Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Hukum Dagang

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah dagang diartikan sebagai
pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh
keuntungan. Istilah dagang dipadankan dengan jual beli atau niaga. Hukum dagang
ialah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan untuk
memperoleh keuntungan . atau hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia dan
badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan.
Hukum dagang dapat diartikan sebagai hukum perdata khusus. Istilah perdagangan
atau perniagaan adalah terjemahan dari istilah “handel” dalam bahasa Belanda yang dapat
diartikan sebagai dagang, niaga atau perniagaan. Sehingga “hendels recht” diartikan sebagai
hukum dagang, hukum niaga atau hukum perniagaan.
Atas dasar ini, maka sumber utama dari hukum dagang ini adalah Wetboek v.
Koophandel yang kita kenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Suatu hal yang
sangat penting mengetahui bahwa hukum dagang atau hukum perniagaan itu merupakan
bagian khusus dari hukum perdata, karena tidak mungkin kita mempelajari hukum dagang
tanpa mengetahui pengertian-pengertian keperdataan yang tercakup dalam sumber hukumnya
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hukum dagang di Indonesia bersumber pada :
1. Hukum tertulis yang dikofifikasikan :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel Indonesia
(W.v.K)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia (BW)
2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan (C.S.T. Kansil, 1985:7).
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang melakukan
perjanjian.
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring
berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya
sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang sekarang telah berdiri
sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jalinan Hukum Dagang Serta Hukum Perdata


Sebelum saat membahas lebih jauh tentang pengertian hukum dagang, maka butuh
dikemukakan terlebih dulu tentang jalinan pada hukum dagang serta hukum perdata. hukum
perdata yaitu hukum yang mengatur jalinan pada perseorangan yang lain didalam semua
uahanya untuk mencukupi kebutuhannya.
Di antara bidang dari hukum perdata yaitu hukum perikatan. perikatan yaitu satu
perbuatan hukum yang terdapat didalam bidang hukum harta kekayaan, pada dua pihak yang
tiap-tiap berdiri dengan sendiri, yang mengakibatkan pihak yang satu memiliki hak atas suatu
hal prestasi pada pihak yang lain, sesaat pihak yang lain berkewajiban mencukupi prestasi
tersebut. jika dirunut, perikatan bisa berlangsung dari perjanjian atau undang-undang.
Hukum dagang sejatinya terdapat didalam hukum perikatan, yang spesial timbul dari
lapangan perusahaan. perikatan didalam area lingkup ini ada yang bersumber dari perjanjian
serta bisa juga bersumber dari undang-undang.
maka bisa diartikan bahwa hukum dagang yaitu hukum perikatan yang timbul spesial
dari lapangan perusahaan. hukum perdata diatur didalam kuh perdata serta hukum dagang
diatur didalam kitab undang-undang hukum dagang (kuhd). rangkuman ini sekalian
tunjukkan bagaimana jalinan pada hukum dagang serta hukum perdata. hukum perdata adalah
hukum umum (lex generalis) serta hukum dagang adalah hukum spesial ( lex specialis ).
Dengan diketahuinya karakter dari ke-2 grup hukum tersebut, maka bisa diartikan
keterhubungannya sebagai lex specialis derogat lex generalis, berarti hukum yang berbentuk
spesial mengesampingkan hukum yang berbentuk umum. adagium ini bisa diartikan dari
pasal 1 kitab undang-undang hukum dagang yang pada pokoknya menyebutkan bahwa :
“kitab undang-undang hukum perdata seberapa jauh didalam kitab undang-undang hukum
dagang tidak spesial diselenggarakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga pada
perihal yang disinggung didalam kitab undang-undang hukum dagang.

