Anda di halaman 1dari 25

SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA MASA

REFORMASI

DISUSUN OLEH:

OKTARINA (132018007)

DOSEN PENGAJAR:

IDEHAM SYAHZILI.,M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KAYUAGUNG 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat ilahi yang mana dengan segala rahmat,
nikmat dan karunianya saya dapat menyelesikan makalah tentang sistem
ketatanegaraan pada masa reformasi. Ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada bapak
ideham syahzili.m.pd,. Selaku dosen mata kuliah seminar ketatanegaraan
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem ketatanegaraan
pada masa reformasi yang dibutuhkan dimasa mendatang. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang akan saya susun dimasa mendatang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami maupun yang membacanya. Sebelumnya saya, mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik
dan saran yang membangun demi makalah ini di waktu yang akan datang.

Kayuagung ,maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATAPENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

I.PENDAHULUAN.......................................................................................1

A.LatarBelakang.............................................................................................1

B.RumusanMasalah........................................................................................3

C.Tujuan.........................................................................................................3

D.Manfaat.......................................................................................................3

II. KAJIAN PUSTAKA................................................................................4

A. Pengertian Reformasi Menurut Para Ahli.................................................4

III.PEMBAHASAN......................................................................................6

A.Pengertian Reformasi..................................................................................6

B.Perubahan Pada Masa Reformasi................................................................8

C.Proses Terjadinya Reformasi....................................................................10

IV.PENUTUP..............................................................................................14

A.Kesimpulan...............................................................................................14

B.Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami


pergeseran yang mengakibatkan perubahan fundamental terhadap stuktur
dan kewenangan lembaga negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya
amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 selama
empat tahap. Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 tahap pertama dilakukan pada tahun 1999 dan tahap kedua
tahun 2000, dilanjutkan tahap ketiga pada tahun 2001 dan terakhir dilakukan
tahap keempat pada tahun 2002.

Amandemen tahap keempat Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945 tersebut telah memberikan perubahan yang berarti
bagi lembaga negara melalui tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh
masing-masing lembaga, misalnya Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia tidak lagi didudukkan sebagai lembaga pemegang
kekuasaan negara tertinggi1, melainkan sejajar kedudukannya dengan
lembaga negara lain seperti Presiden Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,
Komisi Yudisial Republik Indonesia, Mahkamah Agung Republik
Indonesia, dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan


Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai utusan daerah yang dipilih
secara langsung melalui pemilihan umum. Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia sebagai lembaga negara diharapkan mampu
memperjuangka aspirasi rakyat dari daerah. Kewenangan Dewan
Perwakilan Daerah dalam fungsi legislasi dikemukakan oleh Mahfud MD
yaitu 2 :

4
1. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat mengajukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah.
2. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ikut membahas
Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atas Rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat ikut


dalam proses legislasi sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
22D ayat (1), (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945. Keterlibatan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
dalam proses legislasi terbatas pada Rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

5
B. RumusanMasalah

Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu dibahas


dalam makalah ini, sebagaimana berikut:

1. ApaYang Dimaksud Pengertian Dari Reformasi?

2. Apa Perubahan Pada Masa Reformasi?

3. Bagaimana Proses Terjadinya Reformasi ?

C. TujuanPembahasan

1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Pengertian Dari Reformasi?

2. Untuk Mengetahui Apa Perubahan Pada Masa Reformasi

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Terjadinya Reformasi

D. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini untuk mengetahui tentang Sistem


Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Reformasi. Sehingga kita bisa
mengetahui Apa saja yang Dialami Pada Masa Tersebut.

6
II. KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Reformasi Menurut Para Ahli

Reformasi berasal dari bahasa inggris, yaitu re form “mem-perbaiki”


yang berarti perubahan suatu sistem yang sudah ada pada suatu masa”.
Kata-kata reformasi dalam pemerintahan yang dapat diartikan
perubahan/perbaikan suatu sistem dalam pemerintahan, Dilakukannya
reformasi dalam suatu sistem jika dianggap sistem yang digunakan itu sudah
tidak efisien lagi dalam mencapai suatu tujuan. Salah satu tanda reformasi
yang telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa di seluruh Indonesia
dalam pemerintahan presiden soeharto adalah runtuhnya rezim orde baru
pada tahun 1998.

