Anda di halaman 1dari 14

KEWENANGAN PEMERINTAH BESERTA SUMBER MEMPEROLEHNYA

Bambang Herlambang, Syahla Salsabila. M, Annisa Nurlail, Rivasya Arnanda. S.


Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Abstrak

Hukum administrasi negara adalah hukum yang didominasi tentang aturan penyelenggara negara
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung
pemerintah perlu mengetahui bagaimana cara mendapatkan sumber kewenangannya, yang paling
utama tentu saja mendapatkannya dari regulasi yang sudah ada atau atauran hukum seperti
peraturan perundang-undangan biasanya diartikan dengan Hak untuk menjalankan suatu urusan
pemerintahan, Hak untuk dapat secara nyata mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
instansi pemerintah lainnya, Sedangkan Cara Memperoleh Kewenangan Pemerintah dapat
digunakan dari kewenangan atribusi, delegasi dan mandat, selain meberikan penjelasan tentang
sumber kewenangan pemerintah, tulisan ini akan memberikan pandangan tentang, Adapun
Batasan – Batasan Kewenangan Pemerintah terkait dengan Tentang waktu /kapan/bilamana.Alat
administrasi negara membuat keputusan melampaui batas waktu wewenang yang dilakukan,
melalui metode studi pustaka tulisan ini menggambarkan bagaimana kewenangan pemrintah
dalam melaksanakan tugasnya pada kasus kesehatan di indonesia

Kata kunci: Kewenangan Pemerintah, Cara Memperoleh Kewenangan Pemerintah , Batasan


- Batasan Kewenangan Pemerintah.

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM ADMINSTRASI NEGARA DAN KEWENANGAN
PEMERINTAH
Istilah Hukum Admisitrasi Negara (HAN) berasal dari bahasa Belanda, yakni
administratif recht atau bestuurecht1 yang berarti lingkungan kekuasaan atau administrative
diluar dari legislative atau yudisial. Di pracis disebut droit administrative, di Inggris disebut
administrative law, di Jerman disebut verwaltung recht. Istilah hukum administrasi Negara
adalah terjemahan dari administratief recht (bahasa Belanda). Namun istilah administratief recht
juga diterjemahkan menjadi istilah lain, yaitu hukum tata usaha Negara dan hukum
pemerintahan2.

1
Philipus M. Hajon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada university Press : Yogyakarta, 2002,
Hlm: 2-3.
2
J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo : Jakarta, 2001, Hlm 71-75
HAN adalah sebuah cabang dari ilmu hukum yang mempelajari mengenai tindakan-
tindakan dalam menyelenggarakan sebuah negara. Hukum ini juga dikenal sebagai hukum tata
usaha negara atau hukum tata pemerintahan.

HAN juga merupakan bagian dari hukum publik dan diturunkan dari hukum tata negara.
Ia mengatur tindakan, kegiatan, dan keputusan yang dilakukan dan diambil oleh lembaga-
lembaga pemerintah dalam menjalankan roda negara sehari-hari. Hukum administrasi negara
berkembang sejak awal abad ke-20 seiring dengan beralihnya peran negara dari "penjaga malam"
menjadi negara kesejahteraan yang diatur oleh banyak lembaga dengan kewenangan masing-
masing.

KEWENANGAN PEMERINTAH

Kewenangan Pemerintah adalah hak dan kekuasaan Pemerintah untuk menentukan atau


mengambil kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan
Pemerintah mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.

(a) Asas legalitas

Dalam hukum administrasi Negara, asas legalitas memiliki makna “dat


het bestuur de wet is onderworpen”3 (bahwa pemerintah tunduk kepada
undang-undang) atau het legaliteits beginsel houdt in dat alle (algemene) de
burgers bindende bepalingen op de wet moeten berusten” 4 (asas legalitas
menentukan bahwa semua ketentuan yang mengikat warga Negara harus
didasarkan pada undang-undang). Asas legalitas ini merupakan prinsip Negara
hukum yang sering dirumuskan dengan ungkapan “het beginsel van
wetmatigheid van bestuur” yakni prinsip keabsahan pemerintahan.5

