Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI PADA KELUARGA, KELOMPOK, DAN MASYARAKAT

OLEH
KELOMPOK 12

Syahra Amelia Anjani P07120019035


Putu Erryca P07120019036
Ni Kadek Suraniti Dewi P07120019037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII KEPERAWATAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Komunikasi pada
Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat dengan baik dan tepat pada waktu yang ditentukan.
Adapun makalah ini kami susun guna memenuhi tugas Komunikasi Keperawatan dengan
dosen I Gede Widjanegara, SKM. Kelompok kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penyusun dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini tersusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak 
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 06 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat........................................3
2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat...........................................4
2.3 Jenis-Jenis Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat........................................6
2.4 Fungsi Komunikasi dalam Keluarga, Kelompok dan Masyarakat...................................8
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat.8
2.6 Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga.............................................................12
2.7 Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga......................................................13
2.8 Klarifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya..............................................14
2.9 Pengaruh Kelompok/Masyarakat Terhadap Perilaku Komunikasi.................................16
2.10 Strategi Komunikasi dalam Keluarga, Kelompok dan Masyarakat................................17
BAB III.........................................................................................................................................18
PENUTUP....................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi
bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan oranglain.
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan carayang
berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.Interaksi
manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa
komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadianggota keluarga, orang tua
dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan , kelompok maupun sebagai
keluarga itu sendiri.
Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang
diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktuyang
digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi
yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan
orang lain berbicara, hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang
penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari
kehidupan kita.
Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang
yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah.
Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang
mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai"nilai yang telah
ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang
merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya,sekaligus
sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkans ebagai
pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan

1
masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadisecara harmonis
tentu akan mempengaruhi perkembangan anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Komunikasi Keluarga, kelompok dan masyarakat?
2. Bagaimana Ciri-ciri komunikasi keluarga, kelompok dan masyarakat?
3. Apa Jenis-jenis komunikasi keluarga, kelompok dan masyarakat?
4. Apa Fungsi komunikasi dalam keluarga,kelompok dan masyarakat?
5. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga, kelompok dan
masyarakat
6. Bagaimana pola komunikasi dan interaksi dalam keluarga, kelompok dan masyarakat?
7. Bagaimana tahap-tahap perkembangan komunikasi keluarga
8. Bagaimana klarifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya
9. Bagaimana pengaruh kelompok/masyarakat terhadap perilaku komunikasi
10. Bagaimana strategi komunikasi dalam keluarga, kelompok dan masyarakat

1.3 Tujuan
1. Apa Pengertian Komunikasi Keluarga, kelompok dan masyarakat?
2. Bagaimana Ciri-ciri komunikasi keluarga, kelompok dan masyarakat?
3. Apa Jenis-jenis komunikasi keluarga, kelompok dan masyarakat?
4. Apa Fungsi komunikasi dalam keluarga,kelompok dan masyarakat?
5. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga, kelompok dan
masyarakat
6. Bagaimana pola komunikasi dan interaksi dalam keluarga, kelompok dan masyarakat?
7. Bagaimana tahap-tahap perkembangan komunikasi keluarga?
8. Bagaimana klarifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya?
9. Bagaimana pengaruh kelompok/masyarakat terhadap perilaku komunikasi?
10. Bagaimana strategi komunikasi dalam keluarga, kelompok dan masyarakat?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran antara dua orang
atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua yang saling
berkomunikasi. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.

2.1.1 Komunikasi Keluarga


Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu
lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan
oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan
negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri
suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu
negara.
Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian
yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk
menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan
pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan

2.1.2 Komunikasi Kelompok/ Masyarakat


Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
3
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan
teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu,
tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan
kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia
lainnya yang membentuk suatu kesatuan.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang
dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya
(Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih,
dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai
kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang,
dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjalani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di
bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan
mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-
sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain

2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat.


2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Keluarga
Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai
berikut:

4
1. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan
orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi
memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala
pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.

2. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan
orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang
tersebut.

3. Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan
aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari
orang terdekat yaitu, keluarga.

4. Perasaan Positif (Positiveness)


Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah
dikatakan orang lain terhadap dirinya.

