Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

WAKAF BENDA TIDAK BERGERAK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam


Mata Kuliah Fiqih Zakat dan Wakaf Dan Dipresentasikan dikelas
EI-3E

DOSEN PEMBIMBING:

Irwin Setiawan

Oleh Kelompok 11 :
Hikmah Nur Hakiki NIM 3222161

Septian Riski Marhadi NIM 3222145

Kelvano Arianto NIM 3222150

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SJECH M DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2023M/1444H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,


karena rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, Makalah Fiqih Zakat
dan Wakaf ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau. Makalah Fiqih
Zakat dan Wakaf ini dibuat berdasarkan kepada panduan dan Garis-
garis Besar Program Pengajaran yang diberikan oleh Universitas Islam
Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. Juga kami
sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu didalam
penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimakasih, karena tanpa
arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan, tentunya belum bisa
tersaji kepada para pembaca, walaupun tidak bisa kami sebutkan
namanya satu persatu. Akhir kata, sebagai Makalah Fiqih Zakat Dan
Wakaf yang baik tentunya memerlukan sebuah celah untuk
menyempurnakan materi kedepan, untuk itu kami dengan segala
kerendahan hati menerima masukan demi maksud diatas demi
peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajan ini.

Bukittinggi, 24 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2

A. Wakaf Benda Bergerak Dan Tidak Bergerak............................. 2


B. Wakaf Tanah Milik..................................................................... 3
C. Tatacara Wakaf Tanah................................................................ 5
D. Tatacara Pengawasan Dan Pelaporan Wakaf Tanah…………....6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 9

A. Kesimpulan................................................................................ 9
B. Saran.......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wakaf merupakan filantrofi Islam (Islamic Philanthrophy) yang
perlu diberdayakan untuk kepentingan umat. Dalam sejarah perkembangan
Islam, wakaf berperan penting dalam mendukung pendirian masjid,
pesantren, majelis taklim, sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan lembaga
sosial Islam lainnya. Praktik wakaf, baik wakaf benda bergerak maupun
wakaf benda tidak bergerak telah banyak dilakukan oleh para sahabat nabi,
bahkan menurut Mundzir Qohaf berpendapat, wakaf pada zaman Islam
telah dimulai bersamaan dengan dimulainya masa kenabian Muhammad
SAW. Rasulullah SAW di Madinah membangun Masjid
Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun Masjid Nabawi
diatas tanah yang dibeli Raulullah dari anak yatim Bani Najjar dengan
harga delapan ratus dirham. Demikian juga, berdasarkan riwayat Al-
Bukhari, wakaf benda bergerak telah dilaksanakan oleh para Sahabt pada
masa Nabi yakni Umar telah mewakafkan kuda dijalan Allah, Khalid telah
mewakafkan alat-alat pertanian, senjata dan baju besinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wakaf benda tidak bergerak ?
2. Bagaimana wakaf tanah milik ?
3. Bagaiaman tatacara wakaf tanah ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui wakaf benda tidak bergerak.
2. Mengetahui bagaimana tatacara wakaf tanah milik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan dan pelaporan wakaf tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf Benda Tidak Bergerak


Berbicara soal pengertiannya, wakaf secara umum artinya adalah
menahan atau bisa dibilang pemindahan hak milik dari yang awalnya milik
pribadi lantas menjadi milik bersama.
Sedangkan wakaf benda tidak bergerak adalah ibadah wakaf yang
diwujudkan dengan harta yang sifatnya tetap dan tahan lama atau bisa
digunakan dalam kurun waktu yang sangat lama.
Meski begitu, harta yang diwakafkan ini boleh diolah sehingga
hasilnya bisa digunakan dalam waktu yang lama pula. Artinya sifat benda
tidak bergerak yang diwakafkan ini tetap tahan lama meski ada perubahan
bentuk. Misalnya bangunan masjid yang diwakafkan, seiring berjalannya
waktu bisa roboh.
Wakaf tidak bergerak sendiri dapat kita maknai sebagai suatu
wakaf yang disumbangkan atas tanah, bangunan, kebun, sumur, dan benda
lain yang berkaitan dengan tanah. Sedangkan untuk wakaf bergerak sendiri
dapat kita maknai sebagai suatu wakaf yang disumbangkan berupa uang,
logam, kendaraan dan lain lain sebagainya.
Wakaf sendiri dapat kita maknai dari istilah katanya di mana dia
berasal dari istilah bahasa Arab yaitu ‘waqaf’, yang mana istilah wakaf secara
bahasa berarti penahanan atau larangan. Sedangkan secara Istilah wakaf
sendiri dapat kita maknai sebagai menahan suatu benda sesuai hukum yang
ada, dan menggunakan manfaatnya untuk hal- hal kebaikan, bahkan harta
yang sudah diwakafkan bisa ditarik kembali oleh si pemberi wakaf. 1
Jika diistilahkan dari artinya, wakaf adalah menahan harta yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum tanpa mengurangi nilai harga.
Tujuan wakaf selain untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, juga
1
Antonio, Muhammad Syafi’i “Bank Syariah Sebagai Pengelola Dana Wakaf”,
disampaikan pada Workshop Internasional Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan
Wakaf Produktif, diselenggarakan oleh DEPAG-IIIT, Batam, 7-8 Januari 2002.

