Anda di halaman 1dari 20

PERBANKAN SYARIAH

( Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang )
Dosen Pengajar : Dr. Agus Satory, S.H., M.H.

Disusun oleh :
Annabila Fatimah 010121026

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun makalah dengan judul “Perbankan Syariah”. Shalawat serta
salam tak lupa kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Hukum Dagang
serta untuk menambah wawasan bagi para pembaca sekaligus bagi kami sebagai
penulis.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengajar mata kuliah
Hukum Pemerintah Daerah yaitu Bapak Dr. Agus Satory, S.H., M.H. yang telah
memberikan tugas untuk membuat makalah seputar topik Hukum Dagang.
Adapun tugas yang diberikan sangat membuat kami sebagai mahasiswa untuk
lebih aktif belajar secara mandiri, lebih berpikir kritis dalam menganalisis suatu
hal, serta lebih mengedepankan kerjasama tim dalam menyusun tugas ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber data yang
telah menjadi referensi bagi kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 2 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR .........................................................................................2


DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................5
BAB III : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................17
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................19
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Walaupun definisi ini membatasi hanya dalam aspek perikatan
yang timbuk dalam kegiataan perusahaan, tetapi defisini ini memiliki
kebenaran bahwa pada umumnya kegiatan perniagaan dilakukan dengan
membuat perjanjian perjanjian, dan kerena itu ruang lingkup hukum adalah
dibidang perniagaan. Ada pun defisisi yang menyebutkan bahwa hukum
dagang adalah seperangkat aturan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis,
yang mengatur semua kegiatan dibidang perdagangan.
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian dari
agama islam. Sedangkan syariah adalah jalan hidup muslim/Muslimah,
syariah memuat ketetapan-ketetapn Allah dan ketentuan rasul-Nya, baik
berupa larangan maupun berupa suruhan, meliputi aspek hidup dan kehidupan
manusia. Maknanya hukum syariah islam adalah hukum dan aturan islam
yang mengatur segala sendi kehidupan manusia yang berisi hukum dan aturan,
juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehudupan manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu perbankan syariah ?
2. Apa hubungan hukum dagang dan perbankan syariah ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui apa itu perbankan syariah
2. Untuk menjelaskan apa hubungan hukum dagang dan perbankan syraiah

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian hukum dagang
Pengertian hukum dagang menurut beberapa ahli diantaranya Sebagian
berikut.
1. Ridwan halim
Hukum dagang ialah hukum yang mengatur hubungan antar suatu
pihak dengan pihak yang lain yng berkenaan dengan urusan dagang.
Hukum dagang juga merupakan peraturan-peraturan hukum privat.
2. Purwosutjipto
Hukum dagang ialah hukum perikatan, yaitu hukum yang mengatur
akibat hukum yang disebut perikatan, yakni suatu hubungan hukum
yang terletak dalam bidang hukum harta kekayaan antara dua pihak
yang lainnya berhak atas suatu prestasi yang menjadi kewajiban pihak
terakhir terhadap pihak pertama.1
3. Apeldoorn
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari
lapangan perusahaan. Walaupun definisi ini membatasi hanya dalam
aspek perikatan yang timbuk dalam kegiataan perusahaan, tetapi
defisini ini memiliki kebenaran bahwa pada umumnya kegiatan
perniagaan dilakukan dengan membuat perjanjian perjanjian, dan
kerena itu ruang lingkup hukum adalah dibidang perniagaan. Ada pun
defisisi yang menyebutkan bahwa hukum dagang adalah seperangkat
aturan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur
semua kegiatan dibidang perdagangan.2

2.2 Sejarah hukum dagang


Sejarah hukum dagang dimulai saat sejak awal abad pertengahan di
Eropa. Pada abad ke-17 di Prancis dibuatlah kodifikasi dalam hukum
dagang, yaitu oleh Louis XIV (1643-1715) telah membuat suatu ketentuan
perdagangan pada tahun 1673 untuk kaum pedagang. Kemudian dibuat
lagi ketentuan perdagangan melalui laut pada tahun 1681 yang mengatur
hukum perdagangan laut untuk pedagang kota pelabuhan. Pada tahun 1807

1
Pipin syarifin, S.H.,M.H., dkk, Hukum dagang Indonesia, ( Jakarta: CV. Pustaka setia, 2018),
hlm. 15.
2
Prof. Dr. Agus sardjono, S.H.,M.H., dkk, Penghantar hukum dagang, ( Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2016) hlm. 1.