5. Kesamaan (Equality)
Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain
dalam hal berbicara dan mendengarkan.

2.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Kelompok/Masyarakat


1. Komunikasi berlangsung face to face komunikasi, dan timbal balik.
2. Terlaksananya komunikasi atas unsure prakarsa bersama.
3. Kajianya pada proses berlangsungnya komunikasi dalam kelompok, diskriptif dan
analisis.
4. Bentuknya terstruktur, permanen dan emosional.
5. Setiap aggota kelompok sadar akan peranan, sasaran, uuran, serta identitas kelompok.
6. Situasinya hiterogen, dari status social, pendidikan,usia, jenis kelamin dan
sebagainya, sehingga sering menimbulkan wabah mental yang menjalar dengan cepat

5
2.3 Jenis-Jenis Komunikasi Keluarga, Kelompok dan Masyarakat
2.3.1 Jenis-Jenis Komunikasi Keluarga
1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan
anggota keluarga (ayah, ibu, anak).

2. Komunikasi orang tua dan anak


Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di
mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin
antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman
bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak
menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi
yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan
positif, kesamaan antara orang tua dan anak.

3. Komunikasi ayah dan anak


Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah
dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada
anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih
sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak
untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu
lebih menonjol.

4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya


Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih
tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

2.3.2 Jenis-Jenis Komunikasi Kelompok


1. Di Lihat dari Jumlah Komunikasi

6
a. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan proses komunikasi antara tiga orang
atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok tersebut anggota
beriteraksi satu sama lain. Dalam komunikasi ini mempunyai ciri mudah di
arahkan, seperti menejer dengan sekelompok karyawannya
Tipe komunikasi ini oleh banyak kalangan dinilai sebagai pengembangan dari
komunikasi antar pribadi. Trenholm dan Jensen mengatakan bahwa komunikasi
antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka, biasanya bersifat spontan
dan informal. Peserta satu sama lain menerima umpan balik secara maksimal.
Setelah orang ketiga bergabung di dalam interaksi tersebut, berakhirlah
komunikasi antar pribadi, dan berubah menjadi komunikasi kelompok kecil.
Untuk ukuran mengenai kelompok kecil, beberapa ahli memberikan batasan
yang berbeda- beda. De Vito member batasan, bahwa kelompok kecil sebagai
sekumpulan orang kurang, lebih 5-12 orang. Ukuran kelompok kecil menurut
Kumar berkisar antara 15-25 orang.
Anggota- anggota kelompok kecil dapat berkomunikasi dengan mudah.
Sumber dan peneriaan informasi dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama.
Kelompok tersebut mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk
berinteraksi.
b. Komuniasi Kelompok Besar
Komunikasi ini adalah komunikasi kelompok yang karena jumlahnya yang
banyak, dalam situasi komuikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk
memberikan tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, kecil sekali
kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan para komunika. Jadi
dalam komunikasi kelompok besar ini, hanya bersifat nalar dalam segi
penerimaannya. Ciri yang menonjol adalah wabah metal sering terjadi, serta
emosional lebih tinggi. Contohnya: pengajian, ceramah., seminar, forum.

2. Dilihat dari Bentuknya


a. Komunikasi Panel

7
Yaitu komunikasi kelompok untuk memecahkan sutu masalah social yang
dilakukan oleh sejumlah orang yang berbeda keahliannya. Biasanya yang tampil
dalam diskusi ini tiga atau tujuh orang dengan keahlian yang sangat erat seali
dengan masalah yang di bahas. Contoh pemecahan masalah kemacetan lalu lintas
yang elibatkan sosiolog, psikolog, ahli hukum dan pejabat kepolisian.
b. Forum
Pertemuan untuk membahas suatu topik yang menyangkut suatu
kepentingan umum. Forum ini bersifat speaker centered, yang terpusat pada
pembahasan. Dalam arti bahwa pembicaraan pada forum termasuk orang selain
menguasai topik yang dibahas, juga mempunyai nama di masyarakat, sehingga
pemikirannya berupa informasi penjelas yang disertai tanya jawab.
Contoh : pejabat yang turun kebawah.
c. Simposium
Komunikasi kelompok yang melibatkan tiga sampai lima pembicaraan
dengan spesialisasi yang berbeda untuk membahas berbagai aspek dari suatu topik
luas.
d. Brainsterming
Bisa juga di katakan urun rembug yaitu bentuk komunikasi kelompok untuk
memperoleh gagasan sebanyak- banyaknya dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dari peserta yang dilibatkan. Tujuannya menghasilkan saran sebanyak-
banyaknya untukditetapkan salah satu daripada nya dalam rangka pemecahan
masalah. Contoh: penerapan dalam dunia pendidikan CBSA.