Kedudukan Hukum Dagang


Sejak zaman Romawi perdagangan, perdagangan sudah berkembang dengan pesatnya,
sehingga dengan demikian sehingga dengan demikian diperlukan pula pengaturan yang tepat
untuk dapat mengikuti perkebmbangan yang serba dinamis itu. Timbulnya pengaturan baru
ini akan menimbulkan suatu perubahan pula dalam hukum Perdata Romawi yang telah ada.
Sehingga, akhirnya terbentuklah sebuah kitab undang-undang yang baru yang kemudian
bernama Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Pemisahan hukum perdata dalam dua buah bagian itu yang terdiri atas hukum perdata
dan hukum dagang diambil alih oleh tata hukum Prancis yang hukumnya sangat berbau
Romawi. Sistem tata hukum Prancis akhirnya diambil oleh Belanda dan berdasarkan asas
konkordansi/concordantie baginsel berlakulah pula sistem hukum Belanda itu di Indonesia.
Maka dari itu sampai saat ini hukum Perdata di Indonesia terbagi pula dalam dua buah bagian
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Sipil/KUHS atau Burgerlijk Wetbork/BW dan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang/KUHD atau Wetboek van Koophandel/WvK.
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama dengan
hukum perdata. Selain itu “dagang” bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu
pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan
sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti
yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab perdagangan antar Negara baru berkembang
dalam abad pertengahan.

Makalah Hukum Dagang


5:54 AM endra yuda 2 Comments
Hukum dagang ialah hukum yang mengatur soal-soal perniagaan/perdagangan, ialah yang
timbul karena tingkah laku manusia (person) dalam perdagangan/ perniagaan[1]. Hukum
dagang adalah hukum perdata khusus. Pada mulanya kaidah hukum yang kita kenal sebagi
hukum dagang saat ini mulai muncul dikalangan kaum pedagang sekitar abad ke-17. Kaidah-
kaidah hukum tersebut sebenarnya merupakan kebiasaan diantara mereka yang muncul dalam
pergaulan di bidang perdagangan. Ada beberapa hal yang diatur dalam KUH Perdata diatur
juga dalam KUHD. Jika demikian adanya, ketenutan-ketentuan dalam KUHD itulah yang
akan berlaku. KUH Perdata merupakan lex generalis(hukum umum), sedangkan KUHD
merupakan lex specialis (hukum khusus). Dalam hubungannya dengan hal tersebut berlaku
adagium lex specialis derogat lex generalis (hukum khusus menghapus hukum umum).
Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada :
1) Hukum tertulis yang dikofifikasikan :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel Indonesia
(W.v.K)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia (BW)
2) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan (C.S.T. Kansil, 1985 : 7).
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.[2]
Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja yang
melakukan perbuatan dagang, tetapi sejak tahun 1938 pengertian Perbuatan Dagang, dirubah
menjadi perbuatan Perusahaan yang artinya menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap
pengusaha (perusahaan).
Para sarjana tidak satu pun memberikan pengertian tentang perusahaan, pengertian dapat
dipahami dari pendapat antara lain :
1. Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk mencari
keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga kerja, yang
dilakukan secara terus – menerus dan terang – terangan untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperniagakan barang – barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.
2. Menurut Mahkamah Agung (Hoge Read), perusahaan adalah seseorang yang
mempunyai perusahaan, jika secara teratur melakukan perbuatan – perbuatan yang
bersangkutpaut dengan perniagaan dan perjanjian.
3. Menurut Molengraff, mengartikan perusahaan (dalam arti ekonomi) adalah
keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus – menerus, bertindakkeluar, untuk
memperoleh penghasilan dengan cara memperdagangkan perjanjian – perjanjian
perdagangan.

1. Dimana kedudukan hukum dagang ?


2. Apakah manfaat hukum dagang bagi masyarakat?
3. Bagaimanakah hubungan pengusaha dan pembantu-pembantunya?

1. Untuk mengetahui pengertian dan kedudukan Hukum Dagang dan hubungan antara hukum
dagang dan hukum perdata.
2. Untuk mengetahui manfaat yang diberikan oleh hukum dagang kepada masyarakat.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pengusaha dan pembantu-pembantunya dalam kaitannya
dengan hak dan kewajiban pengusaha, serta hak dan kewajiban pembantu-pembantunya.

1. Manfaat Teoritis
Dari makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami perbedaan-perbedaan
yang terjadi antara konsep/teori dengan praktek hukum dagang.

2.1 Kedudukan Hukum Dagang


Sejak zaman Romawi perdagangan, perdagangan sudah berkembang dengan pesatnya,
sehingga dengan demikian sehingga dengan demikian diperlukan pula pengaturan yang tepat
untuk dapat mengikuti perkebmbangan yang serba dinamis itu. Timbulnya pengaturan baru
ini akan menimbulkan suatu perubahan pula dalam hukum Perdata Romawi yang telah ada.
Sehingga, akhirnya terbentuklah sebuah kitab undang-undang yang baru yang kemudian
bernama Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Pemisahan hukum perdata dalam dua buah bagian itu yang terdiri atas hukum perdata
dan hukum dagang diambil alih oleh tata hukum Prancis yang hukumnya sangat berbau
Romawi. Sistem tata hukum Prancis akhirnya diambil oleh Belanda dan berdasarkan asas
konkordansi/concordantie baginsel berlakulah pula sistem hukum Belanda itu di Indonesia.
Maka dari itu sampai saat ini hukum Perdata di Indonesia terbagi pula dalam dua buah bagian
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Sipil/KUHS atau Burgerlijk Wetbork/BW dan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang/KUHD atau Wetboek van Koophandel/WvK.
Hukum dagang itu merupakan bagian khusus dari hukum perdata adalah sangat
penting, karena mempelajari hukum dagang tanpa mengetahui pengertian-pengertian
keperdataan yang tercakup dalam sumber hukumnya termuat dalam KUH perdata tidaklah
mungkin.[3]
Hukum Dagang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hukum perikatan, karena
hukum perikatan adalah hukum yang terdapat dalam masyarakat umum maupun dalam
perdagangan.[4]
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama dengan
hukum perdata. Selain itu “dagang” bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu
pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan
sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti
yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab perdagangan antar Negara baru berkembang
dalam abad pertengahan.[5]
Para sarjana tidak satu pun memberikan pengertian tentang perusahaan, pengertian
dapat dipahami dari pendapat antara lain :
Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk mencari
keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga kerja, yang
dilakukan secara terus – menerus dan terang – terangan untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperniagakan barang – barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.
Menurut Mahkamah Agung (Hoge Read), perusahaan adalah seseorang yang mempunyai
perusahaan, jika secara teratur melakukan perbuatan – perbuatan yang bersangkutpaut dengan
perniagaan dan perjanjian.

2.2 Hubungan Pengusaha Dengan Pembantu-Pembantunya


Seorang pedagang, terutama seorang yang menjalankan perusahaan yang besar dan berarti,
biasanya tidak dapat bekerja seorang diri. Dalam melaksanakan perusahaannya, ia
memerlukan bantuan orang-orang yang bekerja padanya sebagai bawahan, ataupun orang
yang berdiri sendiri dan mempunyai perusahaan sendiri dan yang mempunyai perhubungan
tetap ataupun tidak tetap dengan dia.
Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :
1. Membantu didalam perusahaan
2. Membantu diluar perusahaan

Sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan yang demikian pesat dewasa ini, pengusaha-
pengusaha kebanyakan tidak lagi berusaha seorang diri, melainkan bersatu dalam
persekutuan-persekutuan atau perseroan-perseroan yang menempati gedung-gedung untuk
kantornya dengan sedikit atau banyak pegawai. Kemudian dibedakanlah antara perusahaan
kecil, sedang dan besar. Pada tiap-tiap toko dapat dilihat aneka warna pekerja-pekerja seperti
para penjual, penerima uang, pengepak, pembungkus barang-barang, dan sebagaiinya. Dan
kesemuanya tersebut telah ada pembagian pekerjaan, sebab seorang tidak dapa melaksanakan
seluruh pekerjaan.

Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan perusahaannya.


Dalam menjalankan perusahannya pengusaha dapat:
• Melakukan sendiri, Bentuk perusahaannya sangat sederhana dan semua pekerjaan dilakukan
sendiri, merupakan perusahaan perseorangan.
• Dibantu oleh orang lain, Pengusaha turut serta dalam melakukan perusahaan, jadi dia
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan dan
merupakan perusahaan besar.
• Menyuruh orang lain melakukan usaha sedangkan dia tidak ikut serta dalam melakukan
perusahaan, Hanya memiliki satu kedudukan sebagai seorang pengusaha dan merupakan
perusahaan besar

Sebuah perusahaan dapat dikerjakan oleh seseorang pengusaha atau beberapa orang
pengusaha dalam bentuk kerjasama. Dalam menjalankan perusahaannya seorang pengusaha
dapat bekerja sendirian atau dapat dibantu oleh orang-orang lain disebut “pembantu-
pembantu perusahaan”. Orang-orang perantara ini dapat dibagi dalam dua golongan.
Golongan pertama terdiri dari orang-orang yang sebenarnya hanya buruh atau pekerja saja
dalam pengertian BW dan lazimnya juga dinamakan handels-bedienden. Dalam golongan ini
termasuk, misal pelayan, pemegang buku, kassier, procuratie houder dan sebagainya.
Golongan kedua terdiri dari orang-orang yang tidak dapat dikatakan bekerja pada seorang
majikan, tetapi dapat dipandang sebagai seorang lasthebber dalam pengertian BW.
Dalam golongan ini termasuk makelar, komissioner.
1) Adapun pembantu-pembantu dalam perusahaan antara lain:
a) Pelayan toko adalah semua pelayan yang membantu pengusaha dalam menjalankan
perusahaannya di toko, misalnya pelayan penjual, pelayan penerima uang (kasir), pelayan
pembukuan, pelayan penyerah barang dan lain-lain.
b) Pekerja keliling ialah pembantu pengusaha yang bekerja keliling diluar kantor untuk
memperluas dan memperbanyak perjanjian-perjanjian jual beli antara majikan
(pengusaha)dan pihak ketiga.
c) Pengurus filial ialah petugas yang mewakili pengusaha mengenai semua hal, tetapi terbatas
pada satu cabang perusahaan atau satu daerah tertentu.
d) Pemegang prokurasi ialah pemegang kuasa dari perusahaan. Dia adalah wakil pimpinan
perusahaan atau wakil manager, dan dapat mempunyai kedudukan sebagai kepala satu bagian
besar dari perusahaan itu. Ia juga dapat dipandang berkuasa untuk beberapa tindakan yang
timbul dari perusahaan itu, seperti mewakili perusahaan itu di muka hakim, meminjam uang,
menarik dan mengakseptir surat wesel, mewakili pengusaha dalam hal menandatanganu
perjanjian dagang, dan lain-lain.
e) Pimpinan perusahaan ialah pemegang kuasa pertama dari pengusaha perusahaan. Dia
adalah yang mengemudikan seluruh perusahaan. Dia adalah yang bertanggung jawab tentang
maju dan mundurnya perusahaan.Dia bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan
kemunduran perusahaan. Pada perusahaan besar, pemimpin perusahaan berbentuk dewan
pimpinan yang disebut Direksi yang diketuai oleh seorang Direktur Utama.
Hubungan hukum antara pimpinan perusahaan dengan pengusaha bersifat :
1. Hubungan perburuhan, yaitu hubungan yang subordinasi antara majikan dan buruh, yang
memerintah dan yang diperintah. Manager mengikatkan dirinya untuk menjalankan
perusahaan dengan sebaik-baiknya, sedangkan pengusaha mengikatkan diri untuk membayar
upahnya (pasal 1601 a KUHPER).
2. Hubungan pemberian kekuasaan, yaitu hubungan hukum yang diatur dalam pasal 1792 dsl
KUHPER yang menetapkan sebagai berikut ”pemberian kuasa adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya untuk
atas nama pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan”. Pengusaha merupakan pemberi
kuasa, sedangkan si manager merupakan pemegang kuasa. Pemegang kuasa mengikatkan diri
untuk melaksakan perintah si pemberi kuasa, sedangkan si pemberi kuasa mengikatkan diri
untuk memberi upah sesuai dengan perjanjian yang bersangkutan.
Dua sifat hukum tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi pimpinan perusahaan dan
pengusaha, tetapi juga berlaku bagi semua pembantu pengusaha dalam perusahaan, yakni:
pemegang prokurasi, pengurus filial, pekerja keliling dan pelayan toko. Karena hubungan
hukum tersebut bersifat campuran, maka berlaku pasal 160 c KUHPER, yang menentukan
bahwa segala peraturan mengenai pemberian kuasa dan mengenai perburuhan berlaku
padanya. Kalau ada perselisihan antara kedua peraturan itu, maka berlaku peraturan
mengenai perjanjian perburuhan (pasal 1601 c ayat (1) KUHPER.
2) Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain:
a. Agen perusahaan
Agen perusahaan adalah orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara pihak
ketiga. Orang ini mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewakilinya untuk
mengadakan dan selanjutnya melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga.
Perbedaan antara agen perusahaan dan pekerja keliling adalah pada hubungan kerja dan
tempat kedudukan, seperti diuraikan berikut:
• Pekerja keliling mempunyai hubungan hukum tenaga kerja dengan pengusaha (majikan),
sedangkan agen perusahaan mempunyai hubungan hukum pemberian kuasa dengan
perusahaan yang diageninya.
• Pekerja keliling adalah karyawan perusahaan majikan¬nya, dia tidak berdiri sendiri dan
berkedudukan di tempat kedudukan perusahaan, sedangkan agen perusahaan bukan bagian
dari perusahaan yang diageninya, melainkan perusahaan yang berdiri sendiri.
Hubungan pengusaha dengan agen perusahaan adalah sama tinggi dan sama rendah, seperti
pengusaha dengan pengusaha. Hubungan agen perusahaan bersifat tetap. Agen perusahaan
juga mewakili pengusaha, maka ada hubungan pemberi kuasa. Perjanjian pemberian kuasa
diatur dalam Bab XVI, Buku II, KUHPER, mulai dengan pasal 1792, sampai dengan 1819.
Perjanjian bentuk ini selalu mengandung unsur perwakilan (volmacht) bagi pemegang kuasa
(pasal 1799 KUHPER).
Dalam hal ini agen perusahaan sebagai pemegang kuasa, mengadakan perjanjian dengan
pihak ketiga atas nama pengusaha.
b. Perusahaan perbankan
Perusahaan perbankan adalah lembaga keuangan yang mewakili pengusaha untuk melakukan
:
• Pembayaran kepada pihak ketiga
• Penerimaan uang dari pihak ketiga
• Penyimpanan uang milik pengusaha selaku nasabah
c. Pengacara
Pengacara ialah orang yang mewakili pengusaha ini dalam berperkara di muka hakim. Dalam
mewakili pengusa ini pengacara tidak hanya terbatas dimuka hakim saja, juga mengenai
segala persoalan hukum di luar hakim. Hubungan antara pengacara dengan pengusaha adalah
hubungan tidak tetap, sedang sifat hukumnya berbentuk pelayanan berkala dan pemberian
keputusan.
d. Notaris
Seorang notaris dapat membantu pengusaha dalam membuat perjanjian dengan pihak ketiga.
Hubungan notaris dengan pengusaha bersifat tidak tetap, sebagai juga halnya dengan
pegacara hubungan hukumnya bersifat pelayan berkala dan pemberian kekuasaan. Notaris
adalah pejabat umum, khusus berwenang untuk membuat akte mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan, yang dipertahkan oleh peraturan umum atau yang diinginkan oleh
yang berkepentingan, agar dapat ternyata pada akta otentik itu tentang kepastian tanggal,
menyimpan akta dan menerbitkan grossen, turunan dan kutipan, semua itu bila pembuatan
akta itu oleh peraturan umum tidak dibebankan atau dijadikan kepada pejabat atau orang lain.
e. Makelar
Menurut pengertian Undang-undang, seorang makelar pada pokoknya adalah seorang
perantara yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ke tiga untuk mengadakan berbagai
perjanjian. Makelar mempunyai ciri khusus, yaitu:
1. Makelar harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah (c.q. Mentri Kehakiman) –
(pasal 62 ayat (1)
2. Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka Ketua Pengadilan
Negeri, bahwa dia akan menjalankan kewajibannyadengan baik (pasal 62 ayat (1)
Mengenai makelar diatur dalam KUHD, buku 1, pasal 62 sampai 72, dan menurut pasal 62
ayat (1) makelar mendapat upahnya yang disebut provisi atau courtage. Sebagai perantara
atau pembantu pengusaha, makelar mempunyai hubungan yang tidak tetap dengan pengusaha
(pasal 62 ayat (1)). Hubungan ini tidak sama halnya dengan pengacara, tetapi lain dengan
hubungan antara agen perusahaan dengan pengusaha. Adapun sifat hukum dari hubungan
tersebut adalah campuran yaitu sebagai pelayan berkala dan pemberian kuasa.
Makelar dan agen perusahaan kedua-duanya berfungsi se¬bagai wakil pengusaha terhadap
pihak ketiga. Akan tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan pokok dilihat dan segi:
• Hubungan dengan pengusaha: makelar mempunyai hubungan tidak tetap, sedangkan agen
perusahaan mempunyai hubungan tetap.
• Bidang usaha yang dijalankan: makelar dilarang ber¬usaha dalam bidang mana dia diangkat
dan dilarang menjadi penjamin dalam perjanjian yang dibuat dengan pengantaraannya,
sedangkan agen perusahaan tidak dilarang.
• Formalitas menjalankan perusahaan: makelar diangkat oleh Menteri Kehakiman dan
disumpah, sedangkan agen perusahaan tidak. Akan tetapi, sekarang formalitas ini tidak
relevan lagi.
f. Komisioner
Mengenai komisioner diatur dalam pasal 76 sampai dengan pasal 85 KUHD. Dalam pasal 76
KUHD dirumuskan, bahwa komisioner adalah seorang yang menyelenggarakan
perusahaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama firma
dia sendiri, tetapi atas amanat dan taggungan orang lain dan dengan menerima upah atau
provisi (komisi) tertentu.
Adapun ciri-ciri khas komisioner ialah:
1) Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar
2) Komisioner menghubungkan komitetn dengan pihak ketiga atas namanya sendiri (pasal
76)
3) Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namnay komiten (pasal 77 ayat (1)). Dia
disini menjadi pihak dalam perjanjian (pasal 77 ayat (2)
4) Tetapi komisioner juga dapat bertindak atas pemberi kuasanya (pasal 79). Dalam hal ini
maka dia tunduk pada Bab XVI, buku II KUHPER tentang pemberian kuasa, mulai pasal
1972 dan seterusnya. Konisioner mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan koordinatif
dengan pengusaha.

Pengusaha dan Kewajibannya


Kewajiban adalah pembatasan atau beban yang timbul karena hubungan dengan sesama atau
dengan negara. Maka dalam perdagangan timbul pula hak dan kewajiban pada pelaku-pelaku
dagang tersebut
1. Hak dan Kewajiban pengusaha adalah
a. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja.
b. Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat.
c. Memberikan pelatihan kerja (pasal 12)
d. Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan kewajiban menurut
agamanya (pasal 80)
e. Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, kecuali ada
ijin penyimpangan (pasal 77)
f. Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan;
g. Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat
peraturan perusahaan
h. Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi
i. Wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah mempunyai
masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih
j. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum (pasal 90)
k. Wajib mengikutsertakan dalam program Jamsostek (pasal 99)

3.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari wacana diatas diantaranya Hukum
dagang itu merupakan bagian khusus dari hukum perdata adalah sangat penting, karena
mempelajari hukum dagang tanpa mengetahui pengertian-pengertian keperdataan yang
tercakup dalam sumber hukumnya termuat dalam KUH perdata tidaklah mungkin.
Hukum Dagang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hukum perikatan, karena
hukum perikatan adalah hukum yang terdapat dalam masyarakat umum maupun dalam
perdagangan.
Dari segi hubungan pengusaha dengan pembantu-pembantunya, Seorang pedagang,
terutama seorang yang menjalankan perusahaan yang besar dan berarti, biasanya tidak dapat
bekerja seorang diri. Dalam melaksanakan perusahaannya, ia memerlukan bantuan orang-
orang yang bekerja padanya sebagai bawahan, ataupun orang yang berdiri sendiri dan
mempunyai perusahaan sendiri dan yang mempunyai perhubungan tetap ataupun tidak tetap
dengan dia.
Selain di dalam perusahaan, pengusaha juga memerlukan pembantu-pembantu diluar
pemerintahan. Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain: Agen
perusahaan,Perusahaan perbankan,Pengacara,Notaris,Makelar,Komisioner.
Disamping itu pengusaha mempunyai hak dan kewajiban dari para pembantunya yang
harus dipenuhi oleh masing-masing pihak.

Anda mungkin juga menyukai