5
di Prancis, atas dasar perintah Napoleon Bonaparte bahwa hukum yang
berlaku bagi pedagang dibukukan dalam sebuah Code de Commerce.3
Ketika negeri Belanda mengadakan kodifikasi hukum dagang, ternyata
cara-cara yang dilakukan meniru dan mengadopsi apa yang ada di
Perancis. Oleh karena itu, dalam K.U.H Perdata hanya dimuat hal-hal yang
dahulu termasuk dalam hukum romawi yaitu aturan-aturan yang termuat
dalam Corpus Juris Civilis. Sedangkan hal-hal yang timbul sesudah
kerajaan Romawi, diatur dalam kitab Undang-Undang tersendiri.
Pada tanggal 1 Januari 1809, Belanda dijajah oleh Perancis, maka sebagai
konsekuensinya di Belanda sebagai negara jajahan diberlaku juga hukum
Code de Commerce. Namun setelah Belanda merdeka Kembali pada
tanggal 1 Oktober 1838, maka dibuatlah ―Wetboek van Koophandel‖
sebagai aturan yang meniru Code de Commerce. Di Indonesia sebagai
negara jajahan, aturan ini diterapkan berdasarkan azas konkordansi
kofidikasi hukum dagang yang ditetapkan dengan pengumuman
Pemerintah tanggal 30 April 1847 L.N No. 23 dalam sebuah kitab
Undang-undang hukum dagang/perniagaan pada waktu itu hanya berlaku
bagi golongan bangsa Eropa.
Perubahan-perubahan pada tahun 1935 tersebut diatas adalah perubahan-
perubahan yang dilakukan di negeri Belanda, adapun di Indonesia
konkordan dengan perubahan-perubahan ini diadakan pada tahun 1938
dalam Lembaran Negara No. 276. Pada tahun 1924 K.U.H.Dagang
diberlakukan juga bagi golongan bangsa Tionghoa dan bangsa lainnya
kecuali bangsa Indonesia. Dengan cara ―penundukan secara sukarela‖
menurut penetapan Raja tanggal 15 September 1916 No. 26 yang berlaku
mulai 1 Januari 1917, bangsa Indonesia diperkenankan menyatakan
dirinya tunduk kepada KUHD ( Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ).4

2.3 Pengertian hukum islam


Hukum islam adalah hukum yang berasal dari agama islam. Yaitu hukum
yang diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di
dunia dan akhirat. Perkataan "yang diturunkan oleh Allah" dalam definisi
di atas menunjukkan bahwa hukum Islam itu ciptaan Allah, bukan ciplaan
manusia. Hal ini karena yang berhak dan berwenang membuat hukum
adalah Allah. Allah mempunyai hak perogratit untuk membuat dan
menciptakan hukum, yaitu antara lain menghalalkan sesuatu dan
mengharamkan yang lainnya. Jika Rasulullah Muhammad SAW. itu juga

3
Pipin syarifin, S.H.,M.H., dkk, Hukum dagang Indonesia, ( Jakarta: CV. Pustaka setia, 2018),
hlm 26.
4
Martha Eri Safira, S.H., M.H., Hukum dagang dalam sejarah dan perkembangannya di
Indonesia, ( Jakarta: CV. Nata Karya, 2017 ). Hlm.8

6
menghalaikan dan mengharamkan sesuatu sebagaimana Allah lakukan, hal
itu karena Allah juga yang memberi belian kewenangan dan Allah juga
yang memerintahkan umat Islam untuk mentaati beliau.5
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian dari
agama islam. Sedangkan syariah adalah jalan hidup muslim/Muslimah,
syariah memuat ketetapan-ketetapn Allah dan ketentuan rasul-Nya, baik
berupa larangan maupun berupa suruhan, meliputi aspek hidup dan
kehidupan manusia. Maknanya hukum syariah islam adalah hukum dan
aturan islam yang mengatur segala sendi kehidupan manusia yang berisi
hukum dan aturan, juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehudupan
manusia.6
Pengertian hukum islam menururt para ahli diantaranya. Yaitu
1. Abdul Ghani Abdullah
Hukum islam tidak hanya mengatur antara manusia dengan Tuhannya
saja. tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia.
Juga mengatur antara hubungan manusia dengan alam semesta.
2. Amir Syarifuddin
hukum islam menurutnya sebagai perangkat peraturan wahyu Allah
dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui
dan diyakini.
3. Eva Iryani
Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi
sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan
Sunnah Rosul mengenai tingkah laku orang yang sudah dapat dibebani
kewajiban, yang diakui dan diyakini, yang mengikat semua
pemeluknya.7

