Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN OBSERVASI WAKAF

PROGRAM STUDI S1-PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis telah selesai dalam menyusun makalah
ini. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
keluarga dan para sahabatnya serta para pengikut beliau yang setia.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah


Perwakafan yang diampu oleh Ibu Hj. Siti Zulaikha, S.Ag, M.H. yang telah
memberikan tugas berupa pembuatan makalah. Mudah-mudahan dengan adanya
tugas makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

Dari pada itu, penulis juga mengharapkan agar para pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini. Sekiranya dalam makalah ini terdapat
kesalahan dan kekurangan, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyusun makalah yang berikutnya.

Metro, 12 Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PEDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Wakaf di Desa Tulus Rejo ................................................................... 3


B. Tanah Wakaf di Desa Tulus Rejo ........................................................ 3
C. Data dari Kantor Urusan Agama .......................................................... 6
D. Permasalahan Wakaf di Desa Tulus Rejo ............................................ 7
E. Solusi Wakaf di Desa Tulus Rejo ........................................................ 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................... 9

Daftar Pustaka

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wakaf merupakan kegiatan Ibadah yang mementingkan kepentingan
masyarakat umum. Dengan wakaf seorang wakif berharap agar harta yang
diberikan kelak bias menjadi amalan ibadah, wakaf juga bisa mendekatkan diri
kepada Allah dengan mengharapkan rida-Nya. Karena wakaf merupakan ibadah
sosial maka perlu adanya lembaga yang mengurusi perwakafan, di Negara
Indonesia sudah ada lembaga yang menangani, mencatat dan menerima
pengukuhan wakaf, lembaganya yaitu KUA (Kantor Urusan Agama), dari
lembaga inilah barang yang diwakafkan akan dicatat dan dikukuhkan atau
dialihkan hak miliknya..
Sumber utama institusi wakaf adalah Al-Quran. Walaupun dalam Al-
Quran, kata wakaf yang bermakna memberikan harta tidak ditemukan sebagai
zakat, tetapi merupakan interprestasi ulama mujtahid terhadap ayat-ayat yang
membicarakan pendermaan harta berupa sedekah dan amal jariah.
Di Desa Tulus Rejo, Kecamatan Pekalongan, mayoritas pewakaf (wakif)
mereka mewakafkan tanah untuk tanah wakaf konsumtif. Hal tersebut
dikarenakan paradigma yang ada dimasyarakat bahwa tanah wakaf hanya untuk
pembangunan masjid dan belum mengetahui tentang adanya tanah wakaf
produktif atau kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ilmu wakaf.
Masih banyaknya tanah wakaf di Kecamatan Pekalongan atau khususnya
di Desa Tulus Rejo yang belum dicatatkan Akta Ikrar Wakaf (AIW) kepada pihak
Kantor Urusan Agama (KUA) memberikan PR tersendiri kepada pihak KUA
untuk menangani masalah wakaf di Kecamatan Pekalongan. Karena wakaf
merupakan ibadah sosial maka perlu adanya lembaga yang mengurusi
perwakafan, di Negara Indonesia sudah ada lembaga yang menangani, mencatat
dan menerima pengukuhan wakaf, lembaganya yaitu KUA (Kantor Urusan
Agama), dari lembaga inilah barang yang diwakafkan akan dicatat dan
dikukuhkan atau dialihkan hak miliknya.

1
Hal tersebutlah yang menjadi landasan penulis mengadakan observasi
tanah wakaf di Desa Tulus Rejo di KUA Bulu Sari, yaitu dilatarbelakangi
keingintahuan penulis mengenai pencatatan tanah wakaf Desa Tulus Rejo di KUA
Bulu Sari Kecamatan Pekalongan Lampung Tengah

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan wakaf di Desa Bumi Raharjo?
2. Apa saja peruntukkan tanah wakaf di Desa Tulus Rejo?
3. Bagaimana solusi terkait permasalahan wakaf di Desa Tulus Rejo?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf di desa Tulus Rejo
2. Untuk mengetahui peruntukkan tanah wakaf di desa Tulus Rejo
3. Untuk mengetahui solusi permasalahan wakaf di Desa Tulus Rejo.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil wakaf di desa Tulus Rejo


Di desa Tulus Rejo terdapat dua masjid yang pertama masjid Al Mubarok
dan masjid Al Hidayah, tiga mushola yaitu mushola Baiturrahman, mushola Al
Jannah dan mushola Nurul Huda, yang kesemuanya tanah yang didirikan
bangunan tersebut merupakan tanah wakaf. Ke dua masjid ini sudah didaftarkan
ke KUA kecamatan pekalongan. Untuk mushola sendiri hampir semuanya sudah
didaftarkan, mushola yang telah didaftarkan hanya mushola Baiturrahman. Selain
wakaf yang difungsikan untuk bangunan di desa Tulus Rejo juga terdapat tanah
wakaf yang dipeuntukkan kepada wakaf tanah produktif. Jadi tanah wakaf di desa
Tulus Rejo didominasi oleh wakaf konsumtif yaitu untuk pembangunan masjid
atau mushola serta untuk pembangunan Taman Pendidikan Quran sebanyak
duabelas tempat dan wakaf tanah produktif hanya ada di dua tempat.

B. Tanah Wakaf di Desa Tulus Rejo


Kata wakaf berasal dari bahasa Arab, dari akar kata wa-qa-fa bararti
menahan, berhenti, diam di tempat atau berdiri. Kata waqafa-yaqifu-
waqfan semakna dengan kata habasa-tahbisu-tahbisan yang maknanya terhalang
untuk menggunakan. Kata waqf berarti menahan harta untuk diwakafkan dan
tidak dipindah milikkan. Menurut istilah wakaf adalah menahan harta baik secara
abadi maupun sementara, dari segala bentuk tindakan pribadi, seperti menjual dan
memberikan harta wakaf atau yang lainnya, untuk tujuan pemanfaatan hasil secara
berulang-ulang bagi kepentingan umum atau khusus, sesuai dengan tujuan yang di
isyaratkan oleh waqif dan dalam batasan hokum syariat1.
Dari masjid masjid tersebut yang pertama yaitu Masjid Al Mubarok yang
diwakafkan oleh Bapak Yunus dan yang menjadi nadzir adalah Bapak Turino.
Untuk Masjid Al Hidayah diwakafkan oleh Bapak Tukiyat dan yang menjadi
nadzir yaitu Bapak Sumijo.

1
Miftahul huda mengalirkan manfaat wakaf (2013)

3
Untuk Mushola Baiturrahman diwakafkan oleh Bapak Eri Agus Susanto
dan yang menjadi nadzir yaitu Bapak Basuki, sudah terdapat sertifikat wakafnya.
Sedangkan untuk mushola yang lainnya belum diketahui apakah sudah
didaftarkan atau belum.
Sedangkan untuk tanah wakaf yang diperuntukkan untuk tanah wakaf
produktif terdapat dua yaitu yang pertama diwakafkan oleh Bapak Bejo dan
nadzirnya adalah Bapak Ismani. tanah tersebut merupakan lahan sawah,yang
dikelola oleh nadzir dan apabila panen, hasilnya digunakan untuk sebagai
penambah dana operasional pembangunan masjid, atau untuk keperluan masjid
apabila dibutuhkan. Untuk tanah wakaf ini sudah terdapat sertifikat wakafnya.
Selanjutnya yaitu tanah wakaf dari Bapak Komari yang nadzirnya adalah Bapak
Parwoto. Tanah tersebut merupakan sawah, yang hanya bisa ditanami saat musim
tanam padi saja, namun untuk saat ini tanah tersebut tidak ditanami untuk
sementara karena saat ini belum musim tanam padi. Peruntukan hasil tanah wakaf
ini sama halnya dengan tanah wakaf produktif sebelumnya yaitu untuk menunjang
keperluan masjid. Namun untuk tanah wakaf ini belum terdaftar sertifikat
wakafnya. Hasilnya 100% dialokasikan untuk kesejahteraan masjid dan langsung
masuk ke bendahara masjid.
Pengelolaan dari masing masing tanah wakaf yang dibangun masjid atau
mushola juga sangat baik karena setiap tahunnya bangunan masjid mengalami
peningkatan, yang menandakan bahwa nadzir sangat baik dalam mengelola tanah
wakaf tersebut. Selain itu adanya pembangunan masjid/ mushola juga berdampak
baik bagi lingkungan sekitar. Yaitu yang awalnya masyarakat kampung Tulus
Rejo dusun II banyak yang tidak lalai untuk menunaikan kewajibannya seperti
sholat dan zakat. Dengan pembangunan Mushola Al-Muhajirin menjadi banyak
jamaah yang menunaikan sholat berjamaah dan berlomba-lomba dalam kebaikan
seperti melaksanakan infaq dan sadaqoh.
Selain itu adanya pembangunan Masjid Al-Hidayah juga menjadi hidayah
bagi lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan di sekitar Masjid Al-Hidayah
yang terkenal dengan lingkungan orang-orang yang berorientasi negatif, saat ini
banyak warga sekitar yang sudah mulai taubat dan mau untuk melaksanakan
sholat berjamaah. Selain itu pembangunan masjid Al-Hidayah ini juga

4
memunculkan sebuah majlis talim dan menumbuhkan semangat Ibu-ibu untuk
belajar tentang ilmu agama.
Untuk pengelolaan tanah wakaf produktif yang diwakafkan oleh Bapak
Basir pengelolaannya sangat baik, karena nadzir yang amanah dan melakukan
pengelolaan hasil tanah juga diserahkan untuk kesejahteraan ummat. Pengolah
tanah (yang memanen dan mengurus tanaman) juga merupakan warga yang
memiliki ekonomi menengah sehingga hal tersebut juga dianggap mampu untuk
menolong warga tersebut. Selain untuk kesejahteraan ummat hasil dari panen
tersebut juga digunakan untuk menunjang keperluan masjid, terutama Masjid
Syuhada yang merupakan masjid pertama di Desa Tulus Rejo.
Nadzir wakaf di desa Tulus Rejo merupakan seseorang yang menjadi
tokoh masyarakat atau ustadz di desa Tulus Rejo sehingga mampu melaksanakan
tugas-tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab dalam mengurusi tanah
wakaf. Para nadzir di desa Tulus Rejo juga sudah memenuhi persyaratan sebagai
nadzir yaitu:
a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syariah maupun
perundang-undangan negara RI
b. Jujur, amanah, dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan
dan pentsharrufan kepada sasaran wakaf.
c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha
d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan
e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.2

Di Desa Tulus Rejo, belum ada warga yang menghibahkan hartanya


(mewakafkan hartanya) dalam bentuk wakaf produktif uang. Karena belum
adanya sosialisasi atau pengetahuan masyarakat mengenai wakaf uang (wakaf
tunai). Selain itu, juga dikarenakan di Desa Tulus Rejo sendiri belum ada
Lembaga Keuangan Syariah dan apabila ingin melakukan transaksi baik bank
maupun BMT harus ke Kota Metro terlebih dahulu.