Pendapat Sinambela dkk, (2014: 25) menyatakan bahwa: Secara


teoretis, reformasi adalah perubahan di mana ke dalamannya terbatas
sedangkan keleluasaan perubahannya melibatkan seluruh masyarakat.
Pengertian ini akan lebih jelas jika dibedakan dengan revolusi. Konsep
terakhir menunjukkan ke dalaman perubahannya radikal sedangkan
keluasan perubahannya melibatkan pula seluruh masyarakat. Sebagai
perubahan yang penataan kembali bangunan masyarakat, termasuk cita-cita,
lembaga-lembaga dan saluran yang ditempuh dalam mencapai cita-cita.

Menerjemahkan kata reformasi berarti perubahan radikal untuk


perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) di suatu masyarakat atau
negara. Sedangkan reformis adalah orang yang menganjurkan adanya usaha
perbaikan (bidang politik, sosial, agama) tanpa kekerasan. Radikal berarti
secara menyeluruh, habis-habisan, tindakan yang amat keras menuntut
perubahan (undang-undang, pemerintahan, dan sebagainya) dan maju dalam
berpikir atau bertindak.

7
Menurut Sedarmayanti (2009:67) reformasi merupakan “proses
upaya sistematis, terpadu dan komprehensif, ditujukan untuk merealisasikan
tata kepemerintahan yang baik (Good governance). Good governance
adalah sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan
pemerintahan negara yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang
konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat”.

Menurut Samonte dalam (Ismiyarto,2016:4) memberikan


pemahaman tentang reformasi “sebagai perubahan-perubahan atau
inovasiinovasi dengan penggunaan perencanaan dan adopsi untuk untuk
membuat sistem administrasi sebagai badan atau agen yang lebih efektif
untuk perubahan sosial, sebagai instrument yang baik untuk membawa
persamaan politik, sosial, dan perubahan ekonomi”. Selanjutnya pendapat
Quah (dalam Arief Idiris 2013: 136) yang dikutip oleh Ismiyarto (2016: 4)
mendefinisikan reformasi sebagai “suatu proses untuk mengubah proses dan
prosedur birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrasi untuk
mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional”.

8
III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Reformasi

Pasca reformasi yang ditandai dengan tumbangnya rezim


pemerintahan orde baru (Orba) pada tahun 1998, membawa dampak
perubahan pesat dalam percaturan politik dan dinamika ketatanegaraan di
republik ini. Berbagai regulasi berkaitan sistem politik dan ketatanegaraan,
dilakukan perubahan-perubahan mendasar, termasuk juga perubahan yang
dilakukan terhadap Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara
yang sebelumnya merupakan sesuatu yang disakralkan pada masa
pemerintahan Orba.

Perubahan undang-undang dasar ini, sebenarnya terjadi demikian


cepat tanpa dimulai oleh sebuah perencanaan panjang. Hal ini terjadi karena
didorong oleh tuntutan perubahan-perubahan yang sangat kuat pada awal
reformasi antara lain tuntutan atas kehidupan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih demokratis, penegakan hukum yang lebih baik,
penghormatan atas hak-hak asasi manusia dan berbagai tuntutan perubahan
lainnya. Terhadap berbagai tuntutan tersebut para anggota MPR
meresponsnya dengan memulai perubahan terhadap sesuatu yang mendasar
yaitu perubahan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa salah satu sumber permasalahan yang menimbulkan
problem politik dalam penyelenggaraan pemerintahan negara selama ini
adalah karena kelemahan Undang Undang Dasar 1945 antara lain:

UUD 1945 menyerahkan kekuasaan yang sangat besar kepada


Presiden Tidak adanya prinsip check and balances dalam UUD 1945 antara
lain menyerahkan kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat.