2.4 Sejarah hukum islam


Hukum Islam bangkit kembali. Ini terjadi pada bagian kedua abad ke-19.
Kebangkitan kembali pemikiran Islam timbul sebagai reaksi terhadap
sikap taqlid tersebut di atas yang telah membawa kemunduran hukum
Islam. Mun cullah gerakan-gerakan baru di antara gerakan para ahli
hukum yang menyarankan kembali kepada Alquran dan Sunnah. Gerakan
ini, dalam kepustakaan disebut gerakan salaf (salafiyah) yang ingin
kembali kepada kemurnian ajaran Islam di zaman salaf (= permulaan),
generasi awal dahulu.

5
Dr. H. Muchamammad Ichsan, Lc., M.A., pengahantar hukum islam, ( Yogyakarta: Percetakan
Muhammadiyah gramasurya, 2015 ), hlm.2
6
Dr. Rohidin, S.H., M.Ag., Penghantar hukum islam, ( Yogyakarta: Lintang rasi aksara books,
2016) hlm.1
7
Ridwan karim, Pengertian Hukum Islam: Sumber, Pembagian, Tujuan Dan Contoh Hukum,
Deepublish, 13 Juni 2022, (Karim, 2022) (Ali, 2015) (Ismail, 2013)

7
Sebagai reaksi terhadap sikap taqlid di atas, sesungguhnya pada periode
kemunduran itu sendiri telah muncul beberapa ahli yang ingin tetap
melakukan ijtihad, untuk menampung dan mengatasi persoalan-persoalan
dan perkembangan masya rakat. Pada abad ke-14 telah timbul seorang
mujtahid besar yang menghembuskan udara baru dan segar dalam dunia
pemikiran agama dan hukum. Namanya Ibnu Taimiyyah (1263 1328) dan
muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziah (1292-1356). Pola pemikiran mereka
dilanjutkan pada abad ke-17 oleh Muham mad Ibnu Abdul Wahab (1703-
1787) yang terkenal dengan gerakan Wahabi yang mempunyai pengaruh
pada gerakan Padri di Minangkabau (Indonesia). Usaha ini dilanjutkan
kemudian oleh Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897) terutama di lapangan
politik (H. M. Rasjidi, 1976:20). Dialah yang memasyhurkan ayat Quran
(surat 13:11) yang mengatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib
sesuatu bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak (terlebih dahulu) berusaha
mengubah nasibnya sendiri.
Cita-cita Jamaluddin mempengaruhi pemikiran Moham mad Abduh
(1849-1905) yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Mohammad
Rasjid Ridha (1865-1935). Pikiran pikiran Mohammad Abduh dan
Mohammad Rasjid Ridha mempengaruhi pemikiran umat Islam di seluruh
dunia. Di Indonesia, pikiran-pikiran Abduh diikuti antara lain oleh gerakan
sosial dan pendidikan Muhammadiyah yang didiri kan oleh K.H. Ahmad
Dahlan di Yogyakarta tahun 1912.

Paham Ibnu Taimiyah, seorang tokoh pemikir abad ke-14 M tersebut, yang
membagi ruang-lingkup agama Islam ke dalam dua bidang besar yakni
ibadah dan mu'amalah, dikem bangkan lebih lanjut oleh Mohammad
Abduh. Selain dari itu ia banyak pula mengemukakan ide-ide baru melalui
buku-buku yang ditulisnya. Dr. Charles C. Adam dalam bukunya Islam
and Modernism in Egypt (1933) menyebutkan beberapa program
pembaruan pemikiran yang dilakukan oleh Mohammad Abduh. Di
antaranya adalah: (1) membersihkan Islam dari pengaruh-pengaruh dan
kebiasaan-kebiasaan yang bukan Islam; (2) mengadakan pembaruan dalam
sistem pendidikan Islam, terutama di tingkat perguruan tinggi: (3)
merumuskan dan menyatakan kembali ajaran Islam menurut alam pikiran
modern; (4) mempertahankan/membela (ajaran) Islam dari pengaruh Barat
dan serangan agama lain; (5) membebaskan negeri-negeri yang
penduduknya beragama Islam dari belenggu penjajahan.
Melihat program-program tersebut di atas, dapat disim pulkan bahwa ide
pembaharuan pemikiran yang dikemukakan oleh Mohammad Abduh
meliputi seluruh kehidupan umat Islam.
Dalam bidang hukum umpamanya, yang penting dicatat adalah bahwa ia
tidak terikat pada sesuatu paham (mazhab) yang ada. Karena itu
wawasannya mengenai hukum Islam menjadi luas. Ia berani mengambil

8
keputusan-keputusan hukum secara bebas dari pendapat yang ada, dengan
penuh tanggung jawab. Hal ini tampak sekali dalam keputusan
keputusannya ketika ia menjadi Mufti Mesir (: mufti adalah jabatan
tertinggi dalam urusan agama Islam yang berwenang memberikan
keputusan atau fatwa mengenai masalah-masalah agama pada umumnya
dan hukum pada khususnya).
Zaman kebangkitan pemikiran hukum Islam ini dilanjut kan sekarang
dengan sistem baru dalam mempelajari dan menulis hukum Islam. Kalau
dahulu studi hukum Islam hanya terbatas pada pemikiran yang terdapat
dalam salah-satu mazhab saja, kini keadaannya telah berubah. Di Fakultas
fakultas Hukum Islam (syariah), sekarang diadakan mata kuliah baru yang
bernama perbandingan mazhab; di sana tidak hanya satu, tetapi keempat
aliran hukum yang terdapat dalam golongan Ahlus sunnah wal jama'ah
(Hanafi, Maliki, Syafi dan Hambali).
Perhatian terhadap hukum Islam tidak hanya terdapat di dunia Eropah saja,
tetapi juga di Inggris dan Amerika Serikat. Di University of London,
School of Oriental and African Studies misalnya, diajarkan juga hukum
Islam. Di Universitas Harvard, Oxford, McGill, Temple, Chicago dan lain-
lain, juga diajarkan Islamic law di samping Studi Islam lainnya.
Di Indonesia atas kerja sama Mahkamah Agung dengan Departemen
Agama telah dikompilasikan Hukum Islam me ngenai perkawinan,
kewarisan, dan perwakafan. Kompilasi ini telah disetujui oleh para ulama
dan ahli hukum Islam pada bulan Februari 1988 dan (tahun 1991) telah
diberlakukan bagi umat Islam Indonesia yang menyelesaikan sengketa
mereka di Peradilan Agama (salah-satu unsur kekuasaan kehakiman di
tanah air kita) sebagai hukum terapan.8

2.5 Perbankan Syariah


Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut
dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan pada al-quran dan hadits.
Dengan kata lain bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam.9
Pengertian bank syariah menurut para ahli. Yaitu
1. Heri Sudarsono

8
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., Hukum islam, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015 ),
hlm. 197.
9
Setia Budi Wilardjo, pengertian peranan dan perkembangan bank syariah di Indonesia, 2005,
hlm.2.

9
Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
berkaitan dengan masalah uang sebagai daganagan utamanya.
2. Muhammad syafi’I Antonio
Bank Islam adalah bank beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti
ketentuanketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata
cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu
dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur
riba untuk10
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati hatian. Oleh
karena itu, kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain
kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur unsur :
1. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain
dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas,
kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam
meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasi'ah)
2. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang
tidak pasti dan bersifat untung-untungan
3. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak
diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan, kecuali diatur lain dalam syariah
4. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah
5. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
Bank Syariah dan UUS ( unit usaha syariah ) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat Bank Syariah dan UUS
dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat
Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Pelaksanaan fungsi sosial sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm.7

10
Setiap pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah atau UUS
wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah atau
UUS dari Bank Indonesia. Untuk memperoleh izin usaha Bank Syariah
harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang:
1. susunan organisasi dan kepengurusan;
2. permodalan;
3. kepemilikan
4. keahlian di bidang Perbankan Syariah; dan
5. kelayakan usaha.
Persyaratan untuk memperoleh izin usaha UUS diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bank Indonesia. Persyaratan yang diatur dalam Bank Indonesia
sekurang-kurangnya memuat sebagai berikut:
1. susunan organisasi dan kepengurusan
2. modal kerja
3. keahlian di bidang Perbankan Syariah,
4. kekayaan usaha
Bank Syariah yang telah mendapat izin usaha wajib men cantumkan
dengan jelas kata "syariah" pada penulisan nama banknya. Yang
diwajibkan mencantumkan kata "syariah" hanya Bank Syariah yang
mendapatkan izin setelah berlakunya Undang-Undang RI No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. Penulisan kata "syariah" ditempatkan
setelah kata "bank" atau setelah nama "bank Adapun Bank Umum
Konvensional yang telah mendapat izin usaha UUS wajib mencantumkan
dengan jelas frase "Unit Usaha Syariah" setelah nama Bank pada kantor
UUS yang bersangkutan. Bank Konvensional hanya dapat mengubah
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dengan izin Bank
Indonesia.
Bank Umum Syariah tidak dapat dikonversi menjadi Bank Umum
Konvensional. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak dapat dikonversi
menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum Konvensional yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib membuka
UUS di kantor pusat Bank dengan izin Bank Indonesia. Pembukaan
Kantor Cabang Bank Syariah dan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin
Bank Indonesia.
Pembukaan Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis-jenis kantor
lainnya di luar negeri oleh Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS hanya dapat dilakukan dengan izin
Bank Indonesia. Istilah "kantor" di bawah "Kantor Cabang" adalah kantor
cabang pembantu atau kantor kas yang kegiatan usahanya membantu
kantor induknya. Pembukaan kantor di bawah Kantor Cabang, wajib

11
dilaporkan dan hanya dapat dilakukan setelah mendapat surat penegasan
dari Bank Indonesia. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak diizinkan
untuk membuka Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor
lainnya di luar negeri.
UU RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 menyebutkan bahwa Bank
Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan
warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan
c. pemerintah daerah.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan dan/ atau dimiliki
oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh
pemiliknya warga Negara Indonesia;
b. pemerintah daerah, atau
c. dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b
(Pasal 9 ayat 2).
Maksimum kepemilikan Bank Umum Syariah oleh warga negara asing
dan/atau badan hukum asing diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Dalam hal salah satu pihak yang akan mendirikan Bank Syariah adalah
badan hukum asing, yang bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh
rekomendasi dari otoritas perbankan negara asal. Rekomendasi dimaksud
sekurang-kurangnya memuat keterangan bahwa badan hukum asing yang
bersangkutan mempunyai reputasi yang baik dan tidak pernah melakukan
perbuatan tercela di bidang perbankan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, bentuk badan hukum, anggaran
dasar, serta pendirian dan kepemilikan Bank Syariah diatur dengan
Peraturan Bank Indonesia. Besarnya modal disetor minimum untuk
mendirikan Bank Syariah ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia.
Saham Bank Syariah hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas
nama. Bank Umum Syariah dapat melakukan penawaran umum efek
melalui pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia,
atau badan hukum asing dapat memiliki atau membeli saham Bank Umum
Syariah secara langsung atau melalui bursa efek. Ketentuan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perubahan kepemilikan Bank Syariah wajib memenuhi ketentuan UUS
dapat menjadi Bank Umum Syariah tersendiri setelah mendapat izin dari

12
Bank Indonesia. Perubahan kepemilikan Bank Syariah yang tidak
mengakibatkan perubahan pemegang saham pengendali cukup dilaporkan
secara tertulis kepada Bank Indonesia. Izin perubahan UUS menjadi Bank
Umum Syariah diatur dengan Peraturan Bank Indonesia (Pasal 10 s.d.
Pasal 16 UU RI No. 21 Tahun 2008).
Adapun mengenai pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Bank
Indonesia mencakup:
a. minimum kecukupan modal;
b. persiapan sumber daya manusia;
c. susunan organisasi dan kepengurusan;
d. kelayakan usaha.

Dalam ketentuan Pasal 17 UU RI No. 21 Tahun 2008 disebutkan:


1) Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Syariah wajib
terlebih dahulu mendapat izin dari Bank Indonesia.
2) Dalam hal terjadi Penggabungan atau Peleburan Bank Syariah dengan
Bank lainnya, Bank hasil Penggabungan atau Peleburan tersebut wajib
menjadi Bank Syariah.
3) Ketentuan mengenai Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
Bank Syariah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas. Di dalam
anggaran dasar Bank Syariah selain memenuhi persyaratan anggaran dasar
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
memuat pula ketentuan:
a. pengangkatan anggota direksi dan komisaris harus mendapatkan
persetujuan Bank Indonesia
b. Rapat Umum Pemegang Saham Bank Syariah harus menetapkan tugas
manajemen, remunerasi komisaris dan direksi, laporan
pertanggungjawaban tahunan, penunjukan dan biaya jasa akuntan
publik, penggunaan laba, dan hal-hal lainnya yang ditetapkan dalam
Peraturan Bank Indonesia, antara lain:
1. pemberhentian anggota Direksi dan Komisaris uji kemampuan dan
kepatutan
2. pengalihan kepemilikan saham pengendali bank yang harus
mendapatkan persetujuan Bank Indonesia;
3. pengalihan izin usaha dari nama lama ke nama baru, perubahan
modal dasar, dan perubahan status menjadi Bank terbuka harus
mendapatkan persetujuan Bank Indonesia;

13
4. perubahan modal disetor Bank yang meliputi penambahan,
pengurangan, dan komposisi mendapatkan persetujuan Bank
Indonesia;
5. pelarangan penjaminan saham yang dimiliki oleh pemegang saham
pengendali.
Menurut ketentuan Pasal 21 dan Pasal 22 UU RI No. 21 Tahun 2008
bahwa Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah; dan
2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau
musyarakah;
2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna
3. Pembiayaan berdasarkan Akad gand
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
5. Pengambilalihan utang berdasarkan Akad halak
c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan Akad wadi'ah atau Investasi berdasarkan Akad
mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah
d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,
dan UUS; dan
e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
Setiap pihak dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dana dalam
bentuk Simpanan atau Investasi berdasarkan Prinsip Syariah tanpa izin
terlebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam undang-undang
lain.
Dalam ketentuan Pasal 20 UU RI No. 21 Tahun 2008 disebutkan bahwa
selain melakukan kegiatan usaha, Bank Umum Syariah dapat pula :

14
a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syanah;
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah
atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya;
d. bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan
Prinsip Syariah;
e. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal;
f. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan
g. Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik;
h. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar uang;
i. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar modal; dan
j. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum
Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
Penyertaan modal adalah penanamam dana Bank Umum Syariah dalam
bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat berharga yang
dapat dikonversi menjadi saham (convertible bons) atau jenis transaksi
tertentu berdasarkan Prinsip Syariah yang berakibat Bank Umum Syariah
memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dalam
bidang keuangan syariah. Penyertaan modal sementara adalah penyertaan
modal Bank Umum Syariah, antara lain, berupa pembelian saham dan/atau
konversi pembiayaan menjadi saham dalam perusahaan nasabah untuk
mengatasi kegagalan penyaluran dana dan/atau piutang dalam jangka
waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia.
Bank Syariah dan/atau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan
dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh
kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah dan/ atau UUS
menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas. Untuk memperoleh
keyakinan, Bank Syariah dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang
saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha
dari calon nasabah penerima fasilitas.

15
Kemauan berkaitan dengan itikad baik dari nasabah penerima fasilitas
untuk membayar kembali penggunaan dana yang disalurkan oleh Bank
Syariah dan/atau UUS. Kemampuan berkaitan dengan keadaan dan/atau
aset nasabah penerima fasilitas sehingga mampu untuk membayar kembali
penggunaan dana yang disalurkan oleh Bank Syariah dan/atau UUS
yang Penilaian watak nasabah penerima fasilitas didasarkan pada
hubungan yang telah terjalin antara Bank Syariah dan/atau UUS dan
nasabah atau calon nasabah yang bersangkutan atau informasi diperoleh
dari pihak lain yang dapat dipercaya sehingga Bank Syariah dan/atau UUS
dapat menyimpulkan bahwa calon nasabah penerima fasilitas yang
bersangkutan jujur, beritikad baik, dan tidak menyulitkan Bank Syariah
dan/atau UUS pada kemudian hari. Penilaian kemampuan calon nasabah
penerima fasilitas, terutama Bank, harus meneliti tentang keahlian nasabah
penerima fasilitas dalam bidang usahanya dan/atau kemampuan
manajemen calon nasabah sehingga Bank Syariah dan/atau UUS merasa
yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang yang tepat.
Penilaian terhadap modal yang dimiliki oleh calon nasabah penerima
fasilitas, terutama Bank Syariah dan/atau UUS harus melakukan analisis
terhadap posisi keuangan secara keseluruhan, baik untuk masa yang telah
lalu maupun perkiraan untuk masa yang akan datang sehingga dapat
diketahui kemampuan permodalan calon nasabah yang bersangkutan.
Dalam melakukan penilaian terhadap agunan, Bank Syariah dan/ atau
UUS harus menilai barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan
fasilitas pembiayaan yang bersangkutan dan barang lain, surat berharga
atau garansi risiko yang ditambahkan sebagai hak agunan tambahan,
apakah sudah cukup memadai sehingga apabila nasabah penerima fasilitas
kelak tidak dapat melunasi kewajibannya, agunan tersebut dapat
digunakan untuk menanggung pembayaran kembali Pembiayaan dari Bank
Syariah dan/atau UUS yang bersangkutan. Penilaian usaha calon nasabah
penerima fasilitas Bank Syariah harus melakukan analisis mengenai
keadaan pasar, baik di dalam maupun di luar negeri, baik untuk masa yang
telah lalu maupun yang akan datang sehingga dapat diketahui prospek
pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon nasabah yang akan dibiayai
dengan fasilitas Pembiayaan.

16
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hukum dagang adalah peraturan-perutaturan yang mengatur orang, badan
hukum, subjek hukum dalam jual beli atau perjanjian untuk memperoleh
keuntungan dan hukum dagang juga mengatur hubungan antar satu pihak
dengan pihak yang lain yang berkaitan dengan urusan urusan dagang.
Daalm KUHD dijelaskan tentang pedagang perantara. Macam-macam
Pedagang Perantara dalam KUHD11. yaitu
1. Bursa Dagang
KUHD memberikan definisi bursa dagang sebagai suatu tempat pertemuan
para pedagang, juragan perahu, makelar, kasir dan orang-orang lain yang
termasuk dalam gelanggang perdagangan. Pertemuan itu diadakan atas
kekuasan Menteri Keuangan
2. Makelar
Makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang untuk itu. Ia menyelenggarakan perusahaan dengan
melakukan pekerjaan atas amanat dan nama orang lain dengan mendapat
upah atau provisi tertentu. Sebelum diperbolehkan melakukan
pekerjaannya itu, ia harus bersumpah di hadapan Pegadilan Negeri yang
termasuk dalam wilayah hukumnya.
3. Kasir
Kasir adalah seseorang, yang dengan menerima upah atau provisi tertentu,
dipercaya dengan pekerjaan menyimpan uang dan melakukan
pembayaran-pembayaran.
4. Komisioner
Komisioner adalah perusahaan yang pekerjaannya membuat kontrak atas
amanat orang lain, tetapi ketika komisioner membuat kontrak tersebut, ia
melakukannya atas namanya sendiri. Dalam melaksanakan amanat
tersebut, komisioner mendapatkan upah atau provisi dari si pemberi
amanatnya
5. Ekspeditur
Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menyuruh orang lain untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagangan atau barang
lainnya melalui daratan atau perairan. Orang yang disuruh oleh ekspeditur

11
Sovia Hasanah S.H., Macam-macam Pedagang Perantara Berdasarkan Hukum Dagang,
Hukum online.com, 26 April 2017, (Hassanah, 2017)

