laku manusia yang turut melakukan perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan ■ Hukum dagang adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia-manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya, dalam lapangan pekerjaan. Sumber-Sumber Hukum Dagang a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel Indonesia (W.v.K) 2. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia (BW) b. Hukum tertulis yang belum dikodifikasi, yakni peraturan perundangan khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan Sejarah KUHD ■ Pembagian hukum privat (sipil) ke dalam hukum perdata dan hukum dagang sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang berdasarkan sejarah dari Hukum Dagang. ■ Hal ini dapat di lihat dalam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang meyatakan bahwa peraturan-peraturan KUH Per dapat juga dijalankan dalam penyelesaian soal-soal yang disinggung dalam KUHD terkecuali dalam penyelesaian soal-soal yang semata-semata diadakan oleh KUHD itu. ■ Kenyataan-kenyataan lain yang membuktikan bahwa pembagian itu bukan pembagian asasi ialah – A. perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian terpenting dalam bidang perdagangan tidaklah ditetapkan dalam KUHD, tetapi diatur dalam KUH Per. – B. perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat penting juga bagi soal keperdataan ditetapkan dalam KUHD ■ Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah dimulai sejak abad pertengahan di Eropa dari tahun 1000 samapai tahun 1500. ■ Asal mula perkembangan hokum ini dapat kita hubungkan dengan terjadinya kota-kota di Eropa Barat. Pada zaman itu di Italia dan Prancis Selatan telah lahir kkota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Venesia, dll). ■ Hukum Romawi(Corpus luris Civilis) ternyata tidak dapat menyelesaikan seluruh perkara-perkara yang timbul di bidang perdagangan. Oleh karena itu di kota-kota Eropa Barat disusun peraturan-peraturan hukum baru yang berdiri sendiri di samping hukum Romawi yang berlaku ■ Hukum yang baru ini berlaku bagi golongan pedagang dan disebut hukum pedagang (Koopmansrecth). Kemudian pada abad ke 16 dan 17 sebgaian besar kota di prancis mengadakan pengadilan-pengadilan istimewa khusus menyelesaikan perkara-perkara di bidang perdagangan (pengadilan pedagang) ■ Hukum pedagang ini pada mulanya belum merupakan unifikasi, berlakunya satu system hukum untuk seluruh daerah, karena berlakunya masih bersifat kedaerahan. Kemudian karena eratnya hubungan perdagangan antardaerah, maka dirasakan perlu adanya suatu kesatuan hukum di bidang hukum pedagang ini. ■ Pada abad ke 17 diadakanlah kodifikasi dalam hukum pedagang. Menteri Keuangan dari Raja Louis XIV (1643-1715) yaitu Colbert membuat suatu peraturan yaitu Ordonnance du Commerce (1673). ■ Peraturan ini mengatur hukum pedagang itu sebagai hukum untuk golongan tertentu yakni kaum pedagang. Ordonnance du Commerce ini dalam tahuan 1681 diusulkan dengan suatu peraturan lain yakni Ordonnance de la Marine, yang mengatur hukum perdagangan laut (untuk pedagang-pedagang kota pelabuhan). ■ Pada tahun 1807 di Prancis di samping adanya Code Civil des Francais, yang mengatur Hukum perdata Prancis, telah dibuat lagi suatu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersendiri, yakni Code de Commerce. ■ Dengan demikian pada tahu 1807 di prancis terdapat Hukum Dagang yang dikodifikasikan dalam Code de Commercce yang dipisahkan dari Hukum Perdata yang dikodifikasikan dalam Code Civil. Code de Commerce ini memuat peraturan-peraturan hukum yang timbul dalam bidang perdagangan sejak zaman pertengahan. Adapun yang menjadi dasar bagi penyusun Code de Commerce (1807) itu ialah antara lain Ordonnance du Commerce (1673) dan Ordonnance de la Marine (1681) tersebut. ■ Kemudian kodifikasi-kodifikasi hukum Prancis 1807 (yakni Code Civil dan Code de Commerce) dinyatakan berlaku juga di Netherlands sampai tahun 1838. ■ Dalam pada itu, pemerintah Netherlands menginginkan adanya Hukum Dagang sendiri, dalam usul KUHD Belanda dari tahun 1819 direncanakan sebuah KUHD yang terdiri atas 2 kitab, akan tetapi di dalamnya tidak mengakui lagi pengadilan istimewa yang menyelesaikan perkara-perkara yang timbul di bidang perdagangan, akan tetapi perkara dagang diselesaikan di muka pengadilan biasa. ■ Usul KUHD Belanda inilah yang kemudian di sahkan menjadi KUHD Belanda tahun 1838. akhirnya, berdasarkan asas konkordansi, maka KUHD Netherlands 1838 ini kemudian menjadi contoh bagi pembuatan KUHD Indonesia 1848. ■ Berdasarkan asas konkordansi pula, perubahan ini diadakan juga di Indonesia pada tahun 1906. pada tahun 1906 itulah Kitab III KUHD Indonesia diganti dengan Peraturan Kepailitan yang berdiri sendiri (diluar KUHD). Sehingga semenjak tahun 1906 KUHD Indonesia hanya terdiri atas dua kitab saja, yakni Kitab I yang berjudul : tentang Dagang Umumnya dan Kitab II berjudul: tentang Hak-Hak dan Kewajiban-Kewajiban yang Terbit dari Pelayaran. Perubahan Bab 1 Kitab I KUHD Indonesia ■ Mengenai istilah Hukum Dagang, apakah sekarang ini masih tepatl digunakan, ada yang berpendapat bahwa istilah itu tidak tepat lagi. Pendapat ini didasarkan pada Wet (UU Belanda) tanggal 2 Juli 1934| yang menghapuskan seluruh Bab I dari Kitab I KUHD yang memuat J Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 mengenai ’’pedagang dan perbuatan dagang” dan menggantikannya dengan istilah-istilah perusahaan dan j perbuatan-perbuatan perusahaan, sehingga dengan demikian akan lebih tepatlah kalau dipergunakan istilah ”hukum perusahaan”. ■ Seperti diketahui dahulu ada pendapat, bahwa Hukum Dagang adalah Hukum Pedagang. Pendapat bahwa cukup Dagang sebagai Hukum Pedagang antara lain terlaksana dalam Pasal 2 (lama) KUHD yang menyatakan, Pedagang-pedagang 'adalah mereka yang menjajankan perbuatan-perbuatan dagang sebagai pekerjannya sehari-hari” ■ Pasal 2 (lama) mengemukakan, ’’Perbuatan-perbuatan dagang ialah pada umumnya perbuatan-perbuatan/mengenai pembelian barang-barang untuk dijual lagi, baik secara besar- besaran maupun secara kecil-kecilan, baik secara mentah atau kasar maupun setelah dikerjakan ataupun hanya untuk’disewakan pemakaiannya saja ■ Sedang Pasal 4 (lama) memperluas pengertian perbuatan-perbuatan dagang dan Pasal 5 (lama) mengatur tentang kewajiban-kewajiban yang timbul karena kerusakan kapal dan sebagainya. Adapun maksud pembuat undang-undang ialah bahwa Pasal 2 sampai dengan 5 (lama) dari KUHD itu merupakan perincian yang lengkap (ingat unsur kodifikasi), sehingga tidak ada lagi lain-lain perbuatan dagang dan perikatan dagang di luar pasal-pasal tersebut/ ■ Namun ketentuan demikian menimbulkan kesulitan-kesulitan pada waktu itu, antara Iain: a. perdagangan dalam hal barang-barang tetap yang banyak terjadi dalam masyarakat tidak dimasukkan dalam pengertian perdagangan menurut pasai tersebut dalam KUHD b. amat sukar menentukan apakah sesuatu perbuatan termasuk perbuatan dagang menurut perumusanKUHD atau tidak. (dan menentukan apakah seseorang itu adalah pedagang atau bukan pedagang; c. apabila teijadi, bahwa di dalam suatu perjanjian tidaklah buat kedua pihak merupakan suatu perbuatan dagang, misalnya seorang partikelir (swasta) membeli Sebuah sepeda dari seorang pedagang sepeda. ■ Garis besar kesulitan inilah yang telah mendesak pihak penguasa peraturan-peraturan untuk sebanyak mungkin melenyapkan perbedaan- perbedaan hukum antara golongan pedagang dalam arti yang disebutkan dalam KUHD dengan golongan-golongan lainnya. ■ Demikianlah di Netherlands dalam tahun 1934 terjadi perubahan dalam Hukum Dagang yang dilakukan dengan Wet tanggal 2 Juli 1934 (Stb. 1934 No.347). ■ Dengan UU inilah dilenyapkan pegertian-pengertian mmenurut KUHD tentang pedagang, perbuatan dan perikatan dagnag yang sebelum berlakunya Wet tersebut merupakan hokum pedagang. ■ Jelasnya, dengan Wet 2 Juli 1934 itulah dihapuskannya seluruh Bab I dari Kitab I KUHD (yang telah berlaku sejak 1 Oktober 1838 di] Netherlands) yang memuat Pasal 2 sampai dengan 5 mengenai pedagangJ pedagang dan perbuatan-perbuatan dagang. Dan seperti dikatakan tadij sebagai gantinya dimasukkan dalam undang-undang ini istilah-istilah perusahaan dan perbuatan-perbuatan perusahaan. Akan tetapi dalam undang-undang ini tidak dimuat penjelasan resmi tentang istilah ”perusahaan” dan ’’perbuatan-perbuatan perusahaan”, sehingga hal tersebut harus diserahkan kepada dunia keilmuan dan yurisprudensi ■ Perubahan yang terjadi di Netherlands dalam tahun 1934 itu berdasarkan asas konkordansi (vide Pasal 75 R.R.) di Indonesia diadakan pula perubahan dengan Stb. 1938 No. 276 yang mulai berlaku pada tanggal 17 Juli 1938. ■ Dapat pula ditambahkan di sini, bahwa sebelum berlakunya Stb. 1934/347 di Netherlands dan Stb. 1938/276 di Indonesia KUHD telah pernah mengalami perubahan dalam Bab II Kitab I KUHD mengenai Pasal 6 tentang Pembukaan. Perubahan dalam Pasal 6 KUHD ini dilakukan dengan Stb. 1927 No. 146 pada 9 Juni 1927.