Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

NAMA: MENI LANARTI

NIM: 132018001

DOSEN: CITRA LIDIAWATI S,pd M.pd

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR

FAKULTAS GURU DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

TAHUN 2020/2021
Interdependensi ,Neo-Merkantilisme ,Bantuan Luar Negeri ,World Trade
Organization (WTO)

Interdependence atau interdependensi (saling ketergantungan) adalah sebuah konsep yang


berasal dari teori Liberal. Interdependence merupakan sebuah hubungan antara dua negara atau
lebih yang hubungannya sangat rentan terhadap perilaku negara yang bisa mempengaruhi
tindakan negara lainnya.

Maksudnya, interdependence adalah kondisi yang mengacu pada situasi dimana perilaku negara
(aktor) ditentukan oleh peristiwa eksternal atau ditentukan hubungan timbal balik antara negara
dengan negara lainnya atau aktor lainnya, yang secara bersamaan membatasi otonomi negara
akibat interaksi berupa perluasan transaksi internasional dan pembiayaan aktivitas politik.]

Berbeda dengan ketergantungan (dependence) bahwa hubungan antar aktor seperti negara dapat
dilihat dengan kerjasama dan persaingan, dalam interdependensi justru terdapat hubungan saling
tergantung satu sama lain sehingga memiliki efek timbal balik antara aktor.

Sehingga kebijakan dan tindakan dari aktor atau suatu negara akan memiliki dampak yang besar
terhadap tindakan atau kebijakan negara yang lainnya atau sebaliknya dan hubungan ini dicirikan
dengan kerjasama, ketergantungan, interaksi di berbagai bidang dan juga keamanan.

Konsep ini muncul pada pasca perang dingin yang mana saat itu sedang terjadi transformasi
politik global yang besar, yaitu agenda politik mulai bergeser. Awalnya agenda politik global
didominasi dengan kekuatan militer dan keamanan nasional berubah dimana negara-negara sadar
bahwa untuk mencapai kekuatan atau power tidak bisa sekedar senjata canggih dan perusahaan
militer melainkan harus ada landasan efisiensi ekonomi dan kemajuan teknologi yang aman.

Kemudian memunculkan perdebatan antara Realis dan Liberal, yang kemudian ilmuan dari
Liberal Robert O Kohane dan Joseph S. Nye dengan buku yang berjudul Power and
Interdependence: World Politics in Transitions, pada akhir 1970-an mereka mengenalkan model
Interdependence Complex yang bagi Liberal dianggap dapat menjelaskan kondisi politik global
dengan kemunculan aktor global (aktor transnasional) baru seperti organisasi internasional dan
perusahaan multinasional (MNC).

Interdependence complex merupakan hubungan saling ketergantungan diantara aktor global yang
dicirikan dengan berbagai saluran interaksi, berbagai masalah dan ketiadaan kekuatan
militer.Model interdependensi kompleks ini didasari asumsi bahwa negara bukanlah satu-satunya
aktor, keamanan bukan tujuan nasional yang utama, dan kekuatan militer bukanlah satu-satunya
alat untuk menjalankan kebijakan luar negeri (foreign policy).

Interdependensi kompleks adalah konsep transnasionalis ekonomi yang berasumsi bahwa isu-isu
kesejahteraan sosial memiliki tingkatan yang sama dengan isu keamanan dalam agenda global
dan interaksi berupa kerjasama juga sama dominannya seperti konflik sebagai karakteristik
politik internasional.
Dalam interdependensi, negara-negara atau aktor akan saling bekerja sama untuk mencapai
kepentingan bersama dan hasilnya akan memberikan kemakmuran dan kestabilitasan dalam
sistem internasional.Aspek yang paling signifikan dalam interdependensi kompleks adalah
adanya kombinasi dua pandangan yaitu integrasi antara unsur-unsur kekuasaan politik dan
liberalism ekonomi sehingga hubungan yang terbentuk lebih mempertimbangkan biaya dan
manfaat hubungan interdependensi.

Pemikiran mercantilisme muncul ketika kekuatan ekonomi suatu negara berada pada posisi
inferior dibanding negara lainnya. Contoh saja situasi yang dihadapi oleh USA, yang merupakan
negara kaya akan tetapi mengalami defisit neraca pembayaran. Bersamaan dengan defisit neraca
pembayaran ini, juga terjadi capital outflow, yang juga disertai oleh investasi oleh warga asing
akan tetapi dalam bentuk investasi yang intangibel, seperti lahan pertanian, bangunan kantor,
pabrik otomotif. Ahli-ahli ekonomi Neo-Mercantilisme secara khusus sangat menaruh perhatian
kepada kecenderungan seperti yang disebutkan di atas.

Ahli-alhi ekonomi mainstream, cenderung mengabaikan kondisi seperti yang disebutkan di atas,
karena mereka lebih mengutamakan keuntungan dari transfer tehnologi dan proses pembentukan
modal di dalam negeri. Defisit memang terjadi dan jalan keluar yang terbaik adalah melakukan
depresiasi mata uang, meningkatkan tingkat bunga untuk mendorong tabungan dalam negeri di
tambah dengan keyakinan bahwa pasar sudah sedemikian terbuka.

Banyak warga Amerika melihat bahwa kepemilikan aset-aset oleh warga asing merupakan
permasalahan yang penting. Mereka tidak percaya bahwa warga asing akan memberikan
perlakuan yang sama (fairness) dan perlakuan yang baik sebagaimana yang dilakukan oleh
perusahaan Amerika. Investor-investor asing dapat saja secara tiba-tiba menarik modalnya
dengan menjual dollar untuk mempertahankan mata uang negaranya atau mata uang asing di
pasar. Ketidak percayaan terhadap warga asing yang tidak dapat dikontrol terutama oleh
pemerintah, merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dijustifikasi. Jadi, ketidak percayaan
terhadap orang luar menjadi dasar bagi pemikir-pemikir New-Merkantilisme.

Disamping saling ketergantungan finansial, banyak warga Amerika juga khawatir terhadap
produk yang dihasilkan oleh industri mereka akan diperlakukan secara tidak fair di pasar
internasional karena beberapa sebab seperti: proteksi yang terselubung maupun secara terbuka. “
Mengapa Amerika berkompetisi secara bebas? sementara negara lain tidak”. Jika perusahaan dan
barang-barang yang dihasilkan tidak diperbaiki, maka Amerika akan kehilangan pengalaman,
sumberdaya manusia dan suber pemasukan negara berupa pajak. NeoMerkantilisme tidak saja di
lekatkan pada ahli-ahli ekonomi tetapi juga pada siapa saja yang mempunyai perhatian kepada
tenaga kerja yang tidak terserap pada kegiatan produktif, lapangan kerja yang stabil serta
penurunan tingkat upah yang terjadi di Amerika.

