Anda di halaman 1dari 11

Kelompok III

Iman Setiawan Zalukhu 21230037


Ika Dearni Putri Gulo 21230015
Friniti E.Y. Sidauruk 21230047
Hami br Ginting 21230009
Gress Purba 21230046
Gracy Insani Sinaga 21230005
Faldo Junayles Sianturi 21230034
Hesekiel Siregar 21230051
Fritz E Andreas Simanjuntak 21230050
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan penyertaannya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Implementasi Etika Di lingkungan Mahasiswa tepat pada
waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen pembimbing
yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya Makalah ini
kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas Akhir Mata
Kuliah Etika.
Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat
untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
IMPLEMENTASI ETIKA DI
LINGKUNGAN MAHASISWA DITINJAU
DARI SUDUT PANDANG
DEONTOLOGIS, TELEOLOGIS DAN
KONTEKSTUAL
BAB I PENDAHULUAN

Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan


pandangan di antara para etikawan tentang apakah etika bersifat
absolut atau relatif. Para penganut paham etikaabsolut dengan berbagai
argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsipetika
yang bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan di mana pun.
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsepsi Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang menurut Kerat (1998)
adalah adat istiadat atau kebiasaan. Perpanjangan dari adat istiadat membangun
suatu aturankuat di masyarakat, yaitu setiap tindakan mengikuti aturan, dan aturan
tersebutmembentuk moral masyarakat dalam menghargai adat istiadat yang
berlaku. Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas).
Meskipun keduanya terkaitdengan baik dan buruknya tindakan manusia, etika dan
moral memiliki pengertian yangberbeda. Moral lebih terkait dengan nilai baik dan
buruk setiap perubahan manusia,sedangkan etika lebih merupakan ilmu yang
mempelajari tentang baik dan buruktersebut (Hendar Riyadi, 2007: 114 dalam
Abdul Aziz: 2013). Etika mempersoalkannorma-norma yang dianggap berlaku,
menyelidiki setiap dasar norma tersebut, serta mempersoalkan hak dari setiap
lembaga.
Etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua
norma sehingga membantu manusia menjadi lebih otonom. Otonomi
(kebebasan) manusia tidak terletak dalam kebebasan dari segala norma
dan tidak sama dengan tindakan yang sewenang-sewenang, melainkan
tercapai dalam kebebasan untuk mengakui norma-norma
yangdiyakininya sendiri sebagai kewajibannya. Etika merupakan
pembahasan yang bersifat fungsional mengenai kewajiban-kewajiban
manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari segi baik dan buruknya
tingkah laku terebut.
Etika atau norma dibutuhkan sebagaipengantar pemikiran kritis
yang dapat membedakan antara hal yang sah dan hal yangtidak sah, hal
yang baik dan buruk, serta hal yang salah dan hal yang benar.
Etikawandari Yunani Kuno mengembangkan berbagai pemikiran untuk
mendiskusikan berbagai cara untuk menjadikan kebahagiaan dan
kesempurnaan dalam hidup secara peripurna sesuai dengan tujuan
hidup dan cita-citanya.
B. IMPLEMENTASI ETIKA DI
LINGKUNGAN MAHASISWA
1. Deontologis
Pertama, kita akan membahas tentang deontologi. Deontologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu “Deon” yang berarti “kewajiban“.
Prinsip ini menekankan baik buruknya suatu perbuatan dari proses
atau pelaksanaan kewajiban. Lebih lengkapnya, deontologi
mengukur baik tidaknya suatu perbuatan semata-mata berdasarkan
maksud Mahasiswa dalam melakukan perbuatan tersebut. Etika
deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan
tersebut, baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah
diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan.
Etika deontologis berbicara ttg apa yg benar & salah
 
 Utk dpt digolongkan dlm imperatif kategoris, suatu tindakan hrs
merupakan kewajiban atas suatu tugas & tugas adalah suatu perintah
normatif, yang merupakan kewajiban yg harus dilaksakan;
 Keharusan menjalankan tugas tdk ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan subjektif, tetapi karena memang merupakan kewajiban,
misalnya: kewajiban bersikap adil, jujur,menghormati hak orang lain, dsb;

