Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintahan yang baik dan dapat dikatakan berjalan efektif apabila pemerintahnya
diberi kewenangan untuk memproduksi dua produk hukum yakni peraturan perundang
undangan dan keputusan. Peraturan perundang-undangan merupakan produk hukum tertulis
yang materi atau substansinya mempunyai daya ikat sebagian atau seluruh penduduk wilayah
negara. Berbeda dengan keputusan atau yang dikenal dengan istilah keputusan tata usaha
negara yang merupakan produk hukum yang bersifat in concreto atau hanya berlaku terhadap
pihak-pihak yang berperkara saja.
Keputusan Tata Usaha Negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman,
Otto Meyer, dengan istilahverwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan
nama beschikking oleh Vollenhoven dan C.W. van der Pot. Di Indonesia istilah Beshikking
diperkenalkan pertama kali oleh WF. Prins. Keputusan tata usaha negara merupakan
penetapan tertulis yang diproduksi atau dibuat oleh pejabat tata usaha negara yang
mendasarkan diri pada peraturan perundang-undangan, bersifat konkrit, individual dan final.
Keputusan Administratif merupakan suatu pengertian yang sangat umum dan abstrak, yang
dalam praktik tampak dalam bentuk keputusan-keputusan yang sangat berbeda. Namun
demikian keputusan administratif juga mengandung ciri-ciri yang sama, karena akhirnya
dalam teori hanya ada satu pengertian “Keputusan Administratif”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Keputusan Tata Usaha Negara?
2. Apa unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah KTUN?
3. Bagaimana susunan sebuah KTUN?
4. Apa kaidah dan syarat sah pembentukan KTUN?
5. Apa saja bentuk-bentuk KTUN?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian KTUN
2. Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah KTUN
3. Mengetahui susunan KTUN
4. Mengetahui kaidah dan syarat sah pembentukan KTUN
5. Mengetahui Apa saja bentuk-bentuk KTUN

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara


Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarajan jerman,
Otto Meyer, dengan istilah verwaltungsakt.1 Istilah ini dalam bahasa Belanda, biasa disebut
beschikking yang berarti norma hukum yang bersifat individual dan konkret sebagai
2
keputusan pejabat tata usaha negara atau administrasi negara. Di Indonesia istilah
beschikking pertama kali diperkenalkan oleh WF. Prins. KTUN sering juga disebut dengan
istilah keputusan administrasi negara dalam praktik, keputusan yang bersifat beschikking ini
bisa disebut juga dengan istilah penetapan. Namun tetap ada perbedaan dalam penyebutan
istilah ini diantara beberapa sarjana hukum. Seperti E. Utrecht yang yang biasa menggunakan
istilah ketetapan dari pada penetapan. WF. Prins dengan istilah keputusan. Dan Djaenal
Hoesen Koeseomahatmadja yang mengatakan bahwa penggunaan istilah keputusan barang
kali akan lebih tepat untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dengan istilah ketetapan.
Menurutnya di Indonesia istilah ketetapan sudah memiliki pengertian teknis yuridis, yaitu
sebagai ketetapan MPR yang berlaku ke luar dan ke dalam. Seiring dengan berlakunya UU
No.12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, istilah beschikking
itu diterjemahkan dengan keputusan.
Istilah “ketetapan” dalam hal ini belum ada kesatuan pendapat diantara banyak pakar
hukum administrasi. Akan tetapi, maksudnya adalah sama, merupakan keputusan tertulis dari
administrasi negara yang mempunyai akibat hukum untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Berikut ini terdapat definisi keputusan yang diberikan oleh beberapa sarjana.
1. Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintah untuk
melaksanakan hal khusus, diciptakan untuk menciptakan hubungan hukum baru,
mengubah, atau menghapus hubungan hukum yang ada. (C.W. Van Der Pot)
2. Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat
permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang
dinyatakan. (H.J. Romeijin)
3. Beschikking adalah keputusan hukum publik yang bersifat konkret dan individual:
keputusan ini berasal dari organ pemerintah, yang berdasarkan pada kewenangan
hukum publik...dibuat untuk satu atau lebih individu atau berkenaan dengan satu

1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Depok: Rajawali pers), 2018, hlm.139
2
Titik Triwulan, Hukum Tata Usaha Negara Dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia,
(Jakarta: kencana), 2011, hlm.314

2
atau lebih perkara atau keadaan. Keputusan ini memberikan suatu kewajiban pada
seseorang atau organisasi, memberikan kewenangan atau hak kepada mereka.
(J.B.J.M. ten Berge).
4. Secara umum, beschikking dapat diartikan; keputusan yang berasal dari organ
pemerintah yang ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum.
5. Beschikking adalah perbuatan publik bersegi satu (yang dilakukan oleh alat-alat
pemerintah berdasarkan suatu kekuasaan istimewa). (E. Utrecht).
6. Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang
pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintahan berdasarkan
wewenang yang luar biasa. (W.F. Prins)
Sedangkan definisi keputusan tata usaha negara yang termuat dalam Undang-Undang
No.51 tahun 2009 pasal 1 ayat 9, 3 Keputusan tata usaha negara adalah suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final,
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

B. Unsur Keputusan tata usaha negara


Dari pengertian Keputusan tata usaha negara menurut beberapa pendapat diatas, dapat
dilihat bahwa terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian suatu Keputusan
tata usaha negara, diantaranya:
1. Bentuk tertulis
Secara teoritik, hubungan hukum publik senantiasa bersifat sepihak atau bersegi satu.
Sebagai wujud dari pernyataan kehendak sepihak, pembuatan dan penerbitan keputusan
hanya berasal dari pihak pemerintah, tidak tergantung pihak lain. Ketika pemerintah
dihadapkan pada peristiwa konkret dan pemerintah memiliki motivasi dan keinginan untuk
menyelesaikan peristiwa tersebut, pemerintah diberi wewenang untuk mengambil tindakan
hukum secara sepihak dengan menuangkan motivasi dan keinginannya itu dalam bentuk
keputusan. Artinya, keputusan merupakan hasil dari tindakan hukum yang dituangkan dalam
bentuk tertulis.
Pernyataan kehendak sepihak yang dituangkan dalam bentuk tertulis ini muncul dalam
dua kemungkinan; ditujukan ke dalam (naar binnen gericht), yaitu keputusan yang berlaku
ke dalam lingkungan administrasi sendiri, dan ditujukan ke luar (naar buiten gericht), yang

3
UU No.51 Tahun 2009, Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.5 Tahun1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.

3
berlaku bagi warga negara atau badan hukum perdata. Atas dasar pembagian ini lalu dikenal
dua jenis keputusan yaitu keputusan intern dan keputusan ekstern.
Berdasarkan penjelasan pasal 1 angka 3 UU No5 Tahun 1986, istilah “penetapan tertulis”
menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, guna memudahkan segi pembuktian
serta untuk kepastian hukum, oleh karena itu, sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat
tertulis tersebut dan akan merupakan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha negara
menurut Undang-Undang ini apabila sudah jelas:4
1) Badan atau Pejabat TUN mana yang mengeluarkannya.
2) Maksud serta hal mengenai apa isi tulisan tersebut.
3) Kepada siapa hal itu ditujukan dan ketetapan apa yang ada di dalamnya.
2. berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Apabila badan atau pejabat tata usaha negara mengambil tindakan hukum dan selanjutnya
mengeluarkan keputusan tata usaha negara, maka harus dilandasi pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintah yang diberikan
oleh peraturan perundang-undangan. Tanpa dasar kewenangan, pemerintah atau badan Tata
Usaha Negara tidak dapat membuat keputusan atau keputusan itu menjadi tidak sah.
Perkataan perundang-undangan disini harus diartikan dalam arti formil, artinya undang-
undang yang dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat, baik di
pusat maupun di daerah. Jadi bukan perundang-undangan yang bersumber hukum tak tertulis,
seperti hukum adat atau kebiasaan. 5
3. Dikeluarkan oleh pemerintah
Keputusan tata usaha negara yang merupakan hasil perbuatan administrasi negara dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan. Hampir semua organ kenegaraan dan pemerintahan
berwanang untuk mengeluarkan keputusan. Meskipun demikian, keputusan yang dimaksud
disini hanyalah keputusan yang dikeluakan oleh pemerintah sebagai administrasi negara. Bila
keputusan dibatasi pada keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah atau tata usah negara,
maka akan memuncul pertanyaan siapa yang dimaksud dengan pemerintah atau tata usaha
negara. Berdasarkan pasal 1 angka 1 UU No.5 Tahun 1986 tata usaha negara adalah
administrasi yang melaksanakan fungsi untuk penyelenggaraan urusan pemerintah baik

4
Ridwan HR, op.cit., hlm.148
5
Martiam Prodjohamidojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara & UU PTUN 2004,(Bogor: Ghalia
Indonesia), 2005, hlm. 24.

4
dipusat maupun daerah. Dalam penjelasannya disebutkan “urusan pemerintah” ialah kegiatan
yang bersifat eksekutif.6
4. Menimbulkan akibat hukum
maksudnya perbuatan hukum yang diwujudkan dalam bentuk Keputusan badan atau
pejabat TUN menimbulkan suatu perubahan suasana dalam hubungan hukum yang ada
sehingga dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban. Apabila ia tidak menimbulkan suatu
akibat hukum maka ia bukan suatu tindakan hukum dan juga bukan suatu penetapan tertulis.
Perubahan yang timbul dalam hubungan hukum tersebut dapat berupa melahirkan hubungan
hukum yang baru, atau menghapus hubungan hukum yang telah ada. Contohnya dalam
tindakan penertiban terhadap warga yang melanggar atau melalaikan kewajibannya. Disini
sebelum dilakukan suatu tindakan materil berupa upaya paksa maka sebelumnya dilakukan
pemberitahuan terlebih dahulu secara tertulis. Pemberitahuan tersebut adalah merupakan
syarat sah tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk penetapan tertulis. Akibat dari penetapan
tersebut adalah lahirnya wewenang untuk benar-benar melaksanakan penertiban tersebut.
5. Bersifat konkret, individual, dan final.
Bersifat konkret berarti objek yang diputuskan dalam dalam keputusan tata usaha negara
itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Umpamanya mengenai
pembongkaran rumah si A, izin usaha bagi si B, pemberhentian si A sebagai pegawai negeri
sipil.
Bersifat individual, artinya keputusan tata usaha negara itu tidak ditujukan untuk umum,
tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih dari seseorang,
maka tiap-tiap nama orang yang terkena keputusan itu disebutkan, misalnya keputusan
tentang pembuatan atau pelebaran jalan dengan lampiran yang menyebutkan nama-nama
yang terkena keputusan tersebut.
Bersifat final, artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.
Keputusan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum
bersifat final karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban pada pihak yang
bersangkutan misalnya Keputusan pengangkatan pegawai negeri memerlukan persetujuan
badan administrasi kepegawaian negara.
6. Seseorang atau badan hukum perdata
Dalam lalu lintas pergaulan hukum khususnya dalam bidang keperdataan, dikenal istilah
subyek hukum, yaitu pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Subjek hukum ini terdiri

6
Ridwan HR, op.cit., hlm.150

5
dari manusia dan badan hukum. Kualifikasi untuk menentukan subjek hukum adalah mampu
atau tidaknya untuk mendukung atau memikul hak dan kewajiban hukum. Berdasarkan
hukum keperdataan, seseorang atau badan hukum yang dinyaktakan tidak mampu seperti
orang yang berada dalam pengampuan atau perusahaan yang dinyatakan pailit tidak dapat
dikualifikasi sebagai subjek hukum. Keputusan sebagai wujud dari tindakan hukm publik
sepihak dari organ pemerintah ditujukan pada subjek hukum yang berupa seseorang atau
badan hukum perdata yang memiliki kecakapan untuk melakukan tindakan hukum.
Telah disebutkan di atas, bahwa badan hukum keperdataan dalam keadaan dan alasan
tertentu dapat dikalifikasi sebagai jabatan pemerintahan khususnya ketika sedang
menjalankan salah satu fungsi pemerintahan, dengan syarat-syarat yang telah disebutkan
diatas.

C. Susunan KTUN
Terdapat banyak jenis keputusan dan jenis susunan yang berbeda, namun secara garis
besar memiliki unsur yang sama antara lain:
1. Nama organ atau pejabat yang berwenang.
2. Tentang apa surat keputusan itu dibuat/dikeluarkan.
3. Nama, alamat, dan objek yang dituju.
4. Mengenai apa ketetapan dan akibat hukum dari keputusan itu.
5. Pengesahan badan/organ yang berwenang.

D. Kaidah dan Syarat Sah Pembentukan KTUN


Dalam tindakan Hukum Administrasi dianut asas presumtio justae causa yang
maksudnya bahwa suatu keputusan TUN harus selalu dianggap benar dan dapat dilaksanakan,
sepanjang hakim belum membuktikan sebaliknya.7
Badan peradilan yang diberikan wewenang oleh undang-undang untuk menyatakan batal
atau tidak sah keputusan tata usaha negara adalah Peradilan Tata Usaha Negara berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004.
Pembuatan keputusan tata usaha negara harus memerhatikan beberapa persyaratan agar
keputusan itu menjadi sah menurut hukumdan memiliki kekuatan hukum untuk dilaksanakan.
syarat-syarat untuk sahnya suatu keputusan tata usaha negara adalah sebagai berikut:
Syarat Materil:
a. Keputusan harus dibuat oleh alat negara (organ) yang berwenang.

7
Titik Triwulan, op.cit., hlm.322.

6
b. Karena kepuusan itu suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring) maka pembentukan
kehendak itu tidak boleh memuat kekurangan yuridis, seperti penipuan, paksaan,
atau suap, dan kesesatan.
c. Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu.
d. Keputusan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan lain,
serta isi dan tujuan keputusan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasar.
Syarat Formal:
a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya keputusan
dan berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi.
b. Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya keputusan itu.
c. Syarat-syarat yang ditentukan harus berhubungan dengan dilakukannya keputusan
harus dipenuhi.
d. Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan
dibuatnya keputusan dan diumumkannya keputusan itu tidak boleh dilewati.
Selain harus memenuhi syarat materil dan syarat formal, sebuah keputusan tata usaha
negara dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi unsur-unsur keputusan yang sudah
disebutkan sebelumnya. Suatu keputusan dikatakan sah menurut hukum artinya keputusan
itu dapat diterima sebagai suatu bagian dari tertib hukun atau sejalan dengan ketentuan
hukum yang ada baik secara prosedural/formal maupun materi. Sebaliknya, bila satu atau
beberapa persyaratan itu tidak dipenuhi, maka keputusan itu mengandung kekurangan dan
menjadi tidak sah. F.H van der burg dan kawan-kawan menyebutkan bahwa keputusan
dianggap tidak sah jika dibuat oleh organ yang tidak berwenang, cacat isi, dan cacat
kehendak. 8
Meskipun suatu keputusan itu dianggap sah dan akan menimbulkan akibat hukumbagi
seseorang atau badan hukum perdata, akan tetapi keputusan yang sah itu tidak sengan
sendirinya berlaku. Karena untuk berlakunya suatu keputusan harus memerhatikan tiga hal,
yaitu; pertama: jika berdasarkan peraturan dasarnya terhadap keputusan itu tidak memberi
kemungkinan mengajukan banding bagi yang dikenai keputusan, maka keputusan itu mulai
berlaku sejak diterbitkan. Kedua: jika berdasarkan peraturan dasarnya terdapat kemungkinan
untuk mengajukan banding terhadap keputusan yang bersangkutan maka keberlakuan
keputusan itu tergantung dari proses banding itu. Ketiga: jika keputusan itu memerlukan

8
Ridwan HR, op.cit., hlm.163

7
pengsahan dari organ atau instansi pemerintahan yang lebih tinggi , maka keputusan itu mulai
berlaku setelah mendapatkan pengesahan.

E. Macam-Macam Keputusan
Secara teoritis dalam hukum administrasi negara, dikenal ada beberapa macam dan sifat
keputusan, yaitu sebagai berikut:
1) Keputusan deklaratoir dan keputusan konstitutif.
Keputusan deklaratoir adalah keputusan yang tidak mengubah hak dan kewajiban yang
telah ada, tetapi sekedar menegaskan kembali apa yang menjadi hak dan kewajiban subjek
hukum. Dalam kaitannya dengan jenis keputusan pemerintah, maka keputusan tersebut sama
sekali tidak menciptakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum baru sama sekali bagi
subjek hukum yang dikenai keputusan. Contoh dari keputusan ini adalah cuti hamil bagi
seorang karyawati. Secara normatif hal ini sudah diatur di dalam peraturan perundang-
undangan. Dengan demikian secara yuridis apabila seorang karyawati yang kehamilannya
sudah mencapai usia tertentu, maka dirinya berhak untuk mengambil cuti hamil, tanpa harus
mengajukan permohonan cuti hamil. Apabila dirinya mengajukan cuti hamil dan kemudian
pejabat yang berwenang mengabulkan permohonan tersebut maka keputusan tersebut sifatnya
hanya deklaratoir atau hanya menegaskan apa yang menjadi hak karyawati tersebut.
Sedangkan keputusan konstitutif adalah keputusan yang menciptakan akibat hukum baru
bagi yang terkena keputusan. Sebagi contoh diterbitkannya keputusan tentang ijin usaha dari
pejabat yang berwenang, maka pemegang ijin memiliki hak dan kewajiban baru. Sebaliknya,
jenis keputusan ini juga dapat melenyapkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban yang
sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh mengenai keputusan pencabutan ijin usaha, maka
dengan pencabutan ijin tersebut, pemegang ijin akan kehilangan haknya untuk melakukan
usaha yang selama ini dijalankannya. Sebab dengan pencabutan ijin, segala hak dan
kewajiban pemilik ijin gugur demi hukum. 9
2) Keputusan yang menguntungkan dan memberi beban.
Keputusan bersifat menguntungkan artinya keputusan itu memberikan hak-hak atau
kemungkinan untuk memperoleh sesuatu, yang jika tanpa adanya keputusan tersebut maka
subjek hukum tidak akan mendapatkan hak dan kewajiban apapun. Sedangkan subjek hukum
yang memberi beban adalah keputusan yang meletakkan kewaiban yang sebelumnya tidak
ada atau keputusan mengenai penolakan terhadap permohonan untuk memperoleh keringanan.
Pemilihan jenis keputusan yang menguntungkan dan memberi beban ini penting terutama

9
R.A.De.Rozarie, Tentang keputusan Pemerintah, Jurnal Perpustakaan Nasional Indonesia, 2018, hlm.56-58.

8
dalam kaitannya dengan pencabutan keputusan. Keputusan yang memberi beban atau yang
memberatkan ini relatif lebih mudah dalam pencabutannya.
3) Keputusan Eenmalig dan keputusan yang permanen
Keputusan eenmalig adalah keputusan yang hanya berlaku sekali atau keputusan
sepintas lalu, yang dalam istilah lain disebut keputusan yang bersifat kilat seperti IMB atau
izin untuk mengadakan rapat umum, sedangkan keputusan permanen permanen adalh
keputusan yang memiliki masa berlaku yang relatif lama. WF.Prins menyebutkan beberapa
keputusan yang dianggap keputusan “sepintas lalu”, yaitu:
a. Keputusan yang bermaksudkan mengubah teks keputusan yang terdahulu.
b. Keputusan negatif. Sebab, keputusan semacam ini maksudnya untuk tidak melaksanakan
sesuatu hal dan tidak merupakan halangan untuk bertindak, bilamana terjadi perubahan
dalam anggapan atau keadaan.
c. Penarikan kembali atau pembatalan. Seperti halnya dengan keputusan negarif, penarikan
kembali atau pembatalan yang tidak membawa hasil positif dan tidak menjadi halangan
untuk mengambil keputusan yang identi dengan yang dibatalkan itu
d. Pernyataan dapat dilaksanakan.
4) Keputusan yang bebas dan yang terikat
Keputusan yang bersifat bebas adalah keputusan yang didasarkan pada kewenangan
babas atau kebebasan bertindak yang dimiliki oleh pejabat tata usaha negara baik dalam
bentuk kebebasan kebijakan maupun kebebasan interpretasi. Sedangkan keputusan yang
bersifat terikat adalah keputusan yang didasarkan pada kewenangan pemerintah yang bersifat
terikat, artinya keputusan itu hanya melaksanakan ketentuan yang sudah ada tanpa adanya
ruang kebebasan bagi pejabat yang bersangkutan.
5) Keputusan positif dan negatif10
Keputusan positif adalah keputusan yang menimbulkan hak dan kewaiban bagi yang
dikenai keputusan. Sedangkan keputusan negatif adalah keputusan yang tidak menimbulkan
perubahan keadaan hukum yang telah ada. Keputusan positif terbagi lima golongan, yaitu:
a. Keputusan yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum baru
b. Keputusan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi objek tertentu
c. Keputusan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya badan hukum
d. Keputusan yang membebankan kewajiban baru kepada seseorang atau beberapa orang
e. Keputusan yang memberikan hak baru kepada seseorang atau beberapa orang

10
Ridwan HR, op.cit., hlm.160

9
Keputusan negatif dapat berbentuk pernyataan tidak berkuasa, pernyataan tidak diterima,
atau suatu penolakan. Keputusan negatif yang dimaksud disini adalah keputusan yang
ditinjau dari akibat hukumnya yaitu tidak menimbulkan perubahan hukum yang sudah ada.
6) Keputusan perorangan dan keputusan kebendaan
Keputusan perorangan adalh keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas peribadi
orang tertentu atau keputusan yang berkaitan dengan orang, seperti keputusan tentang
pengangkatan atau pemberhentian seseorang sebagai pegawai negeri atau pejabat negara,
keputusan mengenai surat izin mengemudi, dan sebagainya. Sedangkan keputusan kebendaan
adalah keputusan yang diterbitkan atas dasar kualitas kebendaan atau keputusan yang
berkaitan dengan benda, Misalnya sertifikat atas tanah. Dapat terjadi suatu keputusan itu
sikategorikan keputusan bersifat perorangan sekaligus kebendaan, misalnya surat izin
mendirikan bangunan atau izin usaha industri. Dalam hal ini keputusan itu memberikan hak
kepada seseorang yang akan mendirikan bangunan atau industri, dan disisi lain keputusan ini
memberikan keabsahan didirikannya bangunan atau industri.

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarajan jerman,
Otto Meyer, dengan istilah verwaltungsakt. Istilah ini dalam bahasa Belanda, biasa disebut
beschikking yang menurut Undang-Undang No.51 tahun 2009 pasal 1 ayat 9, Keputusan tata
usaha negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.
Dalam Sebuah KTUN terdapat unsur-unsur pembentuk didalamnya yang harus dipenuhi
sebagai syarat sah sebuah Keputusan Tata Usaha Negara diantaranya,
1. Bentuk tertulis
2. berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
3. Dikeluarkan oleh pemerintah
4. Menimbulkan akibat hukum
5. Bersifat konkret, individual, dan final.
6. Seseorang atau badan hukum perdata
Selain itu juga, dalam pembentukan KTUN terdapat syarat-syarat lain yang harus
diperhatikan. Yaitu, syarat Materil dan syarat formil.
Terdapat perbeadaan pendapat mengenai bentuk-bentuk keputusan dikalangan para ahli.
Tetapi secara teoritis dalam HukumAdministrasi Negara, Keputusan dibagi menjadi:
1. Keputusan deklaratoir dan keputusan konstitutif.
2. Keputusan yang menguntungkan dan memberi beban.
3. Keputusan Eenmalig dan keputusan yang permanen
4. Keputusan yang bebas dan yang terikat
5. Keputusan positif dan negatif
6. Keputusan perorangan dan keputusan kebendaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. (Depok: Rajawali pers). 2018.


Prodjohamidojo, Martiam. Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara & UU PTUN 2004.
(Bogor: Ghalia Indonesia). 2005.
Rozarie, R.A.De. Tentang keputusan Pemerintah, Jurnal Perpustakaan Nasional Indonesia.
2018.
Triwulan, Titik. Hukum Tata Usaha Negara Dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
Indonesia. (Jakarta: kencana). 2011.
UU No.51 Tahun 2009. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.5 Tahun1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.

12

Anda mungkin juga menyukai