9
UUD 1945, terlalu fleksibel menyerahkan penyelenggaraan negara
pada semangat para penyelenggara negara yang alam pelaksanaannya
banyak disalah gunakan Pengaturan mengenai hak asasi manusia yang
minim, serta kurangnya pengaturan mengenai pemilu dan mekanisme
demokrasi.

Karena begitu luasnya perdebatan awal ketika memulai perubahan


ini, untuk menghindari disorientasi dalam perubahan-perubahan yang akan
dilakukan, seluruh fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada
saat itu menyepakati lima prinsip yaitu:

1. Tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensil

4. Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam penjelasan


dimasukkan ke dalam pasal-pasal

5. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yang telah


dilakukan selama 4 kali yakni Perubahan Pertama tahun 1999, Perubahan
Kedua tahun 2000, Perubahan Ketiga tahun 2001 dan Perubahan Keempat
tahun 2002, telah membawa implikasi politik yang sangat luas dalam sistem
ketatanegaraan Indoneisa.

Kalau kita membaca dengan cermat perubahan tersebut, akan


nampak bahwa empat kali perubahan merupakan satu rangkaian perubahan
yang dilakukan secara sistematis dalam rangka menjawab tantangan baru
kehidupan politik Indonesia yang lebih demokratis sesuai dengan
perkembangan dan perubahan masyarakat.

Tuntutan perubahan sistem politik dan ketatanegaraan dalam bentuk


perubahan Undang Undang Dasar 1945, adalah pesan yang sangat jelas
disampaikan oleh gerakan reformasi yang dimulai sejak tahun 1998.

10
Keempat perubahan ini, mencakup aspek yang sangat luas dan
mendalam baik dari jumlah pasal yang diubah dan ditambah maupun dari
substansi perubahan yang terjadi. UUD 1945 sebelum perubahan hanya
terdiri dari 16 bab, 37 pasal dan 47 ayat ditambah 4 pasal Aturan Peralihan
dan 2 ayat Aturan Tambahan. Setelah 4 kali perubahan, UUD 1945 menjadi
20 bab, 73 pasal, 171 ayat ditambah 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan. Substansi perubahan menyentuh hal-hal yang sangat
mendasar dalam sistem politik dan ketatanegaraan yang berimplikasi pada
perubahan berbagai peraturan perundangan dan kehidupan politik Indonesia
di masa depan.

Dalam kerangka inilah berbagai perundang-undangan baru bidang


politik disusun, yaitu UU Partai Politik, UU Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden serta UU Susunan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

B. Perubahan pada masa reformasi

Perubahan-perubahan yang mendasar yang bersifat fundamental


yang terjadi terhadap sistem perpolitikan dan sistem ketatanegaraa itu,
sungguh membawa angin segar bagi perkembangan demokrasi di negeri ini.
Sebagaimana kita maklumi bersama, demokrasi yang diterapkan di masa
pemerintahan Orba sesungguhnya tidak lebih sekadar demokrasi semu atau
demokrasi yang bersifat formalitas, karena dalam faktanya secara
substantial saat itu tidak ada demokrasi.

Selain itu juga, sistem politik otoriter yang dibangun pemerintahan


Orba melalui akumulasi kekuasaan secara terus-menerus dengan
menggunakan Undang-undang Dasar 1945 yang ditafsirkan secara sepihak
oleh pemerintahan Orba, menyebabkan melemahnya supremasi hukum,
sehingga hukum tidak lagi supreme, yang supreme adalah kekuasaan yang
dalam prakteknya sangat menentukan karakter isi dan penegakan hukum.

11
Ada pendapat bahwa apabila suatu sistem politik tampil secara
demokratis maka hukum yang lahir adalah hukum hukum yang berwatak
responsif. Namun, ketika sistem politik tampil secara otoriter maka hukum
yang lahir adalah hukum-hukum yang berwatak konservatif. Fakta yang
terjadi pada masa Orba, penerapan hukum yang sangat tidak demokratis dan
jauh dari rasa keadilan rakyat. Hal ini terjadi akibat penerapan sitem politik
yang otoriter. Indikatornya terlihat secara jelas dan nyata anatara lain:

(1) Dalam hal pembuatan produk perundangan, selalu didominasi pihak


eksekutif dan tidak memberikan peluang bagi kelompok-kelompok dan
individu untuk berpartisipasi. Bahkam, DPR dan MPR sekalipun saat itu
tidak lebih dari sekedar rubber stamp pihak eksekutif, karena hanya
mengesahkan saja apa yang telah direncanakan dan dibuat presiden.

(2) Produk perundang-undangan dan/ atau produk hukum lainnya yang


dibuat selalu bersifat positivist-instrumentalistik, dalam arti selalu
memberikan justifikasi (pembenaran) terhadap apa yang telah dan akan
dilakukan pemerintah. Dengan demikian, hukum hanya dijadikan alat bagi
pembenaran atas kebijakan pemerintah, bahkan terhadap hal yang bersifat
korup sekalipun.

(3) Cakupan isi produk perundang-undangan selalu bersifat open


interpretatif, dalam arti membuka ruang yang luas bagi pemerintah untuk
membuat penafsiran secara sepihak, melalui delegasi kewenangan yang
sedemikian luas. Bukan saja dari sisi teknisnya, akan tetapi sudah masuk ke
dalam hal-hal yang bersifat substansial yang menyangkut soal-soal yang
bersifat prinsip. Akibat kewenangan yang begitu luas dalam hal penafsiran
ini, menyebabkan banyak peraturan pelaksana yang dibuat pemerintah
menjadi bertentangan dengan produk perundangan yang lebih tinggi
tingkatannya.

Selain dari yang dikemukan di atas, masih banyak lagi


penyimpangan penyimpangan yang terjadi dan dilakukan pada masa

12
pemerintahan Orba terhadap Undang-undang Dasar 1945, yang
mengakibatkan matinya sistem demokrasi di negeri ini. Misalnya:

(1) Dalam hal penerepan otonomi daerah yang sangat terbatas, bahkan
hampir tidak ada sama sekali hak-hak dari daerah untuk mengatur rumah
tangganya sendiri. Asas dekonsentrasi (sentralistik) saat itu jauh lebih
menonjol ketimbang asas desetralisasi, seperti dalam hal pemilihan kepala
daerah, baik itu pemilihan Gubernur, Bupati dan/ atau Walikota pada setiap
daerah/ wilayah di Indonesia pada dasarnya selalu ditentukan atau paling
tidak harus mendapat restu atau rekomendasi terlebih dulu dari pemerintah
pusat. Fungsi DPRD baik di tingkat provinsi, kabupaten dan/ atau kota saat
itu tidak lebih sekadar mengesahkan saja terhadap siapa yang telah
memperoleh rekomendasi pemerintah pusat untuk menjadi kepala daerah.

(2) Hak-hak rakyat untuk berserikat, berkumpul dan meyatakan pendapat


seperti yang disebutkan dalam Undang-undang 1945, sangat dibatasi dan
bahkan diberangus rezim yang berkuasa saat itu. Termasuk hak-hak politik
rakyat seperti memilih dan dipilih. Pemilihan umum yang dilaksanakan saat
itu tidak lebih sekadar formalitas belaka. Sebab, sebelum pemilu
dilaksanakan sudah dapat diketahui terlebih dulu siapa pemenangnya dan
siapa-siapa yang akan duduk dan terpilih sebagai anggota DPR, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Keadaan ini diperparah lagi adanya hak
presiden untuk mengangkat sebagian anggota DPR yaitu dari utusan daerah
dan utusan golongan.

C. Proses terjadinya reformasi

Setelah Soeharto mundur, jabatan presiden diserahkan kepada


wakilnya, yaitu B.J. Habibie. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pasal 8
UUD 1945. Setelah naiknya Habibie sebagai presiden, kondisi politik dan
ekonomi pun kian berubah. Proses dan penerapan demokrasi di Indonesia
mulai membaik. Presiden dipilih berdasarkan pemilu dalam skala 5 tahun
sekali, dan semua masyarakat memiliki hak memilihnya.