Sebuah contoh nya ada beberapan mahasiswa berkedok teroris atau


sekelompok radikal yang ketahuan sedang beraksi di dalam suatu kampus
ingin meletakkan bom. Lalu ada mahasiswa yang melihat nya secara spontan
langsung menembak mati teroris tersebut. Dalam prinsip deontologi, tindakan
mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan dan pada prinsip deontologis
tindakan ini tetap dikatakan tidak etis karena membunuh adalah dosa.
2. Teleologis
Etika teleologi merupakan salah satu dari teori dalam etika yang memiliki
pandangan bahwa manusia memiliki dua penguasa, yakni penderitaan dan
kebahagiaan seperti yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham. Manusia selalu
menghindari penderitaan dan terus mengejar kesenangan. Moralitas dan hukum harus
disandarkan pada kenyataan tersebut. Oleh sebab itu, moral dan produk hukum harus
memiliki tujuan memaksimalkan kesenangan dan kebahagiaan manusia secara luas.
• Cara berpikir teleologis tidak berpikir menurut kategori benar atau salah, tapi
menurut kategori baik atau jahat
• Pertanyaan sentral dlm etika teleologis: apakah suatutindakan bertolak dari tujuan
yg baik? & apakah tindakan yg tujuannya baik itu, juga berakibat baik

Contoh Kasus dari Etika Teleologis yaitu seorang mahasiswa yang membantu
temannya memberikan contekan saat ujian, Tindakan ini baik untuk moral karena
membantu sesame dan kemanusiaan tetapi dari aspek aturan yang ada di kampus
tindakan ini melanggar aturan sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional,
karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi
khusus tertentu.
3. Kontekstual

Kontekstualisme menggambarkan kumpulan pandangan dalam filsafat yang


menekankan konteks di mana sebuah tindakan, ucapan, atau ungkapan terjadi, dan
berpendapat bahwa, dalam beberapa hal penting, baik itu tindakan, ucapan, atau
ungkapan hanya dapat dipahami relatif terhadap konteks itu. Dalam etika,
pandangan "kontekstual" sering kali dikaitkan erat dengan etika situasional, atau
dengan relativisme moral.
Etika kontekstual meletakkan situasi & kondisi sbg pertimbangan pokok di
dlm mengambil keputusan etis. Etika ini dapat dikatakan etika situasi bahwa
kualitas etis sebuah tindakan tergantung pd situasi, apakah tindakan wajib
dilakukan atau tidak, tidak dpt dipastikan tanpa melihat situasi konkret; penilaian
baik atau jahatnya bergantung pada konteks situasi. Tindakan yg secara etis dapat
dipertanggungjawabkan , didasarkan pada 3 pertimbangan etis, yaitu:
1) hrs bertitik tolak pd cinta kasih kepada sesama/agape;
2) dilakukan dengan bijaksana/sophia;
3) membaca waktu/kairos.
BAB III PENUTUP

Etika sebagai disiplin ilmu, berhubungan dengan kajian secara


kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma dan
perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Sebagai ilmu,
etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika
masih dijumpai banyak teori yang menjelaskan suatu tindakan, sifat,
atau objek perilaku yangsama dari sudut pandang atau prespektive
yang berlainan. Berbagai teori etika yang muncul antara lain karena
adanya perbedaan prespektif dan penafsiran tentang apa yang
menjaditujuan akhir hidup umat manusia, seperti teori Deontologis,
teleologis dan Kontekstual. Disamping itu, sifat teori dalam ilmu etika
masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai pada
tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol suatu tindakan
atau perilaku.
Jadi, Implementasi atas 3 Jenis Etika :
• Ketiga jenis etika tersebut, dapat kita lakukan dan
kita manfaatkan semuanya, karena tindakan terbaik,
adalah tindakan yang benar, baik & tepat;
• Bobot pertimbangan penilaian etika adalah
tindakan yang benar, baik & tepat tidak selalu
mungkin dapat dilakukan, tapi secara maksimal
dapat kita lakukan & secara minimal hrs kita
lakukan

Anda mungkin juga menyukai