3
H.D Stout, De Betenkenissen van de wet, W.E.J. Tjeenk Willink,Zwolle,1994 hlm.28
4
ibid., hlm. 23
5
Ibid., hlm. 23
(b) Wewenang Pemerintahan

Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki


legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan
demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yakni “het vermogen tot
het verrichten van bepaalde rechtsandelingen” 6 yaitu kemampuan untuk
melakukan tindakan hukum tertentu. Menurut Bagir Manan, wewenang dalam
bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht), kekuasaan hanya
menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum,
wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban ( rechten en plichten) . dalam
kaitan dengan otoda, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur
sendiri (zelfregelen) dan mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan
kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertical berarti kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan Negara
secara keseluruhan7

B. CARA MEMPEROLEH KEWENANGAN PEMERINTAH


Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas, maka berdasarkan prinsip
ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan, artinya
sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara teoritik,
kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga
cara, sebagaimana yang didefinisikan oleh H.D van Wijk/ Willem Konijnenbelt, sebagai berikut:
(1) Atribusi
Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat
undang-undang kepada organ pemerintahan.8 Dalam atribusi diciptakan suatu

6
P. Nicolai,et. al., op.cit., hlm.102
7
Bagir Manan, wewenang provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka otonomi daerah, makalah pada seminar
nasional, Fakultas Hukum Unpad, Bandung, 13 Mei 2000, hlm. 1-2
8
H.D van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm. 129 bandingkan dengan B. de Goede, op.ci.,t hlm. 56, lihat juga
P.J.P. Tak, op.cit., hlm 99-103
wewenang baru. Dalam memberikan atribusi wewenang pemerintahan, legislator
yang kompeten dibedakan antara:
a. Yang berkedudukan sebagai original legislator; di tingkat pusat
adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi dan DPR bersama-sama
pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-undang.
b. Yang bertindak sebagai delegated legislator; seperti presiden yang
berdasar pada suatu ketentuan undang-undang mengeluarkan
Peraturan Pemerintah di mana diciptakan wewenang-wewenang
pemerintah kepada Jabatan Tata Usaha Negara tertentu.

Wewenang yang diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari
peraturan perunadang-undangan. Organ pemerintahan memeperoleh kewenangan
secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang-
undangan. Penerima wewenang dapat menciptakan wewenang baru atau
memperluas wewenang yang sudah ada, dengan tanggung jawa intern dan ekstern
pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima
wewenang.

(2) Delegasi
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya. Dalam penyerahan wewenang
melalui delegasi, pemberi wewenang telah lepas dari tanggung jawab hukum atau
dari tuntutan pihak ketiga, jika dalam penggunaan wewenang itu menimbulkan
kerugian pada pihak lain. Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, yang ada
hanya pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat lainnya.
Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi, tetapi beralih
pada penerima delegasi.
Terdapat syarat-syarat dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan
melalui delegasi, yaitu:
a. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi tidak dapat lagi menggunakan
sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya
delegasi hanya dimungkinkan kalua ada ketentuan untuk itu dalam peraturan
perundang-undangan
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki
kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi
d. Kewajiban memberikan penjelasan, artinya delegans berhak untuk meminta
penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
e. Peraturan kebijakan, artinya delegans memberikan petunjuk tentang
penggunaan wewenang tersebut. 9

3) Mandat

Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya


dijalankan oleh orang lain atas namanya.10 Dalam hal mandat tidak terjadi
perubahan wewenang apapun. Yang ada hanyalah hubungan internal, sebagai
contoh menteri dengan pegawai, menteri mempunyai kewenangan dan
melimpahkan kepada pegawai untuk mengambil keputusan tertentu atas nama
menteri, sementara secara yuridis wewenang dan tanggung jawab tetap berada
pada organ kementerian. Pegawai memutuskan secara faktual, menteri secara
yuridis. Pada mandat, penerima mandate hanya bertindak untuk dan atas nama
pemberi mandat, tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap
berada pada mandans.11

