2017
KATA PENGANTAR
Dari pada itu, penulis juga mengharapkan agar para pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini. Sekiranya dalam makalah ini terdapat
kesalahan dan kekurangan, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyusun makalah yang berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .......................................................................................... 9
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wakaf merupakan kegiatan Ibadah yang mementingkan kepentingan
masyarakat umum. Dengan wakaf seorang wakif berharap agar harta yang
diberikan kelak bias menjadi amalan ibadah, wakaf juga bisa mendekatkan diri
kepada Allah dengan mengharapkan rida-Nya. Karena wakaf merupakan ibadah
sosial maka perlu adanya lembaga yang mengurusi perwakafan, di Negara
Indonesia sudah ada lembaga yang menangani, mencatat dan menerima
pengukuhan wakaf, lembaganya yaitu KUA (Kantor Urusan Agama), dari
lembaga inilah barang yang diwakafkan akan dicatat dan dikukuhkan atau
dialihkan hak miliknya..
Sumber utama institusi wakaf adalah Al-Quran. Walaupun dalam Al-
Quran, kata wakaf yang bermakna memberikan harta tidak ditemukan sebagai
zakat, tetapi merupakan interprestasi ulama mujtahid terhadap ayat-ayat yang
membicarakan pendermaan harta berupa sedekah dan amal jariah.
Di Desa Tulus Rejo, Kecamatan Pekalongan, mayoritas pewakaf (wakif)
mereka mewakafkan tanah untuk tanah wakaf konsumtif. Hal tersebut
dikarenakan paradigma yang ada dimasyarakat bahwa tanah wakaf hanya untuk
pembangunan masjid dan belum mengetahui tentang adanya tanah wakaf
produktif atau kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ilmu wakaf.
Masih banyaknya tanah wakaf di Kecamatan Pekalongan atau khususnya
di Desa Tulus Rejo yang belum dicatatkan Akta Ikrar Wakaf (AIW) kepada pihak
Kantor Urusan Agama (KUA) memberikan PR tersendiri kepada pihak KUA
untuk menangani masalah wakaf di Kecamatan Pekalongan. Karena wakaf
merupakan ibadah sosial maka perlu adanya lembaga yang mengurusi
perwakafan, di Negara Indonesia sudah ada lembaga yang menangani, mencatat
dan menerima pengukuhan wakaf, lembaganya yaitu KUA (Kantor Urusan
Agama), dari lembaga inilah barang yang diwakafkan akan dicatat dan
dikukuhkan atau dialihkan hak miliknya.
1
Hal tersebutlah yang menjadi landasan penulis mengadakan observasi
tanah wakaf di Desa Tulus Rejo di KUA Bulu Sari, yaitu dilatarbelakangi
keingintahuan penulis mengenai pencatatan tanah wakaf Desa Tulus Rejo di KUA
Bulu Sari Kecamatan Pekalongan Lampung Tengah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan wakaf di Desa Bumi Raharjo?
2. Apa saja peruntukkan tanah wakaf di Desa Tulus Rejo?
3. Bagaimana solusi terkait permasalahan wakaf di Desa Tulus Rejo?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf di desa Tulus Rejo
2. Untuk mengetahui peruntukkan tanah wakaf di desa Tulus Rejo
3. Untuk mengetahui solusi permasalahan wakaf di Desa Tulus Rejo.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Miftahul huda mengalirkan manfaat wakaf (2013)
3
Untuk Mushola Baiturrahman diwakafkan oleh Bapak Eri Agus Susanto
dan yang menjadi nadzir yaitu Bapak Basuki, sudah terdapat sertifikat wakafnya.
Sedangkan untuk mushola yang lainnya belum diketahui apakah sudah
didaftarkan atau belum.
Sedangkan untuk tanah wakaf yang diperuntukkan untuk tanah wakaf
produktif terdapat dua yaitu yang pertama diwakafkan oleh Bapak Bejo dan
nadzirnya adalah Bapak Ismani. tanah tersebut merupakan lahan sawah,yang
dikelola oleh nadzir dan apabila panen, hasilnya digunakan untuk sebagai
penambah dana operasional pembangunan masjid, atau untuk keperluan masjid
apabila dibutuhkan. Untuk tanah wakaf ini sudah terdapat sertifikat wakafnya.
Selanjutnya yaitu tanah wakaf dari Bapak Komari yang nadzirnya adalah Bapak
Parwoto. Tanah tersebut merupakan sawah, yang hanya bisa ditanami saat musim
tanam padi saja, namun untuk saat ini tanah tersebut tidak ditanami untuk
sementara karena saat ini belum musim tanam padi. Peruntukan hasil tanah wakaf
ini sama halnya dengan tanah wakaf produktif sebelumnya yaitu untuk menunjang
keperluan masjid. Namun untuk tanah wakaf ini belum terdaftar sertifikat
wakafnya. Hasilnya 100% dialokasikan untuk kesejahteraan masjid dan langsung
masuk ke bendahara masjid.
Pengelolaan dari masing masing tanah wakaf yang dibangun masjid atau
mushola juga sangat baik karena setiap tahunnya bangunan masjid mengalami
peningkatan, yang menandakan bahwa nadzir sangat baik dalam mengelola tanah
wakaf tersebut. Selain itu adanya pembangunan masjid/ mushola juga berdampak
baik bagi lingkungan sekitar. Yaitu yang awalnya masyarakat kampung Tulus
Rejo dusun II banyak yang tidak lalai untuk menunaikan kewajibannya seperti
sholat dan zakat. Dengan pembangunan Mushola Al-Muhajirin menjadi banyak
jamaah yang menunaikan sholat berjamaah dan berlomba-lomba dalam kebaikan
seperti melaksanakan infaq dan sadaqoh.
Selain itu adanya pembangunan Masjid Al-Hidayah juga menjadi hidayah
bagi lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan di sekitar Masjid Al-Hidayah
yang terkenal dengan lingkungan orang-orang yang berorientasi negatif, saat ini
banyak warga sekitar yang sudah mulai taubat dan mau untuk melaksanakan
sholat berjamaah. Selain itu pembangunan masjid Al-Hidayah ini juga
4
memunculkan sebuah majlis talim dan menumbuhkan semangat Ibu-ibu untuk
belajar tentang ilmu agama.
Untuk pengelolaan tanah wakaf produktif yang diwakafkan oleh Bapak
Basir pengelolaannya sangat baik, karena nadzir yang amanah dan melakukan
pengelolaan hasil tanah juga diserahkan untuk kesejahteraan ummat. Pengolah
tanah (yang memanen dan mengurus tanaman) juga merupakan warga yang
memiliki ekonomi menengah sehingga hal tersebut juga dianggap mampu untuk
menolong warga tersebut. Selain untuk kesejahteraan ummat hasil dari panen
tersebut juga digunakan untuk menunjang keperluan masjid, terutama Masjid
Syuhada yang merupakan masjid pertama di Desa Tulus Rejo.
Nadzir wakaf di desa Tulus Rejo merupakan seseorang yang menjadi
tokoh masyarakat atau ustadz di desa Tulus Rejo sehingga mampu melaksanakan
tugas-tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab dalam mengurusi tanah
wakaf. Para nadzir di desa Tulus Rejo juga sudah memenuhi persyaratan sebagai
nadzir yaitu:
a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syariah maupun
perundang-undangan negara RI
b. Jujur, amanah, dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan
dan pentsharrufan kepada sasaran wakaf.
c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha
d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan
e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.2
2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006, h.
64-65
5
C. Data dari Kantor Urusan Agama
Pihak Kantor Urusan Agama (KUA) adalah pihak yang hanya mengelola
data dari masyarakat. KUA dalam urusan perwakafan hanya sebagai media untuk
melakukan pendaftaran sertifikat wakaf. Pihak KUA tidak mengetahui secara
pasti tentang wakif dan nadzir, serta tanah yang kan diwakafkan. KUA tidak dapat
mengetahui tentang semua tanah wakaf apabila wakif tidak datang sendiri
mendaftarkan dirinya untuk medapatkan sertifikat wakaf, demi kejelasan status
sebuah tanah wakaf. Menurut informasi yang penulis dapatkan banyak tanah
wakaf di Kecamatan Pekalongan yang belum dicatatkan akta wakafnya. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencatatan tanah
wakaf, dan sebagian lagi beranggapan bahwa pengurusan sertifikat wakaf sangat
rumit sehingga mereka tidak mencatatkan tanah wakaf mereka. Pentingnya
pencatatan sertifikat tanah wakaf ini adalah agar tidak terjadi persengketaan tanah,
dikarenakan status tanah yang belum jelas dan tidak ada bukti nyata tentang tanah
wakaf tersebut.
Pihak KUA hanya bisa menunggu orang-orang yang akan mencatatkan
tanah wakaf, dan sebagai seorang wakif hendaknya lebih aktif dalam mengurusi
sertifikat tanah wakaf. Karena kurang pahamnya pihak KUA mengenai tanah-
tanah yang statusnya tanah wakaf. Tahapan pencatatan wakaf pun juga tidak
terlalu rumit yaitu orang yang mewakafkan dan nadzir yang terdiri dari lima orang
yaitu ketua, sekretaris, dan tiga anggota serta dua orang saksi untuk proses
pembuatan AIW mendatangi KUA. Setelah itu mengenalkan diri bahwa akan
melakukan pencatatan tanah wakaf, apabila sudah dikenal oleh PPAIW (Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf). Kemudian diperiksa, setelah PPAIW dalam hal ini
adalah kepala KUA mensetujui maka dibuatkanlah yang pertama ikrar wakaf.
Setelah pembuatan ikrar wakaf selesai dan delapan orang tersebut sudah
melakukan tanda tangan identitasnya sudah jelas (ada pada saat pembuatan serta
berdomisili dilingkungan tersebut) maka PPAIW mengeluarkan Akta Ikrar Wakaf
(AIW). Setelah Akta Ikrar Wakaf selesai dibuat, setelah itu ada sekitar tujuh
rangkap untuk arsip pihak KUA, Kementrian Agama, Wakif,nadzir, Kepala
Kampung dan BPN (Badan Pertanahan Nasional). Akta ikrar Wakaf ini
kekuatannya sama dengan AJB (Akta Jual Beli) sama juga seperti Akta Hibah.
6
Jika ingin ditingkatkan kembali statusnya maka wakif harus mengurus kembali ke
Badan Pertanahan Nasional (untuk mengurus sertifikat tanah wakaf.
Untuk biaya sama saja, namun apabila ada biaya tambahan atau ada
Proyek Nasional.
7
E. Solusi Permasalahan Wakaf di Desa Tulus Rejo
Solusi dari beberapa permasalahan tersebut adalah seharusnya pihak Kantor
Urusan Agama (KUA) melakukan sosialisasi secara bertahap didesa tulus rejo
agar masyarakat memahami betul apa itu sebenarnya wakaf dan tata cara
perwakafan. Karena dari informasi yang didapat bahwa di Kecamatan Pekalongan
atau lebih khusus di desa Tulus Rejo masih banyak tanah wakaf yang belum
didaftarkan AIW nya. Selanjutnya pihak KUA atau pihak Kepala Desa bisa
memberikan kajian kepada masyarakat bahwa tanah wakaf tidak hanya
diperuntukkan untuk wakaf konsumtif saja melainkan bisa juga untuk tanah
produktif karena wakaf tanah produktif dapat meminimalisir angka kemiskinan.
Dikarenakan fungsi dari wakaf sendiri yaitu untuk memberikan kesejahteraan
ummat. Selain itu juga terdapat wakaf uang produktif yang tentu saja
diperuntukkan untuk kepentingan ummat dan dimungkinkan dapat mengatasi
kemiskinan di Indonesia.
Peran pemerintah dalam pengelolaan wakaf yaitu pemerintah hendaknya
membentuk kementrian tersendiri yang membawahi wakaf dan ZIS (Zakat, Infaq,
Sadaqoh). Karena dengan pembentukan Kementrian wakaf dan ZIS maka
pengelolaan dana wakaf dan ZIS dapat tersalurkan dengan baik. Sama halnya
seperti tugas kementrian perpajakan. Karena dan wakaf juga bisa digunakan untuk
membenahi keuangan negara.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa di Desa Tulus Rejo semua tanah
yang didirikan bangunan masjid dan mushola merupakan tanah wakaf. Serta
terdapat dua wakaf tanah produktif yaitu sawah dan ladang. Dari beberapa tanah
wakaf tersebut baru sebagian yang telah dicatatkan Akta Ikrar Wakaf nya.
Pengelolaan tanah wakaf tersebut dikelola dengan baik oleh nadzir dan hasil dari
tanah wakaf produktif diperuntukan kepada pembangunan masjid. Solusi dari
beberapa permasalahan wakaf adalah dilakukannya sosialisasi secara bertahap
didesa tulus rejo agar masyarakat memahami betul apa itu sebenarnya wakaf dan
tata cara perwakafan.
9
DAFTAR PUSTAKA