Anda di halaman 1dari 14

WAKAF

DISUSUN OLEH
MELANI LAILATUL UMI NUR HASANAH
FIKI KHUMAIRO
HIDAYATUL FITRI
ULIN NI’MAH
YUYUN ROCMATUL UMMAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


MA’HAD ALY ASSALAFIYYAH MLANGI
2023

i
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur kami haturkan abagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Agung yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “wakaf” sebagai tugas mata kuliah akuntansi. Shalawat
serta salam tidak lupa kami hantarkan kepada junjungan kita sepanjang masa,
nabi Agung Muhammad Saw.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Akuntansi Syariah. Makalah ini membahas seputar wakaf seperti prinsip-
prinsip wakaf, laporan keuangan wakaf, dan Lembaga-lembaga wakaf. Wakaf
sebagai wadah penyerahan harta dalam jangka tertentu atau selamanya demi
kesejahteran umum sesuai syariah. Semoga dengan makalah ini bisa membantu
untuk memahami wakaf dan yang berkaitan dengan wakaf.
Tiada gading yang tak retak. Begitu juga dengan makalah ini masih
sangat jauh dengan kata sempurna. Kritik dan saran kami nantikan agar makalah
ini menjadi lebih sempurna lagi.

Sleman, 1 Maret 2023


Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH......................................1


B. RUMUSAN MASALAH......................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................2
BAB 2 PRINSIP DASAR WAKAF................................................3
A. WAKAF................................................................................3
a. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM........................3
b. SYARAT SAH WAKAF..................................................3
c. PRINSIP PENGELOLAAN WAKAF.............................4
B. JENIS DAN CONTOH WAKAF..........................................5
C. LEMBAGA WAKAF............................................................7
D. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS WAKAF...................9
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Wakaf merupakan salah satu transaksi yang diajarkan dalam ajaran islam. Wakaf sendiri
merupakan ibadah mulia disisi Allah karena merupakan pemberian benda secara cuma-cuma,
yang tidak setiap orang bisa melakukannya. Ini merupakan kegiatan sosial dalam bentuk
kepedulian dan tanggung jawab terhadap sesama dan kepentingan umum yang banyak
memberikan manfaat. Wakaf dikenal sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Wakaf disyariatkan
saat Nabi Muhammad hijrah pada tahun kedua.
Selama ini perwakafan belum diatur secara tuntas dalam peraturan perundang-undangan yang
ada. Wakaf mengalir begitu saja seperti apa adanya. Kurang memperoleh penanganan yang
sungguh-sungguh dalam pengeloaannya. Akibatnya dapat dirasakan hingga kini, yaitu terjadi
penyimpangan pengelolaan wakaf dan tujuan wakaf yang sesungguhnya. Disamping itu, tidak
adanya ketertiban pendataan wakaf. Banyak benda wakaf yang tidak diketahui datanya dan
menjadikan wakaf tidak terurus.
Lahirnya Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf merupakan bagian dari semangat
memperbaruhi dan memperluas cakupan objek wakaf dan pengolahannya agar mendatangkan
manfaat yang maksimum. Di lihat dari materi Undang-Undang No.41 tahun 2004 tentang
Wakaf, undang-undang wakaf ini merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan
perundang undangan wakaf yang sudah ada dengan menambah materi baru sebagai upaya
pemberdayaan wakaf, yang salah satunya mengatur adanya wakaf dengan wasiat. Hal ini
tercantum dalam Undang Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yaitu pada penjelasan
pasal 25 sebagai berikut: “Harta benda wakaf yang diwakafkan dengan wasiat paling banyak
1/3 dari jumlah harta warisan setelah dikurangi dengan hutang pewasiat, kecuali dengan
persetujuan seluruh ahli waris,
Dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 267 disebutkan “Wahai orang-orang yang beriman!
Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
(enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa anjuran untuk menginfakkan sebagian harta kita. Perlu
diketahui bahwa ketika kita menginfakkan harta atau benda, dianjurkan untuk tidak
memberikan harta atau benda yang buruk melainkan yang terbaik. Karena seberapa pun kita
bersedekah akan diberi pahala oleh Allah.
Adapun tujuan umum wakaf adalah bahwa wakaf memiliki fungsi sosial. Allah memberikan
manusia kemampuan dan karakter yang beraneka ragam. Dari sinilah, kemudian timbul
kondisi dan lingkungan yang berbeda di antara masing-masing individu. Ada yang miskin,
kaya, cerdas, bodoh, kuat dan lemah. Di balik semua itu, tersimpan hikmah. Di mana, Allah
memberikan kesempatan kepada yang kaya menyantuni yang miskin, yang cerdas
membimbing yang bodoh dan yang kuat menolong yang lemah, yang demikian merupakan