Kritik Mainstream terhadap Merkantilisme


RMerkantilis dan Neo-Merkantilis mendapat nama yang kurang baik dikalangan ahli ekonomi
mainstream. Merkantilisme dijuluki sebagai “a gigantic theoretical ballon” Adam Smith
menawarkan usaha yang dapat dipertimbangkan untuk memperlihatkan kekeliruan dalam
mendukung proteksi, penimbunan emas dan perak dan penjajahan, dan Adam Smith secara bijak
menyetujui Britain Navigation Act dan pengenaan tarif balasan(relaliatory  tariff). Bagi akli-ahli
Neo-klasik, merkanitilisme hanya semata-mata melindungi kepentingan kelas tertentu dan
kepentingan nasional, sementara orang-orang yang berpikiran progresif telah mencurahkan
perhatian kepada kesejahteraan dunia secara keseluruhan.

Berdasarkan sejarahnya, Merkantilisme berkeyaknan bahwa kesejahteraan bangsa dapat dicapai


semata-mata hanya dengan uang, yang pada masa lalu berbentuk uang emas atau pun perak serta
emas batangan. Uang adalah alat untuk mencapai kejayaan bangsa dan pada akhirnya akan
membentuk kesejahteraan negara. Secara internasional orang dapat menerima bahwa akumulasi
uang dapat dicapai jika terjadi surplus ekspor, yang berimplikasi mengorbankan konsumsi dan
investasi domestik.

Agar ekspor menjadi surplus, maka pendapatan nasional harus melebihi konsumsi, belanja
pemerintah dan swasta serta potensial investasi. Semakin banyak surplus, maka semakin sedikit
penggunaan uang untuk keperluan domestik. Berdasarkan kritikan ahli-ahli ekonomi
mainstream, investasi dari luar negeri (EX-IM), jika untuk mengakumulasi menstabilkan aset
moneter seperti emas, akan menyerap tabungan nasional (Y-C-G) yang dapat diinvestasikan
dalam berbagai modal dan akan menyebabkan pertumbuhan konsumsi. Investasi kedalam
berbagai barang modal dengan tingkat bunga yang rendah merupakan sesuatu yang irasional.

Dalam kritiknya terhadap pandangan merkantilisme, ahli-ahli mainstream neoklasik menganggap


bahwa tujuan etis dari organisasi adalah mendorong kesejahteraan material individu, dan juga
konsumsi saat sekarang dan masa yang akan datang. Bagi ahli-ahli ekonomi newklasik,
kejahteraan nasional adalah sesuatu yang palsu, jika di dalam suatu negara tidak ada individu-
individu yang berada dalam negara itu.

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan individu merupakan kegiatan yang patut dihargai,
akan tetapi pengorbanan merupakan motivasi yang dianjurkan. Kesejahteraan material individu
merupakan standar etis dalam masyarakat liberal. Pendapatan individu dicapai dengan upaya
pembagian kerja, spesialisasi dan perdagangan yang dilakukan secara sukarela pada pasar bebas.
Menurut ahli ekonomi newklasik, intervensi dalam bentuk apapun pasti menyakitkan bagi
individu. Oleh karena itu ahli-ahli neoklasik membatasi diri dalam melakukan regulasi agar pasar
bekerja dengan efisien, sementara ahli-ahli neo-merkantilis melihat regulasi memberikan andil
yang besar dalam bekerjanya pasar.
Apa itu Merkantilisme?

Pemikiran Merkantilisme muncul pada abad 17 dan 18, ketika munculnya negara-negara baru di
benua eropah. Negara-negara tersebut menghadapi persoalan yang sama yakni bagaimana
membangun kekuatan negara yang berhadapan atau bersaing dengan negara lain. Kekuatan
feodal seperti tuan tanah dikurangi perannya dalam politik, upaya mendominasi negara tetangga
serta pengontrolan terhadap gereja dilakukan, hanya semata-mata untuk kepentingan dalam
negeri (domestik).

Pemikiran Merkantilis ditujukan untuk mencapai 4 tujuan: Pertama, Merkantilis menginginkan


kesatuan negata (unity) dibawah kekuasan absolut. Kesatuan ini berimplikasi bahwa adanya
pasar tunggal, yang menghendaki terbentuknya daerah kepabeanan tanpa aturan untuk pelaku-
pelaku di internal negara, dan tanpa adanya beban pajak. Daerah kepabeanan ini merupakan
perangkat untuk mengurangi kekuatan negara-negara yang menjadi rival dagang.

Kesatuan (unity) juga didukung oleh satuan dan besaran yang berlaku secara umum, termasuk
uang koin dan logam. Kondisi monopoli terhadap barang-barang yang sangat penting untuk
memberikan perlindungan subsisten bagi penduduk juga dipercayai sebagai sessuatu yang
mendukung kesatuan (unity).

Kedua, untuk membangun negara kesatuan yang kuat, mereka membangun pemerintahan yang
sentralisasi, dengan membayar gaji aparatus dalam menciptakan seperangkat hukum tunggal.
Birokrat yang loyal serta aparat kemanan yang profesional, dipayakan untuk mempertahankan
negara, baik dari goncangan onternal maupun dari luar negeri. Kesemuanya menghendaki
peningkatan penerimaan negara yang relatif cepat.

Ketiga, tujuan umum dari Merkantilisme adalah meningkatkan penerimaan dari pajak. Mereka
menetapkan tarif impor sebagaimana juga tarif ekspor dan pajak untuk konsumsi berbagai
barang. Agar penerimaan negara menjadi lebih besar, Merkantilisme mengembangkan kerangka
ekonomi perpajakan. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengaturan teknis produksi
domestik diadopsi sedemikian rupa untuk menjamin agar kualitas yang dibutuhkan oleh
konsumenluar negeri dapat dicapai.

Para menteri penganut paham Merkantilis mencoba mengurangi konsumsi barang impor yang
mahal, beriringan dengan itu pada tataran domestik mendorong investasi dan memberi subsidi
untuk barang-barang substitusi serta investasi terhadap infrastruktur penting untuk menjamin
kemakmuran negara. Daerah jajahan diperluas untuk menjamin aliran bahan baku dan barang-
barang mewah yang tidak dapat di produksi di dalam negeri.

Ke empat, untuk menjadikan negara kuat, Merkantilisme juga menaruh perhatian terhadap
pendapatan agregat (aggregate income), sebagaimana juga ahli-ahli ekonomi neoklasik.
Merkantilisme sangat menaruh perhatian terhadap jumlah penduduk, mendorong immigrasi,
mendukung perkawinan dini atau prinsip pro kelahiran (pro natalist) tanpa kebijakan
pengontrolan kelahiran.
Merkantilisme – Seperangkat Ide

Ahli-ahli penganut paham Merkantilisme, di dalam kebijakan pembangunannya selalu


berorientasi kepada kekuatan negara. Akan tetapi, satu pertanyaan yang tepat diajukan untuk
kaun Merkantilisme adalah masalah pembenaran teoritis dari paham Merkantilisme. Uraian
pemikiran Merkantilisme di atas, dianggap sebagai kekeliruan teoritis. Kebijakan-kebijakan yang
dilaksanakan oleh penganut paham Merkantilisme tidak didasarkan atas teori ekonomi yang
memadai. Kaum Merkantilisme tidak terlalu menaruh  perhatian terhadap kedalaman dan alasan
pembenaran teoritis terhadap kebijakan-kebijakan yang mereka lakukan.

Nama merkantilisme, dikemukakan oleh pemikir physiocratic pada abad 18. Perspektif
merkantilisme memiliki beberapa tema seperti: tujuan utama adalah kesejahteraan material dan
kesejahteraan negara, kepuasan personal merupakan hal yang ke dua (tidak prioritas dan bersifat
derivatif), kepentingan individu dapat dimodifikasi dan atau dimanipulasi untuk kepentingan
negara, merkantilisme sangat menaruh perhatian besar kepada motivasi yang tinggi seperti
loyalitas dan perilaku yang baik dari aparatur pemerintahan.

Neo-Merkantilisme dan Perekonomian Kontemporer

Neo-Merkantilis me selalu mendukung kebijakan ekonomi negara yang bertujuan untuk


mendapatkan kekayaan/kemakmuran. Kebijakan unggulan mereka adalah kebijakan promosi
ekspor. Surplus perdagangan dilihat sebagai alat dari kebijakan negara, bukan sebagai tujuan
akhir.  Neo-Merkantilisme tidak mengakui untuk membatasi perdagangan luar negeriatau
menentang konsumsi barang-barang dari luar negeri. Yang menjadi dasar pertimbangan mereka
adalah mempertahankan share pasar internasionalnya dengan kemajuan tehnologi dalam
memproduksi barang untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang.

Jika setiap negara mencoba mendominasi pasar untuk barang-barang yang kritisdan langka, lalu
bagaimana mungkin tatanan/keteraturan ekonomi yang nyaman dapat dipertahankan? Tanpa
suatu komitmen dalam implementasi prinsip-prinsip perdagangan bebas, maka lebih baik
mendorong industri dalam negeri untuk meningkatkan ekspor atau melarang impor untuk
mempertahankan kemakmuran negara. Upaya seperti itu dilakukan oleh Jepang (dalam bidang
pertanian), sistem telekomunikasi (Prancis), tekstil dan sepatu (USA).

Jika mobilitas sumberdaya sangat baik, menurut ahli perdagangan internasional neoklasik,
kekhawatiran terhadap pelanggaran aturan-aturan perdagangan tidaklah berdasar sama sekali.
Dalam lingkungan pemikiran ahli klasik yang murni, persaingan yang sehat akan mendorong
perpindahan sumberdaya untuk mencapai alokasi optimal, tentu saja tindakan proteksi yang
dilakukan akan mencederai berbagai pihak. Berbagai subsidi ekspor akan ditanggung oleh negara
pengekspor. Impor yang murah tidak akan diganggu sepanjang sumberdaya domestik dapat
berpindah ke proses produksi untuk menghasilkan barang-barang ekspor yang lebih bernilai.
Tingkat bunga akan menyesuaikan untuk mencapao neraca pembayaran pada posisi yang stabil.
Akan tetapi, ketika informasi sangat mahal dan mobilitas sumberdaya tidak terjadi (immobil),
teori neo-mercantilisme menempati posisi yang yang benar.

Kordinasi internasional juga dipandang penting dalam mengambil kebijakan makro ekonomi
untuk mencapai full emplyment dalam kebijakan moneter dan fiskal tanpa kehawatiran adanya
tekanan dalam aktivitas perdagangan. Satu negara dapapat menstimulir permintaan domestik
ataupun mendevaluasi mata uangnya untuk mengatasi ketidak stabilan karena pengenaan tarif
dari negara partner. Sementara negara lain dapat saja tidak menerima pertumbuhan moneter
sebagai implikasi dari rendahnya tingkat bunga. Fluktuasi mata uang internasional dan aliran
perdagangan, telah mendorong pengambil kebijakan dan ahli ekonomi untuk memikirkan
instituri supranatural yang dapat menjaga kestabilan moneter. Sebagai contoh IMF memfasilitasi
pertemuan Tokyo tahun 1986 yang disebut “multilateral survillance”.

Beberapa bentuk blok neo-merkantilisme telah meningkatkan aktivitasnya dalam meningkatkan


posisi tawar dalam berhubungan dengan kekuatan dari luar. Masyarakat Eropa telah dijuluki
sebagai kekuatan merkantilisme, karena tujuannya adalah menjaga stabilitas dan kekayaan
negara-negara anggota, bersamaan dengan meningkatkan posisi tawar dengan rekan dagangnya
dari luar seperti Amerika, Jepang dan Blok Komunis.

Bantuan luar negeri menjadi instrument dalam pencapaian suatu pembangunan


ataupun pertumbuhan dengan dibantu oleh pihak lainseperti negara ataupun
organisasi. Bantuan luar negeri diartikan sebagai proses beralihnya modal, barang dan
jasa dari suatu negara ataupun oragnisasi internasional ke resipien yang
membutuhkan.

Latar Belakang MasalahEkonomi Politik Internasional (EPI) menurut Mohtar Mas’oed


dalam bukunya Ekonomi Politik Internasional tahun 1989/1990 di definisikan sebagai
studi tentang saling hubungan antara ekonomi dan politik dalam arena
internasional.1Salah satu jenis dari pelaksanaan ekonomi politik internasional yaitu
bantuan luar negeri.Bantuan ini dapat berupa ekonomi, militer ataupun bantuan
kemanusiaan seperti bencana alam.

Bantuan luar negeri dapat melibatkan transfer sumber daya keuangan atau komoditas
misalnya makanan, peralatan militer, saran teknis dan pelatihan. Adapun jenisnya dapat
berupa hibah atau kredit lunak (misalnya, kredit ekspor).Jenis yang paling umum dari
bantuan asing adalah bantuan pembangunan resmi dimana bantuan yang diberikan
untuk mempromosikan pembangunan dan untuk memerangi kemiskinan suatu negara.

Bantuan yang diberikan juga dilakukan dalam bentuk pinjaman dimana biasanya
negara donor memberikan jangka waktu pengembalian dan bunga yang harus
dibayarkan.Bantuan luar negeri atau bantuan pembangunan, merupakan salah satu
instrumen ekonomi yang umum digunakan oleh negara-negara maju untuk mencapai
tujuan kebijakan luar negeri, terutama sejak akhir Perang Dunia II. Bantuan sebagian
besar terdiri dari transfer uang, barang atau jasa dari satu negara ke negara lain.
Bantuan militer dan bantuan pangan adalah salah satu bentuk awal dari bantuan luar
negeri.Di dekade terakhir proyek bantuan dengan tujuan meningkatkan infrastruktur di
negara penerima telah menjadi semakin umum.

Negara-negara di benua Afrika memiliki ketergantungan terhadap bantuan luar negeri.


Hal ini dikarenakan kemiskinan, keterbelakangan pengetahuan, kesehatan yang sangat
buruk dan juga konflik etnis yang berkepanjangan di hampir semua negara-negara di
Afrika. Negara-negara Afrika menerima 36%, dari total bantuan global dari pada
bantuan ke negara lainnya4Ketergantungan negara-negara Afrika terhadap bantuan
luar negeri kemudian dimanfaatkan oleh negara donor tradisional, seperti Amerika
Serikat dan negara-negara Eropa untuk memperkokoh pengaruhnya dan juga untuk
mengeksploitasi sumber daya alam di benua tersebut.

Hal ini dikarenakan hampir semua negara-negara di Afrika memiliki sumberdaya alam
yang melimpah, seperti Afrika Selatan dengan cadangan emas, logam platinum, bijih
krom dan bijih mangan, dan cadangan terbesar kedua dari sumberdaya zirkonium,
vanadium dan titanium dan negara Afrika lainnya yakni Nigeria, Angola, Algeria, Congo,
Gabon dan juga Sudan.

Bantuan luar negeri terhadap Angola sebagian besar adalah bantuan kemanusiaan dan
bantuan pembangunan berupa pinjaman luar negeri. Ketergantungan Angola akan
bantuan luar negeri ini dikarenakan oleh ketidakstabilan pemerintahan Angola yang
disebabkan adanya kondisi lingkungan yang merugikan akibat terjadinya perang sipil
yang berlangsung selama 27 tahun dari tahun 1975 hingga tahun 2002.

Perang saudara merupakan hal yang biasa sejak Angola merdeka dari Portugal tahun
1975.Sejak awal konflik berdarah, Negara Angola berada dalam cengkeraman
kepentingan negara-negara asing seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.Perang
saudara berkepanjangan di negara Angola, terjadi antara dua faksi bersenjata yaitu
MPLA dan FNLA-UNITA
Faksi bersenjata MPLA yang mendirikan Republik Rakyat Angola merupakan faksi
bersenjata ber-ideologi komunis yang di dukung oleh Uni Soviet.Sedangkan Faksi
bersenjata FNLA-UNITA yang bermarkas di Angola Timur mendirikan pemerintahan
yang ber-ideologi demokrasi yang di dukung oleh Amerika Serikat.
Mengakhiri kemelut itu, pada tahun 1994 pernah di capai kesepakatan antara
pemerintah dengan kelompok pemberontak Negara dinamakan National Union for Total
Independence of Angola (UNITA). Kesepakatan itu memungkinkan pihak dari UNITA
menduduki jabatan di pemerintah dan militer.Namun, persatuan Negara pecah lagi
pada tahun 1997, meski berakhir lagi pada tagun 1998.
Perang saudara itu sempat mengorbankan ratusan ribu jiwa serta menghancurkan
rumah-rumah penduduk. Kurang lebih 1,5 juta jiwa menurut CIA world fact book yang
telah menjadi korban dalam perang selama seperempat abad. Bukan itu saja,
kerusakan ekonomi juga mewarnai Angola.Perang terjadi lagi pada tahun 1999,
pasukan PPB keluar, meninggalkan Negara yang dikacaukan perang dan ditebari
ranjau-ranjau darat.
Baru saja pihak militer Angola dan pemberontak Angola UNITA menandatangani
perjanjian genjatan senjata di Luanda pada April 2002 mengakhiri konflik selama 27
tahun.6Dengan perang sekarang telah berakhir, rekonstruksi pasca konflik yang cepat
telah menjadi prioritaspemerintahAngola.Republik Rakyat China(RRC) khususnya
memilikiperan penting dalam membantu upaya ini.

Bantuan keuangan dan teknis China telah mulailebih dari 100 proyek di bidang energi,
air, kesehatan,pendidikan, telekomunikasi,perikanan, dan pekerjaan umum. Pada
kesempatanKunjungan Perdana Menteri TiongkokWen Jibao untuk Angola pada bulan
Juni 2006, AngolaPresiden Eduardo dos Santos menggambarkan hubunganbilateral
sebagai salingmenguntungkan kemitraan yang pragmatis dan tidak memiliki
persyaratan politik.

Bantuan yang diberikan China kepada Angola merupakan salah satu bentuk hubungan
bantuan luar negeri yang tidak memperhitungkan politik dan kebijakan dalam negeri
negara penerima.Tidak seperti negara atau organisasi pemberian bantuan dari barat,
yang selalu memberikan paket bantuan dengan perubahan kebijakan atau policy
environment negara penerima, Tingkok tidak melihat faktor yang bersifat politik seperti
itu.
Tingkok hanya berfokus pada pencapaian kepentingan masing-masing negara.
Pemerintah China mengklaim pemberian bantuan kepada Angola berdasarkan prinsip
win-win solution, dimana dalam pemberian bantuan tidak akan mencampuri urusan
negara-masing-masing dan hanya melihat dari sektor bisnis saja.Angola telah
menikmati periode perdamaian sejak April 2002 dan sedang mempersiapkan untuk
pemilu legislatif pada tahun 2008 yang pertama sejak tahun 1992.
Dari konflik yang paling berlarut-larut di Afrika, Angola dalam waktu lima tahun menjadi
salah satukekuatan ekonomi yang paling sukses di sub-Sahara Afrika.
Dipicuoleh rekor tinggi harga minyak internasional dan pertumbuhan yang kuat di kedua
minyakdan sektor non minyak, Angola telah mengalami tingkat pertumbuhan yang
sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Seiring peningkatan pemberian bantuan China ke Angola,terjadi juga peningkatan
angka investasi dan volume perdagangan antar kedua negara. Volume perdagangan
China-Angola awalnya berjumlah US$ 150 juta meningkat menjadi US$ 700 juta pada

Teori Bantuan Luar NegeriBantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen
kebijakan yang sering digunakan dalam hubungan luar negeri.Secara umum bantuan
luar negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke
pemerintah lain yang dapat berbentuk barang atau dana.

Dalam membahas bantuan luar negeri, pengertian bantuan luar negeri diartikan oleh
sejumlah pakar. Dalam arti sempit, bantuan luar negeri diartikan oleh Robert Gilpin
dalam bukunya“The Political Economy of International Relations” yakni bantuan luar
negeri diartikan sebagai sejumlah dana yang diberikan oleh negara yang relatif maju
atau kaya kepada negara yang secara ekonomi lebih miskin. Sedangkan dalam arti
luas, K.J. Holsti dalam bukunya “International Politics: Framework of Analysis”
mengartikan bantuan luar negeri sebagai transfer uang, teknologi, ataupun nasihat-
nasihat teknis dari negara donor ke negara penerima.

Secara historis, kebanyakan bantuan luar negeri telah diberikan sebagai bantuan
bilateral langsung dari satu negara ke negara lain. Para donor juga memberikan
bantuan secara tidak langsung sebagai bantuan multilateral, di mana sumber dayanya
berasal dari beberapa donor. Terkait dengan kebijakan luar negeri yang memiliki nilai
kepentingan (interest) negara, maka salah satu bentuk kebijakan itu dapat dituangkan
dalam bentuk bantuan luar negeri.Pada masa Perang Dingin, kecenderungan ini sangat
umum dilakukan oleh negara-negara besar seperti Amerika Serikat maupun Uni Sovyet.

Salah satu instrumen penting dalam menghubungkan foreign aid dengan kebijakan luar
negeri adalah dengan menggunakan pendekatan Edward. S Manson. Menurut Manson
bantuanluar negeri yang dilihat sebagai suatu instrumen kebjakan luar negeri biasanya
secara tidak langsung merujuk pada program-program bantuan luar negeri yang
dibentuk terutama berdasarkan kepntingan negeri pemberi bantuan. Namun demikian
pada hakikatnya hal itu dapat bukan berarti kepentingan negara penerima dapat
dikesampingkan.

Bantuan luar negri di posisikan sebagai instrumen kebijakan luar negeri dpat digunakan
dalam analisis jika diasumsikan bahwa terdapat kepentingan antara negara pemberi
bantun dan negera penerima bantuan.Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa
terdapat kepentingan politik dan kepentingan ekonomi dalam distribusi bantuan.

Manson juga menambahkan bahwa ada keterkaitan antar kepentingan ekonomi politik
dri bantuan dengan letak geografis. Akan lebih mudah menganalisis kepentingan suatu
negara terhadap pemberi bantuan bila menggunakan letak geografis sebagai ind
Motivasi Politik dan Ekonomi.Motivasi politik dan ekonomi sesungguhnya sulit untuk
dipisahkan, karena keduanya saling berkaitan.Pertimbangan para pembuat keputusan
di negara-negara donor selalu diikuti pula oleh identifikasi mengenai besarnya dedikasi
negara debitor dalam hubungan kerjasama maupun keterikatan politis dengan negara
debitor.
BantuanNegara-negara donor bahkanmemberi peluang keterlibatan mereka
mendominasi kekuatan politik, termasuk dalam investasi yang mereka tanamkan di
negara debitor hingga kepada lobi-lobi pembuatan keputusan atau pelaksanaan
kebijakan-kebijakan domestik.Motivasi ekonomi merupakan pembenaran yang paling
rasional untuk pemberian bantuan, baik untuk negara donor maupun negara debitor.

Alan Rix dalam bukunya Japan’s foreign aid challenge: policy reform and aid
leadership14. Menurutnya bantuan luar negri dari Negara pendonor untuk Negara
penerima bantuan tidak terlepas dari maksud dan motifasi para Negara donor. Motifasi
yang dimaksud Alan Rix yaitu:a.Motivasi kemanusiaan, yang bertujuan untuk
mengurangi kemiskinan di Negara-negara berkembang melalui dukungan kerjasam
ekonomi.

Motivasi politik, yang dimaksud untuk meningkatkan imej Negara pendonor, pujian
menjadi tujuan daari pemberian bantuan luar negri baik dari sector politik domestic dan
hubungan luar negri Negara pendonor.c.Motivasi keamanan nasional, yang
mendasarkan pada asumsi bahwa bantuan luar negri dapat menghasiulkan
pertumbuhan ekonomi yang akan mendorong stabilitas politik dan akan memberikan
keuntungan bagi Negara pendonor, dengan kata lain, motif keamanan nasional ini
memiliki sisi ekonom

Motivasi kepentingan nasional, yaitu motif yang berkaitan pada kepentingan nasional
Negara pendonor.Kepentingan Nasional adalah kepentingan umum yang mewakili
kepentingan seluruh anggota negaranya. Pendapat tersebut mengambil asumsi bahwa
setiap anggota Negaramemilki kepentingan yang sama, dan kepentingan tersebut
akhirnya menjadi sebuah kepentingan Nasional.
15Di China, keamanan energi telah dikategorikan sebagai masalah pembangunan
ekonomi domestik ketimbang bagian dari kebijakan luar negeri untuk beberapa dekade,
kecuali untuk isu-isu strategis langka seperti lokasi pipa di Asia Tengah atau sengketa
perbatasan yang berkaitan dengan sumber daya energi.Batubara, yang berlimpah di
Cina, telah menjadi sumber energi dominan dalam konsumsi domestik selama
beberapa dekade, dan sebelum tahun 1990-anada pembangunan ekonomi lemah dan
permintaan yang relatif rendah.
Meskipun swasembada minyak China berakhir pada tahun 1993 ketika dipaksa untuk
mulai mengimpor minyak untuk memenuhi permintaan domestik, China tidak menyadari
urgensi dan pentingnya keamanan energi sampai akhir 1990-an.Konsumsi energi China
mencapai rekor tinggi dalam beberapa tahun terakhir karena perkembangan pesat
ekonomi China, memperluas populasi kelas menengah, motorisasi, dan urbanisasi.
China menjadi konsumen terbesar kedua di duniaminyak setelah Amerika Serikat dan
negara pengimpor terbesar ketiga minyak di tahun 2008. Dengan perhatian terus
menerus dan strategi yang jelas untuk kebijakan energi China,kebijakan luar negeri dan
keamanan ekonomi, mengintegrasikan isu-isu keamanan energi dengan aspek-aspek
lain dari kebijakan luar negeri China tetap menjadi tantangan bagi Beijing..

World Trade Organization (WTO) merupakan satu-satunya organisasi internasional yang


mengatur perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan
serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia
dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk
membantu produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya.

Pendirian WTO berawal dari negosiasi yang dikenal dengan "Uruguay Round" (1986 - 1994)
serta perundingan sebelumnya di bawah "General Agreement on Tariffs and Trade" (GATT).
WTO saat ini terdiri dari 154 negara anggota, di mana 117 di antaranya merupakan negara
berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO menjadi wadah negosiasi
sejumlah perjanjian baru di bawah "Doha Development Agenda" (DDA) yang dimulai tahun
2001.

Pengambilan keputusan di WTO umumnya dilakukan berdasarkan konsensus oleh seluruh


negara anggota. Badan tertinggi di WTO adalah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang
dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Di antara KT, kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan
WTO dilakukan oleh General Council. Di bawahnya terdapat badan-badan subsider yang
meliputi dewan, komite, dan sub-komite yang bertugas untuk melaksanakan dan mengawasi
penerapan perjanjian-perjanjian WTO oleh negara anggota.

Prinsip pembentukan dan dasar WTO adalah untuk mengupayakan keterbukaan batas wilayah,
memberikan jaminan atas "Most-Favored-Nation principle" (MFN) dan perlakuan non-
diskriminasi oleh dan di antara negara anggota, serta komitmen terhadap transparansi dalam
semua kegiatannya. Terbukanya pasar nasional terhadap perdagangan internasional dengan
pengecualian yang patut atau fleksibilitas yang memadai, dipandang akan mendorong dan
membantu pembangunan yang berkesinambungan, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi
kemiskinan, dan membangun perdamaian dan stabilitas. Pada saat yang bersamaan, keterbukaan
pasar harus disertai dengan kebijakan nasional dan internasional yang sesuai dan yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi setiap negara anggota.

Terkait dengan DDA, KTM Doha pada tahun 2001 memandatkan negara anggota untuk
melakukan putaran perundingan dengan tujuan membentuk tata perdagangan multilateral yang
berdimensi pembangunan. Tata perdagangan ini akan memberikan kesempatan bagi negara
berkembang dan LDCs untuk dapat memanfaatkan perdagangan internasional sebagai sumber
pendanaan bagi pembangunan. Isu-isu utama yang dibahas mencakup isu pertanian, akses pasar
produk bukan pertanian (Non-Agricultural Market Access—NAMA), perdagangan bidang jasa,
dan Rules.

Dalam perkembangannya, isu pertanian khususnya terkait penurunan subsidi domestik dan tarif
produk pertanian menjadi isu yang sangat menentukan jalannya proses perundingan. Bagi
sebagian besar negara berkembang, isu pertanian sangat terkait dengan permasalahan sosial
ekonomi (antara lain food security, livelihood security dan rural development). Sementara bagi
negara maju, pemberian subsidi domestik mempunyai dimensi politis yang penting dalam
kebijakan pertanian mereka.

Proses perundingan DDA tidak berjalan mulus. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan posisi
runding di antara negara anggota terkait isu-isu sensitif, khususnya pertanian dan NAMA.
Setelah mengalami sejumlah kegagalan hingga dilakukan "suspension" pada bulan Juni 2006,
proses perundingan secara penuh dilaksanakan kembali awal Februari 2007. Pada bulan Juli
2008, diadakan perundingan tingkat menteri dengan harapan dapat menyepakati modalitas
pertanian dan NAMA, dan menggunakan isu-isu single-undertaking seperti isu perdagangan
bidang jasa, kekayaan intelektual, pembangunan, dan penyelesaian sengketa. Namun
perundingan Juli 2008 juga mengalami kegagalan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong kemajuan dalam perundingan, mulai dari
pertemuan tingkat perunding, Pejabat Tinggi, dan Tingkat Menteri; baik dalam format terbatas
(plurilateral dan bilateral) maupun multilateral. Namun semua upaya tersebut belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pihak-pihak utama yang terlibat tampaknya belum
dapat bergerak dari posisi awal mereka.
Target Program Kerja WTO di tahun 2011 adalah 9 (sembilan) Komite/Negotiating
Groups diharapkan mengeluarkan “final texts" atau teks modalitas yang akan menjadi dasar
kesepakatan single undertaking Putaran Doha pada bulan April 2011. Selanjutnya, kesepakatan
atas keseluruhan paket Putaran Doha tersebut diharapkan selesai pada bulan Juli 2011; dan pada
akhirnya seluruh jadwal dan naskah hukum kesepakatan Putaran Doha selesai (ditandatangani)
akhir tahun 2011. Namun target tersebut tampaknya sudah terlampaui batas waktunya dan belum
ada perubahan terhadap Program Kerja yang ada.

Pada bulan Desember 2011, telah diselenggarakan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO di
Jenewa. KTM menyepakati elemen-elemen arahan politis (political guidance) yang akan
menentukan program kerja WTO dan Putaran Doha (Doha Development Agenda)dua tahun ke
depan. Arahan politis yang disepakati bersama tersebut terkait tema-tema sebagai berikut: (i)
penguatan sistem perdagangan multilateral dan WTO; (ii) penguatan aktivitas WTO dalam isu-
isu perdagangan dan pembangunan; dan (iii) langkah ke depan penyelesaian perundingan
Putaran Doha. 

Sebuah titik terang muncul pada KTM ke-9 (Bali, 3 – 7 Desember 2013), di mana untuk pertama
kalinya dalam sejarah WTO, organisasi ini dianggap telah “fully-delivered". Negara-negara
anggota WTO telah menyepakati “Paket Bali" sebagai outcome dari KTM ke-9 WTO. Isu-isu
dalam Paket Bali—mencakup isu Fasilitasi Perdagangan, Pembangunan dan LDCs,
serta Pertanian—merupakan sebagian dari isu perundingan DDA.

Disepakatinya Paket Bali merupakan suatu capaian historis. Pasalnya, sejak dibentuknya WTO


pada tahun 1995, baru kali ini WTO mampu merumuskan suatu perjanjian baru yaitu Perjanjian
Fasilitasi Perdagangan. Perjanjian ini bertujuan untuk melancarkan arus keluar masuk barang
antar negara di pelabuhan dengan melakukan reformasi pada mekanisme pengeluaran dan
pemasukan barang yang ada. Arus masuk keluar barang yang lancar di pelabuhan tentu akan
dapat mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan daya saing perekonomian
dan memperluas akses pasar produk ekspor Indonesia di luar negeri.

Selain itu, Paket Bali juga mencakup disepakatinya fleksibilitas dalam isu public stokholding for
food security. Hal ini akan memberikan keleluasaan bagi negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia, untuk memberikan subsidi bagi ketersediaan pangan yang murah bagi rakyat miskin,
tanpa khawatir digugat di forum Dispute Settlement Body WTO.
Dengan Paket Bali, kredibilitas WTO telah meningkat sebagai satu-satunya forum multilateral
yang menangani kegiatan perdagangan internasional, sekaligus memulihkan political confidence
dari seluruh negara anggota WTO mengenai pentingnya penyelesaian perundingan DDA. Hal
tersebut secara jelas tercantum dalam Post Bali Work, di mana negara-negara anggota diminta
untuk menyusun work program penyelesaian DDA di tahun 2014. Selesainya perundingan DDA
akan memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang dan LDCs dalam berintegrasi ke
dalam sistem perdagangan multilateral.

Indonesia di WTO

Keterlibatan dan posisi Indonesia dalam proses perundingan DDA didasarkan pada kepentingan
nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Dalam
kaitan ini, untuk memperkuat posisi runding Indonesia bergabung dengan beberapa koalisi.
Koalisi-koalisi tersebut antara lain G-33, G-20, NAMA-11, yang kurang lebih memiliki
kepentingan yang sama. Indonesia terlibat aktif dalam kelompok-kelompok tersebut dalam
merumuskan posisi bersama yang mengedepankan pencapaian development objectives dari
DDA. Indonesia juga senantiasa terlibat aktif di isu-isu yang menjadi kepentingan utama
Indonesia, seperti pembangunan, kekayaan intelektual, lingkungan hidup, dan pembentukan
aturan WTO yang mengatur perdagangan multilateral.

Indonesia selaku koordinator G-33 juga terus melaksanakan komitmen dan peran
kepemimpinannya dengan mengadakan serangkaian pertemuan tingkat pejabat teknis dan Duta
Besar/Head of Delegations, Senior Official Meeting dan Pertemuan Tingkat Menteri; baik secara
rutin di Jenewa maupun di luar Jenewa. Hal ini bertujuan demi tercapainya kesepakatan yang
memberikan ruang bagi negara berkembang untuk melindungi petani kecil dan miskin. Sebagai
koalisi negara berkembang, G-33 tumbuh menjadi kelompok yang memiliki pengaruh besar
dalam perundingan pertanian; anggotanya saat ini bertambah menjadi 46 negara.

Indonesia menilai bahwa apa yang sudah disepakati sampai saat ini (draf modalitas pertanian dan
NAMA) merupakan basis yang kuat bagi perundingan selanjutnya yang sudah mencapai tahap
akhir. Dalam kaitan ini, adanya upaya untuk meninjau kembali kesepakatan umum yang sudah
dicapai diharapkan tidak akan mengubah keseimbangan yang ada dan backtracking kemajuan
yang sudah berhasil dicapai.

Negara-negara anggota diharapkan bersikap pragmatis dan secepatnya menyelesaikan Putaran


Doha berdasarkan tingkat ambisi danbalance yang ada saat ini. Selanjutnya, diharapkan negara-
negara anggota ini membicarakan ambisi baru pasca-Doha, walaupun adanya dorongan dari
negara maju untuk meningkatkan level of ambition akses pasar Putaran Doha melebihi Draf
Modalitas tanggal 6 Desember 2008.
Indonesia memiliki kepentingan untuk tetap aktif mendorong komitmen WTO untuk
melanjutkan perundingan Doha. Indonesia terbuka atas cara-cara baru untuk menyelesaikan
perundingan dengan tetap mengedepankan prinsip single undertaking dan mengutamakan
pembangunan bagi negara berkembang dan LDCs.  (Terakhir dimutakhirkan: 8 Januari 2014)

Perkembangan ekonomi dan perdagangan terbawa oleh arus komunikasi kesejagatan


(globalisasi) yang telah membelah batas-batas negara dan sekat-sekat geografis, yang terwujud
lewat perdagangan internasional dan pola bisnis lewat komunikasi maya yang begitu kilat.
Dunia tanpa batas, seperti dinyatakan futurolog Kenichi Ohmae bukanlah khayali, melainkan
realita yang harus di hadapi.

Lahirlah organisasi dunia di bidang perdagangan World Trade Organization (WTO) atau
Organisasi Perdagangan Dunia yang di tahun 1995 merupakan tahun berdirinya organisasi ini,
sekaligus memproduksi konvensi multilateral yang memberi landasan, disertai kaedah-kaedah
atau norma-norma yang mengatur hubungan perdagangan internasional, dengan kata lain telah
dihasilkan hukum yang mengikat negara-negara anggota, khususnya di bidang perdagangan
(bisnis).

WTO menggantikan posisi GATT karena organisasi tersebut merupakan organisasi yang lebih
menyeluruh. Tujuan utamanya adalah memperkuat GATT dan memberikan sistem penyelesaian
perselisihan yang lebih berdaya secara pontensial.

WTO (World Trade Organization) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya
badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem
perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar
perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditanda-tangani oleh negara-
negara angota. Persetujuan tersebut merupakan perjanjian antar negara anggota yang mengikat
pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walau ditanda-
tangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan
jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan.

Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) merupakan satu-satunya
organisasi internasional yang mengatur perdagangan global antar negara. Fungsi utamanya
adalah untuk memastikan bahwa arus perdagangan global dapat berjalan secara lancar, dengan
sesedikit mungkin hambatan dan predictable. Fungsi tersebut dilakukan melalui penerapan
aturan perdagangan multilateral yang disepakati bersama oleh angotanya.

WTO dibentuk pada tanggal 1 Januari 1995, sebagai hasil perundingan “Putaran Uruguay”
dalam kerangka “General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Meskipun sebagai
organisasi internasional terbilang muda, namun sebagai sistem aturan perdagangan multilateral
WTO memiliki akar sejarah panjang, yaitu sejak terbentuknya GATT pada tahun 1947.
 

Sejarah Perkembangan WTO

Proses Terbentuknya WTO

 Negosiasi perdagangan dari GATT ke WTO

Sejak tahun 1948-1994, GATT membuat peraturan-peraturan perdagangan melalui serangkaian


putaran perundingan perdagangan. Putaran pertama menghasilkan pengurangan tarif (tariff
lines). Pengurangan tarif dilakukan secara cepat dalam rangka mempertahankan nilai dari
penurunan tarif yang telah di rundingkan. Dari berbagai Putaran Perundingan Perdagangan
dalam sejarah GATT, yang terpenting sebagai berikut:

Putaran Tokyo

Putaran Tokyo berlangsung sejak tahun 1973-1979, dengan 102 negara yang berpartisipasi.
Putaran Tokyo ini merupakan upaya terbesar pertama untuk menanggulangi hambatan
perdagangan (Non-tariff barriers) dan perbaikan sistem perdagangan. Kegiatan tersebut
meneruskan upaya GATT untuk menanggulangi tarif progresif.

Dalam isu lainnya, Putaran Tokyo telah gagal untuk menyelesaikan masalah utama yang
berkaitan dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan persetujuan baru mengenai “safe
guards”. Persetujuan ini bukan bersifat multilateral, namun lebih merupakan suatu permulaan.

Putaran Uruguay

Putaran terakhir dan terbesar adalah Putaran Uruguay yang berlangsung dari tahun 1986-1994
dan mengarah kepada pembentukan WTO. Putaran ini memakan waktu hampir dua kali dari
rencana jadwal semula, dengan 123 negara yang ikut berpartisipasi. Putaran ini mencakup bidang
dari sikat gigi hingga kapal pesiar, dari perbankan hingga telekomunikasi, dari beras hingga
obat-obatan. Putaran ini merupakan bentuk negosiasi perdagangan terluas yang pernah ada dan
kemungkinan besar merupakan negosiasi terbesar sepanjang sejarah. Meskipun mengalami
kesulitan dalam permulaan pembahasaan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata.
Putaran Uruguay berlangsung selama tujuh setengah tahun dalam bentuk paket perundingan
yang terdiri dari berbagai isu/sektor yang disepakati bersama. Hal ini menunjukkan bahwa
perundingan yang dilakukan melalui suatu putaran perundingan lebih produktif dibandingkan
perundingan satu sektor (sektor tunggal) karena putaran perdagangan/ trade round meliputi
banyak isu/ sektor yang memungkinkan terjadinya pertukaran kepentingan (trade-off). Sebagai
contoh: Konsensi yang diberikan di bidang pertanian dapat “ditukar” dengan konsensi penurunan
tarif di bidang tekstil. Sedangkan perundingan satu sektor/ isu (sektor tunggal) hanya
memungkinkan terjadi tukar-menukar konsensi di dalam sektor tersebut.
GATT terutama di tujukan untuk hal-hal yang terkait dengan perdagangan barang, sedangkan
WTO mencakup juga perdagangan jasa dan kekayaan intelektual (Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights).

Tujuan dan fungsi WTO

WTO memiliki tujuan penting, yaitu:

1. Mendorong arus perdagangan antar negara dengan mengurangi dan menghapus berbagai
hambatan yang dapat menganggu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa.
2. Memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang lebih permanen.
3. Penyelesaian sengketa dagang antar negara.

Keberhasilan implementasi persetujuan-persetujuan dalam WTO tergantung pada dukungan


negara anggotanya.

Adapun fungsi utama dari WTO adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kerangka kelembagaan bagi hubungan perdagangan antar anggota


dalam implementasi perjanjian dan berbagai instrumen hukum termasuk yang terdapat
didalam Annex persetujuan WTO.
2. Untuk memberikan suatu forum tetap, guna melakukan perundingan di antara negara
anggota. Mencakup isu-isu yang terdapat maupun belum terdapat dalam persetujuan
WTO.

Berdasarkan Pasal III Persetujuan WTO ditegaskan 5 fungsi yaitu:

1. Implementasi dari persetujuan WTO


2. Forum untuk perundingan perdagangan
3. Sebagai administrasi sistem penyelesaian sengketa WTO.
4. Mekanisme tinjauan atas kebijakan perdagangan.
5. Melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi internasional dan organisasi-
organisasi non-pemerintah.

Sistem Penyelesaian Sengketa  Dalam WTO

Arti Penting Sistem Penyelesaian Sengketa WTO


Arti penting dari suatu perjanjian internasional adalah pelaksanaan komitmen oleh para pihak/
negara yang telah menyepakatinya. Secanggih apa pun suatu perjanjian internasional menjadi
tidak ada artinya apabila para pihak yang terikat tidak memenuhi kewajiban sesuai isi perjanjian
yang telah disepakati. Dalam kaitan ini, mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif
merupakan unsur penting untuk “memaksakan” pemenuhan komitmen oleh pihak-pihak yang
terkait dengan perjanjian internasioanl tersebut.

Sengketa dapat muncul ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan tertentu
yang bertentangan dengan komitmennya di WTO, atau mengambil kebijakan yang kemudian
merugikan kepentingan negara lain. Penyelesaian sengketa yang terstruktur dan tepat waktu
adalah penting untuk mencegah terjadinya kerugian dalam sengketa perdagangan internasioanl
yang berkepanjangan. Disamping itu, suatu mekanisme penyelesaian sengketa yang
berlandaskan pada aturan yang telah disepakati bersama akan mencegah kecenderungan power
determines the outcome dalam sengketa antar negara maju dan negara berkembang.

Perkembangan Sejarah Sistem Penyelesaian Sengketa WTO

Sistem penyelesaian sengketa WTO merupakan inovasi murni dan sistem perdagangan
multilateral sebelumnya yang berdasarkan pada GATT 1947, tidak memiliki sistem penyelesaian
sengketa. Sistem penyelesaian sengketa WTO saat ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang
diterapkan di bawah pasal XXII dan XXIII GATT 1947 (pasal 3.1 DSU).

Prinsip-Prinsip Penyelesaian Sengketa

Negara-negara anggota WTO telah sepakat bahwa jika ada negara anggota yang melanggar
peraturan perdagangan WTO, negara-negara anggota tersebut akan menggunakan sistem
penyelesaian multilateral daripada melakukan aksi sepihak. Ini berarti negara-negara tersebut
harus mematuhi prosedur yang telah disepakati dan menghormati putusan yang diambil.

Meskipun banyak prosedur WTO yang mirip dengan proses pengadilan, negara-negara anggota
yang bersengketa tetap diharapkan melakukan perundingan dan menyelesaikan masalah mereka
sendiri sebelum terbentuknya Panel. Oleh karena itu, tahap pertama yang dilakukan adalah
konsultasi antar pemerintah yang terlibat dalam satu kasus. Bahkan sekiranya kasus tersebut
melangkah ke tahap berikutnya, konsultasi dan mediasi tetap dimungkinkan.

Para Pihak Dalam Sistem Penyelesaian Sengketa

 Pihak Terkait Dan Pihak Ketiga

Pihak pihak yang terkait dalam sistem penyelesaian sengketa hanyalah pemerintah negara
anggota WTO, yang dapat bertindak sebagai, Penggugat, Tergugat ataupun sebagai Pihak
Ketiga. Sekretariat WTO, negara pengamat WTO, organisasi regional dan internasional, atau
pemerintah daerah tidak berhak untuk melakukan proses penyelesaian sengketa di WTO.

 Peran Sektor Swasta/Non Pemerintah


Mengingat bahwa hanya pemerintah anggota WTO yang dapat mengajukan kasus sengketa,
maka individu atau pihak swasta tidak memilki akses langsung terhadap sistem penyelesaian
sengketa, bahkan meskipun seringkali mereka menjadi pihak yang terkena dampak langsung
(biasanya negatif), dari pelanggaran terhadap Persetujuan WTO (sebagai eksportir atau importir).
Hal yang sama juga berlaku bagi organisasi non-pemerintah (NGO) yang tertarik terhadap
penyelesaian sengketa yang berlangsung dimana mereka juga tidak dapat memprakarsai proses
penyelesaian sengketa.

Anda mungkin juga menyukai