Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
BAB I
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................... 1
BAB II
2.1 Sejarah Wakaf.................................................................................. 2
2.2 Pengertian Wakaf............................................................................. 2
2.3 Jenis-jenis Wakaf.............................................................................. 3
2.4 Sasaran dan Tujuan Wakaf............................................................... 4
2.5 Rukun Wakaf.................................................................................... 5
2.6 Syarat-syarat Wakaf.......................................................................... 6
BAB III
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 7
3.2 Saran ................................................................................................ 7

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Guru serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempuraan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada guru serta teman-teman sekalian,
yang kadang kala hanya menturuti egois pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah –
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi.

Ujungbatu, Februari 2020

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan umatnya, seperti
yang berkaitan dengan konteks amal ibadah pokok seperti shalat, selain itu
islam juga mengatur hubungan sosial kemasyarakatan maupun dalam hal
pendistribusian kesejahteraan (kekayaan) dengan cara menafkahkan harta
yang dimiliki demi kesejahteraan umum seperti adanya perintah zakat, infaq,
shadaqah, qurban, hibah dan wakaf.
Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah umat Islam yang
beberapa diantaranya telah mengenal wakaf dengan baik . Potensi wakaf
sebagai salah satu sumber dana publik mendapat perhatian cukup dari
masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya bermunculan
lembaga-lembaga amal yang salah satu peranannya adalah mengelola dana
umat, dalam hal ini termasuk wakaf. Dengan adanya pengelolaan wakaf dari
lembaga lembaga amal diharapkan wakaf dapat memajukan kesejahteraan
umum.Pada umumnya wakaf diartikan dengan memberikan harta secara
sukarela untuk digunakan bagi kepentingan umum dan memberikan manfaat
bagi orang banyak seperti untuk masjid, mushola, sekolah, dan lain-lain.
Dengan seiring berjalannya waktu wakaf nantinya tidak hanya menyediakan
sarana ibadah dan sosial tetapi juga memiliki kekuatan ekonomiyang
berpotensi antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu
dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
Saat ini definisi wakaf lebih mudah dipahami, yaitu wakaf diartikan
sebagai perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Lalu pengertian harta benda
wakaf sendiri juga mengalami perubahanmaksud yang lebih mudah,
yaitubahwa harta benda wakaf ialah harta benda yang diwakafkan oleh wakif,
yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta
mempunyai nilai ekonomi menurut syariah. Harta benda wakaf tersebut dapat
berupa harta benda tidak bergerak maupun yang bergerak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah wakaf
2. Apa perngertian wakaf
3. Apa jenis-jenis wakaf
4. Apa sasaran dan tujuan wakaf

iii
5. Apa Rukun dan syarat wakaf

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai penyelesain tugas Prodi
Pendidikan Agama Islam serta untuk mempelajari dan memahami materi
tentang Wakaf

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Wakaf


Esensi wakaf pada dasarnya telah dilakukan oleh umat- umat terdahulu,
termasuk dikalangan non muslim. Hanya saja apa yang dilakukan oleh umat
terdahulu tersebut bukan untuk mendapat keridaan Allah melainkan
persembahan untuk kepercayaan mereka. Kondisi ini menjadi penyebab ulama
besar seperti Imam Syafi’I menyatakan bahwa tidak ada wakaf sebelum umat
islam. Sejarah wakaf dibagi dalam dua kelompok yaitu : masa Rasulullah dan
para sahabat, dan masa dinasti-dinasti Islam.
1. Masa Rasulullah dan para Sahabat.
Para ahli fikih berbeda pendapat tentang siapa yang melakukan
wakaf pertama kali, sebagian mengatakan bahwa wakaf dilakukan oleh
Rasulullah atas pembangunan masjid, dan sebagian lagi mengatakan
dilakukan oleh sahabat Umar atas tanahnya di Khaibar. Rasulullah pernah
mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah, selanjutnya disusul oleh para
sahabat lainnya, seperti : Abu Thalhah yang mewakafkan kebunnya, Abu
Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekah, Utsman bin Affan
menyedekahkan hartanya di Khaibar, Ali Bin Abi Thalib mewakafkan
tanahnya yang subur, Muadz bin Jabal mewakafkan rumahnya. Kemudian
pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah bin Umar,
Zubair bin Awwan dan ‘Aisyah istri Rasulullah SAW.
2. Masa dinasti-dinasti Islam.
Pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, pelaksanaan wakaf
menjadi lebih luas lagi, yaitu untuk turut membangun solidaritas umat dan
ekonomi masyarakat.Pada dinasti Abbasiyah, pengelolaan wakaf baik
secara administrasi dan independen dilakukan oleh lembaga disebut
dengan”shadr al-wuquf”.Pada masa Ayyubiyah, terjadi lompatan besar
dalam berwakaf. Dinasti utsmani, yang menguasai sebagian besar wilayah
Negara Arab, menerapkan syariah islam dengan lebih mudah termasuk
mengatur tentang wakaf yang mulai diberlakukan pada tanggal 19 Jumadil
Akhir tahun 1280 H (1859 M). Selanjutnya tahun 1287 H (1866 M)
dikeluarkan Undang-undang yang menjelaskan tentang kedudukan dan
tanah-tanah kekuasaan Turki Utsman dan tanah produktif yang berstatus
wakaf.Dari implementasi undang-undang tersebut di Negara-negara Arab
masih banyak tanah yang berstatus wakaf dan dipraktikan sampai
sekarang.

