Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR TATA HUKUM INDONESIA

“ASAS-ASAS HUKUM DAGANG”

Dosen Pengampu:

Lisa Aminatul Mukaromah, M.Si

Disusun Oleh:

1. Lisa Hadrotus A’la (210401041)


2. M. Saiful Hadim (210401058)
3. Tengku Muhammad Firdaus (210401149)

FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS NAHDHOTUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat, taufiq serta
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asas-asas
Hukum Dagang” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia di Universitas Nahdlotul Ulama’ Sunan
Giri Bojonegoro. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah ini, sebab
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah banyak pengetahuan dan wawasan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan , namun penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan akan
kemampuan, pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, sehingga
penulisan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Bojonegoro, 10 November 2021

Penulis
(kelompok 7)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 1

1.3 TUJUAN ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

2.1 Pengertian Hukum Dagang ................................................................................. 2

2.2 Sejarah Lahirnya Hukum Dagang di Indonesia & Berlakunya Hukum Dagang 4

2.3 Ruang Lingkup Hukum Dagang ......................................................................... 7

2.4 Sumber-sumber Hukum Dagang ......................................................................... 8

2.5 Hubungan antara Hukum Dagang dengan Hukum Perdata………..…………11


2.6 Asas- asas Hukum Dagang…………………………………………………….12
2.7 Perkumpulan- perkumpulan Hukum Dagang………………………………….12
2.8 Contoh Hukum Dagang………………………………………………………..13

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 14

3.2 Saran .................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum kita melangkah lebih jauh dan mendalam, kita dituntut untuk mengerti dan
memahami Hukum Dagang. Dan penerarapannya dalam kehidupan sehari-hari. Langkah
pertama kita dalam membicarakan Hukum Dagang dalam negara diawali dengan
mengemukakan definisi dagang itu sendiri. Dengan terlebih dahulu mengemukakan
definisinya yang sudah disepakati oleh pakar-pakar ilmu hukum dagang sendiri, kita akan
mengetahui berbagai faktor dalam proses kemunculannya.
Di sini kami akan mengemukakan beberapa pendapat dan berbagai pemikiran tentang
definisi dagang. Mayoritas masyarakat dalam mendefinisikan dagang cenderung pada
segi penjualan. Kecenderungan ini telah tersiar baik di masyarakat sekitar. Akan kami
sebutkan beberapa contoh dari kecenderungan tersebut dan kami sedikit mengungkapkan
dan membahas juga menjawab asas-asas hukum dagang dalam tulisan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari hukum dagang?
2. Bagaimana sejarah lahirnya hukum dagang di Indonesia dan berlakunya hukum
dagang?
3. Apa saja ruang lingkup dari hukum dagang?
4. Apa saja sumber – sumber hukum dagang?
5. Bagaimana hubungan antara hukum dagang dengan hukum perdata?
6. Bagaimana bunyi asas – asas hukum dagang?
7. Apa saja perkumpulan – perkumpulan hukum dagang?
8. Bagaimana contoh hukum dagang?
1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami definisi hukum dagang.
2. Mengerti dan memahami sejarah lahirnya hukum dagang di Indonesia dan berlakunya
hukum dagang.
3. Mengerti dan memahami ruang lingkup dari hukum dagang.
4. Mengetahui dan memahami sumber-sumber hukum dagang.
5. Mengetahui dan memahami hubungan antara hukum dagang dengan hukum perdata.
6. Mengetahui dan memahami bunyi asas-asas hukum dagang.
7. Mengetahui dan memahami perkumpulan-perkumpulan hukum dagang.
8. Mengetahui dan memahami contoh hukum dagang.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Dagang

Hukum dagang timbul karena adanya kaum pedagang. Hukum dagang ialah hukum
yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan untuk
memperoleh keuntungan. Atau hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia
dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan. Hukum dagang
juga bisa dikatakan hukum perdata khusus bagi kaum pedagang.1

Pengertian Hukum Dagang menurut Para Ahli :

1. Menurut CST. Kansil


Hukum perusahaan adalah seperangkat aturan yang mengatur tindakan manusia yang
berkontribusi pada transaksi untuk mencapai keuntungan.
2. Menurut Ahmad Ihsan
Hukum dagang adalah salah satu pengaturan untuk masalah perdagangan yang
muncul sebagai akibat dari perilaku manusia dalam perdagangan.
3. Menurut Munir Fuadi
Hukum komersial adalah seperangkat aturan untuk melakukan perdagangan, industri,
atau kegiatan keuangan yang berkaitan dengan produksi atau pertukaran barang.
4. Menurut Sunaryati Hartono
Hukum komersial adalah keputusan keseluruhan yang mengatur kegiatan ekonomi.
5. Menurut M. N. Tirtaamidjaja
Hukum komersial adalah berbagai hukum yang mengatur perilaku orang yang
berpartisipasi dalam transaksi komersial.
6. M .Ikhsan, mendifinisikan hukum dagang adalah hokum yang mengatur masalah
perdagangan yaitu masalah yang timbul karena tingkah laku manusia dalam
perdagangan / perniagaan.
7. Purwosutjipto mengartikan hukum dagang sebagai hukum perikatan yang timbul
dalam lapangan perusahaan.

Sebagai suatu konsep, dagang secara sederhana dapat diartikan sebagai perbuatan untuk
membeli barang dari suatu tempat untuk menjualnya kembali di tempat lain atau membeli
barang pada suatu saat dan kemudian menjualnya kembali pada saat lain dengan maksud
untuk memperoleh kuntungan. Perdagangan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan

1
Bitar, https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hukum-dagang/ (di akses pada18 november 2021 pukul
13.00)
2
dagang (perihal dagang) atau jual beli atau perniagaan (daden van koophandel) sebagai
pekerjaan sehari-hari.2

Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari
suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu
yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan. Pada zaman yang modern ini
perdagangan adalah pemberian perantaraan antara produsen dan konsumen untuk
membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan
pembelian dan penjualan.

Ada beberapa macam pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen :

1. Pekerjaan orang-orang perantara sebagai makelar, komisioner, pedagang keliling dan


sebagainya.
2. Pembentukan badan-badan usaha (asosiasi), seperti perseroan terbatas (PT), perseroan
firma (VOF=Fa) Perseroan Komanditer, dsb yang tujuannya guna memajukan
perdagangan.
3. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga baik didarat, laut maupun udara.
4. Pertanggungan (asuransi)yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya si pedagang
dapat menutup resiko pengangkutan dengan asuransi.
5. Perantaraan Bankir untuk membelanjakan perdagangan.
6. Mempergunakan surat perniagaan (Wesel/ Cek) untuk melakukan pembayaran dengan
cara yang mudah dan untuk memperoleh kredit.
Pada pokoknya Perdagangan mempunyai tugas untuk :
1. Membawa/ memindahkan barang-barang dari tempat yang berlebihan (surplus) ke
tempat yang berkekurangan (minus).
2. Memindahkan barang-barang dari produsen ke konsumen.
3. Menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam masa yang berkelebihan sampai
mengancam bahaya kekurangan.
Pembagian jenis perdagangan, yaitu :
1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang.
a) Perdagangan mengumpulkan (Produsen – tengkulak – pedagang besar – eksportir).
b) Perdagangan menyebutkan (Importir – pedagang besar – pedagang menengah –
konsumen)
2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan
a) Perdagangan barang, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia
(hasil pertanian, pertambangan, pabrik)
b) Perdagangan buku, musik dan kesenian.

2
Pakdosen https://pakdosen.co.id/pengertian-hukum-dagang/ (di akses pada 18 november 2021 pukul 20.30)
3
c) Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek)
3. Menurut daerah, tempat perdagangan dilakukan
a) Perdagangan dalam negeri.
b) Perdagangan luar negeri (perdagangan internasional), meliputi :
 Perdagangan Ekspor
 Perdagangan Impor
c) Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)

Usaha Perniagaan adalah usaha kegiatan baik yang aktif maupun pasif, termasuk juga
segala sesuatu yang menjadi perlengkapan perusahaan tertentu, yang kesemuanya
dimaksudkan untuk mencapai tujuan memperoleh keuntungan.

Usaha perniagaan itu meliputi :

1. Benda-benda yang dapat diraba, dilihat serta hak-hak seperti :


a. Gedung/ kantor perusahaan.
b. Perlengkapan kantor : mesin hitung/ ATK dan alat-alat lainnya.
c. Gudang beserta barang-barang yang disimpan didalamnya.
d. Penagihan-penagihan.
e. Hutang-hutang

2. Para pelanggan

3. Rahasia-rahasia perusahaan.3

2.2 Sejarah Lahirnya Hukum Dagang di Indonesia dan Berlakunya Hukum Dagang.

1. SEJARAH LAHIRNYA HUKUM DAGANG DI INDONESIA

Pembagian Hukum privat (sipil) ke dalam Hukum Perdata dan Hukum Dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asas, tetapi pembagian sejarah dari Hukum Dagang.
Bahwa pembagian tersebut bukan bersifat asasi, dapat kita lihat dalam ketentuan yang
tercantum dalm pasal 1 KUHD yang menyatakan: “Bahwa peraturan-peraturan KUHS
dapat juga dijalankan dalam penyelesaian soal-soal yang disinggung dalam KUHD
terkecuali dalam penyelesaian soal-soal yang semata-mata diadaka oleh KUHD itu.”

Kenyataan-kenyataan lain yang membuktikan bahwa pembagian itu bukan pembagian


asasi adalah:

3
Law is Hukum https://lawishukum.blogspot.com/2015/01/asas-asas-hukum-dagang.html (di akses pada 19
november 2021 pukul 18.53)
4
1. Perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian terpenting dalam bidang perdagangan
tidaklah ditetapkan dalam KUHD.
2. Perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat penting juga bagi soal keperdatan
ditetapkan dalam KUHD.

Adapun perkembangan Hukum Dagang sebenarnya telah dimulai sejak abad


pertengahan di Eropa, kira-kira tahun 1000 sampai tahun 1500. Asal mula perkembangan
hukum ini dapat dihubungkan dengan terjadinya kota-kota Eropa Barat. Pada zaman itu di
Italia dan Perancis Selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genua,
Florence, Vennetia, Marseille, Barcelona dan lain-lain). Hukum Romawi (Corpus Iuris
Civilis) ternyata tidak dapat menyelesaikan seluruh perkara-perkara yang timbul di bidang
perdagangan. Oleh karena itulah di kota-kota Eropa Barat disusun peraturan-peraturan
hukum baru yang berdiri sendiri disamping hukum Romawi yang berlaku.

Hukum yang baru ini berlaku bagi golongan pedagang dan disebut “Hukum Pedagang”
(Koopmansrecht). Kemudian pada abada ke-16 dan ke-17 sebagian besar kota di Perancis
mengadakan pengadilan-pengadilan istimewa khusus menyelesaikan perkara-perkara di
bidang perdagangan (pengadilan pedagang). Hukum pedagang ini pada mulanya belum
merupakan unifikasi (berlakunya satu sistem hukum untuk seluruh daerah), karena
berlakunya masih bersifat kedaerahan. Tiap-tiap daerah mempunyai hukum pedagangan
sendiri-sendiri yang berlainan satu sama lainnya. Kemudian disebabkan bertambah eratnya
hubungan perdagangan antar daerah, maka dirasakan perlu adanya kesatua hukum diantara
hukum pedagang ini. Oleh karena itu di Perancis pada abad ke 17 diadakanlah kodifikasi
dalam hukum pedagang; Menteri Keuangan dari Raja Louis XIV (1643-1715) yaitu
Colbert membuat suatu peraturan “Ordonance Du Commerce” (1673). Dan pada tahun
1681 dibuat Ordonnance de la Marine.

Peraturan ini mengatur hukum pedagang ini sebagai hukum untuk golongan tertentu
yakni kaum pedagang. Ordonance Du Commerce ini pada tahun 1681 disusul degan
peraturan lain yaitu “Ordonansi De La Marine” yang mengatur hukum perdagangan laut
(untuk pedagang-pedagang kota pelabuhan). Pada tahun 1807 di Perancis di samping
adanya “Code Civil Des Francais” yang mengatur Hukum Perdata Perancis, telah dibuat
lagi suatu kitab undang-undang Hukum Dagang tersendiri yakni “Code De
Commerce”.Dengan demikian pada tahun 1807 di Perancis terdapat hukum dagang yang
dikodifikasikan dalam Code De Commerce yang dipisahkan dari Hukum Perdata yang
dikodifikasikan dengan Code Civil. Code De Commerce ini membuat peraturan-peratuan
hukum yang timbul dalam bidang perdagangan sejak zaman pertengahan. Adapun yang
menjadi dasar bagi penyusun Code De Commerce (1807) itu antara lain: Ordonance de

5
Commerce (1673) dan Ordonance de La Marine (1671) tersebut. Kemudian kodifikasi-
kodifikasi Hukum Perancis tahun 1807 (yakni Code Civil dan Code Commerce)
dinyatakan berlaku juga di Netherland pada tahun 1838.

Atas perintah Napoleon, hukum yang berlaku bagi pedagang dibukukan dalam sebuah
buku Code De Commerce (tahun 1807). Disamping itu, disusun kitab-kitab lainnya, yakni
Code Civil dan Code Penal. Kedua buku tersebut dibawa dan berlaku di Belanda dan
akhirnya dibawa ke Indonesia. Pada tanggal 1 Januari 1809 Code De Commerce (Hukum
Dagang) berlaku di Negeri Belanda. Dalam pada itu Pemerintah Netherland menginginkan
adanya hukum dagang sendiri; dalam usul KUHD Belanda dari Tahun 1819 direncanakan
sebuah KUHD yang terdiri atas tiga kitab akan tetapi di dalamnya tidak mengakui lagi
pengadilan istimewa yang menyelesaikan perkara-perkara yang timbul dibidang
perdagangan akan tetapi perkara-perkara dagang diselesaikan di pengadilan biasa.

Usul KUHD Belanda inilah yang kemudian disahkan menjadi KUHD Belanda tahun
1838. Akhirnya, berdasarkan asas konkordasi, maka KUHD Nederland 1838 ini
kemudian menjadi contoh bagi pembuatan KUHD Indonesia 1848. Pada awalnya hukum
dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring berjalannya waktu hukum dagang
mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya sehingga terciptalah Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang sekarang telah berdiri sendiri atau
terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPer ). Pada akhir abad ke-19,
Prof. Molengraaff merencanakan suatu Undang-Undang Kepailitan yang akan
menggantikan Buku III dari KUHD Nederland. Rancangan Molengraaff ini kemudian
berhasil dijadikan Undang-Undang Kepailitan tahun 1893 (berlaku pada 1896).

Dan berdasarkan asas Konkordansi pula, perubahan ini diadakan juga di Indonesia pada
tahun 1906. Pada tahun 1906 itulah Kitab III KUHD Indonesia diganti dengan Peraturan
Kepailitan atau Faillissements Verordening yang berdiri sendiri (di luar KUHD); sehingga
semenjak tahun 1906 KUHD Indonesia hanya terdiri atas dua Kitab saja, yakni: “Tentang
Dagang Umumnya” dan Kitab II berjudul “Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban
yang Tertib dari Pelayaran”.4

2. BERLAKUNYA HUKUM DAGANG

Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat para pedagang saja. Kemudian,
sejak tahun 1938 pengertian dari perdagangan mengalami perluasan kata menjadi segala
kegiatan yang berkaitan dengan usaha. Jadi sejak saat itulah Hukum Dagang diberlakukan

4
Bitar https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hukum-dagang/ (di akses pada 20 November 2021 pukul
16.27)
6
bukan Cuma untuk pedagang melainkan juga untuk semua orang yang melakukan kegiatan
usaha.

Yang dinamakan perusahaan adalah jika memenuhi unsur-unsur dibawah ini, yakni :

1. Terang-terangan
2. Teratur bertindak keluar
3. Bertujuan untuk memperoleh keuntungan materi

Sementara itu, untuk pengertian pengusaha adalah setiap orang atau badan hukum yang
langsung bertanggungjawab dan mengambil risiko di dalam perusahaan dan juga
mewakilinya secara sah. Perusahaan tebagi menjadi tiga jenis, diantaranya :

1. Perusahaan Seorangan, merupakan badan usaha yang dimiliki oleh dimiliki oleh satu
orang. Pemilik jenis usaha ini tidak hanya mengambil keuntungannya sendiri tetapi
juga bertanggung jawab penuh apabila mengalami kerugian.
2. Perusahaan Persekutuan (CV), merupakan gabungan antara dua perusahaan yang
memiliki tujuan sama. Bentuk dari badan persekutuan relatif beragam bergantung
pada keterlibatan pemilik modal, jumlah modal yang diserahkan, dan peran pemilik
modal dalam pengoperasian usahanya.
3. Perusahaan Terbatas (PT), merupakan salah satu jenis badan usaha yang dilindungi
oleh hukum dengan modal yang terdiri dari saham. Seseorang dikatakan sebagai
pemilik PT apabila memiliki bagian sebesar dari jumlah yang ditanamkannya. 5
2.3 Ruang Lingkup Hukum Dagang
Adapun pengertian perdagangan itu sendiri adalah pemberian perantaraan kepada
produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang
memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu (C.S.T. Kansil, 2006:15).
Dari pengertian diatas, yang dimaksud pemberian perantaraan kepada produsen dan
konsumen itu meliputi aneka macam pekerjaan seperti :
1. Pekerjaan orang perantara sebagai Makelar, Komisioner, pedagang, dan
sebagainya.
2. Pembentukan badan-badan usaha seperti Perseroan Terbatas (PT), Perseroan
Firma (Fa), Perseroan Komanditer (CV), Koperasi, dan sebagainya guna
memajukan perdagangan.
3. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga, baik darat, laut maupun di
udara.
4. Pertanggungan (Asuransi) yang berhubungan dengan pengangkutan agar
pedagang dapat menutup risiko pengangkutan dengan asuransi.

5
https://reynaldoasett.blogspot.com/2014/10/bab-8-asas-asas-hukum-dagang.html (di akses pada 20
November pukul 20.23)
7
5. Perantara Perbankan (Bankir) untuk proses transaksi pembelanjaan barang.
6. Menggunakan surat-surat berharga (surat perniagaan) seperti wesel, cek, aksep,
dan lainnya sebagai alat pembayaran yang mudah dan untuk memperoleh kredit.

Selain ruang lingkup diatas, masih banyak ruang lingkup yang menjadi cakupan
pembahasan dari hukum dagang yang muncul karena perkembangan zaman dan
perkembangan dunia perdagangan (perniagaan), antara lain :

1. Lembaga Pembiayaan, yang meliputi Leasing, Modal Ventuta, Perusahaan


Factoring, dan Credit Card Company.
2. Hak Kekayaan Intelektual
3. Penanaman Modal (Investasi) baik Penanaman Modal Dalam Negeri maupun
Penanaman Modal Luar Negeri, dan
4. Perlindungan Konsumen

Adapun Ruang Lingkup Hukum Dagang sebagai berikut:

1. Kontrak bisnis
2. Jual beli
3. Bentuk-bentuk Perusahaan
4. Perusahaan Go Public dan Pasar Modal
5. Penanaman Modal Asing
6. Kepailitan dan Likuidasi
7. Merger dan Akuisisi
8. Perkreditan dan Pembiayaan
9. Jaminan Hutang
10. Surat Berharga
11. Perburuhan
12. Hak atas Kekayaan Intelaktual
13. Anti Monopoli
14. Perlindungan Konsumen
15. Keagenan dan Distribusi
16. Asuransi
17. Perpajakan
18. Penyelesaian Sengketa Bisnis
19. Bisnis Internasional
20. Hukum Pengangkutan (Darat, Laut, Udara dan Multimoda)6
2.4 Sumber- sumber Hukum Dagang

6
Guru ekonomi https://sarjanaekonomi.co.id/hukum-dagang/ (di akses pada 22 November 2021 pukul 18.50)
8
Sumber-sumber hukum dagang ialah tempat dimana bisa didapatkan peraturan-
peraturan mengenai Hukum Dagang. Beberapa sumber Hukum Dagang yakni sebagai
berikut:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan perkembangan lapangan
hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang sudah terkodifikasi, KUHD masih
terdapat kekurangan dimana kekurangan tersebut diatur dengan sebuah peraturan
perundang-undangan yang lain.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)


Sesuai pasal 1 KUHD, KUH Perdata menjadi sumber hukum dagang sepanjang
KUHD tidak mengatur hal-hal tertentu dan hal-hal tertentu tersebut diatur dalam
KUH Perdata khususnya buku III. Dapat dikatakan bahwa KUH Perdata mengatur
sebuah pemeriksaan secara umum atau untuk orang-orang pada umumnya.
Sedangkan KUHD lebih bersifat khusus yang ditujukan untuk kepentingan
pedagang.

3. Peraturan Perundang-Undangan

Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lain yang


mengatur Hukum Dagang, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
2. UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT).
3. UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta.
4. UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha.
5. UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
4. Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah
diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, bisa
digunakan juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai dengan
pasal 1339 KUH Perdata bahwa perjanjian tidak saja mengikat yang secara tegas
diperjanjikan, tetapi juga terikat pada kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan
perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian komisi, jual beli dengan angsuran,
dan lain sebagainya.
5. Perjanjian yang dibuat para pihak
Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam hal ini,
persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para pihak.
9
Contohnya yaitu dalam pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa selama
tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat dimana barang berada
pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan barang diperjanjikan dengan
klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan barang dilaksanakan ketika barang
sudah berada di atas kapal.
6. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan supaya pengaturan tentang
persoalan Hukum Dagang bisa diatur secara seragam oleh masing-masing hukum
nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian internasional
tersebut. Untuk bisa diterima dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat maka
perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh masing-masing negara yang
terikat dalam perjanjian internasional tersebut.Macam perjanjian internasional yaitu
sebagai berikut :
a. Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja. Contohnya
traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur tentang sebuah
pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan melalui Keppres No.25
Tahun 1989.
b. Konvensi yaitu suatu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya
yaitu Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.
Dari berbagai bentuk dan jenis sumber hukum, maka sumber hukum dapat berbentuk
tertulis maupun tidak tertulis, namun pada hakikatnya lebih baik dan lebih banyak
digunakan demi kepastian hukum (legalitas). Namun dalam prakteknya peraturan
kegiatan bisnis tidak hanya berbentuk tertulis, ada juga yang tidak tertulis seperti
hukum kebiasaan yang diakui dan tidak bertentangan dengan hukum tertulis.
Kententuan-ketentuan yang menjadi sumber hukum formil dari hukum dagang
Indonesia antara lain :
1. Sumber hukum dagang yang dikodifikasi, yaitu :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau Burgerlijke
wetboek (BW) yang terdiri dari 4 (empat) buku yaitu :
a. Buku I Tentang Orang (Van Personen)
b. Buku II Tentang Benda (Van Zaken)
c. Buku III Tentang Perikatan (Van Verbintennissen)
d. Buku IV Tentang Pembuktian dan Kedaluwarsa (Van Bewijs en Verjaring)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek Van
Koophandel, yang terdiri dari 2 (dua) buku, antara lain :
a. Buku I Tentang Perniagaan pada Umumnya
b. Buku II Tentang Hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perkapalan.

10
2. Sumber hukum dagang diluar kodifikasi
meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain :
a. UU No. 1 tahun 1967 Tentang PMDN dan UU No. 12 Tahun 1967 Tentang
PMA.
b. UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Perasuransian dan UU No. 14 Tahun 1992
Tentang Pengangkutan.
c. UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi dan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan.
d. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang PT, UU No. 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan.
2.5 Hubungan Hukum Dagang dengan Hukum Perdata
Hukum dagang merupakan bagian dari hukum privat yang mencakup peraturan-
peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam
memenuhi keperluan hidupnya. Jadi Hukum dagang merupakan hukum perdata
khusus, dalam arti hukum perikatan yang muncul di lapangan perusahaan.
Hukum perdata yang diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KHUPerdata) merupakan hukum perdata umum, sedangkan Hukum dagang yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah Hukum Perdata
Khusus. Dengan demikian hubungan antara kedua hukum tersebut adalah genus
(umum) dan specialis (khusus). Hal ini sesuai dengan adagium asas hukum ”Lex
Spesialis Derogat Lex Generalis” bahwa hukum yang bersifat khusus
mengenyampingkan hukum yang bersifat khusus.
Adagium ini dirumuskan dalam Pasal 1 KUHD yang berbunyi :

”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Dagang tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga
terhadap hal-hal yang disinggung dalam KUHD.”
Artinya apabila terjadi perbuatan hukum dalam bidang hukum perdata, maka
KUHPerdata diterapkan pada perbuatan tersebut, dengan catatan KUHD tidak
mengatur secara khusus untuk perbuatan hukum tersebut. Dan sebaliknya apabila atas
perbuatan hukum itu tidak diatur atau tidak dijumpai peraturannya dalam
KUHPerdata, maka KUHD harus dipakai (diterapkan) untuk menjadi acuan peraturan
mengenai perbuatan hukum tersebut.
Selain pasal diatas, ada beberapa pasal lain yang dapat digunakan untuk melihat
bagaimana hubungan antara hukum dagang dengan hukum perdata, misalnya dalam
Pasal 1319, 1339, 1347 KUHPerdata, Pasal 15 dan 396 KUHD. 7

7
Bitar https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hukum-dagang/ (diakses pada 29 november 2021 pukul
17.13) 11
2.6 Asas- asas Hukum Dagang

Pengertian Dagang (dalam arti ekonomi), yaitu segala perbuatan perantara antara
produsen dan konsumen.

Pengertian Perusahaan, yaitu seorang yang bertindak keluar untuk mencari


keuntungan dengan suatu cara dimana yang bersangkutan menurut imbangannya lebih
banyak menggunakan modal dari pada menggunakan tenaganya sendiri.

Asas-asas hokum dagang sebagai berikut :

1. Kewajiban “memegang buku” tentang perusahaan yang bersangkutan.


2. Perseroan Firma selalu melakukan Perusahaan.
3. Pada umumnya suatu akte dibawah tangan yang berisi pengakuan dari suatu pihak,
hanya mempunyai kekuatan pembuktian jika ditulis sendiri oleh si berhutang atau
dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang pinjaman, tapi peraturan
ini tidak berlaku terhadap hutang-hutang perusahaan.
4. Barang siapa melakukan suatu Perusahaan adalah seorang “pedagang” dalam
pengertian KUHD.
5. Siapa saja yang melakukan suatu Perusahaan diwajibkan, apabila diminta,
memperlihatkan buku-bukunya kepada pegawai jawatan pajak.
6. Suatu putusan hakim dapat dijalankan dengan paksaan badan terhadap tiap orang
yang telah menanda tangani surat wesel/ cek, tapi terhadap seorang yang
menandatangani surat order atau surat dagang lainnya, paksaan badan hanya
diperbolehkan jika suart-surat itu mengenai perusahaannya. 8

2.7 Perkumpulan – perkumpulan Hukum Dagang


1. Persekutuan (Maatschap) : suatu bentuk kerjasama dan siatur dalam KUHS tiap
anggota persekutuan hanya dapat mengikatkan dirinya sendiri kepada orang-
oranglain. Dengan lain perkataan ia tidak dapat bertindak dengan mengatas namakan
persekutuan kecuali jika ia diberi kuasa. Karena itu persekutuan bukan suatu pribadi
hukum atau badan hukum.
2. Perseraoan Firma : suatu bentuk perkumpulan dagang yang peraturannya terdapat
dalam KUHD (Ps 16) yang merupakan suatu perusahaan dengan memakai nama
bersama. Dalam perseroan firma tiap persero (firma) berhak melakukan pengurusan
dan bertindak keluar atas nama perseroan.
3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD) : suatu bentuk perusahaan dimana ada
sebagian persero yang duduk dalam pimpinan selaku pengurus dan ada sebagian

8
Law is Hukum https://lawishukum.blogspot.com/2015/01/asas-asas-hukum-dagang.html (di akses pada 30
November 2021 pukul 20.46) 12
persero yang tidak turut campur dalam kepengurusan (komanditaris/ berdiri
dibelakang layar)
4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD) : perusahaan yang modalnya terbagi atas suatu
jumlah surat saham atau sero yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendak
turut.
¨ Arti kata Terbatas, ditujukan pada tanggung jawab/ resiko para pesero/ pemegang
saham, yang hanya terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil.
¨ PT harus didirikan dngan suatu akte notaris
¨ PT bertindak keluar dengan perantaraan pengurusnya, yang terdiri dari seorang
atau beberapa orang direktur yang diangkat oleh rapat pemegang saham.
¨ PT adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan tersendiri, terlepas dari
kekayaan pada pesero atau pengurusnya.
¨ Suatu PT oleh undang-undang dinyatakan dalam keadaan likwidasi jika para
pemegang saham setuju untuk tidak memperpanjang waktu pendiriannya dan
dinyatakan hapus jika PT tesebutmenderita rugi melebihi 75% dari jumlah modalnya.
5. Koperasi : suatu bentuk kerjasama yang dapat dipakai dalam lapangan
perdagangan
Diatur diluar KUHD dalam berbagai peraturan :
a. Dalam Stb 1933/ 108 yang berlaku untuk semua golongan penduduk.
b. Dalam stb 1927/91 yang berlaku khusus untuk bangsa Indonesia
c. Dalam UU no. 79 tahun 1958
¨ Keanggotaannya bersifat sangat pribadi, jadi tidak dapat diganti/ diambil alih oleh
orang lain.
¨ Berasaskan gotong royong
¨ Merupakan badan hukum
¨ Didirikan dengan suatu akte dan harus mendapat izin dari menteri Koperasi.
6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969)
a. Berbentuk Persero : tunduk pada KUHD (stb 1847/ 237 Jo PP No. 12/ 1969)
b. Berbentuk Perjan : tunduk pada KUHS/ BW (stb 1927/ 419)
c. Berbentuk Perum : tunduk pada UU no. 19 (Perpu tahun 1960)9
2.8 Contoh Hukum Dagang
Ada seorang pengusaha sepatu lokal yang memberi nama produk yang mereka
hasilkan dengan nama merek terkenal. Hal tersebut dilakukan untuk mendongkrak
angka penjualan karena merek tersebut sebenarnya yaitu sebuah brand internasional
yang sudah sangat terkenal.

9
https://lawishukum.blogspot.com/2015/01/asas-asas-hukum-dagang.html (di akses pada 03 desember 2021
pukul 21.00)
13
Mungkin memang sepatu produk lokal tersebut akan lebih laku tapi bila hal tersebut
terendus oleh pihak perusahaan resmi merek tersebut maka pengusaha lokal tersebut
dapat dikenai sangsi pidana dan jelas melanggar pasal 90 undang-undang nomor 15
tahun 2001 tentang merk. Jadi lebih menciptakan produk dan menciptakan brand baru
yaitu jauh lebih baik dibandingkan harus berurusan dengan hukum. 10

10
Bitar https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hukum-dagang/ (di akses pada 03 desember 2021 pukul
21.17)
14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Hukum dagang ialah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan. Atau hukum yang
mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama
lainnya dalam lapangan perdagangan.
b. Usul KUHD Belanda yang kemudian disahkan menjadi KUHD Belanda tahun
1838 yang akhirnya, berdasarkan asas konkordasi, maka KUHD Nederland 1838
ini kemudian menjadi contoh bagi pembuatan KUHD Indonesia 1848. Pada
awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring berjalannya
waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya
sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang
sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata ( KUHPer ).
c. Adapun Ruang Lingkup Hukum Dagang sebagai berikut: Kontrak bisnis, Jual
beli,Bentuk-bentuk Perusahaan,Perusahaan Go Public dan Pasar Modal,Penanaman
Modal Asing,Kepailitan dan Likuidasi,Merger dan Akuisisi, Perkreditan dan
Pembiayaan, Jaminan Hutang, Surat Berharga,Perburuhan, Hak atas Kekayaan
Intelaktual, Anti Monopoli, Perlindungan Konsumen, Keagenan dan Distribusi,
Asuransi, Perpajakan, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bisnis Internasional, Hukum
Pengangkutan (Darat, Laut, Udara dan Multimoda)
d. Beberapa sumber Hukum Dagang yakni sebagai berikut:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
3. Peraturan Perundang-Undangan.
4. Kebiasaan.
5. Perjanjian yang dibuat para pihak.
6. Perjanjian Internasional.
e. Hukum perdata yang diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KHUPerdata) merupakan hukum perdata umum, sedangkan Hukum dagang yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah Hukum
Perdata Khusus. Dengan demikian hubungan antara kedua hukum tersebut adalah
genus (umum) dan specialis (khusus).
f. Asas-asas hokum dagang sebagai berikut :

15
1.Kewajiban “memegang buku” tentang perusahaan yang bersangkutan.
2.Perseroan Firma selalu melakukan Perusahaan.
3.Pada umumnya suatu akte dibawah tangan yang berisi pengakuan dari suatu
pihak, hanya mempunyai kekuatan pembuktian jika ditulis sendiri oleh si
berhutang atau dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang
pinjaman, tapi peraturan ini tidak berlaku terhadap hutang-hutang perusahaan, dsb.
g. Perkumpulan- perkumpulan hokum dagang :
1. Persekutuan (Maatschap).
2. Perseraoan Firma.
3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD).
4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD).
5. Koperasi.
6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969).
h. Contoh hokum dagang : Ada seorang pengusaha sepatu lokal yang memberi nama
produk yang mereka hasilkan dengan nama merek terkenal. Hal tersebut dilakukan
untuk mendongkrak angka penjualan
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan, mengenai materi pokok yang ada
dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang jauh dai kata sempurna, tetapi
kami sudah berusaha sebaik mungkin tentunya masih ada banyak kesalahan dan
kekurangan karena terbatasnya kemampuan. Penulis berharap,ada kritik dan saran
yang yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://lawishukum.blogspot.com/2015/01/asas-asas-hukum-dagang.html
https://pakdosen.co.id/pengertian-hukum-dagang/
https://reynaldoasett.blogspot.com/2014/10/bab-8-asas-asas-hukum-dagang.html
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hukum-dagang/

17

Anda mungkin juga menyukai