2
mendapatkan pahala yang terus mengalir meskipun kita telah meninggal
dunia karena manfaatnya bisa dirasakan banyak orang lain dan bersifat kekal.
Wakaf jenis ini yang paling umum adalah pemanfaatan tanah untuk
pembangunan tempat ibadah. 41 tahun 2004 menyebutkan bahwa pemakaian
wakaf harus sesuai dengan tujuan yang telah disepakati, misalnya untuk
mendirikan bangunan tempat ibadah, atau kepentingan lain yang berhubungan
dengan ibadah atau kepentingan agama. Selain untuk pengelolaan uang dan
harta, ada beberapa manfaat yang dapat diambil jika kita berwakaf. Amalan
wakaf tidak dapat terputus meski sudah meninggal dunia, jika dikelola terus
menerus.
B. Wakaf Tanah Milik
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap di
wakif (orang yang mewakafkan) dalam rangka mempergunakan manfaatnya
untuk kebajikan. Berdasarkan pengertian dari Badan Wakaf Indonesia
menjelaskan bahwa pemilikan harta tidak lepas dari wakif, bahkan orang
tersebut dibenarkan menariknya kembali dan boleh menjualnya. Jika wakif
meninggal dunia, harta tersebut menjadi harta warisan untuk ahli warisnya.
Tanah wakaf adalah tanah yang dimiliki oleh wakif (si pemberi
wakaf) dalam kurun waktu tertentu atau selamanya dengan fungsi yang
dimaksudkan si wakif untuk diberikan oleh penerima guna keperluan ibadah
dan atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Jika merujuk pada tanah wakaf, tanah tersebut biasanya diserahkan
untuk membangun tempat ibadah atau untuk kepentingan umum lain, dengan
periode tertentu sesuai dengan kesepakatan atau bahkan selamanya.
Wakif merupakan sebutan untuk pihak yang mewakafkan harta benda
miliknya. Sementara nazhir merupakan pihak yang menerima harta benda
wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan
peruntukannya.2
Berdasarkan hukum Indonesia, aturan hukum tanah wakaf sudah
diatur dalam UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Regulasi lain terkait
2
Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Jakarta: Departemen Agama RI,
Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004.

3
tanah wakaf yakni Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik.
Aset tidak bergerak sering dijadikan sebagai objek wakaf seperti
banguna dan tanah. Termasuk di antaranya adalah tanah, rumah, kios, ruko,
apartemen, bangunan komersil, bangunan sarana publik (sekolah, rumah sakit,
klinik, tempat ibadah, dan lainnya).
Selain itu jika Anda ingin mewakafkan bangunan dan tanah, pastikan
benda tersebut dimiliki secara sah atau bebas sengketa hukum, bebas hutang,
dan telah memperoleh persetujuan dari ahli waris.3
Berikut ini benda tidak bergerak yang dapat diwakafkan:
1. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
2. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
3. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
4. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan undang-
undang yang berlaku.
5. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan undang-
undang yang berlaku.
Syarat tanah wakaf tidak boleh dipergunakan selain untuk:
1. Sarana dan kegiatan ibadah
2. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan
3. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa
4. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
5. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan
syariah dan peraturan perundang-undangan
UU Nomor 41 Tahun 2004 juga mengatur terkait perubahan status wakaf, di
mana harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang (Pasal 40):
1. Dijadikan jaminan
2. Disita
3. Dihibahkan
4. Dijual
3
Abid, M, Abdullah Al-Kabisi, Ahkam Al-Waqf fi Al-Syari’ah Al-Islamiah. Terj. Ahlul
Sani Fatkhurrahman, et.al., Hukum Wakaf, Jakarta: Dompet Dhuafa dan Iman,2005

