Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne
mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah:
“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi
kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan.
Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan
pribadi”
1
2. Arti luas
Hukum perdata dalam arti luas adalah bahan hukum sebagaimana tertera
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yaitu segala hukum pokok
yang mengatur kepentingan perseorangan, dan juga Kitab Undang-Undang hukum
dagang Wetboek van Koophandel (WVK) beserta sejumlah undang-undang yang
disebut undang-undang tambahan lainnya seperti peraturan yang ada dalam
KUHPerdata, KUHD, serta sejumlah undang-undang tambahan (UU pasar modal,
UU tentang PT dan sebagainya)).
3. Arti sempit
Hukum perdata dalam arti sempit yaitu hukum perdata sebagaimana yang
terdapat dalam KUHPerdata saja.
2
hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum
perdata di temukan.[4]
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
3
Undang-Undang Hukum Perdata. Berikut ini, disajikan sistematika Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia, Belanda, Rusia, Perancis dan
Jerman.[6]
4
Book 7 : Particular Contracts (revised) (perjanjian khusus)
Sementara itu, Rusia merupakan salah satu negara yang cukup maju dalam
perkembangan hukum, khususnya hukum perdata, karena dinegara ini telah
menetapkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Federasi Rusia, yang disebut
dengan The Civil Code of the Russian Federation. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Federasi Rusia ditetapkan dalam dua tahap, yaitu :[8]
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Rusia terdiri dari 1551 pasal atau
artikel dan empat bagian dan masing-masing dibagi dalam divisi-divisi. Code
Civil Prancis terdiri dari empat buku dan terdiri atas bagian dan pasal, jumlah
pasal yang tercantum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Prancis, yaitu
sebanyak 2302 pasal. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jerman atau disebut
juga German Civil Code atau Bürgerlichen Gesetzbuches (BGB) terdiri dari
empat buku dan 2385 pasal, dan ditetapkan pada 18 agustus 1896.
5
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan
asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara
formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
kedua belah pihak.
3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara
mereka dibelakang hari.
6. Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk
menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui
kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan
perjanjian itu dengan itikad baik
6
7. Asas Kepastian Hukum,
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak.
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat
prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang
melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai
kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu
faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati
nuraninya
9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan
itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas
inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan
membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting
dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan
akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana
diinginkan oleh para pihak.
7
10. Asas Kepatutan.
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan
berdasarkan sifat perjanjiannya
8
1. Hukum Perdata pada masa penjajahan Belanda
Sebagai negara jajahan, maka hukum yang berlaku di Indonesia adalah
hukum bangsa penjajah. Hal yang sama untuk hukum perdata. Hukum perdata
yang diberlakukan bangsa Belanda untuk Indonesia mengalami adopsi dan
perjalanan sejarah yang sangat panjang.
Pada mulanya hukum perdata Belanda dirancang oleh suatu panitia yang dibentuk
tahun 1814 yang diketuai oleh Mr.J.M Kempers (1776-1824). Tahun 1816,
Kempers menyampaikan rencana code hukum tersebut pada masa pemerintahan
Belanda didasarkan pada hukum belanda kunodan diberi nama own Kempers.
Dalam perjalanannya bagi orang-orang Tiong Hoa dan bukan Tiong Hoa
mengalami pembedaan dalam pelaksanaan perundang-undangan dalam hukum
perdata.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu
dalam pergaulan masyarakat.
10
Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan atau
menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil
itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.
Dalam hukum perdata juga ada asas-asa dan juga sumber-sumber hukum,
sejarah hukum perdata di Indonesia juga tak lepas dari Belanda.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun tentang Hukum Perdata. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga
masih banyak kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.
11
Salim HS, Hukum Perdata Tertulis, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Sofwan, Sri Sudewei Masjchoen, Hukum Perdata dan Hukum Benda, Yogyakarta:
Liberty.
Tutik, Titik Triwulan, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta:
Kencana, 2010.
http://yosepaliyinsh.blogspot.co.id/2012/09/asas-asas-hukum-perdata.html diakses
pada tanggal 13/09/2015
http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hukum-perdata.html
diakses pada tanggal 13/09/2015
http://www.hukumsumberhukum.com/2014/05/hukum-materil-dan-hukum-
formil.html diakses tanggal 13/09/2015
[1] Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), hlm. 209.
[2] http://www.hukumsumberhukum.com/2014/05/hukum-materil-dan-hukum-
formil.html di akses tanggal 13/09/2015
[5] http://ilmuhukumuin-suka.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hukum-
perdata.html diakses pada tanggal 13/09/2015
12
[6]Erlis Septiana nurbani, Perbandingan Hukum perdata, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), hlm. 17.
[9] http://yosepaliyinsh.blogspot.co.id/2012/09/asas-asas-hukum-perdata.html
diakses pada tanggal 13/09/2015
[10] Salim HS, Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 8-10.
[11] Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional,
(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 20-25.
13