Kehidupan Politik dan Ekonimi Masa Reformasi

13
1. Masa Pemerintahan B.J.Habibie
Presiden ketiga Republik Indonesia ini hanya menjabat sebentar, Ia
menjabat selama 1 tahun 5 bulan. Sebentar bapak presiden kita yang
terkenal dengan kejeniusannya ini, pada saat itu dianggap sebagai
perpanjangan tangan rezim ordebaru. Jadi, rakyat menuntut Habibie untuk
segera melakukan pemilihan umum.

Meskipun sebentar, kepemimpinan Pak Habibie keren dalam waktu


singkat pemerintahannya berhasil menyelamatkan krisis moneter yang
terjadi pada masa orde baru. Dan pemerintahannya membentuk kabinet
Reformasi pembangunan. Kemudian menelurkan beberapa kebijakan
dibidang politik dan ekonomi.

Berikut ini upaya-upaya bidang politik yang dilakukan oleh pemerintahan


Habibie:

Mengganti 5 paket Undang-undang dan 3 diantaranya diubah agar lebih


demokratis.

Kebebasan rakyat dalam menyalurkan aspirasi

Melakukan pencabutan terhadap pembredelan pers

Jejak pendapat wilayah Timor-timur

Memberikan abolisi (Hak kepala Negara untuk menghapuskan hak tuntutan


pidana) kepada 18 tahanan dan narapidana politik (orang-orang yang pernah
mengkritik presiden).

Pengurangan jumlah anggota ABRI di MPR, dari 75 orang menjadi 38


orang.

PolrimemisahkandiridariABRImenjadiKepolisianRI.IstilahABRIberubahme
njadiTNI.

Selain upaya dalam bidang politik, ada juga upaya yang dilakukan dalam
bidang ekonomi, diantarnya:

14
Merekapi tulasi perbankan dan menurunkan inflasi, merekonstruksi
perekonomian nasional, melikuidasi bank-bank bermasalah, membentuk
Badan Penyehatan Perbankan Nasional, menaikkan nilai tukar rupiah
terhadap dolar A Shingga dibawah Rp10.000,-

Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli atau


persaing anti dak sehat

Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


Kehidupan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru

2. Masa Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (GusDur)


Masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (GusDur) itu adalah
presiden RI ke-4 Gus Dur menjabat mulai dari tahun 1999 sampai 2001.
Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden tidak terlepas dari peran MPR yang
pada saat itu menolak laporan pertanggung jawaban Presiden Habibie.
Akhirnya, Gus Dur terpilih jadi presiden melalui dukungan partai-partai
Islam yang menjadi poros tengah. Sedangkan wakilnya, dimenangkan oleh
Megawati Soekarno putri yang berhasil mengalahkan Hamzah Haz.
Kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999.

Setelah menjabat, pemerintahan Presiden Gus Dur mengelurkan beberapa


kebijakan politik, beberapa diantarnya adalah:

Departemen Penerangan dibubarkan, dianggap mengganggu kebebasan


pers.

Departemen Sosial dibubarkan, dianggap sebagai sarang korupsi.

Menyetujui penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua pada akhir


Desember 1999.

Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan untuk beribadah dan merayakan


tahun baru imlek.

Di Umumkan nya Nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang


terlibat KKN.

15
Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran
Marxis medan Leninisme.

Membekukan MPR dan DPR. Pada masa pemerintahan Gus Dur,


kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik dibandingkan era
sebelumnya. Misalnya laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua barang dan
jasa yang diproduksi negara) mulai positif, laju pertumbuhan ekonomi yang
hampir mencapai 5% membuat Indonesia menuju pemulihan perekonomian
nya.

Tapi ternyata banyak pihak yang tidak senang dengan beberapa


kebijakan yang dikeluarkan oleh Gus Dur. Banyak yang menganggap
kebijakan Gus Dur terlalu sering menuai kontroversi. Hingga
mengakibatkan kredibilitas Gus Dur perlahan-lahan menurun.