2.4 Fungsi Komunikasi dalam Keluarga, Kelompok dan Masyarakat


1. Pengembangan diri anggota dan kelompok
2. Penyelesaian masalah
3. Pengambilan keputusan
4. Pencapaian tujuan dalam keluarga, kelompok atau masyarakat
5. Sarana belajar

8
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga, Kelompok dan
Masyarakat
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan
baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi
dengan baik kepada orang lain.
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti
yang akan di uraikan berikut ini :
1. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya,
kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia
berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana
penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri
menentukan ekspresi dan persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan
orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Jika seorang
ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus
di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus
saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan
gaya dancara komunikasi.

2. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis diakui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung
bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati,
diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.

3. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara
yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi
di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat
informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang

9
berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus
diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.

4. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.
Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan
berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut.

5. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat
untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh
orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan
secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili
suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut
untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.

6. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara
sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak
kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing
yang harus dipahami.

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok/Masyarakat


Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat
dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok
a. Ukuran Kelompok.
Makin banyak jumlah kelompok maka makin besar jumlah pekerjaan yang
diselesaikan. Dari segi komunikasi , makin besar kelompok, maka makin besar
kemungkinan sebagian besar anggota tidak mendapat kesempatan berpartisipasi.

10
Dalam kelmpok yang besar, partisipasi akan makin memusat pada orang yang
memberikankontribusi terbanyak. Komunikasi akan makin tersentralkan pada
orang- orang tertentu.
Makin banyak jumlah anggota, makin sedikit tersedia peluang untuk
berinteraksi dengan anggota lainnya dalam jarak waktu tertentu. Akibatnya,
sejumlah orang tidak mendapat kesempatan berinteraksi.
b. Jaringan Komunikasi.
Dalam sebuah ruangan, anda berbicara di depan, menghadapi barisan kursi
yang sejajar, diduduki oleh para hadirin. Pada kesempatan lain, anda bersaa
kawan- kawan anda duduk melingkar mi meja bundar. Perbedaan pengaturan
ruangan ini ternyata menimbukan perbedaan pola komunikasi.
c. Kohesi Kelompok.
Kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam
kelompok, dan mencegah meninggalkan kelompok. Ohesi elompok erat
hubungannya dengan kepuasan. Marquis, Guetzkow, dan Heyns mengamati
anggota- anggota yang menghadiri berbagai konferensi. Ia menemukan makin
koheresif kelompok yang diikuti, makin besar tingkat kepuasan anggota.
d. Kepemimpinan
Komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke
arah tujuan kelompok. Seorang pemimpin dapat di tunjuk atau muncul setelah
proses komunikasi kelompok. Apapun yang terjadi, kepemimpinan adalah faktor
yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.

2. Faktor Personal Karakteristik Kelompok


a. Kebutuhan Interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental
Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota
kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan interpersonal, sebagai berikut:
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.

11
b. Tindak Komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota
berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun
nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk
menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction
Process Analysis (IPA).
c. Peran
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok
dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional
yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak
jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam
Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok
terkategorikan sebagai berikut:
1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah
atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan
upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang
tercapainya tujuan kelompok.
2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan
dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota
kelompok.
3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompok untuk
memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas
kelompok.

2.6 Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga


Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga.
Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar
pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga
pun sukar untuk dihindari. Beberapa pola komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi
keluarga :
1. Model stimulus – respons (S-R)

12
Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang
sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan)
isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan
merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena
itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan,
proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.
2. Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R
mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh
lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu
penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa
konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna,
penafsiran, dan tindakan.

