Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan dalam bidang ekonomi, baik yang bergerak di sektor mikro maupun
makro. Merupakan Pembangunan yang ada di dalam negeri yang tidak dapat
terpisahkan daripada intervensi pemerintah Inti permasalahan dari keterlibatan
negara dalam aktivitas ekonomi bersumber pada politik perekonomian suatu negara.
Munculnya corak sosial ekonomi dalam konsep Kedaulatan berkaitan dengan
munculnya hukum yang mengatur transaksi di dalamnya. Dalam kaitan dengan
cabang-cabang hukum yang beragam maka negara membuat hukum yang mengatur
urusan tersebut. KUHD adalah produk yang dijadikan pedoman dasar untuk
memutuskan suatu hukum yang berkembang di masyarakat.

Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata.
Hukum perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang
merupakan hukum khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua
kelompok hukum tersebut, maka dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai lex
specialis derogat lex generalis, artinya hukum yang bersifat khusus mengesampingkan
hukum yang bersifat umum.

Sehingga dapat disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum Dagang yang
pada pokoknya menyatakan bahwa: “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seberapa
jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan
penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

1.2  Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Hukum Dagang ?


2. Apa Sumber Hukum Dagang ?
3. Kenapa diberlakukannya Hukum dagang ?
4. Bagaimana Hubungan Pengusaha dengan Pekerjanya (Karyawan )?
5. Apa hubungan dari dari Pengusaha dan Kewajibannya ?

1|Hukum Dagang
1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Dagang
2. Mengetahui Sumber Hukum Dagang
3. Untuk mengetahui dan memahami Berlakunya Hukum Dagang
4. Untuk mengetahui dan memahami Hubungan Pengusaha dan pembantunya
5. Untuk mengetahui dan memahami Pengusaha dan Kewajibannya

2|Hukum Dagang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Hukum Dagang


Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang
satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah hukum perdata
khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum), Perdagangan atau
Perniagaan pada umumnya adalah pekeerjaan membeli barang dari suatu tempat dan
suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan waktu lainnya untuk
memperoleh keuntungan. Hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal
perdagangan, yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan.

Menurut salah satu ahli yaitu R. Soekardono Memberikan pengertian bahwa  Hukum
Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur
masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III Burgerlijke
Wetboek (BW). Dengan kata lain, Hukum Dagang adalah himpunan peraturan-
peraturan yang mengatur seseorang dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan
yang terutama terdapat dalam kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hukum dagang dapat pula dirumuskan sebagai
serangkaian kaidah yang mengatur tentang dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu
lintas perdagangan (R. Soekardono, 1963: 17).

2.2 Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada


Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 yaitu tertulis dan tidak tertulis
tentang aturan perdagangan :
1. Hukum tertulis yang dikofifikasikan :
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel
Indonesia (W.v.K)
3. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia
(BW)
4. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan
khusus yang mengatur tentanghal-hal yang berhubungan dengan perdagangan
(C.S.T. Kansil, 1985 : 7) hukum tertulis yang belum  dikodifikasi, yaitu peraturan
perundangan khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan
perdagangan, misal UU Hak Cipta.
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata.
Namun, seiring berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan)
aturan-aturan hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (
KUHD ) yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang

3|Hukum Dagang
Hukum Perdata ( KUHPer ). Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai
hubungan yang erat.

Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut:
Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate legi generali artinya
hukum yang khusus (KUHDagang ) mengesampingkan hukum yang umum
(KUHperdata). Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS
sekarang ini dianggap tidak pada tempatnya. Hal ini dikarenakan hukum dagang
relative sama dengan hukum perdata. Selain itu “dagang” bukanlah suatu pengertian
dalam hukum melainkan suatu pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke
dalam KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi
belum terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah KUHD,
sebab perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad pertengahan.

KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda, berdasarkan
asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka
berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 kedua kitab tersebut
berlaku di Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku, buku I berjudul perdagangan pada
umumnya, buku II berjudul Hak dan Kewajiban yang timbul karena perhubungan
kapal.

2.3     Sejarah Hukum Dagang


Pembagian hukum privat sipil ke dalam hukum perdata dan hukum dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang berdasarkan
sejarah hukum dagang. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan yang tercabtum dalam
pasal 1 KUHD yang menyatakan bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat juga
dijalankan dalam penyelesaian soal yang disinggung dalam KUHD kecuali dalam
penyelesaianya, soal-soal tersebut hanya diatur dalam KUHD itu. Kenyataan lain yang
membuktikan bahwa pembagian itu bukan pembagian asasi adalah :

1. Perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian terpenting dalam bidang


perdagangan tidak ditetapkan dalam KUHD tapi diatur dalam KUHS.
2. Perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat penting juga bagi soal
keperdataan ditetapkan dalam KUHD.
Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad pertengahan
eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu
di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa,
Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat
itu hokum Romawi (corpus lurus civilis) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara
dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru di samping hokum Romawi yang
berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang berlaku bagi golongan yang disebut

4|Hukum Dagang
hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya mengatur perkara di bidang
perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum pedagang ini bersifat unifikasi.

KUHD Indonesia diumumkan dengan publikasi tanggal 30 April 1847 (S. 1847-23),
yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. KUHD Indonesia itu hanya turunan
belaka dari “Wetboek van Koophandel” dari Belanda yang dibuat atas dasar asas
konkordansi (pasal 131 I.S.). Wetboek van Koophandel Belanda itu berlaku mulai
tanggal 1 Oktober 1838 dan 1 Januari di Limburg. Selanjutnya Wetboek van
Koophandel Belanda itu juga mangambil dari “Code du Commerce” Perancis tahun
1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga hukum yang diatur dalam Code du
Commerce Perancis itu diambil alih oleh Wetboek van Koophandel Belanda. Ada
beberapa hal yang tidak diambil, misalnya mengenai peradilan khusus tentang
perselisihan-perselisihan dalam lapangan perniagaan (speciale handelsrechtbanken)
(H.M.N.Purwosutjipto, 1987 : 9).

Pada tahun 1906 Kitab III KUHD Indonesia diganti dengan Peraturan Kepailitan yang
berdiri sendiri di luar KUHD. Sehingga sejak tahun 1906 indonesia hanya memiliki 2
Kitab KUHD saja, yaitu Kitab I dan Kitab I (C.S.T. Kansil, 1985 : 14). Karena asas
konkordansi juga maka pada 1 Mei 1948 di Indonesia diadakan KUHS. Adapun KUHS
Indonesia ini berasal dari KUHS Nederland yang dikodifikasikan pada 5 Juli 1830 dan
mulai berlaku di Nederland pada 31 Desember 1830. KUHS Belanda ini berasal dari
KUHD Perancis (Code Civil) dan Code Civil ini bersumber pula pada kodifikasi Hukum
Romawi “Corpus Iuris Civilis” dari Kaisar Justinianus (527-565) (C.S.T. Kansil, 1985 :
10).

2.4    Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang


Didalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang
pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan
tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan orang/pihak lain
untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut. Pembantu-pembantu
dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :

1. Membantu didalam perusahaan.


2. Membantu diluar perusahaan
Hubungan hukum yang terjadi diantara pembantu dan pengusahanya, yang termasuk
dalam perantara dalam perusahaan dapat bersifat :

 Hubungan perburuhan, sesuai pasal 1601 a KUH Perdata.


 Hubungan pemberian kuasa, sesuai pasal 1792 KUH Perdata.
 Hubungan hukum pelayanan berkala, sesuai pasal 1601 KUH Perdata

5|Hukum Dagang
2.5  Hubungan Pengusaha dan Kewajibannya
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut
undang-undang, ada 2 macam kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha yaitu :

1. Membuat pembukuan.
2. Mendaftarkan perusahaannya.
Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan
perusahaannya, Dalam menjalankan perusahannya pengusaha dapat:

1. Melakukan sendiri, Bentuk perusahaannya sangat sederhana dan semua


pekerjaan dilakukan sendiri, merupakan perusahaan perseorangan.
2. Dibantu oleh orang lain, Pengusaha turut serta dalam melakukan perusahaan,
jadi dia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin
perusahaan dan merupakan perusahaan besar.
3. Menyuruh orang lain melakukan usaha sedangkan dia tidak ikut serta dalam
melakukan perusahaan, Hanya memiliki satu kedudukan sebagai seorang
pengusaha dan merupakan perusahaan besar.
Sebuah perusahaan dapat dikerjakan oleh seseorang pengusaha atau beberapa orang
pengusaha dalam bentuk kerjasama. Dalam menjalankan perusahaannya seorang
pengusaha dapat bekerja sendirian atau dapat dibantu oleh orang-orang lain disebut
“pembantu-pembantu perusahaan”. Orang-orang perantara ini dapat dibagi dalam
dua golongan. Golongan pertama terdiri dari orang-orang yang sebenarnya hanya
buruh atau pekerja saja dalam pengertian BW dan lazimnya juga dinamakan handels-
bedienden. Dalam golongan ini termasuk, misal pelayan, pemegang buku, kassier,
procuratie houder dan sebagainya. Golongan kedua terdiri dari orang-orang yang
tidak dapat dikatakan bekerja pada seorang majikan, tetapi dapat dipandang sebagai
seorang lasthebber dalam pengertian BW. Dalam golongan ini termasuk makelar,
komissioner.

Namun, di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang
pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan
tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan orang/pihak lain
untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.

Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :

1. Membantu didalam perusahaan


2. Membantu diluar perusahaan

Adapun pembantu-pembantu dalam perusahaan antara lain:

6|Hukum Dagang
1. Pelayan took
2. Pekerja keliling
3. Pengurus filial.
4. Pemegang prokurasi
5. Pimpinan perusahaan

Hubungan hukum antara pimpinan perusahaan dengan pengusaha bersifat :

1. Hubungan perburuhan, yaitu hubungan yang subordinasi antara majikan dan


buruh, yang memerintah dan yang diperintah. Manager mengikatkan dirinya
untuk menjalankan perusahaan dengan sebaik-baiknya, sedangkan pengusaha
mengikatkan diri untuk membayar upahnya (pasal 1601 a KUHPER).
2. Hubungan pemberian kekuasaan, yaitu hubungan hukum yang diatur dalam
pasal 1792 dsl KUHPER yang menetapkan sebagai berikut ”pemberian kuasa
adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada
orang lain, yang menerimanya untuk atas nama pemberi kuasa menyelenggarakan
suatu urusan”. Pengusaha merupakan pemberi kuasa, sedangkan si manager
merupakan pemegang kuasa. Pemegang kuasa mengikatkan diri untuk
melaksakan perintah si pemberi kuasa, sedangkan si pemberi kuasa mengikatkan
diri untuk memberi upah sesuai dengan perjanjian yang bersangkutan.
Dua sifat hukum tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi pimpinan perusahaan dan
pengusaha, tetapi juga berlaku bagi semua pembantu pengusaha dalam perusahaan,
yakni: pemegang prokurasi, pengurus filial, pekerja keliling dan pelayan toko. Karena
hubungan hukum tersebut bersifat campuran, maka berlaku pasal 160 c KUHPER,
yang menentukan bahwa segala peraturan mengenai pemberian kuasa dan mengenai
perburuhan berlaku padanya. Kalau ada perselisihan antara kedua peraturan itu,
maka berlaku peraturan mengenai perjanjian perburuhan (pasal 1601 c ayat (1)
KUHPER.

Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain:

1. Agen perusahaan, Hubungan pengusaha dengan agen perusahaan adalah sama


tinggi dan sama rendah, seperti pengusaha dengan pengusaha. Hubungan agen
perusahaan bersifat tetap. Agen perusahaan juga mewakili pengusaha, maka ada
hubungan pemberi kuasa. Perjanjian pemberian kuasa diatur dalam Bab XVI, Buku
II, KUHPER, mulai dengan pasal 1792, sampai dengan 1819. Perjanjian bentuk ini
selalu mengandung unsur perwakilan (volmacht) bagi pemegang kuasa (pasal
1799 KUHPER). Dalam hal ini agen perusahaan sebagai pemegang kuasa,
mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama pengusaha.
2. Perusahaan perbankan
3. Pengacara

7|Hukum Dagang
4. Notaris
5. Makelar
6. Komisioner

2.6 Pengusaha dan Kewajibannya


Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan, Menurut
undang-undang, ada dua kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha, yaitu :

1. Membuat pembukuan
Pasal 6 KUH Dagang, menjelaskan makna pembukuan yakni mewajibkan setiap orang
yang menjalankan perusahaan supaya membuat catatan atau pembukuan mengenai
kekayaan dan semua hal yang berkaitan dengan perusahaan, sehingga dari catatan
tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak. Selain itu, di dalam Pasal 2
Undang-Undang No.8 tahun 1997, yang dimaksud dokumen perusahaan adalah :

1. Dokumen keuangan Terdiri dari catatan, bukti pembukuan, dan data


administrasi keuangan yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta
kegiatan usaha suatu perusahaan
2. Dokumen lainnya Terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan
yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan, meskipun tidak terkait langsung
dengan dokumen keuangan.
3. Mendaftarkan Perusahaan
Dengan adanya Undang-Undang No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
maka setiap orang atau badan yang menjalankan perusahaan menurut hukum wajib
untuk melakukan pendaftaran tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
usahanya sejak tanggal 1 Juni 1985.

Dalam Undang-Undang No.3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang
dimaksud daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya, memuat
hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan, dan disahkan oleh pejabat
yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan.

Pasal 32-35 Undang-Undang No.3 tahun 1982 merupakan ketentuan pidana, sebagai
berikut :

1. Barang siapa yang menurut undang-undang ini dan atau peraturan


pelaksanaannya diwajibkan mendaftarkan perusahaan dalam daftar
perusahaan yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi

8|Hukum Dagang
kewajibannya diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
2. Barang siapa melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru
atau tidak lengkap dalam daftar perusahaan diancam pidana kurungan selama-
lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 1.500.000,00
(satu juta lima ratus ribu rupiah).

BAB III
PENUTUP

9|Hukum Dagang
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hukum
dagang terdapat peraturan-peraturan yang mengatur jalannya suatu aktivitas dagang
yang tertulis dalam KUHD dan pelaku-pelaku dalam usaha dagang masing- masing
memiliki hak dan kewajiban yang dimana harus dilaksanakan demi kelancaran dalam
berdagang. Peraturan dalam berdagang diterapkan guna untuk mencegah
pelanggaran-pelanggaran yang terkadang terjadi dalam persaingan produsen dalam
meningkatkan kualitas barang dan merebut pasar.

Daftar Pustaka

10 | H u k u m D a g a n g
http://chairromy.blogspot.co.id/2015/04/makalah-aspek-hukum-dalam-
ekonomi.html
http://saidfickrihakim.blogspot.co.id/2015/05/aspek-hukum-dalam-ekonomi-
hukum-dagang.html
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/05/01/makalah-hukum-dagang/

11 | H u k u m D a g a n g

Anda mungkin juga menyukai