Oleh sebab itu, kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Ia


harus mundur dari jabatan nya pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika
MPR yang saat itu dipimpin oleh Amin Rais, atas usulan DPR mempercepat
sidang istimewa MPR.

MPR menilai Presiden Gus Dur melanggar Tap.No.VII/MPR/2000


dan atas kebijakan-kebijakan nya yang kontroversial. Setelah Gus Dur
lengser, kemudian jabatan presiden digantikan oleh wakilnya, yaitu
Megawati Soekarno putri.

Sejak saat itu, pemilihan presiden kemudian dilakukan setiap 5 tahun


sekali. Setelah Megawati selesai menjabat, terpilihlah Soesilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dengan menjabat selama 2 periode. Setelah SBY selesai
menjabat, selanjut nya adalah JokoWidodo (Jokowi) yang sampai hari ini
masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

IV. PENUTUP

16
A. Kesimpulan

Ketatanegaraan pada era reformasi ini di mulai dari jatuhnya rezim


orde baru dan terjadinya reformasi total pada semua aspek salah satunya
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada UUD 45 dan mulainya
pemerintahan demokrasi yang sebenar-benarnya. Banyak sekali paradigma
politik baru setelah perubahan UUD ini. Paling tidak ada sepuluh paradigma
yang dapat dikemukakan dari perubahan UUD ini, yaitu : Prinsip check and
balances dalam hubungan antar lembaga negara; Penguatan sistem
pemerintahan demokratis; engukuhkan prinsip kedaulatan rakyat; Menganut
prinsip negara konstitusionalisme; Penguatan prinsip negara hukum dan
penghormatan atas Hak Asasi Manusia; Pendekatan fungsional dan efisiensi
dalam penataan lembaga-lembaga negara, seperti pembubaran Dewan
Pertimbangan Agung (DPA); Jaminan atas pluralisme; Desentralisasi
pemerintahan; Peranan negara dalam memajukan pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebuadayaan nasional; serta Asas demokrasi ekonomi dan
pembangunan berkelanjutan.

B. Saran
Saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensi dan
pengetahuan untuk mengetahui lebih dalam tentang Sistem Ketatanegaraan
Indonesia Pada Masa Reformasi. Dan untuk lebih baik lagi makalah ini saya
berharap saran dan masukan dari pada dosen dan mahasiswa sekalian untuk
perbaikan makalah ini untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

17
Asshiddiqie , Jimly. 2003. Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah
Perubahan Keempat UUD Tahun 1945.

Asshiddiqie, Jimly. 2006. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara


Pasca Reformasi Jakarta. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
konstitusi.

Abdurakhman.Pradono,A.Sunarti,L.andZuhdi,S.
(2018)SejarahIndonesia.2.Jakarta,PusatKurikulumdanPerbukuan

Ismiyarto, 2016, Budaya Organisasi dan Reformasi Birokrasi pada


Organisasi Publik (Teori, Kebijakan, dan Aplikasinya). Alfabeta, Bandung.

Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca


Reformasi, (Jakarta Barat : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia,

Sedarmayanti, 2009, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi,


dan Kepemimpinan Masa Depan. Refika Aditama, Bandung.

Sinambela, Lijan Poltak dkk. 2014. Reformasi Pelayanan Publik: Teori,


Kebijakan, dan Implementasinya. Bumi Aksar, Jakarta.

Sundquist, James L, 1992, Constitutional Reform and Effective Government,


Washington D.C; The Brookings in stitution.

http://panmohamadfaiz.com/2007/03/18/sistem-ketatanegaraan-indonesia-
pasca-amandemen/Indrayana.

H.F. Abraham Amos, Sistem Ketatanegaraan Indonesia (dari ORLA,


ORBA, Sampai Reformasi), (Jakarta: PT. Raja Grapindo, 2005), h. 286.

Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca


Reformasi, (Jakarta Barat : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia,
2008), h. 321.