3. Hubungan antar peran


Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar
peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi.

4. Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara
anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari
perspektif psikologi- sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A)
menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).

2.7 Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga


1. Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk
mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga khususnya
dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak memulai
kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal. Anatara usia 18 – 24
bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3 tahun anak- anak

13
menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira
50 kata setiap bulan.
2. Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka
memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan
kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga.
Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan
kontrol otonomi.
3. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan
bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi
sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan komunikasi
dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman- teman sebaya. Karena
perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik –topik
tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja merupakan tantangan terbesar
bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi
selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia,
hubungan kita dengan saudara- saudara kandung tetap penting.

2.8 Klarifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya


Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
1. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggotaanggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi
dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:

14
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam,
artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-
unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja).
Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara
berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan
terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek
isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder
formal.

2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan


Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok
yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk
membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif,
fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok
rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi
komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap
yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus
menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga
memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek,
peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan

15
satusatunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok
keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi,
termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif


John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran,
dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Kelompok Tugas
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi
jantung, atau merancang kampanye politik.
b. Kelompok Pertemuan
Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka
sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih
banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok pertemuan.
c. Kelompok Penyadar
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial
politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal (di AS) pada tahun 1960-an
menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.9 Pengaruh Kelompok/Masyarakat Terhadap Perilaku Komunikasi


1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila

16
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi,
kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda
untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan
seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota
berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang
yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita
kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi.
Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk
pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu,
peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila
sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan menentang lebih keras.

2.10 Strategi Komunikasi dalam Keluarga, Kelompok dan Masyarakat


Melakukan komunikasi dalam keluarga/kelompok tidaklah mudah. Komunikatorharus
mempunyai cara-cara strategis sebagai upaya agar tujuan komunikasi tercapai. Berikut
upaya meningkatkan komunikasi dalam keluarga/kelompok.

17
1. Saling memahami antar anggota kelompok agar dapat diketahui komunikasi seperti
apa yang harus ia lakukan demi lancarnya komunikasi tersebut.
2. Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota kelompok agar
proses komunikasi antaranggota kelompok dapat berkembang dengan baik.
3. Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku agar tidak terjadi
salah paham dan saling menyinggung antara anggota kelompok.
4. Saling menghargai anggota kelompok lain.
5. Jangan menyela pembicaraan orang lain.
6. Selalu memperhatikan orang yang mengajak bicara

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
suatu unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling
bawah dari satu lingkungan negara. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai
kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga
dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Keberhasilan dalam keluarga/kelompok sangat ditentukan dari pola komunikasi dan interaksi
yang terjalin di antara mereka. Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat diartikan bahwa
Komunikasi keluarga/masyarakat adalah suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran
antara dua orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua yang
saling berkomunikasi.

3.2 Saran
Dari pembelajaran tentang Komunikasi pada Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat,
diharapkan pembaca dapat memahami dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alfitra, Riki. 2017. Komunikasi Dalam Keluarga, Kelompok dan Masyarakat. Tersedia
pada : https://id.scribd.com/document/335906313/Komunikasi-Dalam-Keluarga-
Kelompok-Dan-Masyarakat . Diakses pada tanggal 05 oktober 2020.

Bianca, Laura. 2018. Jurnal Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga, Kelompok dan
Masyarakat. Tersedia pada :
https://www.academia.edu/38717819/KOMUNIKASI_TERAPUETIK_PADA_PASIE
N_KELUARGA_KELOMPOK_dan_MASYARAKAT. Diakses pada tanggal 05
Oktober 2020.

Dewi, Candra. 2018. Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Keluarga, Kelompok dan
Masyarakat. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/38717819/KOMUNIKASI_TERAPUETIK_PADA_PASIE
N_KELUARGA_KELOMPOK_dan_MASYARAKA. Diakses pada tanggal 05
Oktober 2020.

Muwarni,anita.(2009). Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan. Fitramaya:


Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai