Anda di halaman 1dari 10

NAMA: FERDYANSAH

NIM:132018001

MATA KULIAH: POLITIK HUKUM


DOSEN CITRA LIDIAWATI S.PD M,PD
HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH
 
 PengantarAmandemen UUD 1945 dan berlakunya UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah memberikan implikasi yuridis terhadap struktur dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengaturan sistem penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang sebelumnya didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah menjadi tidak berlaku.
Perubahan politik hukum pemerintahan daerah dapat dipetakan
menjadi beberapa era :

 Era UUD 1945 Periode I

 Era Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) 1949

 Era Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) 1950

 Era UUD 1945 Periode II


 Dekrit Presiden 5 Juli 1959
 Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966
 
 Era Orde Baru
 Masa Konsolidasi 1966-1979
 Masa Stabilisasi 1979-1980 (Perumusan Politik Hukum)
 Masa Pertumbuhan 1980-1990
 Masa Pemerataan & Globalisasi 1990-1998

 
 Tap XV / MPR / 1998

 Era Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUDNRI)


Tahun 1945
 Perumusan Paradigma Bernegara
 Pengaturan Pradigma Otonomi Daerah:
 Pemilihan Kepala Daerah (KDH) secara langsung.
 Pemilihan Umum DPRD dengan sistem proporsional
Terbuka
 Sistem Pemerintahan soft bicameral.
 Jaminan Hak-hak masyarakat adat/daerah dalam
Konstitusi.
 Jaminan prinsip keadilan dalam pengelolaan Sumber
Daya Nasional
 Jaminan terhadap sistem hukum lokal.
 Dua kamar parlemen Indonesia.
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Pasal 18 UUD 1945
1.Pembagian Daerah di Indonesia atas besar dan kecil dengan bentuk
susunan pemerintahanya ditetapkan dengan undang-undang, dengan
memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah- daerah yang
bersifat istimewa.

2.karena negara Indonesia itu suatu ”eenheidstaat” (negara kesatuan),


maka Indonesia tidak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang
bersifat ”staat” juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi,
dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil.
Daerah-daerah itu bersifat otonom (streek dan locale
rechstgemeenschappen) atau bersifat daerah administrasi belaka ;
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Undang-undang No. 22
Tahun 1948
1.Daerah-daerah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
a. Daerah otonom (biasa), dan
b. Daerah istimewa

2.tiga tingkatan dalam setiap jenis daerah, yakni:


a. provinsi, yang berada dibawah pengawasan presiden
b. kabupaten/kota besar, dibawah pengawasan provinsi dan
c. desa/kota kecil, dibawah pengawasan kabupate/kota besar
  3.Tiap daerah mempunyai dua macam kekuasaan, yaitu:
d. otonomi, ialah hak untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga daerahnya,
e. Medebewind (sementara), ialah hak menjalankan peraturan-
peraturan dari Pemerintah Pusat atau Daerah
tingkat atasan berdasarkan perintah pihak atasan itu.
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Undang-undang No. 1
Tahun 1957

Undang-undang ini dibentuk dalam rangka untuk


melaksanakan ketentuan Pasal 131 UUDS RI. Berdasar
ketentuan Undang-undang ini wilayah Republik Indonesia
dibagi dalam daerah besar dan kecil yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri, dan yang merupakan sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) tingkat yang derajatnya dar atas ke bawah
adalah:
 
1. Daerah Tingkat I termasuk Kotapraja Jakarta Raya
2. Daerah Tingkat I termasuk Kotapraja
3. Daerah Tingkat III
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Penetapan
Presiden No. 6 Tahun 1959
1.Pemerintahan Daerah Tingkat I dan II terdiri dari kepala
daerah termasuk kepala daerah istimewa
Yogyakarta(dibantu oleh Badan Pemerintahan Harian-BPH)
dan DPRD

2.pengawasan dan pelaksanaan pemerintahan daerah


berada dalam satu tangan yaitu Kepala Daerah.
Kedudukan Kepala Daerah disini sangat kuat, karena ia
tak hanya menjadi kepala eksekutif tetapi juga menjadi
kepala legislatif.

3.Dalam menjalankan tugasnya Kepala Daerah dibantu


oleh suatu Badan Pemerintah Harian (BPH).
Politik Hukum Otonomi Daerah menurut TAP MPR No. IV/1973

 Melancarkan pelaksanaan pembangunan

 Membina kestabilan politik serta kesatuan bangsa

 Keserasian pusat dan daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan

 Otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab


Pelaksanaan bersama dengan dekonsentrasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai