Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH HUKUM PERDATA DAN HUKUM DAGANG

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis.

Dosen Pengampu : Syahruddin Y,Se.Mm

Disusun Oleh :

M. Daud 2101026181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS MULAWARMAN 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur
masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III BW. Dengan kata lain,
Hukum Dagang adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengatur seseorang dengan orang
lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi KUHD dan KUH
Perdata. Hukum Dagang dapat pula dirumuskan sebagai serangkaian kaidah yang mengatur
tentang dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan.
Hukum Perdata ialah hukum yang mengatur hubungan antara perorangan di dalam
masyarakat. Perkataan Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi semua Hukum Privat
materiil dan dapat juga dikatakan sebagai lawan dari Hukum Pidana. Untuk Hukum Privat
materiil ini ada juga yang menggunakan dengan perkataan Hukum Sipil, tapi oleh karena
perkataan sipil juga digunakan sebagai lawan dari militer maka yang lebih umum digunakan
nama Hukum Perdata saja, untuk segenap peraturan Hukum Privat materiil (Hukum Perdata
Materiil). Dan pengertian dan Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil) ialah hukum yang
memuat segala peraturan yang mengatur hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan
kepentingan dari masing-masing orang yang bersangkutan. Dalam arti bahwa di dalamnya
terkandung hak dan kewajiban seseorang dengan sesuatu pihak secara timbal balik dalam
hubungannya terhadap orang lain di dalam suatu masyarakat tertentu. Disamping Hukum Privat
Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang lebih dikenal sekarang yaitu dengan HAP
(Hukum Acara Perdata) atau proses perdata yang artinya hukum yang memuat segala peraturan
yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan praktek di lingkungan pengadilan perdata. Di
dalam pengertian sempit kadang-kadang Hukumi Perdata ini digunakan sebagai lawan Hukum
Dagang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana sejarah hukum perdata?
b. Bagaimana sejarah hukum dagang?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah hukum perdata.
b. Untuk mengetahui sejarah hukum dagang.

2
BAB II
ISI

2.1 Sejarah Hukum Perdata


Sejarah Perkembangan hukum Perdata di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
perkembangan Ilmu Hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti perkembangan hukum
perdata di Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan hukum di negara-negara lain,
terutama yang mempunyai hubungan langsung. Indonesia sebagai negara yang berada di bawah
pemerintahan Hindia Belanda maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak terlepas
dari kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda. Menurut Kansil (1993 : 63), tahun
1848 menjadi tahun yang amat penting dalam sejarah hukum Indonesia. Pada tahun ini hukum
privat yang berlaku bagi golongan hukum Eropa dikodifikasi, yakni dikumpulkan dan
dicantumkan dalam beberapa kitab undang-undang berdasarkan suatu sistem tertentu. Pembuatan
kodifikasi dalam lapangan hukum perdata, dipertahankan juga asas konkordansi, risikonya
hampir semua hasil kodifikasi tahun 1848 di Indonesia adalah tiruan hasil kodifikasi yang telah
dilakukan di negeri Belanda pada tahun 1838, dengan diadakan beberapa perkecualian agar dapat
menyesuaikan hukum bagi golongan hukum Eropa di Indonesia dengan keadaan istimewa.
Sumber pokok Hukum Perdata ialah Kitab Undang-Undang Hukum Sipil disingkat
KUHS atau Burgerlijk Wetboek (BW). Sumber KUHS sebagian besar adalah hukum perdata
Prancis, yaitu Code Napoleon tahun 1811-1838 sebagai akibat pendudukan Prancis di Belanda
maka Hukum Perdata Prancis berlaku di negeri Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum
Sipil yang resmi. Sedangkan dari Code Napoleon ini adalah Code Civil yang dalam
penyusunannya mengambil karangan pengarang-pengarang bangsa Prancis tentang Hukum
Romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada zaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling
sempurna. Peraturan-peraturan yang belum ada pada zaman Romawi tidak dimasukkan dalam
Code Civil, tetapi dalam kitab tersendiri ialah Code de Commerce. Setelah pendudukan Prancis
berakhir oleh pemerintah Belanda dibentuk suatu panitia yang diketuai Mr. J.M. Kemper dan
bertugas membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan sumber
sebagian besar Code Napoleon dan sebagian kecil hukum Belanda Kuno.
Setelah bangsa Indonesia merdeka dan sampai saat ini Kitab UndangUndang Hukum
Perdata yang dikodifikasi tahun 1848 masih tetap dinyatakan berlaku di Indonesia. Adapun dasar
hukum berlakunya Kitab UndangUndang Hukum Perdata tersebut adalah Pasal 1 Aturan
peralihan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selengkapnya
berbunyi “Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.

2.2 Sejarah Hukum Dagang

Sejarah hukum romawi, hubungan antar warga diatur dalam Corpus Juris Civilis, yaitu
hasil karya perundang-undangan yang diprakarsai oleh Kaisar Justianus. Peraturan perundang-
undangan ini mengatur hubungan keperdataan antar warga. Sementara itu, arus perpindahan

3
penduduk khususnya kaum pedagang dari satu tempat ke tempat lainnya sangat cepat sehingga
munculah kota-kota dagang di kawasan Benua Eropa. Ketentuan dalam corpus juris civilis
dilaksanakan tidak memadai lagi untuk mengatur hubungan dagang, baik antar sesama penduduk
asli maupun kaum pendatang. Oleh karena itu, hubungan antara pedagang diatur berdasarkan
Kebebasan Berkontrak dan keputusan pengadilan dagang atau jurisprudensi. Hal inilah yang
dijadikan hukum kebiasaan oleh para pedagang dan penduduk dalam melakukan transaksi bisnis.
Pada permulaan abad ke-19 Prancis mulai melakukan kodifikasi baik di bidang Hukum
Perdata (Code Civil) maupun Hukum Dagang (Code de Commerce). Jika ditilik secara saksama
kedua kodifikasi tersebut tampaknya pengkodifikasian yang dilakukan oleh Prancis, tidak jauh
berbeda dengan kebiasaan yang berlaku dikalangan para pedagang.Kebiasaan yang sudah ada
mereka patuhi sebagai undang-undang. Untuk itulah ketika Louis ke-14 berkuasa di Prancis, dia
meminta kepada stafnya untuk mensistematisasikan kententuan yang menyangkut masalah
hukum dagang tersebut. Hasilnya dapat dilihat yakni muncul:
a. Ketentuan tentang perdagangan pada umumnya (Ordonnance De Commerce) pada tahun 1673.
b. Ketentuan tentang perdagangan memalui laut (Ordonnance De la Marina) pada tahun 1681.
c. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Code De Commerce) yang dibuat pascarevolusi
Prancis pada tahun 1789.
Kodefikasi Hukum Perdata (Code Civil) dan Hukum Dagang (Code De Commerce)
Prancis tidak jauh berbeda dengan kodefikasi di Belanda, yaitu Hukum Perdata (Burgerlijke
Wetboek) dan Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel). Demikian juga pada waktu 13
Belanda menjajah Indonesia, maka di daerah jajahannya berdasarkan asas konkordasi
diberlakukan ketentuan hukum Prancis, yaitu KUHD dan KUH Perdata. Perubahan Bab I KUHD
Indonesia, di mana istilah hukum dagang masih berbeda pendapat bahwa istilah tersebut tidak
tepat. Pendapat ini didasarkan pada Wet (UU Belanda) tanggal 2 Juli 1934 yang menghapuskan
seluruh Bab I dari KUHD yang memuat Pasal 2 s/d Pasal 5 mengenai “pedagang dan perbuatan
dagang” dan menggantikan dengan istilah perusahaan, sehingga lebih tepat digunakan istilah
“hukum perusahaan” . Beberapa kesulitan yang ditimbulkan dari rumusan pasal-pasal tersebut
antara lain yaitu:
a. Perdagangan dalam hal barang-barang tetap yang banyak terjadi dalam masyarakat tidak
dimasukan dalam pengertian perdagangan menurut pasal tersebut dalam KUHD.
b. Amat sukar menentukan apakah sesuatu perbuatan termasuk perbuatan dagang menurut
perumusan KUHD atau tidak dan menentukan apakah seseorang itu adalah pedangang atau
bukan pedagang.
c. Apabila terjadi, bahwa di dalam suatu perjanjian tidaklah buat kedua belah pihak merupakan
suatu perbuatan dangan, misalnya seorang partikelir (swasta) membeli sebuah sepeda dari
seorang pedagang sepeda.
Hal kesulitan ini yang membuat pihak penguasa peraturan untuk sebanyak mungkin
melenyapkan perbedaan-perbedaan hukum antara golongan pedagang. Maka pada tahun 1934 di
Netherlands terjadi perubahan dalam hukum dagang yang dilakukan dengan Wet tanggal 2 Juli
1934 (Stb. 1934 No. 347) namun sebagai ganti pada undang-undang ini tidak dimuat penjelasan
resmi tentang istilah “perusahaan dan perbuatan perusahaan”. Selanjutnya, perubahan yang
4
terjadi di Netherlands tersebut berdasarkan asas konkordansi (vide Pasal 75 R.R) di Indonesia
dilakukan juga perubahan dengan Stb 1938 No.276 .

BAB III
KESIMPULAN

5
3.1 Kesimpulan
Sejarah Perkembangan hukum Perdata di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
perkembangan Ilmu Hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti perkembangan hukum
perdata di Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan hukum di negara-negara lain,
terutama yang mempunyai hubungan langsung. Indonesia sebagai negara yang berada di bawah
pemerintahan Hindia Belanda maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak terlepas
dari kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda.
Sejarah hukum romawi, hubungan antar warga diatur dalam Corpus Juris Civilis, yaitu
hasil karya perundang-undangan yang diprakarsai oleh Kaisar Justianus. Peraturan perundang-
undangan ini mengatur hubungan keperdataan antar warga. Sementara itu, arus perpindahan
penduduk khususnya kaum pedagang dari satu tempat ke tempat lainnya sangat cepat sehingga
munculah kota-kota dagang di kawasan Benua Eropa. Ketentuan dalam corpus juris civilis
dilaksanakan tidak memadai lagi untuk mengatur hubungan dagang, baik antar sesama penduduk
asli maupun kaum pendatang. Oleh karena itu, hubungan antara pedagang diatur berdasarkan
Kebebasan Berkontrak dan keputusan pengadilan dagang atau jurisprudensi.

DAFTAR PUSTAKA

6
Sitepu,Camelia Fanny dkk.(2018). SEJARAH HUKUM PERDATA DAGANG di INDONESIA:
PENDEKATAN KEPUSTAKAAN.Niagawan,Vol 7 No 3.

Sundawa,Dadang.Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Indonesia.Modul.

Sumadi,Putu Sudarma.(2019).Hukum Dagang Internasional.Sidoarjo:Zifatama Jawara.

Sastro,Marlia.(2015).Hukum Dagang.Modul

Anda mungkin juga menyukai