2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006, h.
64-65

5
C. Data dari Kantor Urusan Agama
Pihak Kantor Urusan Agama (KUA) adalah pihak yang hanya mengelola
data dari masyarakat. KUA dalam urusan perwakafan hanya sebagai media untuk
melakukan pendaftaran sertifikat wakaf. Pihak KUA tidak mengetahui secara
pasti tentang wakif dan nadzir, serta tanah yang kan diwakafkan. KUA tidak dapat
mengetahui tentang semua tanah wakaf apabila wakif tidak datang sendiri
mendaftarkan dirinya untuk medapatkan sertifikat wakaf, demi kejelasan status
sebuah tanah wakaf. Menurut informasi yang penulis dapatkan banyak tanah
wakaf di Kecamatan Pekalongan yang belum dicatatkan akta wakafnya. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencatatan tanah
wakaf, dan sebagian lagi beranggapan bahwa pengurusan sertifikat wakaf sangat
rumit sehingga mereka tidak mencatatkan tanah wakaf mereka. Pentingnya
pencatatan sertifikat tanah wakaf ini adalah agar tidak terjadi persengketaan tanah,
dikarenakan status tanah yang belum jelas dan tidak ada bukti nyata tentang tanah
wakaf tersebut.
Pihak KUA hanya bisa menunggu orang-orang yang akan mencatatkan
tanah wakaf, dan sebagai seorang wakif hendaknya lebih aktif dalam mengurusi
sertifikat tanah wakaf. Karena kurang pahamnya pihak KUA mengenai tanah-
tanah yang statusnya tanah wakaf. Tahapan pencatatan wakaf pun juga tidak
terlalu rumit yaitu orang yang mewakafkan dan nadzir yang terdiri dari lima orang
yaitu ketua, sekretaris, dan tiga anggota serta dua orang saksi untuk proses
pembuatan AIW mendatangi KUA. Setelah itu mengenalkan diri bahwa akan
melakukan pencatatan tanah wakaf, apabila sudah dikenal oleh PPAIW (Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf). Kemudian diperiksa, setelah PPAIW dalam hal ini
adalah kepala KUA mensetujui maka dibuatkanlah yang pertama ikrar wakaf.
Setelah pembuatan ikrar wakaf selesai dan delapan orang tersebut sudah
melakukan tanda tangan identitasnya sudah jelas (ada pada saat pembuatan serta
berdomisili dilingkungan tersebut) maka PPAIW mengeluarkan Akta Ikrar Wakaf
(AIW). Setelah Akta Ikrar Wakaf selesai dibuat, setelah itu ada sekitar tujuh
rangkap untuk arsip pihak KUA, Kementrian Agama, Wakif,nadzir, Kepala
Kampung dan BPN (Badan Pertanahan Nasional). Akta ikrar Wakaf ini
kekuatannya sama dengan AJB (Akta Jual Beli) sama juga seperti Akta Hibah.

6
Jika ingin ditingkatkan kembali statusnya maka wakif harus mengurus kembali ke
Badan Pertanahan Nasional (untuk mengurus sertifikat tanah wakaf.
Untuk biaya sama saja, namun apabila ada biaya tambahan atau ada
Proyek Nasional.

D. Permasalahan Wakaf di Desa Tulus Rejo


Permasalahan tanah wakaf di desa Tulus Rejo sampai saat ini tidak ada.
Namun ada salah satu masjid yaitu masjid Al-Hidayah yang sampai saat ini belum
ada kejelasannya tentang siapa wakifnya. Karena ditakutkan akan terjadi
persengketaan tanah karena ketidakjelasan wakif dari tanah tersebut.
Permasalahan selanjutnya adalah banyaknya Masjid atau Mushola di desa
Tulus Rejo. Untuk wilayah desa Tulus Rejo yang cukup kecil yang memiliki
empat masjid dan tujuh Mushola sudah dalam kategori cukup banyak. Banyaknya
masjid atau mushola ini menimbulkan terjadinya pengelompokan jamaah yang
menyebabkan terjadinya adanya perselisihan. Namun perselisihan ini dapat sedikit
diminimalisir dengan iman dan ketakwaan masing-masing warga.
Selain itu pencatatan tanah wakaf di desa Tulus Rejo yang belum
mencakupi semua masjid atau mushola serta tanah wakaf lainnya menjadi
permasalahan yang cukup banyak. Banyaknya mushola yang belum melakukan
pencatatan ini dikarenakan masih adanya paradigma dilingkungan desa Tulus
Rejo bahwa tidak perlu melakukan pencatatan yang terpenting adanya saksi yang
menyaksikan hal tersebut. Namun jika dilihat pada kondisi sekarang ini, setelah
wakif banyak yang sudah meninggal sebelum melakukan pencatatan akta ikrar
wakaf, menyebabkan banyak yang tidak mengetahui tentang tanah wakaf tersebut
dan tidak jelas siapa wakif dan nadzirnya. Dan hal seperti itu dapat menimbulkan
adanya persengketaan tanah. Selain itu juga adanya beberapa alasan yang
menyebabkan belumnya dicatatkannya tanah tersebut.
Tanah wakaf di desa Tulus Rejo yang didominasi oleh tanah wakaf untuk
keperluan konsumtif tersebut juga dikarenakan adanya paradigma pada
masyarakat bahwa tanah wakaf hanya diperuntukkan untuk pembangunan masjid
atau mushola dan tidak ada tanah wakaf produktif.

7
E. Solusi Permasalahan Wakaf di Desa Tulus Rejo
Solusi dari beberapa permasalahan tersebut adalah seharusnya pihak Kantor
Urusan Agama (KUA) melakukan sosialisasi secara bertahap didesa tulus rejo
agar masyarakat memahami betul apa itu sebenarnya wakaf dan tata cara
perwakafan. Karena dari informasi yang didapat bahwa di Kecamatan Pekalongan
atau lebih khusus di desa Tulus Rejo masih banyak tanah wakaf yang belum
didaftarkan AIW nya. Selanjutnya pihak KUA atau pihak Kepala Desa bisa
memberikan kajian kepada masyarakat bahwa tanah wakaf tidak hanya
diperuntukkan untuk wakaf konsumtif saja melainkan bisa juga untuk tanah
produktif karena wakaf tanah produktif dapat meminimalisir angka kemiskinan.
Dikarenakan fungsi dari wakaf sendiri yaitu untuk memberikan kesejahteraan
ummat. Selain itu juga terdapat wakaf uang produktif yang tentu saja
diperuntukkan untuk kepentingan ummat dan dimungkinkan dapat mengatasi
kemiskinan di Indonesia.
Peran pemerintah dalam pengelolaan wakaf yaitu pemerintah hendaknya
membentuk kementrian tersendiri yang membawahi wakaf dan ZIS (Zakat, Infaq,
Sadaqoh). Karena dengan pembentukan Kementrian wakaf dan ZIS maka
pengelolaan dana wakaf dan ZIS dapat tersalurkan dengan baik. Sama halnya
seperti tugas kementrian perpajakan. Karena dan wakaf juga bisa digunakan untuk
membenahi keuangan negara.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa di Desa Tulus Rejo semua tanah
yang didirikan bangunan masjid dan mushola merupakan tanah wakaf. Serta
terdapat dua wakaf tanah produktif yaitu sawah dan ladang. Dari beberapa tanah
wakaf tersebut baru sebagian yang telah dicatatkan Akta Ikrar Wakaf nya.
Pengelolaan tanah wakaf tersebut dikelola dengan baik oleh nadzir dan hasil dari
tanah wakaf produktif diperuntukan kepada pembangunan masjid. Solusi dari
beberapa permasalahan wakaf adalah dilakukannya sosialisasi secara bertahap
didesa tulus rejo agar masyarakat memahami betul apa itu sebenarnya wakaf dan
tata cara perwakafan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Miftahul huda mengalirkan manfaat wakaf (2013)


Kementrian Agama Republik Indonesia. 2006. Fiqih Wakaf. Direktorat Pemberdayaan
Wakaf.
LAMPIRAN

Gambar 3. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pekalongan

Gambar 2. Mushola Al- Muhajirin

Gambar 1. Taman Pendidikan Quran (TPQ) Syuhada

Anda mungkin juga menyukai