Anda di halaman 1dari 4

Diskusi Minggu 1 ada beberapa hal yang kiranya perlu penjelasan dari rekan-rekan:

1. Bagaimana Hukum Perdata umum terutama unsur-unsurnya yang terkait dengan hukum
perjanjian! Kemudian jelaskan syarat-syarat sahnya perjanjian yang merupakan salah satu
sumber perikatan. Diskusikan pula tentang perjanjian bernama dan tidak bernama, apa
perbedaan pokoknya?

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne mengartikan
hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah:

“suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat ecensial bagi kebebasan
individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum public
memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah:

“aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya


memberikan perlindungan pada kepentingan prseorangan dalam perbandingan yang tepat
antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu
masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengertian hukum perdata yang dipaparkan para
ahli di atas, kajian utamnya pada pengaturan tentang perlindungan antara orang yang satu
degan orang lain, akan tetapi di dalam ilmu hukum subyek hukum bukan hanya orang tetapi
badan hukum juga termasuk subyek hukum, jadi untuk pengertian yang lebih sempurna yaitu
keseluruhan kaidah-kaidah hukum(baik tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur
hubungan antara subjek hukum satu dengan yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan di
dalam pergaulan kemasyarakatan.
Di dalam hukum perdata terdapat 2 kaidah, yaitu:
1. Kaidah tertulis
Kaidah hukum perdata tertulis adalah kaidah-kaidah hukum perdata yang terdapat di dalam
peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:
1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.
Yang dimaksud dengan traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua Negara atau
lebih dalam bidang keperdataan. Trutama erat kaitannya dengan perjanjian internasioanl.
Contohnya, perjanjian bagi hasil yang dibuat antara pemerintah Indonesia denang PT
Freeport Indonesia.
Yurisprudensi atau putusan pengadilan meruapakan produk yudikatif, yang berisi kaidah atau
peraturan hukum yang mengikat pidahk-pihak yang berperkara terutama dalam perkara
perdata. Contohnya H.R 1919 tentang pengertian perbuatan melawan hukum . dengna
adanya putsan tersebut maka pengertian melawan hukum tidak menganut arti luas. Tetapi
sempit. Putusan tersebut di jadikan pedoman oleh para hakim di Indonesia dalam memutskan
sengketa perbutan melawan hukum.

2. Kaidah tidak tertulis


Kaidah hukum perdata tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum perdata yang timbul,
tumbuh, dan berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat (kebiasaan)

Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut :
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan ( perjanjian )
2. Perikatan yang timbul dari undang-undang
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum dan perwakilan sukarela.

Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :


1. Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata )
Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. Perikatan
ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu.
2. Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata )
Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
3. Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata )
Perikatan yang lahir karena undang-undang timbul dari undang-undang atau dari
undang-undang sebagai akibat perbuatan orang.

Azas-azas Dalam Hukum Perikatan


1. Asas Kebebasan Berkontrak : Ps. 1338: 1 KUHPerdata.
2. Asas Konsensualisme : 1320 KUHPerdata.
3. Asas Kepribadian : 1315 dan 1340 KUHPerdata.
Pengecualian : 1792 KUHPerdata dan 1317 KUHPerdata
Perluasannya yaitu Ps. 1318 KUHPerdata.
Asas Pacta Suntservanda® asas kepastian hukum: 1338 1 KUHPerdata.

2. Jelaskan secara singkat sejarah hukum dagang dan kepailitan.

Sejarah hukum kepailitan di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari warisan Belanda.
Awalnya, aturan seputar kepailitian termaktub dalam Wetboek Van Koophandel atau biasa
disebut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan Reglement op de
Rechtsvoordering (RV). Perbedaan antara KUHD dan RV terletak pada peruntukkannya.
KUHD memuat pengaturan kepailitan untuk pedagang, sedangkan RV untuk bukan
pedagang. Pada praktiknya, implementasi KUHD dan RV memiliki kelemahan seperti terlalu
banyak formalitas, biaya tinggi, minimnya peran kreditur dan waktu yang berlarut-larut.
Aturan seputar kepailitan dalam KUHD dan RV kemudian diganti dengan Failistment
Verordenning yang berlaku berdasarkan Staatblaads No. 276 Tahun 1905 dan Staatsblaad
No. 348 Tahun 1906. Seperti halnya Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), masa
keberlakukan Failistment Verordenning juga berlangsung cukup lama, sejak tahun 1905
hingga 1998.