1. Apa tujuan dilakukannya UUD 1945 ?

18
Jawab:

Tujuan Amandemen atau Perubahan terhadap UUD 1945

Amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945 adalah amanat dari


agenda reformasi tahun 1998. Setiap proses mempunyai tujuan yang ingin
dicapai, begitu juga dengan proses perubahan terhadap UUD 1945
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Namun yang kita harapkan bahwa
perubahan terhadap UUD 1945 tidak didasari oleh tujuan demi kepentingan
politik seseorang ataupun kepentingan kelompok, tetapi didasari oleh
tujuan demi kepentingan bangsa dan negara.

Tujuan amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945 antara lain sebagai
berikut :

a. Menyempurnakan aturan dasar bernegara dalam mencapai tujuan


nasional.

b. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan


kedaulatan rakyat.

c. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak


asasi manusia (HAM).

d. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara


demokratis dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas diantara lembaga - lembaga negara.

e. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan


kewajiban negara dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan
kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral, dan solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Demikianlah tujuan dari amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945,


demi mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

19
2. Struktur sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa reformasi ?

Jawab:

Struktur ketatanegaraan sesudah perubahan UUD 1945

perbedaan Sebelum perubahan Sesudah perubahan


UUD 1945 UUD 1945

20
komposisi DPR, utusan Anggota DPR dan DPD
daerah,utusan golongan

Legislasi Oleh DPR Kekuasaan legislasi ada


di DPR, DPD dapat
mengajukan dan
membahas RUU
berkaitan dengan
otonomi daerah

Rekrutmen DPR dipilih lewat Anggota DPR dan DPD


pemilu, Utusan Daerah dipilih lewat pemilu
dan Golongan diangkat

Kewenangan Tak terbatas Terbatas yaitu :


mengubah Uud,
melantik Presiden dan/
dan wakil Presiden
dalam masa jabatannya
menurut Uud.

3. a. Mengapa Polri berpisah dengan ABRI ?

b. Kenapa Istilah ABRI diganti dengan TNI?

Jawab:

21
3. a. Polri memisahkan diri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI)

Karena dengan harapan agar Polri menjadi lembaga yang profesional dan
mandiri, jauh dari intervensi dalam rangka penegakan hukum. Hal tersebut
didasari akan perbedaan dalam pelaksanaan tugas, dimana polisi seharusnya
bertugas mengamankan masyarakat dalam menciptakan ketertiban dan
keamanan, sedangkan tugas militer adalah mengamankan negara dari
ancaman musuh atau dapat dikatakan sebagai alat untuk bertempur.

Sejalan dengan tuntutan yang ada, pada tanggal 1 April 1999 dikeluarkan
Instruksi Presiden Republik Indonesia No 2 Tahun 1999 tentang langkah-
langkah kebijakan dalam rangka pemisahan Polri dari ABRI, dimana pada
Inpres tersebut, diinstruksikan kepada Menteri Pertahanan Keamanan dan
Panglima ABRI untuk secara bertahap mulai mengambil langkah-langkah
seperlunya untuk melakukan reformasi Polri dengan menempatkan sistem
dan penyelenggaraan pembinaan kekuatan dan operasional Polri pada
Departemen Pertahanan Keamanan.

Pada UUD 1945 Pasal 30 ayat 4 berbunyi Kepolisian Negara Republik


Indonesia (Polri) sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat yang bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakan hukum. Berdasarkan pada ketentuan tersebut, maka pada
tanggal 18 Agustus 2000, MPR mengeluarkan Tap MPR No. VI/MPR/2000
tentang pemisahan Polri dan TNI, sesuai dengan peran dan fungsi dari
masing-masing kelembagaan yang terpisah.

Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002


tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditetapkan oleh
Presiden Megawati Sukarno Putri pada tanggal 8 Januari 2002. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 dilatarbelakangi dengan
tuntutan agar Polri yang mandiri dan terlepas dari ABRI sehingga dapat
melaksanakan tugas secara profesional sebagai salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

22
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukumnya.