2.2. Pengertian Wakaf

v
Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan atau
berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah, wakaf berarti
menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Perbedaan
pandangan tentang terminology wakaf adalah sebagai berikut :
1. Mazhab Hanafi
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap
milik si wakif/pewakaf dan mempergunakan manfaatnya untuk kebijakan.
2. Mazhab Maliki
Wakaf adalah menahan benda milik pewakaf(dari penggunaan
secara kepemilikan termasuk upah), tetapi membolehkan pemanfaatan
hasilnya untuk tujuan kebaikan yaitu pemberian manfaat benda secara
wajar.
3. Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
Wakaf adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di
segala bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut
sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.

2.3. Jenis-jenis Wakaf


1. Berdasarkan Peruntukan
a. Wakaf ahli (Wakaf Dzurri) atau disebut juga wakaf ‘alal aulad, yaitu
wakaf yang dipeuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam
lingkungan keluarga, dan lingkungan kerabat sendiri.
b. Wakaf ahli (dzurri) ini adalah suatu hal yang baik karena pewakaf
akan mendapat dua kebaikan, yaitu kebaikan dari amal ibadah
wakafnya, juga dari silaturrahmi terhadap keluarga. Akan tetapi,
wakaf ahli ini sering menimbulkan masalah, akibat terbatasnya pihak-
pihak yang dapat mengambil manfaat darinya.
c. Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang secara tegas untuk
kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan
umum). Seperti wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan
masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan
lain sebagainya.
Wakaf jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan
jenis wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihak-pihak yang dapat
mengambil manfaat darinya.Dan jenis wakaf inilah yang
sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri
secara umum.

2. Berdasarkan Jenis Harta

vi
Dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dilihat dari
jenis harta yang diwakafkan, wakaf terdiri atas:
a. Benda tidak bergerak, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi:
 Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,
 Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah,
 Tanaman dan benda bagian lain yang berkaitan dengan tanah
 Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip
syariah danperaturan perundang-undangan
b. Benda bergerak selain uang, terdiri atas :
 Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya
yang dapat berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan
undang-undang.
 Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat
dihabiskan dan yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.
 Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak
dapat diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang
persediaannya berkelanjutan.
 Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan (kapal,
pesawat terbang, kendaraan bermotor, mesin, logam dan batu
mulia).
 Benda bergerak selain uang karena peraturan perundang-
undangan yang dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah (surat berharga, hak atas kekayaan
intelektual, hak atas benda bergerak lainnya).
c. Benda bergerak berupa uang (wakaf tunai, cash waqf) yang merupakan
inovasi dalam keuangan publik Islam (Islamic society finance), karena
jarang ditemukan pada fikih klasik. Berdasarkan beberapa dalil dan
pendapat para ulama maka MUI melalui komisi fatwa mengeluarkan
tentang wakaf uang yang intinya berisi sebagai berikut:
 Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, lembaga atau
badan hukum dalam bentuk uang tunai;
 Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat
berharga; Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh);
 Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-
hal yang dibolehkan secara syar’i;

vii
 Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak
boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
3. Berdasarkan Waktu
a. Muabbad, yaitu wakaf yang diberikan untuk selamanya.
b. Mu’aqqot, yaitu wakaf yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.
4. Berdasarkan Penggunaan Harta yang Diwakafkan
a. Mubayir/dzati yaitu harta wakaf yang menghasilkan pelayanan
masyarakat dan bisa digunakan secara langsung seperti madrasah dan
rumah sakit.
b. Istitsmary, yaitu harta wakaf yang ditunjukan untuk penanaman modal
dalam produksi barang-barang dan pelayanan yang dibolehkan syara’
dalam bentuk apapun kemudian hasilnya diwakafkan sesuai keinginan
pewakaf.

2.4. Sasaran dan Tujuan Wakaf


Secara umum, Tujuan Wakaf adalah untuk kemaslahatan manusia, dengan
mendekatkan diri kepada Allah, serta memperoleh pahala dari pemanfaatan
harta yang diwakafkan yang akan terus mengalir walaupun pewakaf sudah
meninggal dunia. Selain itu wakaf memiliki fungsi sosial, karena sasaran
wakaf bukan sekedar untuk fakir miskin tetapi juga untuk kepentingan publik
dan masyarakat luas.
Wakaf memiliki sasaran khusus, yaitu :
1. Semangat keagamaan
Sasaran wakaf ini berperan sebagai saran untuk mewujudkan
sesuatu yang diniatkan oleh seorang pewakaf. Dengan wakaf, pewakaf
berniat untuk mendapatkan rida Allah dan kesinambungan pahala yaitu
selama harta yang diwakafkan memberi manfaat sekalipun ia telah
meninggal dunia.
2. Semangat sosial
Sasaran ini diarahkan pada aktivitas kebajikan, didasarkan pada
kesadaran manusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan
bermasyarakat.Sehingga, wakaf yang dikluarkan merupakan bukti
partisipasi dalam pembangunan masyarakat.
3. Motivasi keluarga
Motivasi ini ingin menjadikan wakaf sebagai saran untuk
mewujudkan rasa tanggung jawab kepada keluarga, terutama sebagai
jaminan hidup di masa depan. Namun wakaf tidak dapat diperuntukkan
untuk diri pewakaf sendiri ataupun pada janin yang masih dalam
kandungan.

viii
4. Dorongan kondisional
Terjadi jika ada seseorang yang ditinggalkan keluarganya,
sehingga tidak ada yang akan menanggungnya. Atau, seorang perantau
yang jauh meninggalkan kluarganya.Dengan wakaf, pewakaf bisa
menyalurkan hartanya untuk menyantuni orang-orang tersebut.
5. Dorongan naluri
Naluri manusia memang tidak ingin lepas dari
kepemilikannya.Setiap orang cenderung ingin menjaga peninggalan harta
orang tua atau kakeknya dari kehancuran atau kemusnahan. Dengan
wakaf, maka dia akan terdorong untuk membatasi pembelanjaan. Dengan
berniat wakaf kepada seseorang atau lembaga tertentu, dia bisa
menyalurkan hartanya dengan baik, tidak kuatir terjadi, pemborosan atau
kepunahan kekayaan.

2.5. Rukun Wakaf


Ada empat rukun wakaf atau unsur-unsur wakaf, yaitu :
1. Ada orang yang berwakaf (wakif), syaratnya orang yang bebas untuk
berbuat kebaikan, meskipun bukan muslim dan dilakukan dengan
kehendak sendiri bukan karena dipaksa.
2. Ada benda yang diwakafkan (maukuf), syaratnya pertama, benda itu kekal
zatnya dan dapat diambil manfaatnya (tidak musnah karena diambil
manfaatnya). Kedua, kepunyaan orang yang mewakafkan, meskipun
bercampur (musya’) yang tidak dapat dipisahkan dari orang lain, maka
boleh mewakafkan uang yang berupa modal, berupa saham pada
perusahaan. Ketiga, harta wakaf harus segera dapat diterima setelah wakaf
diikrarkan. Bila wakaf itu diperuntukkan untuk membangun tempat-
tempat ibadah umum hendaknya ada badan yang menerimanya yang
disebut nadzir. Dan diperbolehkan bagi orang yang mengurus zakat
(nadzir) untuk mengambil sebagian dari hasil wakaf. Hal ini berdasarkan
hadits Nabi yang artinya: “ Tidak ada halangan bagi orang yang
mengurusinya untuk memakan sebagian dirinya dengan cara yang makruf
“.
3. Tujuan wakaf (maukuf alaihi) disyariatkan tidak bertentangan dengan nilai
ibadah. Menurut Sayid Sabiq, tidak sah wakaf untuk maksiat seperti untuk
gereja dan biara, dan tempat bar.
4. Pernyataan wakaf (shighat wakaf) baik dalam bentuk lisan, tulisan,
maupun isyarat, bahkan dengan perbuatan. Wakaf dinyatakan sah jika
telah ada pernyataan ijab dari wakif dan kabul dari maukuf alaihi. Shigat
dengan isyarat hanya diperuntukan bagi orang yang tidak dapat lisan dan
tulisan.

ix
Sayyid Sabiq, menambahkan bahwa pernyataan wakaf dinyatakan sah melalui
dua cara:
1. Perbuatan yang menunjukkan wakaf seperti seorang membangun masjid
dan dikumandangkan adzan di dalamnya. Hal ini telah menunjukkan
wakaf tanpa harus ada penetapan dari hakim.
2. Ucapan, baik shahih (jelas), maupun kinayah (tersembunyi). Contoh yang
shahih seorang wakif (orang yang mewakafkan) berkata, “aku wakafkan”,
“aku hentikan pemanfaatannya”, “aku jadikan untuk sabilillah”. Adapun
ucapan kinayah seperti, “aku sedekahkan” akan tetapi niatnya adalah
wakafkannya.

2.6. Syarat-syarat Wakaf


Adapun syarat-syarat wakaf adalah sebagai berikut:
1. Untuk selama-lamanya
Wakaf untuk selama-lamanya merupakan syarat sahnya amalan
wakaf, tidak sah bila dibatasi dengan waktu tertentu. Hal ini disepakati
oleh para ulama, kecuali madzhab Maliki. Hal ini berlaku pula bagi wakaf
ahli. Pada wakaf ahli jika pada suatu waktu orang yang ditetapkan
mengambil hasil atau manfaat harta wakaf telah tiada, maka harta wakaf
itu digunakan untuk kepentingan umum.
2. Tidak boleh dicabut
Bila terjadi suatu wakaf dan wakaf itu telah sah, maka pernyataan
wakaf itu tidak boleh dicabut. Wakaf yang dinyatakan dengan perantara
wasiat, maka pelaksanaannya dilakukan setelah waqif meninggal dunia
dan wasiat wakaf itu tidak seorangpun yang boleh mencabutnya.
3. Pemilik wakaf tidak boleh dipindah tangankan
Dengan terjadinya wakaf, maka sejak itu harta wakaf itu telah
menjadi milik Allah SWT. pemilikan itu tidak boleh dipindah tangankan
kepada siapapun, baik orang, badan hukum atau negara. Negara ikut
mengawasi apakah harta wakaf dapat dimanfaatkan dengan baik atau
tidak dan negara juga berkewajiban melindungi harta wakaf itu.
4. Setiap wakaf harus sesuai dengan tujuan wakaf pada umumnya
Tidak sah wakaf bila tujuannya tidak sesuai apalagi bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Bila waqiif telah selesai mengucapkan ikrar
wakafnya, maka pada saat itu wakaf telah terlaksana. Agar adanya
kepastian hukum adalah baik bila wakaf itu dilengkapi dengan alat-alat
bukti, seperti surat-surat dan sebagainya. Pada saat itu pula harta yang
diwakafkan itu telah diserahkan kepada pengelolanya (nazir), dan sejak
itu pula pemilik harta tidak berhak lagi atas harta yang telah
diwakafkannya itu.

x
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wakaf adalah menahan benda yang tidak mudah rusak (musnah)
untuk diambil manfaatnya bagi kepentingan yang dibenarkan oleh syara
dengan tujuan memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Menurut jumhur ulama boleh menghibahkan apa saja kecuali yang tidak
halal seperti anjing tidak boleh dimiliki.
Rukun dan syarat wakaf meliputi:
1. Ada orang yang berwakaf (wakif)
2. Ada benda yang diwakafkan (maukuf)
3. Tujuan wakaf (Maukuf alaihi)
4. Pernyataan wakaf (Shigat wakaf)
Wakaf terbagi menjadi dua:
1. Wakaf Dzurri (keluarga) disebut juga wakaf khusus dan wakaf ahli
ialah wakaf yang ditujukan untuk orangorang tertentu baik keluarga
wakif atau orang lain.
2. Wakaf khairi yaitu wakaf yang ditujukan untuk kepentingan umum dan
tidak dikhususkan kepada orang-orang tetentu. Wakaf khairi inilah
wakaf yang hakiki yang dinyatakan pahalanya akan terus mengalir
hingga wakif itu meninggal dengan catatan benda itu masih dapat
diambil manfaatnya.
3.2 Saran
Pemberitahuan mengenai hukum wakaf sangat diperlukan karena
pada umumnya masyarakat belum memahami hukum wakaf dengan baik
dan benar, baik dari segi rukun dan syarat wakaf, maupun maksud
disyariatkan wakaf.Seperti pengetahuan mengenai benda yang diwakafkan

xi
adalah benda tidak bergerak (tanah), padahal benda yang diwakafkan dapat
berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak. Lalu mempertimbangkan
kemampuan nadzir atau dapat dikatakan telah memenuhi standar kualifikasi
untuk mengelola harta wakaf sehingga tujuan wakaf untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan umat akan optimal.

xii

Anda mungkin juga menyukai