Nim: 1810611067
Kelas: E
Hukum Dagang
Soal
1
DR. H. Zainal Asikin, S.H., SU, Hukum Dagang, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2018), hlm. 5.
2
Achmad Ichsan, Hukum Dagang, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), hlm. 17.
3
C.S.T Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hlm. 7.
KUHD Indonesia itu hanya turunan belaka dari “Wetboek van Koophandel”
Belanda, yang dibuat atas dasar asas “konkordasi” ( Pasal 131 I.S Wetboek van
Koophandel Belanda itu berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1838 dan 1 Januari 1842
( di Limburg ).
Timbulnya hukum dagang dimulai pada abad ke 9, sebenarnya hukum perdata
pada waktu itu sudah ada, tetapi tidak mengatur tentang hukum dagang. Sejak
tumbuhnya beberapa kota perdagangan, peraturan-peraturan hukum Romawi itu tidak
dapat lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan hukum para pedagang.
Lambat laun mereka mengatur sendiri perihal saling hubungan hukum yang
timbul dalam dunia perdagangan, sehingga timbul peraturan-peraturan mengenai
perdagangan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan dalam lingkungan
perdagangan hingga kemudian diadakan kodifikasi.
Dengan demikian hukum dagang maju karena:
1. Majunya hukum dagang itu sediri karena kebutuhan karena kebutuhan
mereka sendiri.
2. Hasil yurisprudensi dari pengadilan yang mereka dirikan sendiri
(peraturan-peraturan itu kemudian menjadi sumber hukum dagang).
4
Dra. Hj. Sri Gunarsi, SH, MH, Pengantar Hukum Dagang Di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Penerbit K-
Media, 2016), hlm. 6.
3. Ruang lingkup hukum dagang
Secara klasik, hukum dagang mencakup bidang-bidang hukum:
1. Asuransi
2. Surat berharga
3. Letter of credit
4. Pengangkutan
5. Hak kekayaan intelektual
6. Persekutuan perdata
7. Badan usaha
Kemudian dalam beberapa dekade terakhir, mencakup bidang hukum yang
lebih luas lagi atau bidang- bidang hukum baru, seperti:
1. Dewan pekerja (work council)
2. Perbankan
3. Kepailitan
4. Keagenan
5. Anti monopoli5
5
Fauzi Wibowo, Hukum Dagang Di Indonesia, (Bantul: Legality, 2017), hlm. 3.
6
Nafi’ Mubarok, Buku Diktat Hukum Dagang, hlm. 4.
Hubungan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Kitab Undang-
Undang Hukum dagang yaitu sebagaimana diketahui bahwa dalam Pasal 1 KUHD
ditetapkan bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku sepanjang tidak
diatur secara khusus dalam Kitab ini.
Dengan merujuk Pasal 1 di atas jelaslah berlaku asas “lex specialis derogate lex
generalis” yang mempunyai arti peraturan yang khusus akan mengesampingkan
peraturan yang umum. KUHD merupakan suatu Lex Specialis kalau dalam KUHD
terdapat ketentuan mengenai hal yang sama diatur juga dalam KUHPerdata maka
ketentuan dalam KUHD itulah yang berlaku.7
Selaras dengan hal tersebut adalah pendapat beberapa ahli hukum, antara lain:8
1. Van Kanyang beranggapan bahwa Hukum Dagang adalah suatu tambahan Hukum
Perdata. KUHPerdata memuat hukum perdata dalam arti sempit, sedangkan KUHD
memuat penambahan yang mengatur halhal khusus hukum perdata dalam arti sempit
itu.
2. Van Apeldoorn yang menganggap bahwa hukum dagang suatu bagian istimewa dari
lapangan Hukum Perikatan yang tidak tercantum dalam Buku III dari KUHPerdata.
3. Sukardono yang menyatakan bahwa dengan adanya Pasal 1 KUHD maka KUHD
tidak secara khusus menyimpang dari KUHPerdata”.
4. Tirtamijaya yang menyatakan bahwa Hukum Dagang adalah suatu Hukum Sipil yang
istimewa.
7
DR. H. Zainal Asikin, S.H., SU, op.cit., hlm.7.
8
Neltje F. Katuuk, Aspek Hukum dalam Bisnis, hlm. 255.