Disusun oleh :
TUJUAN :
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Etika Keperawatan selain itu makalah
ini disusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang pemahaman diri penulis maupun
pembaca “
DISUSUN OLEH :
NIM : 202002T051
KELAS :A
Ns. Muhammad Al Amin, S. Kep, M.Kes Mega Ike Sherly Octavia, Amd. Kep
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Etika Keperawatan tepat waktu.
Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan tugas makalah ini menjadi tugas Etika
Keperawatan, selain itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan juga berterima kasih kepada Bapak Ns. Muhammad Al Amin,
S.Kep.,M.Kes selaku dosen yang telah memberi tugas ini kepada kami.
Penulis berharap semoga dengan makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menginspirasi kepada semua orang. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka, penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Demikian semoga makalah yang penulis buat dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
1.2 Tujuan Etika Keperawatan
1.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan
1.4 Tipe-Tipe Etika Keperawatan
1.5 Teori dalam Etika Keperawatan
1.6 Prinsip Etika Keperawatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan
2. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
3. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Menurut Suhaemi (2010), kata etika berasal dari Yunani yaitu Ethos, yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-
undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan
atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik
secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis, karena profesi
bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Faktor
teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang (pemakaian mesin dan teknik
memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ manusia, pengetahuan biologi dan
genetika, penelitian yang menggunakan subyek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang
menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan
mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode
etik yang disusunnya. Etika profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain, dimana anggota
profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat
keputusan yang memengaruhi orang lain. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice
discipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang menyangkut
hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi dan dapat memberikan
dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan. Keperawatan sebagai suatu pelayanan
profesional bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat
mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi
perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan.
Untuk menjamin keprcayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan,
metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi. Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika
profesi keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat
sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah
disepakati.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi 2010, tujuan
etika profesi keperawatan adalah mampu :
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keperawatan yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang timbul dalam
keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus
ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi
dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.
Metode Otoritas, menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan berdasarkan pada
otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok
manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan geraja, atau pemerintah. Penggunaan
metode ini terbatas hanya pada penganut yang dipercaya.
Metode Consensum Hominum, menggunakan pendekatan berdasarkan pada persetujuan
masyarakat luas atau pada sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu
masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika dapat diterima, dimasukkan
dalam keyakinan.
Metode Pendekatan Intuisi atau self-evidence, dinyatakan oleh para ahli filsafat berdasarkan
pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode ini terbatas hanya pada
orang-orang yang mempunyai intuisi tajam.
Metode Argumentasi / metode Sokratik, menggunakan pendekatan dengan mengajukan
pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode analitik ini
digunakan untuk memahami fenomena etika.
1. Bioetik
Bioetik merupakan suatu studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang
muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum
dan teologi.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang
mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap
pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika
lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan
kesehatan, kesehatan modern, aplikasi teori etik, dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan.
2. Etik Klinik /clinical ethics
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama
pemberian pelayanan pada klien. Contohnya, adanya persetujuan atau penolakan dan
bagaimana seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-
sia).
3. Etik Keperawatan / nursing ethics
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
1. Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani “telos” yang artinya “akhir”. Istilah teleologi dan
utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan “the end justifies the means” atau
makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada
pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal
dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly,1987 dalam buku Suhaemi, 2010).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act
utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan
bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan
kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan umum,
tetapi berupaya menjelaskan pada situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan
apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya
pada individu. Contoh penerapan teori ini adalah bayi yang lahir cacat lebih baik diijinkan
meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani “deon”yang artinya “tugas” berprinsip pada aksi
atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian
difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu
apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip
moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan
imperative. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien
harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataannya sangat
menyakitkan. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan
pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya
karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan
buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi 5 prinsip
penting yaitu : kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam
buku Suhaemi, 2010).
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan menurut
Kozier & Erb (1990) dalam buku Suhaemi (2010) :
Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan
melindungi perawat dan pasien.
Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut.
Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang dalam
profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional.
Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan dalam
situasi keperawatan.
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam
pemecahan masalah etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan. Terdapat 3 prinsip moral yang
sering digunakan dalam diskusi moral (Johnstone, 1989, dalam buku Suhaemi, 2010), yaitu :
Otonomy (autonomy)
Otonomi berasal dari bahasa Latin yaitu autos yang berarti sendiri dan nomos yang artinya
aturan. Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya.
b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui kllien dalam
membuat suatu pilihan.
c. Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
d. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informasi tersebut.
e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak bersedia
menjelaskannya.
Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga menghargai
profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya.
Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang
lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai
orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik. Beneficience
merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain.
Justice (keadilan)
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan
yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik, tetapi dalam
hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer
sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Secara umum tujuan etika
profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada
perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi
keperawatan.
Ada beberapa etika keperawatan, yaitu bioetik, clinical ethics (etik klinik), nursing ethics (etik
keperawatan). Teori dasar etika keperawatan merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis
praktik profesional (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam pembuatan
keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan
beberapa teori etik yang secara garis besar, yaitu teori teleologi dan teori deontologi.
Sedangkan prinsip-prinsip dalam etika keperawatan yaitu otonomi, berbuat baik, keadilan,
tidak merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan, serta akuntabilitas.
B. SARAN
Sebagai seorang calon perawat ataupun perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari
etika keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan
praktik keperawatan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA