Anda di halaman 1dari 15

SUMBER HUKUM DAGANG DAN

PRINSIP-PRINSIP HUKUM DAGANG

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Kartini (132020001)
2. Tirta Carolina ( 132020003)

Dosen pengampuh :
Nanang Jayani S.Pd,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR
(UNISKI)
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANANTAR

Bismillaahirahmannirahim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah hasil belajar ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih pada bapak,
Nanang Jayani S.Pd,M.Pd. Selaku Dosen mata kuliah belajar pembelajaran
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum dagang Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran , dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dikesempatan-kesempatan berikutnya,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang sumber hukum dagang dan
prinsip-prinsip hukum dagang ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Sebelumnya kami maaf apabila terdapat kesalah dan kata-kata
yang kurang berkanan dihati.
Wabillahit tauiq walhidayah,wassalamu’alam.

Kayuagung, September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………….…………............. i

DAFTAR ISI …………………………………………………...............…..... ii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………....….……………….1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………….………………1

1.3 Tujuan ……………………………………………………………....2

1.4 Manfaat ……………………………………………………………..2

II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Dagang ............................................................. 3

2.2. Sumber Hukum Dagang ................................................................ 3

2.3. Kedudukan Hukum Dagang ........................................................... 5

2.4. Contoh Hukum Dagang .................................................................. 6

2.5. Prinsip-Prinsip Hukum Dagang ................................................... 7

III PENUTUP

3.1 Simpulan………………………………………….……………..... 8

3.2 Saran………………………………………………………........…. 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….....…. 10


I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan dalam bidang ekonomi, baik yang bergerak di sektor mikro


maupun makro. Merupakan Pembangunan yang ada di dalam negeri yang tidak
dapat terpisahkan daripada intervensi pemerintah Inti permasalahan dari
keterlibatan negara dalam aktivitas ekonomi bersumber pada politik
perekonomian suatu negara. Munculnya corak sosial ekonomi dalam konsep
Kedaulatan berkaitan dengan munculnya hukum yang mengatur transaksi di
dalamnya. Dalam kaitan dengan cabang-cabang hukum yang beragam maka
negara membuat hukum yang mengatur urusan tersebut. KUHD adalah produk
yang dijadikan pedoman dasar untuk memutuskan suatu hukum yang berkembang
di masyarakat.

Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata.
Hukum perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang
merupakan hukum khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua
kelompok hukum tersebut, maka dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai
lex specialis derogat lex generalis, artinya hukum yang bersifat khusus
mengesampingkan hukum yang bersifat umum.

Sehingga dapat disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum


Dagang yang pada pokoknya menyatakan bahwa: “Kitab Undang Hukum Perdata
seberapa jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus
diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
disinggung dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Undang-Undang
Hukum Perdata seberapa jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak
khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal
yang disinggung dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dengan pengertian hukum dagang?

2. Bagaimana sumber hukum dagang ?

3. Apa saja yang termasuk prinsip-prinsip hukum dagang?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum dagang.

2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam sumber hukum dagang.

3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip hukum dagang.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat yang di harapkan dari pembuatan makalah ini

- Manfaat Untuk Penulis


1. Penulis dapat lebih menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai materi hukum dagang .
2. Penulis belajar memahami masalah dan mencari solusinya.
3. Membukan pikiran untuk memahami pembahasan.

- Manfaat Untuk pembaca


1. Pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
pembaca.
2. Melatih mengembangkan keterampilan pembaca yang efektif.
3. Mendapatkan informasi baru yang tidak diketahui.
II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Dagang

Hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak
dengan pihak lain yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang.

Definisi lain menyatakan bahwa hukum dagang merupakan serangkaian


norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan.

Hukum dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum


perikatan. Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia
dalam urusan dagang. Oleh karena itu hukum dagang tidak masuk dalam hukum
kebendaan. Kemudian hukum dagang juga berkaitan dengan hak dan kewajiban
antarpihak yang bersangkutan dalam urusan dagang.

Hukum perikatan mengatur hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang


dikategorikan ke dalam hukum perikatan. Hukum perikatan adalah hukum yang
secara spesifik mengatur perikatan-perikatan dalam urusan dagang.

2.2. Sumber Hukum Dagang

Sumber-sumber hukum dagang ialah tempat dimana bisa didapatkan


peraturan-peraturan mengenai Hukum Dagang. Beberapa sumber Hukum Dagang
yakni sebagai berikut ;

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHD)

KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan perkembangan


lapangan hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang sudah terkodifikasi, KUHD
masih terdapat kekurangan dimana kekurangan tersebut diatur dengan sebuah
peraturan perundang-undangan yang lain.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Sesuai pasal 1 KUHD, KUH Perdata menjadi sumber hukum dagang


sepanjang KUHD tidak mengatur hal-hal tertentu dan hal-hal tertentu tersebut
diatur dalam KUH Perdata khususnya buku III. Dapat dikatakan bahwa KUH
Perdata mengatur sebuah pemeriksaan secara umum atau untuk orang-orang pada
umumnya. Sedangkan KUHD lebih bersifat khusus yang ditujukan untuk
kepentingan pedagang.

3.Peraturan Perundang-Undangan

Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan


lain yang mengatur Hukum Dagang, diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan


2. UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT)
3. UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
4. UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
5. UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

4. Kebiasaan

Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan
sudah diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya,
bisa digunakn juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai
dengan pasal 1339 KUH Perdata bahwa perjanjian tidak saja mengikat yang
secara tegas diperjanjikan, tetapi juga terikat pada kebiasaan-kebiasaan yang
sesuai dengan perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian komisi, jual beli
dengan angsuran, dan lain sebagainya.

5. Perjanjian yang dibuat para pihak

Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat


secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam
hal ini, persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para
pihak. Contohnya yaitu dalam pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa
selama tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat dimana barang
berada pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan barang diperjanjikan
dengan klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan barang dilaksanakan
ketika barang sudah berada di atas kapal.

6. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan supaya pengaturan


tentang persoalan Hukum Dagang bisa diatur secara seragam oleh masing-masing
hukum nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut. Untuk bisa diterima dan memiliki kekuatan hukum yang
mengikat maka perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh masing-
masing negara yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut.Macam
perjanjian internasional yaitu sebagai berikut :

1. Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja.

Contohnya traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur
tentang sebuah pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan
melalui Keppres No.25 Tahun 1989

2. Konvensi yaitu suatu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara.


Contohnya yaitu Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.

Dari berbagai bentuk dan jenis sumber hukum, maka sumber hukum dapat
berbentuk tertulis maupun tidak tertulis, namun pada hakikatnya lebih baik dan
lebih banyak digunakan demi kepastian hukum (legalitas). Namun dalam
prakteknya peraturan kegiatan bisnis tidak hanya berbentuk tertulis, ada juga yang
tidak tertulis seperti hukum kebiasaan yang diakui dan tidak bertentangan dengan
hukum tertulis.

Mengenai pengaturan hukum dagang menurut Dr. T. Mulia Lubis, bahwa


hukum dagang Indonesia ketinggalan kereta, bila dibandingkan dengan kegiatan
ekonomi yang berkembang begitu pesat dan didukung oleh perkembangan
IPTEK. Dan sebagian besar peraturan hukum dagang Indonesia masih merupakan
peraturan peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda.
Kententuan-ketentuan yang menjadi sumber hukum formil dari hukum dagang
Indonesia antara lain :

1. Sumber hukum dagang yang dikodifikasi, yaitu :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau Burgerlijke


wetboek (BW) yang terdiri dari 4 (empat) buku yaitu :

1. Buku I Tentang Orang (Van Personen)


2. Buku II Tentang Benda (Van Zaken)
3. Buku III Tentang Perikatan (Van Verbintennissen)
4. Buku IV Tentang Pembuktian dan Kedaluwarsa (Van Bewijs en
Verjaring)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek Van


Koophandel, yang terdiri dari 2 (dua) buku, antara lain :

1. Buku I Tentang Perniagaan pada Umumnya


2. Buku II Tentang Hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perkapalan.
Peraturan Kepailitan.

2. Sumber hukum dagang diluar kodifikasi meliputi peraturan perundang-


undangan yang berlaku antara lain :
1. UU No. 1 tahun 1967 Tentang PMDN dan UU No. 12 Tahun 1967
Tentang PMA
2. UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Perasuransian dan UU No. 14 Tahun 1992
Tentang Pengangkutan
3. UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi dan UU No. 10 Tahun 1998
TentangPerbankan
4. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang PT, UU No. 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan, dan lain-lain.
2.3 Kedudukan Hukum Dagang

Dengan semakin Pesatnya perkembangan Hukum Dagang yang kian


meningkat tersebut memicu berbagai pihak untuk menciptakan sebuah pengaturan
yang tepat supaya dapat mengikuti perkembangan dagang yang sangat dinamis
hingga pada akhirnya terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Tapi terdapat pihak yang berpendapat bahwa sekarang ini KUH Dagang dan
KUH Sipil sudah tidak tepat pada tempatnya. Hal tersebut disebabkan karena
hukum dagang relatif sama dengan hukum perdata. Terlebih lagi bila ditelisik
lebih dalam, dagang bukanlah suatu pengertian hukum melainkan pengertian yang
berasal dari perekonimian.

2.4 Contoh Hukum Dagang

Ada seorang pengusaha sepatu lokal yang memberi nama produk yang
mereka hasilkan dengan nama merek terkenal. Hal tersebut dilakukan untuk
mendongkrak angka penjualan karena merek tersebut sebenarnya yaitu sebuah
brand internasional yang sudah sangat terkenal.

Mungkin memang sepatu produk lokal tersebut akan lebih laku tapi bila
hal tersebut terendus oleh pihak perusahaan resmi merek tersebut maka pengusaha
lokal tersebut dapat dikenai sangsi pidana dan jelas melanggar pasal 90 undang-
undang nomor 15 tahun 2001 tentang merk. Jadi lebih menciptakan produk dan
menciptakan brand baru yaitu jauh lebih baik dibandingkan harus berurusan
dengan hukum.

2.5 Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Dagang

Prinsip-prinsip dasar yang menjadi dasar aturan main dalam perdagangan:

1. Perlakuan yang sama untuk semua anggota (Most Favoured Nations


Treatment MFN).
Prinsip ini diatur dalam pasa lI GATT 1994 yang mensyaratkan semua
komitmen yang dibuat atau ditanda tangani dalam rangka perlakuan yang secara
kepada semua Negara anggota WTO(azasnondiskriminasi) tanpa syarat.

Misalnya suatu Negara tidak diperkenankan untuk menerapkan tingkat tariff


yang berbeda kepada suatu Negara dibandingkan dengan Negara lainnya.Dengan
berdasarkan prinsip MFN, negara-negara anggota tidak dapat begitu saja
mendiskriminasikan mitra-mitra dagangnya. Keinginan tariff impor yang
diberikan pada produk suatu Negara harus diberikan pula kepada produk impor
dari mitra dagang Negara anggota lainnya.

2. Pengikatan Tarif (Tariff Binding).

Prinsip ini diatur dalam pasal II GATT 1994 dimana setiap Negara anggota
harus memiliki daftar produk yang tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat
(legallybound). Pengikatan atas tariff ini dimaksudkan untuk menciptakan
“prediktabilitas” dalam urusan bisnis perdagangan internasional/ekspor. Artinya
suatu Negara anggota tidak diperkenankan untuk sewenang-wenang merubah atau
menaikan tingkat tariff pemasukan.

3. Perlakuan nasional (National Treatment).

Prinsip ini diatur dalam pasal III GATT 1994 yang mensyaratkan bahwa
suatu Negara tidak diperkenankan untuk memperlakukan secara diskriminasi
antara produk impor dengan produk dalam negeri (produk yang sama) dengan
tujuan untuk melakukan proteksi. Jenis-jenis tindakan yang dilarang berdasarkan
ketentuan ini antara lain,pungutan dalam negeri,undang undang, peraturan dan
persyaratan yang mempengaruhi penjualan, penawaran penjualan, pembelian,
transportasi, distribusi atau penggunaan produk , pengaturan tentang jumlah yang
mensyaratkan campuran, pemrosesan atau penggunaan produk-produk dalam
negeri. Negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan sama atas
barang-barang impor dan lokal-paling tidak setelah barang impor memasuki pasar
domestik.
4. Perlindungan hanya melalui tarif.

Prinsip ini diatur dalam pasal XI dan mensyaratkan bahwa perlindungan


atas industry dalam negeri hanya diperkenankan melalui tarif.

5. Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang (Special


Dan Differential Treatment For Developing Countries–S&D).

Untuk meningkatkan partisipasi nagara-negara berkembang dalam


perundingan perdagangan, S&D ditetapkan menjadi salah satu prinsip
perdagangan. Sehingga semua persetujuan memiliki ketentuan yang mengatur
perlakuan khusus dan berbeda bagi Negara berkembang. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan kemudahan-kemudahan bagi negara-negara untuk
melaksanakan perdagangan.

Terbukanya pasar terhadap perdagangan dengan pengecualian yang patut


atau fleksibilitas yang memadai, di pandangakan mendorong dan membantu
pembangunan yang berkesinambungan, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi
kemiskinan, dan membangun perdamaian dan stabilitas. Pada saat yang
bersamaan, keterbukaan pasar harus disertai dengan kebijakan nasional dan
internasional yang sesuai dan yang dapat memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
setiap anggota.
III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan materi diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut:

1. Hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak
dengan pihak lain yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang.s
2. Hukum perikatan mengatur hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang
dikategorikan ke dalam hukum perikatan. Hukum perikatan adalah hukum
yang secara spesifik mengatur perikatan-perikatan dalam urusan dagang.
3. Beberapa sumber Hukum Dagang yakni sebagai berikut ;
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHD)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
c. Peraturan Perundang-Undangan
d. Kebiasaan
e. Perjanjian yang dibuat para pihak
f. Perjanjian internasioanal
4. Prinsip-prinsip dasar hukum dagang
a. Perlakuan yang sama untuk semua anggota
b. Pengikatan tarif
c. Perlakuan nasioanal
d. Perlindungan hanya melalui tarif
e. Perlakuan khususdan berbagai bidang negara-negara berkembang.
3.2. SARAN

Demikianlah makalah yang pemakalah susun. Pemakalah berusaha


membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami juga menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang konstruktif kami harapkan demi perbaikan makalah di kemudian
hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Penulis berharap
kita sebagai seorang calon pendidik dapat menerapkan prinsip dan asas pokok
pendidikan yang berlaku di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

 http://chairromy.blogspot.co.id/2015/04/makalah-aspek-hukum-dalam-
ekonomi.html
 http://saidfickrihakim.blogspot.co.id/2015/05/aspek-hukum-dalam-
ekonomi-hukum-dagang.html
 Purnomo, Hadi Wahid , M.H, Sejarah Hukum Dagang.
 Pembaharuan Kitab Hukum Dagang Indonesia: Antara Kodifikasi,
Kompilasi dan Konsolidasi
 Erry Fitrya Primadhany, MH S HI Penerbit Lakeisha, 2020
 Pembaharuan Kitab Hukum Dagang Indonesia: Antara Kodifikasi,
Kompilasi dan Konsolidasi Agus Budianto

 jurnal hukum dagang, 4(2), 11-23. fauzi, a. (2018).


 konsep perdagangan di indonesia. jurnal ekonomi, 4(2), 22-43. ihsan, a.
(2016). perdagangan di islam. jurnal ekonomi ,
 Sudargo Gautama Jurnal Hukum & Pembangunan 15, 3-26, 2017
 Erie Hariyanto Al-Ihkam: Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial 4 (1), 140-
152, 2013
 Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum 47 (2), 2013

Anda mungkin juga menyukai