4
5. Diwariskan
6. Ditukar
C. Tatacara Wakaf Tanah
Dalam (Pasal 16 ayat 2, UU No. 41 tahun 2004)Tata cara perwakafan
tanah milik secara berurutan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya
(sebagai calon wakif) diharuskan datang sendiri di hadapan PPAIW
untuk melaksanakan Ikrar Wakaf
2. Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu menyerahkan
kepada PPAIW, surat-surat sebagai berikut :
a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah.
b. Surat Keterangan Kepala Desa diperkuat oleh Camat setempat
mengenai kebenaran pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa.
c. Surat Keterangan pendaftaran tanah.
d. Ijin Bupati/Walikotamadya c.q. Sub Direktorat Agraria setempat,
hal ini terutama dalam rangka tata kota atau master plan city.
3. PPAIW meneliiti surat-surat dan syarat-syarat, apakah sudah memenuhi
untuk pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan), meneliti saksi-saksi
dan mengesahkan susunan nadzir.
4. Dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan atau
mengucapkan kehendak wakaf itu kepada nadzir yang telah disahkan.
Ikrar wakaf tersebut diucapkan dengan jelas, tegas dan dituangkan
dalam bentuk tertulis. Sedangkan bagi yang tidak bisa mengucapkan
(misalnya bisu) maka dapat menyatakan kehendaknya dengan suatu
isyarat dan kemudian mengisi dalam bentuk W.1.4
Apabila wakif itu sendiri tidak dapat menghadap Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW), maka wakif dapat membuat ikrar secara
tertulis dengan persetujuan dari Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf
dan kemudian surat atau naskah tersebut dibacakan dihadapan nadzir
setelah mendapat persetujuan dari Kandepag dan semua yang hadir
4
al-Alabij, Adijani. Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1989.

5
dalam upacara ikrar wakaf tersebut ikut menandatangani Ikrar Wakaf
bentuk W.1.
5. PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf (bentuk W.2) rangjkap empat
dengan dibubuhi materi menurut ketentuan yang berlaku dan
selanjutnya, selambat-lambatnya satu bulan dibuat ikrar wakaf, tiap-tiap
lembar harus telah dikirim dengan pengaturan pendistribusiannya
sebagai berikut:
a. Akta Ikrar Wakaf
a) Lembar pertama disimpan PPAIW
b) Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan
pendaftaran tanah wakaf ke kantor Subdit Agraria
setempat (W.7)
c) Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat
b. Salinan Akta Ikrar Wakaf
a) Lembar pertama untuk wakif
b) lembar kedua untuk nadzir
c) lembar ketiga untuk Kandep. Agama Kabupatan atau
Kotamadya
d) lembar keempat untuk Kepala Desa setempat
Disamping telah membuat Akta, PPAIW mencatat dalam Daftar Akta
Ikrar Wakaf (bentuk W.4) dan menyimpannya bersama aktanya dengan baik.
D. Tatacara pengawasan Dan Pelaporan Wakaf Tanah
Pengawasan dan pelaporan wakaf tanah melibatkan serangkaian
langkah dan prosedur untuk memastikan bahwa wakaf tanah dikelola dengan
baik dan sesuai dengan tujuan wakaf. Berikut adalah tata cara umum untuk
pengawasan dan pelaporan wakaf tanah:
1. Penetapan dan Pemantauan Tujuan Wakaf
a. Tentukan dengan jelas tujuan dari wakaf tanah.
b. Pastikan bahwa pengelola wakaf memahami dan berkomitmen
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Pengelolaan Administratif

