Beberapa contoh
dari pengukuran ini antara lain pengukuran ketebalan lipatan kulit,
underwater (hydrostatic) weighing, bioelectricalimpedance, dan
8. 8dual-energy x-ray absorptiometry(DXA). Mengkombinasikan antara
BMI, lingkar pinggang, sejarah kesehatan keluarga, dan analisa gaya
hidup, akan memberikan informasi yang cukup untuk menganalisa
berbagai resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan dengan
biaya yang minimal.

Selain itu ada pula kegunaan dari Body Mass Index (BMI) iniadalah :
1. Sebagai indikator untuk menentukan status berat badan seseorang apakah
memiliki badan yang kurus, normal dan obesitas (kegemukan).
2. Serta dapat membantu nilai status berat badan seseorang terhadap resiko
masalah kesehatan seseorang.

19
b. Perhitungan Kebutuhan Energi untuk Dewasa

Kalori adalah suatu unit pengukuran untuk menyatakan jumlah energi


dalam makanan. Saat kita makan atau minum, kita memberi energi (kalori) pada
tubuh kita. Tubuh kemudian memakai energi tersebut sebagai bahan bakar untuk
berbagai aktivitas kita. Semakin banyak aktivitas yang kita lakukan, semakin
banyak energi atau kalori yang terpakai.

Jumlah kalori dalam suatu makanan biasanya ditulis dalam satuan


“kilokalori” atau “kkal”. Sebagai contoh, 500 kalori akan ditulis sebagai 500 kkal.
Selain dalam kkal, kalori juga dapat ditulis dalam satuan “kilojoules” atau “kJ”. 1
kJ setara dengan 0,239 kalori.

Kebutuhan kalori setiap hari masing-masing orang berbeda

Cara menghitung kebutuhan kalori tiap orang berbeda-beda, karena akan dihitung


berdasarkan jenis kelamin, usia, tinggi dan berat badan, komposisi tubuh,
aktivitas, hingga keadaan fisik masing-masing. Kalori yang dibutuhkan oleh laki-
laki berbeda dengan perempuan meskipun berada pada rentang usia yang sama.
Dua orang yang kembar sekalipun akan memiliki kebutuhan kalori yang berbeda,
tergantung pada keadaan fisik dan aktivitasnya sehari-hari.

Standar asupan kalori per hari berbeda-beda di tiap negara. Di Amerika, laki-laki
disarankan untuk mengonsumsi 2700 kalori per hari dan wanita 2200 kalori per
harinya. Sementara berdasarkan National Health Service di Inggris, laki-laki
disarankan mengonsumsi 2500 kalori dan wanita 2000 kalori. Berbeda dengan
FAO yang menyarankan orang dewasa rata-rata harus mengonsumsi minimal
1800 kalori per hari.

Di Indonesia, terdapat tabel panduan angka kecukupan gizi. Tabel tersebut


memuat anjuran berapa banyak kalori yang dibutuhkan oleh masing-masing
kelompok umur. Sebagai contoh:

20
 Bayi berusia 7-11 bulan dengan berat badan 9 kg dan tinggi badan 71 cm
membutuhkan energi 725 kkal per hari.
 Laki-laki berusia 19-29 tahun dengan berat badan 60 kg dan tinggi 168 cm
membutuhkan energi 2725 kkal per hari.
 Wanita berusia 19-29 tahun dengan berat badan 54 kg dan tinggi 159 cm
membutuhkan energi 2250 kkal per hari.
 Laki-laki berusia lebih dari 80 tahun membutuhkan energi sebesar 1525
kkal dan wanita pada usia yang sama membutuhkan energi 1425 kkal per
hari.
 Bagi wanita hamil, dibutuhkan tambahan energi sebesar 180-300 kkal per
harinya, tergantung pada usia trimester kehamilannya. Begitu juga dengan
ibu menyusui, pada 6 bulan pertama dibutuhkan tambahan energi hingga
330 kkal dan tambahan 400 kkal pada 6 bulan berikutnya.

Berbagai cara menghitung kebutuhan kalori setiap hari

Ada beberapa cara menghitung kebutuhan kalori Anda, yaitu:

 Rumus Harris-Benedict: rumus ini termasuk rumus yang sering dipakai


oleh ahli gizi. Rumus Harris-Benedict memperhitungkan usia, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, hingga level aktivitas fisik Anda.
o Rumus untuk menghitung kebutuhan energi pria yaitu= 66,5 + 13,8
x (berat badan dalam kilogram) + 5 x (tinggi badan dalam cm)
dibagi dengan 6,8 x usia.
o Sementara untuk wanita= 655,1 + 9,6 x (berat badan dalam
kilogram) + 1,9 x (tinggi badan dalam cm) dibagi dengan 4,7 x
usia.
o Hasil dari penghitungan ini kemudian dikalikan dengan faktor
aktivitas fisik. Jika aktivitas fisik Anda rendah, maka dikalikan
dengan 1,2. Untuk aktivitas fisik sedang dikalikan dengan 1,3.
Sementara aktivitas fisik berat dikalikan dengan 1,4.
 Rumus WHO (World Health Organization): berbeda dengan rumus
Harris-Benedict, rumus ini lebih sederhana dan tidak memperhitungkan

21
tinggi badan. Rumus WHO dibagi sesuai dengan kategori umur. Sebagai
contoh, untuk mencari kebutuhan energi wanita berusia 18-29 tahun,
digunakan rumus 14,7 x (berat badan dalam kilogram) + 496. Sementara
untuk mencari kebutuhan energi pria usia 18-29 tahun, digunakan rumus
15,3 x (berat badan dalam kilogram) + 679. Hasilnya kemudian dikalikan
dengan faktor aktivitas fisik.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk
mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi
yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya.
Pada orang dewasa, dimana pertumbuhan tidak lagi terjadi kebutuhan zat-
zat gizi lebih tergantung pada aktivitas fisiknya. Umumnya laki-laki lebih
memerlukan energi ini disebabkan karena secara fisik laki-laki lebih
banyak bergerak tetapi pada aktivitasnya juga memerlukan energi banyak.
Semakin tinggi dan semakin berat badan seseorang maka kebutuhan energinya
juga perlu ditambahkan.
Sedangkan Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan
baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori
pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

B. Saran
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca. Penyusun mengucapkan
terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan membaca makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/32596536/KEBUTUHAN_GIZI_DEWASA.docx
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/cara-
menghitung-bmr-kebutuhan-kalori/amp/

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52
149/4/Chapter
%2520II&ved=2ahUKEwjm5_vT9uboAhUQb30KHRhgDsMQFjAKegQIAxAB
&usg=AOvVaw3JVjZ30AOsAaS2BmxmjEUz&cshid=1586833305519

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/40510/4/BAB
%2520I.pdf&ved=2ahUKEwi639GZ9-
boAhVBXn0KHTKaCuwQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1S7CjJg8w2TEGc_
K3sWIWM

24

Anda mungkin juga menyukai