3. b. Karena Pasukan TNI Kodam Iskandar Muda saat defile pasukan pada
upacara peringatan HUT Ke-69 TNI di Lapangan Blang padang, Banda
Aceh.

Pasukan TNI Kodam Iskandar Muda saat defile pasukan pada upacara
peringatan HUT Ke-69 TNI di Lapangan Blangpadang, Banda Aceh, Sosok
Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Sempat Dipandang Sebelah Mata, Terkenal
Dijuluki Otak Setan X

Awalnya, Pada masa Demokrasi Terpimpin hingga masa Orde Baru, TNI
pernah digabungkan dengan POLRI disebut ABRI. dari Warta Kota, sejak
bergulirnya reformasi pemerintahan 1998, terjadi banyak perubahan yang
cukup besar.

Ditandai dengan jatuhnya pemerintahan orde baru yang kemudian


digantikan oleh pemerintahan reformasi di bawah pimpinan presiden B.J
Habibie di tengah maraknya berbagai tuntutan masyarakat dalam
penuntasan reformasi.

Lalu, muncul pada tuntutan agar Polri dipisahkan dari ABRI dengan
harapan Polri menjadi lembaga yang professional dan mandiri, jauh dari
intervensi pihak lain dalam penegakan hukum.

Sosok Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Sempat Dipandang Sebelah Mata,


Terkenal Dijuluki Otak Setan X Awalnya, Pada masa Demokrasi Terpimpin
hingga masa Orde Baru, TNI pernah digabungkan dengan POLRI disebut
ABRI. dari Warta Kota, sejak bergulirnya reformasi pemerintahan 1998,
terjadi banyak perubahan yang cukup besar.

Ditandai dengan jatuhnya pemerintahan orde baru yang kemudian


digantikan oleh pemerintahan reformasi di bawah pimpinan presiden B.J

23
Habibie di tengah maraknya berbagai tuntutan masyarakat dalam
penuntasan reformasi.

Lalu, muncul pada tuntutan agar Polri dipisahkan dari ABRI dengan
harapan Polri menjadi lembaga yang professional dan mandiri, jauh dari
intervensi pihak lain dalam penegakan hukum.

Sejak 5 Oktober 1998, muncul perdebatan di sekitar presiden yang


menginginkan pemisahan Polri dan ABRI dalam tubuh Polri sendiri sudah
banyak bermunculan aspirasi-aspirasi yang serupa.

Isyarat tersebut kemudian direalisasikan oleh Presiden B.J Habibie melalui


instruksi Presiden No.2 tahun 1999 yang menyatakan bahwa Polri
dipisahkan dari ABRI. Upacara pemisahan Polri dari ABRI dilakukan pada
tanggal 1 april 1999 di lapangan upacara Mabes ABRI di Cilangkap, Jakarta
Timur.

Upacara pemisahan tersebut ditandai dengan penyerahan Panji Tribata Polri


dari kepala staff umum ABRI Letjen TNI Sugiono kepada Sekjen
Dephankam Letjen TNI Fachrul Razi kemudian diberikan kepada kapolri
Jenderal Pol (purn) Roesmanhadi.

Maka sejak tanggal 1 April, Polri ditempatkan di bawah Dephankam.


Setahun kemudian, keluarlah TAP MPR No. VI/2000, kemandirian Polri
berada di bawah Presiden secara langsung dan segera melakukan reformasi
birokrasi menuju Polisi yang mandiri, bermanfaat dan professional.

4. Maksud dari paham yang berwatak konservatif?

Jawab:

Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai


tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan;
"menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki
nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai
kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak

24
konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya
berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo
ante.

Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai


“bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan
kebudayaannya yang dilembagakan.”Roger Scruton menyebutnya sebagai
“pelestarian ekologi sosial” dan “politik penundaan, yang tujuannya adalah
mempertahankan, selama mungkin, keberadaan sebagai kehidupan dan
kesehatan dari suatu organisme sosial.”

26

25

Anda mungkin juga menyukai