6
a. Rancang dan implementasikan sistem administrasi yang efisien
untuk mencatat semua informasi terkait wakaf tanah, termasuk
kepemilikan, penggunaan, dan pendapatan yang dihasilkan.
b. Pastikan dokumen-dokumen terkait wakaf (akta wakaf, sertifikat
tanah, perjanjian wakaf, dll.) tersimpan dengan aman dan dapat
diakses.
3. Audit Periodik
a. Lakukan audit secara berkala untuk memastikan kepatuhan
terhadap peraturan wakaf dan untuk mengidentifikasi potensi
masalah atau penyalahgunaan.
b. Audit dapat mencakup pemeriksaan dokumen, pemantauan
penggunaan tanah, dan penilaian keuangan.
4. Pelaporan Keuangan
a. Persiapkan laporan keuangan secara berkala yang mencakup
pendapatan, pengeluaran, dan saldo keuangan wakaf tanah.
b. Laporan keuangan harus transparan dan mudah dipahami.
5. Pemantauan Penggunaan Tanah
a. Pantau penggunaan tanah wakaf secara rutin untuk memastikan
bahwa digunakan sesuai dengan tujuan wakaf.
b. Verifikasi bahwa segala perubahan penggunaan tanah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kerjasama dengan Pihak Terkait
a. Jalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah
setempat, lembaga keuangan, dan masyarakat setempat.
b. Pertahankan komunikasi terbuka untuk mendukung pengawasan
dan pelaporan yang efektif.
7. Penggunaan Teknologi Informasi
a. Manfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah
pengelolaan dan pelaporan wakaf tanah.
b. Sistem informasi manajemen dapat membantu dalam
pemantauan dan pencatatan data dengan lebih efisien.

7
8. Pelatihan dan Kesadaran
a. Berikan pelatihan kepada pengelola wakaf dan pihak terkait
lainnya untuk memastikan pemahaman yang baik tentang tata
cara pengawasan dan pelaporan.
b. Tingkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya wakaf tanah
dan manfaatnya.
9. Respons terhadap Perubahan
a. Tanggapi perubahan-perubahan dalam regulasi atau kondisi
lingkungan yang dapat memengaruhi wakaf tanah.
b. Sesuaikan tata kelola wakaf sesuai kebutuhan yang baru.
Dan penting untuk diingat bahwa tata cara ini dapat
disesuaikan dengan konteks hukum dan budaya setempat. Oleh
karena itu, selalu penting untuk memahami peraturan dan norma
yang berlaku di wilayah atau negara tempat wakaf tanah berada.5

BAB III
KESIMPULAN
5
Asy’ari Hasan, Pengelolan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Yayasan Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasini, 2016.

8
A. Kesimpulan
wakaf secara umum artinya adalah menahan atau bisa dibilang
pemindahan hak milik dari yang awalnya milik pribadi lantas menjadi
milik bersama.
Sedangkan wakaf benda tidak bergerak adalah ibadah wakaf yang
diwujudkan dengan harta yang sifatnya tetap dan tahan lama atau bisa
digunakan dalam kurun waktu yang sangat lama.
Wakaf tidak bergerak sendiri dapat kita maknai sebagai suatu
wakaf yang disumbangkan atas tanah, bangunan, kebun, sumur, dan
benda lain yang berkaitan dengan tanah. Sedangkan untuk wakaf
bergerak sendiri dapat kita maknai sebagai suatu wakaf yang
disumbangkan berupa uang, logam, kendaraan dan lain lain sebagainya.
B. Saran
Dari pembahasan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah
kita mempelajari, kita bisa jadikan sebagai rujukan untuk lede[anya baik
bergaul dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga
kami selaku pemakalah menyadari banyaknya kekurangan pada makalah
ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat di harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
Sehinnga bias terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i “Bank Syariah Sebagai Pengelola Dana

9
Wakaf”, disampaikan pada Workshop Internasional Pemberdayaan Ekonomi
Umat Melalui Pengelolaan Wakaf Produktif, diselenggarakan oleh DEPAG-IIIT,
Batam, 7-8 Januari 2002.
Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Jakarta:
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan
Haji, 2004.
Abid, M, Abdullah Al-Kabisi, Ahkam Al-Waqf fi Al-Syari’ah Al-
Islamiah. Terj. Ahlul Sani Fatkhurrahman, et.al., Hukum Wakaf, Jakarta: Dompet
Dhuafa dan Iman,2005
al-Alabij, Adijani. Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan
Praktek, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989.
Asy’ari Hasan, Pengelolan dan Pengembangan Wakaf Produktif di
Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasini, 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai