A. Konsepsi Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang menurut Kerat (1998)
adalah adat istiadat atau kebiasaan. Perpanjangan dari adat istiadat membangun
suatu aturankuat di masyarakat, yaitu setiap tindakan mengikuti aturan, dan aturan
tersebutmembentuk moral masyarakat dalam menghargai adat istiadat yang
berlaku. Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas).
Meskipun keduanya terkaitdengan baik dan buruknya tindakan manusia, etika dan
moral memiliki pengertian yangberbeda. Moral lebih terkait dengan nilai baik dan
buruk setiap perubahan manusia,sedangkan etika lebih merupakan ilmu yang
mempelajari tentang baik dan buruktersebut (Hendar Riyadi, 2007: 114 dalam
Abdul Aziz: 2013). Etika mempersoalkannorma-norma yang dianggap berlaku,
menyelidiki setiap dasar norma tersebut, serta mempersoalkan hak dari setiap
lembaga.
Etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua
norma sehingga membantu manusia menjadi lebih otonom. Otonomi
(kebebasan) manusia tidak terletak dalam kebebasan dari segala norma
dan tidak sama dengan tindakan yang sewenang-sewenang, melainkan
tercapai dalam kebebasan untuk mengakui norma-norma
yangdiyakininya sendiri sebagai kewajibannya. Etika merupakan
pembahasan yang bersifat fungsional mengenai kewajiban-kewajiban
manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari segi baik dan buruknya
tingkah laku terebut.
Etika atau norma dibutuhkan sebagaipengantar pemikiran kritis
yang dapat membedakan antara hal yang sah dan hal yangtidak sah, hal
yang baik dan buruk, serta hal yang salah dan hal yang benar.
Etikawandari Yunani Kuno mengembangkan berbagai pemikiran untuk
mendiskusikan berbagai cara untuk menjadikan kebahagiaan dan
kesempurnaan dalam hidup secara peripurna sesuai dengan tujuan
hidup dan cita-citanya.
B. IMPLEMENTASI ETIKA DI
LINGKUNGAN MAHASISWA
1. Deontologis
Pertama, kita akan membahas tentang deontologi. Deontologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu “Deon” yang berarti “kewajiban“.
Prinsip ini menekankan baik buruknya suatu perbuatan dari proses
atau pelaksanaan kewajiban. Lebih lengkapnya, deontologi
mengukur baik tidaknya suatu perbuatan semata-mata berdasarkan
maksud Mahasiswa dalam melakukan perbuatan tersebut. Etika
deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan
tersebut, baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah
diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan.
Etika deontologis berbicara ttg apa yg benar & salah
Utk dpt digolongkan dlm imperatif kategoris, suatu tindakan hrs
merupakan kewajiban atas suatu tugas & tugas adalah suatu perintah
normatif, yang merupakan kewajiban yg harus dilaksakan;
Keharusan menjalankan tugas tdk ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan subjektif, tetapi karena memang merupakan kewajiban,
misalnya: kewajiban bersikap adil, jujur,menghormati hak orang lain, dsb;
Contoh Kasus dari Etika Teleologis yaitu seorang mahasiswa yang membantu
temannya memberikan contekan saat ujian, Tindakan ini baik untuk moral karena
membantu sesame dan kemanusiaan tetapi dari aspek aturan yang ada di kampus
tindakan ini melanggar aturan sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional,
karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi
khusus tertentu.
3. Kontekstual