a. Perbedaan Atribusi, Delegasi dan Mandat

9
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi, Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, Surabaya, 1998, hlm. 9-10, lihat juga J.B.J.M ten Berge, op.cit., hlm. 89-90
10
Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara (Revisi), Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 102.
11
Ibid.,
Perolehan Wewenang Pengalihan Wewenang
Atribusi a. Melalui UUD 1945 dan atau Kewenangan atribusi tidak
Undang-Undang dapat di delegasikan, kecuali
b. Sifat Wewenangnya Baru ditentukan lain
Pasal 12 ayat (1) Pasal 12 ayat (3)
UU 30/2014 UU 30/2014
Delegasi a. Diberikan oleh badan dan
atau pejabat pemerintahan di
atasnya Kewenangan delegasi tidak
b. Ditetapkan dalam peraturan dapan didelegasikan lebih
pemerintah, peraturan lanjut, kecuali ditentukan lain
presiden dana atau peraturan
daerah
c. Sifat wewenangnya telah ada
sebelumnya
Pasal 13 ayat (2)
UU 30/2014 Pasal 13 ayat (3)
UU 30/2014
Mandat a. Diberikan oleh badan dan Pengalihan kewenangan tidak
atau pejabat pemerintah diatur, namun penerima
diatasnya mandate tidak berwenang
b. Sifatnya pelaksanaan tugas mengambil keputusan dan atau
rutin tindakan strategis yang
berdampak pada perubahan
status hukum organisasi,
kepegawaian dan alokasi
anggaran
Pasal 14 ayat (1) Pasal 14 ayat (7)
UU 30/2014 UU 30/2014
Sumber: https://www.hukumonline.com/klinik/bacagrafis/lt5e0d680832ee8/perbedaan-atribusi--delegasi--dan-mandat/

C. KEWENAANGAN PEMERINTAH YANG DILAKUKAN OLEH KEMENTERIAN


KESEHATAN RI
Undang-Undang Kementerian Negara (secara resmi bernama Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara) adalah undang-undang yang mengatur
tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi, pembentukan, pengubahan,
menggabungkan, memisahkan dan/atau mengganti, pembubaran/menghapus kementerian,
hubungan fungsional kementerian dengan lembaga pemerintah, non kementerian dan pemerintah
daerah serta pengangkatan dan pemberhentian menteri atau menteri kordinasi berisi penataan
kembali keseluruhan kelembagaan pemerintahan 12
Mengarah pada pembahasan mengenai Kewenangan yaitu kewenangan Kementerian
Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi :

1) Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis


di bidang kesehatan
2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya
5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang
tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai


kewenangan :

1. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung


pembangunan secara makro,
2. Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan
3. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan
4. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan
12
Wikipedia., “Undang-Undang Kementerian Negara”, https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
Undang_Kementerian_Negara (diakses pada tanggal 9 maret 2020.
5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di
bidang kesehatan
6. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan
atas nama Negara di bidang kesehatan;
7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan
8. Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang
kesehatan
9. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan
10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan
11. Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan
12. Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan anak
13. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
14. Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan
15. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan
16. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan
17. Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan
gizi
18. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan
19. Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan
wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa
20. Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangat essential (buffer stock nasional)
21. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu :
 Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
 pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan

D. BATASAN BATASAN KEWENANGAN PEMERINTAH PEMERINTAH


Meskipun pemerintah diberikan kewenangan bebas namun. Dalam Negara hukum pada
dasarnya tidak terdapat kebebasan dalam arti yang seluas-luasnya atau kebebasan tanpa batas,
sebab dalam suatu Negara hukum baik penyerahan wewenang, sifat dan isi wewenang, mapun
pelaksanaan wewenang tunduk pada batasan-batasan yuridis. Mengenai penyerahan
wewenang dan sebaliknya, terdapat aturan-aturan hokum tertulis dan tidak tertulis.
Disamping itu di dalam Negara hokum juga dianut prinsip bahwa setiap penggunaan kewenanan
pemerintah harus disertai dengan pertanggungjawaban hukum. Terlepas dari bagaimana
wewenang itu diperoleh dan apa isi dan sifat wewenang serta bagaimana
mempertanggungjabkan wewenang tersebut, yang pasti bahwa wewenang merupakan faktor
penting dalam hubungannya dengan masalah pemerintahan, karena berdasarkan
padawewenang inilah pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan hukum di bidang
publik(publiekrechtshandeling).

E. METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature atau kepustakaan (Library Research).
Penelitian ini meneliti objek ilmu hukum oleh karennanya menngunakan jenis penelitian
normative, sebagaimana objek ilmu hukum adalah koherensi antara norma hukum dan prinsip
hukum, antara aturan hukum dan norma hukum.13 Teknik yang digunakan adalah pengumpulan
data secara literature, yaitu penggalian bahan pustaka yang berhubungan dengan obyek
penelitian. Literature tersebut adalah sebagai bahan primer ditunjang dengan berbagai literature
yang mengulas mengenai administrasi negara, hukum public, kedudukan pemerintah, peraturan
lalu lintas serta pendapat- pendapat dari ahli hukum yang penulis gunakan sebagai penelitian ini.

F. STUDI KASUS
Dalam upaya pemerintah menjalankan tugas dan kewenangannya, salah satu tindakkan upayanya
adalah dengan adanya, Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat (KRPM) yang mana
merupakan komponen penting yang tidak terpisahkan dalam penanggulangan tanggap darurat
kesehatan masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. KRPM dapat

13
Nida Zahra Hana, “Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Transportasi Umum Berbasis Teknologi Di Era
Industrialisasi”, Prosiding Seminar Nasional Hukum Transendental 2019. Hlm. 83
membantu mencegah infodemic (penyebaran informasi yang salah/hoaks), membangun
kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan dan respon pemerintah sehingga masyarakat dapat
menerima informasi dengan baik dan mengikuti anjuran pemerintah. Dengan demikian, hal-hal
tersebut dapat meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu/hoaks terhadap kondisi
maupun risiko kesehatan yang sedang terjadi. KRPM menggunakan strategi yang melibatkan
masyarakat dalam kesiapsiagaan dan respon serta mengembangkan intervensi yang dapat
diterima dan efektif untuk menghentikan penyebaran wabah yang semakin meluas serta dapat
melindungi individu dan komunitas. Di sisi lain, upaya ini juga sangat penting untuk
pengawasan, pelaporan kasus, pelacakan kontak, perawatan orang sakit dan perawatan klinis,
serta pengumpulan dukungan masyarakat lokal untuk kebutuhan logistik dan operasional. KRPM
yang diadaptasi dari panduan dan pelatihan Risk Communication and Community Engagement,
WHO, bertujuan untuk:

a) Menyiapkan strategi komunikasi dengan informasi dan ketidakpastian yang belum


diketahui (pemantauan berita/isu di media massa dan media sosial, talking point/standby
statement pimpinan/juru bicara, siaran pers, temu media, media KIE untuk informasi dan
Frequently Asked Question/FAQ, dll).
b) Mengkaji kapasitas komunikasi nasional dan sub-nasional (individu dan sumberdaya).
c) Mengidentifikasi aktor utama dan membentuk kemitraan dengan komunitas dan swasta.
d) Merencanakan aktivasi dan implementasi rencana kegiatan KRPM.
e) Melatih anggota Tim Komunikasi Risiko (yang terdiri dari Humas/Kominfo dan Promosi
Kesehatan) sebagai bagian TGC dan staf potensial lainnya tentang rencana dan prosedur
KRPM.

Dalam upaya lain juga Kementerian Kesehatan RI ntuk mencegah penyebaran Novel
Coronavirus (nCoV) yang terjadi di Tiongkok, Kementerian Kesehatan RI melakukan tindakan
pencegahan dengan menyiapkan termoscanner di 135 titik keluar masuk ke Indonesia,
menyiapkan 100 rumah sakit rujukan di Indonesia untuk menangani penyakit infeksi emerging,
menyiapkan logistik, menyiapkan laboratorium, dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan.
Wisatawan dari Rumania dan Moldova tidak perlu khawatir karena pemerintah Indonesia telah
mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah penyebaran Novel Coronavirus (nCoV) ke
Indonesia.

“Petugas Kantor Kesehatan di 135 pintu negara baik udara, laut, maupun darat akan mendeteksi
suhu tubuh dengan termoscanner. Jika suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius, maka posturnya
terlihat berwarna merah pada termoscanner," menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes pada konferensi pers yang
dilakukan pada Senin, 20 Januari 2020.

Bandara di seluruh Indonesia terutama yang mempunyai penerbangan langsung dari Cina,
meningkatkan kewaspadaan di antaranya dengan mengaktifkan thermal scanner,
memberikan health alert card, serta memberikan informasi dan edukasi kesehatan pada
penumpang.

Kasus yang perlu dicurigai nCov adalah:

1. Penderita Infeksi saluran pernapasan akut berat (Severe Acute Respiratory


Infection/SARI), dengan riwayat demam dan batuk serta penyebab yang belum pasti,
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina dalam waktu 14
hari sebelum timbulnya gejala.
2. Seseorang yang sakit dengan gejala klinis yang tidak biasa, kemudian terjadi penurunan
kondisi umum mendadak meskipun telah menerima pengobatan yang tepat, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat perjalanan.
3. Penderita Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA) ringan atau berat, yang dalam 14 hari
sebelum timbulnya penyakit, telah terpajan dengan: 

 Kontak erat dengan kasus positif infeksi nCoV;


 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan di negara-negara terjangkit nCoV;
 Mengunjungi atau bekerja di pasar hewan di Wuhan, Cina;
 Memiliki riwayat kontak dengan hewan (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di
negara terjangkit nCoV pada hewan atau pada manusia akibat penularan hewan
(zoonosis).
Pada 31 Desember 2019 sampai 5 Januari 2020, di Kota Wuhan, Cina, dilaporkan 59 kasus
dengan gangguan pernapasan (pneumonia) dan dirawat di rumah sakit. 7 orang dalam kondisi
kritis dan 2 orang meninggal pada tanggal 16 dan 17 Januari 2020.

Kemudian hal ini menjadi tindakkan yang dilakukan secara menyeluruh dalam mitra seperti
kementerian/lembaga, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), organisasi profesi, petugas kesehatan, badan usaha/swasta, dll. Dalam hal ini
dapat berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Pertanian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perhubungan, biro perjalanan, jejaring
RS, dll, apabila wabah terjadi sehingga kemitraan ini harus diaktifkan sebagai tim respon KRPM
multisektor.

f) SIMPULAN
Seperti kita ketahui pada awal tahun 2020, infeksi 2019-nCoV menjadi masalah
kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia/World Health
Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster
pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini
terus berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah
novel coronavirus. Kasus ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi
importasi di luar China.

Sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi hal tersebut maka penting
bagi Indonesia untuk menyusun pedoman kesiapsiagaan dalam menghadapi 2019nCoV. Pada
jurnal ini dijelaskan salahsatunya mengenai: Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat

Jurnal ini ditujukan bagi petugas kesehatan sebagai acuan dalam melakukan
kesiapsiagaan menghadapi 2019-nCoV. Pedoman ini bersifat sementara karena disusun dengan
mengadopsi pedoman sementara WHO sehingga akan diperbarui sesuai dengan perkembangan
penyakit dan situasi terkini.

DAFTAR PUSTAKA

Philipus M. Hajon, 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada university
Press : Yogyakarta.
J.B Daliyo, 2001, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo : Jakarta.

H.D Stout, 1994, De Betenkenissen van de wet, W.E.J. Tjeenk Willink,Zwolle,


Bagir Manan, wewenang provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka otonomi daerah, makalah
pada seminar nasional, Fakultas Hukum Unpad, Bandung, 13 Mei 2000,
Philipus M. Hadjon, 1998, Tentang Wewenang, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi,
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya.

Nida Zahra Hana, 2019. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Transportasi Umum Berbasis
Teknologi Di Era Industrialisasi, Prosiding Seminar Nasional Hukum Transendental.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi


NOVEL CORONAVIRUS (2019-nCoV)
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Kementerian_Negara

https://kemlu.go.id/bucharest/id/news/4333/indonesia-antisipasi-wabah-pneumonia-novel-
coronavirus-ncov-kemenkes-ri-siagakan-termoscanner-di-135-titik-masuk-ke-indonesia

Anda mungkin juga menyukai