Anda di halaman 1dari 5

Pada umumnya hukum dagang dapat diartikan sebagai suatu hukum yang

akan mengatur segala tindakan / kegiatan manusia yang berkaitan dengan


perdangangan (kegiatan menjual dan membeli sesuatu dan guna untuk
mendapatkan keuntungan). Hukum dagang juga diartikan sebagai hukum yang
mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama
lainnya dalam lapangan perdagangan. (Zainal Asikin; Hukum Dagang; 1)

Perkembangan dari hukum dagang telah dimulai sejak abad pertengahan


Eropa (1000/1500) terutama di negara dan kota-kota Eropa dan pada saat itu di
Italia dan Prancis Selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan
(Genoa, Florence, Vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya).
Akan tetapi, pada saat itu hukum Romawi tidak dapat menyelesaikan perkara-
perkara dalam perdagangan di kota-kota tersebut, akhirnya dibuatlah hukum
baru di samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 dan ke-
17 yang berlaku bagi golongan pedagang khususnya mengatur perkara di bidang
perdagangan (peradilan perdagangan). Hukum baru ini disebut hukum pedagang
(koopmansrecht), dan hukum pedagang ini memiliki sifat unifikasi.

Bertambah pesatnya hubungan dagang ini, maka pada abad ke-17


diadakanlah kodifikasi dalam hukum dagang yang dilakukan oleh Mentri
Keuangan dari Raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan nama
Ordonnance Du Commerce 1613. Kemudian, pada 1681 disusunlah Ordonnance
De La Marine yang mengatur tentang hukum laut.

Selanjutnya, pada 1807 di Prancis pada kepemimpinan Kaisar Napoleon


dibuatlah 2 Kitab Undang-undang, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Prancis (Code Civil Des Frnacais) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Prancis (Code Du Commerce). Pada saat itu Nederland (Belanda) yang sedang
dijajah Prancis juga menginginkan adanya hukum Perdata dan hukum dagang
tersendiri bagi Nederland, maka pada tahun 1819 mulailah direncanakan dan
dibentuk Burglijk Wet Boek (BW) dan Wet Boek Van koophandel (WvK) yang
kemudian disahkan pada tahun 1838.

Burglijke Wet Boek (BW) dan Wet Boek Van Koophandel (WvK) 1838 ini
berdasarkan Asas Konkordansi menjadi contoh bagi pembuatan Kitab Undang-
Undang Hukum perdata dan Hukum Dagang di Indonesia pada 1848, dan pada
akhir abad ke-19 Prof. Molengraaff merancang Undang-Undang Kepailitan
sebagai buku III di Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Nederlands
menjadi Undang-undang yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896). Kemudian
dikarenakan pada saat itu (tahun 1838 Indonesia sedang dijajah oleh Belanda
maka Burglijke Wet Boek (BW) dan Wet Boek Van Koophandel (WvK)
diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda) sejak tahun 1848 yang
diterjemahkan dengan nama Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang di dalam
KUHD tersebut ada terdapat Hukum Kepailitan.

Pengertian Hukum Dagang

CST Kansil, menyamakan hukum dagang dengan hukum perusahaan, sehingga


hukum perusahaan adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
turut melakukan perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan.

Achmad Ichsan, mendefinisikan hukum dagang sebagai hukum yang mengatur


masalah perdagangan yaitu masalah yang timbul karena tingkah laku manusia
dalam perdagangan/perniagaan.

Hukum dagang sejatinya adalah hukum perikatan yang timbul


dari lapangan perusahaan. Istilah perdagangan memiliki akar kata dagang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah dagang diartikan sebagai
pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk
memperoleh keuntungan. Istilah dagang dipadankan dengan jual beli atau niaga.
Sebagai suatu konsep, dagang secara sederhana dapat diartikan sebagai
perbuatan untuk membeli barang dari suatu tempat untuk menjualnya kembali
di tempat lain atau membeli barang pada suatu saat dan kemudian menjualnya
kembali pada saat lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.
Perdagangan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan dagang (perihal
dagang) atau jual beli atau perniagaan (Daden Van Koophandel) sebagai
pekerjaan sehari-hari.

Ada istilah lain yang perlu untuk disejajarkan dalam pemahaman awal
mengenai hkum dagang, yaitu pengertian perusahaan dan pengertian
perniagaan.

Pengertian perniagaan dapat ditemukan dalam kitab undang undang


hukum dagang sementara istilah perusahaan tidak ditemukan. Pengertian
perbuatan perniagaan diatur dalam pasal 2-5 Kitab Undang Undang Hukum
Dagang. Dalam pasal-pasal tersebut, perbuatan perniagaan diartikan sebagai
perbuatan membeli barang untuk dijual lagi dan beberapa perbuatan Iain yang
dimasukkan dalam golongan perbuatan perniagaan tersebut. Sebagai
kesimpulan dapat dinyatakan bahwa pengertian perbuatan perniagaan terbatas
pada ketentuan sebagaimana termaktub dalam Pasal 2 5 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang sementara pengertian perusahaan tidak ditemukan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.

Perlu dijelaskan di sini bahwa Pasal 2 - 5 KUHD yang berisi istilah-istilah


dan pengertian pedagang serta perbuatan perniagaan di Nederland
telah dihapus yaitu melalui Undang-undang 2 Juli 1934 (Stb. Nomor
347 Tahun 1934) yang mulai berlaku 1 Januari 1935, yang menentukan
bahwa seluruh title I buku I W.v.K yang memuat Pasal 2 sampai dengan
Pasal 5 tentang pedagang dan Perbuatan Perdagangan dihapuskan dan
diganti dengan kata-kata "Perusahaan" dan "Perbuatan Perusahaan".

Berdasarkan asas konkordansi dalam Pasal 131 IS di Indonesia


(Hindia Belanda) diadakan pula perubahan-perubahan terhadap KUHD
melalui Undang-undang yang termuat dalam Stb.No. 276 Tahun 1938,
yaitu penghapusan Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 tentang "Pedagang" dan
"Perbuatan Perdagangan" dan diganti pula dengan istilah "Perusahaan"
dan Perbuatan Perusahaan".

Pengertian Perusahaan

Telah diuraikan sebelumnya bahwa istilah perdagangan dalam


KUHD dihapus dan diganti dengan istilah "perusahaan". Jika pengertian
perdagangan semula dapat ditemukan dalam Pasal 2 sampai 5 (lama) KUHD,
sebaliknya pengertian "perusahaan tidak terdapat dalam KUHD. Hal ini
memang sengaja dilakukan oleh pembentuk undang-undang dan pembentuk
Undang-undang tidak mengadakan penafsiran resmi dalam KUHD agar
pengertian perusahaan dapat berkembang secara baik sesuai dengan gerak
langkah dalam lalu-lintas perusahaan sendiri.

Berikut adalah beberapa pendapat pengertian perusahaan dalam ilmu


hukum dagang:

Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib


Daftar Perusahaan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, dan yang
didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba, dan berkedudukan
di wilayah RI.
Menurut Pemerintah, yang pada waktu membacakan "memorie van
toelichting" rencana undang-undang "Wetboek van Koophandle" dimuka
Parlemen, menerangkan bahwa yang disebut "perusahaan" ialah keseluruhan
perbuatan, yang dilakukan secara tidak terputus-putus, dengan terang-terangan,
dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba (bagi diri sendiri).

Hubungan KUH-Perdata dan KUH-Dagang

Sebagaimana diketahui bahwa dalam Pasal 1 KUHD ditetapkan bahwa


KitabUndang-undang Hukum Perdata berlaku sepanjang tidak diatur secara
khusus dalam Kitab ini. Dengan merujuk Pasal 1 di atas jelaslah berlaku asas
"lexspecialis derogat lex generalis" yang mempunyai arti peraturan yang khusus
akan mengesampingkan peraturan yang umum. KUHD merupakan suatu Lex
Specialis terhadap KUHPerdata yang berposisi sebagai Lex Generalis, karena
sebagai Lex Specialis kalau dalam KUHD terdapat ketentuan mengenai hal yang
sama diatur juga dalam KUHPerdata maka ketentuan dalam KUHD itulah yang
berlaku.

Kepada Siapa Hukum Dagang Berlaku

Pada awalnya KUH-Dagang (Sebelum 1 Januari 1935) berlaku secara


objektif dan subjektif bagi Pedagang.Pedagang secara objektif diartikan sebagai
kegiatan membeli barang dan dijual kembali. Pedagang secara subjektif, yaitu
siapa sajayang melakukan tindakan perdagangan sebagai pekerjaan sehari-hari.
Setelah tanggal 1 Januari 1935 terjadi perubahan istilah pedagang (Koopman)
menjadi Perusahaan (Bedrijfshandeling) yaitu tindakan yang terus-menerus dan
untuk mencari keuntungan. Dengan demikian, hukum dagang ini berlakunya
adalah bagi mereka yang menjalankan usaha yaitu yang disebut pengusaha atau
pelaku usaha.
REFRENSI

1. Asikin Zainal S.H., S.U., Dr. H., Hukum Dagang. Edisi Ke-1,
Cetakan Ke-2. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
2. https://eghasyamgrint.wordpress.com/2011/05/21/sejarah-
hukum-dagang/
3. http://kubuskecil.blogspot.co.id/2012/12/pengantar-hukum-
dagang-indonesia.html
4. http://theresiaavyanti.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-hukum-
dagang-di-indonesia.html

OKKY ADITYA PUTRA KUSUMA WARDANA HAQ


D1A016248 FAKULTAS HUKUM ILMU HUKUM
okkyaditya.pkwh@gmail.com
(087-863-579-201)
UNIVERSITAS MATARAM

Anda mungkin juga menyukai