17
adalah pengangkut. Sedangkan ia sendiri disuruh oleh orang lain (pemilik
barang) untuk mengirimkan barangnya ke tempat lain.
6. Pengangkut
Pengangkut adalah orang yang menyelenggarakan pengangkutan.
Sedangkan pengangkutan itu sendiri diartikan sebagai perjanjian timbal
balik antara pengangkut dengan pengirim barang, di mana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan dari suatu
tempat ke tempat lain dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan
diri untuk membayar ongkos angkutan
Dan yang akan kita fokuskan disini adalah kasir yang dimaksud dalam
hukum dagang adalah Bank yaitu Lembaga keuangan berupa perusahaan
yang mewakili nasabah untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga
dan penyimpanan uang dari nasabah.
Disamping melakukan kegiatan sebagi perantara khusus nya dalm kaitan
pembayaran atau penerimaan uang, bank juga melakukan kegaitan usaha
dan memeberikan pinjaman kepada Mereka yang membutuhkan dalam
posisi sebagai kreditur dalam hubungannya dengan nasabah berdasarkan
perjanjian kredit. Bank juga pasti memiliki hubungan hukum dengan
nasabh misalnya seperti kontraktual dimana kontrak ini didasarkan kepada
hukum perjanjian. Nasabah disini adalah konsumen dan bank adalah
penjual maka dari itu perbankan ini meliliki hubungan hukum dagang
seperti yang kita ketahui bahwa hukum dagang mengatur masalah segala
jenis perjanjian jual-beli.
Sama halnya dengan bank konvensionel, bank syariah memiliki cara kerja,
perjanjian, dan kegiatatan usaha yang sama dilakukan oleh bank
konvensionel hanya saja menerapan peraturan atau ketentian islam, seperti
tidak adaanya bunga, diluar dari kententuan islam itu, bank syariah sama
halnya dengan bank konvensionel, itu makananya bank syariah juga
memiliki hubungan yg sama dengan hukum perdata seperti bank
konvensionel.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Hukum dagang adalah hukum yang mengatur hubungan antar pihak satu dengan
pihak yang lain dalam sebuah perikatan yang di mana mengandung unsur-unsur
tentang dagang. Dan hukum Islam adalah hukum yang berasal dari agama Islam
di mana ketentuan-ketentuannya berasal dari Allah dan Rasulullah. Dan
perbankan syariah adalah bank yang pada umumnya sama dengan bank
konvensional hanya saja menambahkan penerapan hukum Islam di dalamnya di
luar daripada itu memiliki hal yang sama dengan bank pada umumnya oleh karena
itu bank syariah memiliki hubungan dengan hukum dagang karena tetap
menjalankan kegiatan usaha seperti bank konvensional. Di mana bank dalam
hukum dagang ini disebut sebagai kasir yaitu seorang yang dipercaya dengan
pekerjaan menerima uang dan melakukan pembayaran mewakili kostomer atau
nasabah, bank syariah juga tetap melakukan kontraktual dengan nasabah itu
berarti adanya perikatan dalam bank syariah dan maknanya bank syariah memiliki
hubungan dengan hukum dagang.
Bank syariah memiliki lebih banyak keuntungan untuk konsumen atau nasabah
dikarenakan tidak adanya sistem bunga seperti halnya dalam bank konvensional
seharusnya masyarakat lebih memilih menggunakan bank syariah daripada bank
konvensional tetapi dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tidak
mengetahui bagaimana sistem bekerjanya bank syariah seharusnya bank syariah
lebih mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana Bank Syariah dapat lebih
menguntungkan dibandingkan bank konvensional.

19
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ali, M. D. (2015). Hukum Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ichsan, M. (2015). Penghantar Hukum Islam. Yogyakarta: percetakan muhammadiyah
gramasurya.
Ismail. (2013). Perbankan Syariah. Jakarta: Penerbit kencana prenada.
Rohidin. (2016). Penghantar Hukum Islam. Yogyakarta: Lintang rasi aksara books.
S.H., P. s. (2018). Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Pustaka setia.
Safira, M. E. (2017). Hukum Dagang dalam sejarah dan perkembangannya. Jakarta: Nata
karya.
Sardiono, A. (2016). Penghantar Hukum Dagang. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Syarifin, P. (2018). Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: pustaka Setia.

Webstise :
Karim, R. (2022, Juni 13). Pengertin hukum islam : sumber, pembagian, tujuan dan
contoh hukum. Retrieved from deepublish:
https://deepublishstore.com/materi/pengertian-hukum-islam/
Hassanah, S. (2017, April 26). macam macam pedagang perantara berdasarkan hukum
dagang. Retrieved from hukum online.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/macam-macam-pedagang-perantara-berdasarkan-
hukum-dagang-lt58feb3bf09c78#_ftn12.

20

Anda mungkin juga menyukai