Keberlakuan Failistment Verordenning kemudian terhenti ‘berkat’ badai krisis moneter


(krismon) yang melanda Indonesia. Krisis moneter yang begitu dahsyat tidak hanya
menghancurkan stabilitas moneter nasional, tetapi juga mengakibatkan sejumlah
perusahaan nasional maupun multinasional di Indonesia pailit. Menyikapi kondisi ini,
Pemerintah Indonesia yang berkuasa saat itu, era Presiden (alm) Soeharto menerbitkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) Nomor 1 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-undang Kepailitan. PERPU Nomor 1 Tahun 1998 kemudian resmi
ditetapkan sebagai undang-undang oleh UU Nomor 4 Tahun 1998.

Secara substansi PERPU Nomor 1 Tahun 1998 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan UU
Kepailitan warisan Belanda, Failistment Verordenning. Namun, beberapa norma baru dalam
PERPU Nomor 1 Tahun 1998 yang secara signifikan mengubah konsep pengaturan seputar
kepailitan antara lain batas waktu penyelesaian perkara kepailitan, kurator swasta, dan
tentunya pembentukan pengadilan niaga. dalam PERPU Nomor 1 Tahun 2004,
pembentukan pengadilan niaga dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
sistem penyelesaian perkara kepailitan yang berlaku sebelumnya khususnya yang berkaitan
dengan waktu dan sistem pembuktian

Berselang enam tahun, regulasi di bidang kepailitan kembali mengalami dinamika dengan
terbitnya UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU). Dibandingkan PERPU Nomor 1 Tahun 1998, UU Kepailitan dan
PKPU memiliki cakupan yang lebih luas sebagai respon atas perkembangan hukum kepailitan
di Tanah Air. Selain itu, UU Kepailitan dan PKPU juga memberikan batasan yang tegas terkait
pengertian “utang” dan “jatuh waktu”.

UU Kepailitan dan PKPU dibuat untuk mengantisipasi permasalahan-permasalahan sebagai


berikut:

1. perebutan harta debitur jika dalam waktu yang bersamaan terdapat beberapa kreditur
yang menagih piutangnya kepada debitur.
2. Kedua, kreditur selaku pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya
dengan cara menjual barang milik debitur tanpa memperhatikan kepentingan debitur
atau para kreditur lainnya.
3. Ketiga, potensi kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditur atau debitur

3. Jelaskan pengertian hukum dagang dan kepailitan, serta bagaimana kedudukan hukum
dagang dalam hukum perdata?
Adapun hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata tercantum dlm KUHD(PASAL 1 KUHD).
Prof. Subeki berpendapat bahwa terdapatnya KUHD di samping KUHS sekarang ini dianggap tidak
pada tempatnya. Hal ini dikarenakan Hukum Dagang relatif sama dengan Hukum Perdata. Selain itu,
pengertian “dagang” bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu pengertian
perekonomian. Pembagian Hukum Sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu
karena dalam Hukum Romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat
dalam KUHD, sebab perdagangan antarnegara baru berkembang dalam abad pertengahan.

Pada beberapa negara, misalnya di Amerika Serikat dan Swiss, tidak terdapat suatu Kitab UU Hukum
Dagang yang terpisah dari KUHS. Dahulu memang peraturan-peraturan yang termuat dalam KUHD
dimaksudkan hanya berlaku bagi kalangan pedagang saja, misalnya : a.Hanyalah pedagang yang
diperbolehkan membuat surat wesel. b.Hanyalah pedagang yang yang dapat dinyatakan pailit. Akan
tetapi sekarang ini KUHD berlaku bagi setiap orang, termasuk yang bukan pedagang.

bahwa kedudukan KUHD terhadap KUHS adalah sebagai Hukum khusus terhadap Hukum umum.

Anda mungkin juga menyukai