1
wahana bagi manusia untuk melakukan kebajikansebagai upaya mendekatkan diri kepada
Allah, sehingga interaksi antar manusia saling terjalin.
Sesungguhnya wakaf mengantarkan kepada tujuan yang sangat penting, yaitu pengkaderkan,
regenerasi, dan pengembangan sumber daya manusia. Sebab, manusia menunaikan wakaf
untuk tujuan berbuat baik, semuanya tidak keluar dari koridor maksud maksud syari’at islam,
diantaranya:
Semangat keagamaan, yaitu beramal karena untuk keselamatan hamba pada hari akhir kelak.
Maka, wakafnya tersebut menjadi sebab keselamatan, penambahan pahala, dan pengampunan
dosa. Semangat sosial, yaitu kesadaran manusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan
bermasyarakat. Sehingga, wakaf yang dikeluarkan merupakan bukti partisipasi dalam
pembangunan masyarakat.
Motivasi keluarga, yaitu menjaga dan memelihara kesejahteraan orang-orang yang ada dalam
nasabnya. Seseorang mewakafkan harta bendanya untuk menjamin kelangsungan hidup anak
keturunannya, sebagai cadangan di saat-saat mereka membutuhkannya.
Dorongan kondisional, yaitu terjadi jika ada seseorang yang ditinggalkan keluarganya,
sehingga tidak ada yang menanggungnya, seperti seorang perantau yang jauh meninggalkan
keluarga. Dengan sarana wakaf,si wakif bisa menyalurkan hartanya untuk menyantuni orang-
orang tersebut.15
Tujuan wakaf dalam UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 4 menyatakan bahwa:
Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah wakaf itu?
2. Apa saja syarat-syarat wakaf?
3. Bagaimana prinsip pengelolaan wakaf?
4. Bagaimana laporan keuangan wakaf?
5. Apa saja lembaga pengelolaan wakaf?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian wakaf
2. Untuk mengetahui syarat-syarat wakaf
3. Untuk mengetahui prinsip pengelolaan wakaf
4. Untuk mengetahui laporan keuangan wakaf
5. Untuk mengetahui Lembaga pengelolaan wakaf

2
BAB 2
PRINSIP DASAR WAKAF
A. WAKAF
a. Pengertian dan Dasar Hukum
Pengertian wakaf menurut Undang-undang NO. 41 Tentang Wakaf, BAB 1 pasal 1 adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya.
Setelahnya, untuk melengkapi Undang-undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan
Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41
tahun 2004.
Wakaf termasuk infaq fi sabilillah, dikarenakan dalam Al-Quran secara umum tidak terdapat
ayat yang menjelaskan konsep zakat secara jelas. Para ulama menerangkan konsep zakat
berdasarkan pada keumuman ayat Al-Quran tentang infaq fisabilillah. Salah satunya;
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)
Sedangkan dalam hadis, yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang menceritakan
tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia
meminta petunjuk kepada Nabi Muhammad SAW tentang tanah tersebut, Nabi
menganjurkan untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan hasilnya.
Selain dasar dari al-Quran dan Hadis di atas, para ulama sepakat (ijma’) menerima wakaf
sebagai satu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam. 

b. Syarat sah Wakaf


Seperti yang dijelaskan dalam BWI, ada terdapat beberapa ketentuan dan syarat wakaf sesuai
UU. Sesuai UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, terdapat enam syarat wakaf yang harus
dipenuhi yaitu:
-Wakif atau orang yang mewakafkan harta
-Nazhir atau orang yang akan bertanggung jawab mengelola harta wakaf tersebut.
-Harta Benda Wakaf atau harta yang diwakafkan
-Ikrar wakaf untuk kehendak mewakafkan sebagian harta bendanya demi kepentingan orang
banyak
-Peruntukan harta benda wakaf atas harta yang tersedia
-Jangka waktu wakaf.

3
Rukun dan syarat di atas harus dipenuhi orang yang akan mewakafkan hartanya. Hal ini
bertujuan untuk menghindari perselisihan yang biasanya terjadi di kemudian hari, terlebih
lagi jika ahli waris belum mengetahui terkait harta yang diwakafkan orang tuanya.
Selain sah secara agama, orang yang berwakaf sebaiknya membuat sertifikat zakat sesuai
dengan yang diatur oleh undang-undang.

c. Prinsip Pengelolaan Wakaf


Pengelolaan wakaf adalah proses melakukan kegiatan pengawasan, pelaksanaan dan
pencapaian tujuan wakaf.
Kegiatan ini mengurusi dan mengawasi harta wakaf agar penggunaannya sesuai dengan ikrar
waqif. Sebab, hakikat wakaf yakni mengambil manfaat dari harta yang diserahkan untuk
kepentingan umat sehingga tujuan yang ingin dicapai harus dijaga.
Dalam pengelolaannya, terdapat 5 asas yang menjadi dasar pengelola wakaf dalam berpikir
dan bertindak. Adapun 5 asas atau prinsip tersebut meliputi:
1. Asas Kesejahteraan
Prinsip pengelolaan wakaf berupa asas kesejahteraan mencakup 3 aspek utama, yakni;
kemandirian, pendidikan dan kesehatan.
Kesejahteraan secara luas sangat diharapkan meningkat karena adanya harta wakaf.
Kesejahteraan dalam aspek pendidikan misalnya, untuk daerah yang masih kekurangan
gedung sekolah, fasilitas atau biaya sekolah dapat dibantu oleh harta wakaf. Begitu juga
dengan aspek lainnya.
Jika semua aspek tersebut dapat ditingkatkan, maka kesejahteraan masyarakat secara luas
akan meningkat dengan baik.
2. Asas Profesional Manajemen
Asas profesional dibutuhkan agar setiap individu yang terlibat dalam pengelolaan wakaf
memiliki sikap dan pikiran yang sama sehingga tujuan wakaf tercapai dengan baik.
Asas ini bertujuan untuk memastikan bahwa manfaat wakaf dirasakan oleh masyarakat luas
dan untuk menentukan manfaat yang terbaik dari benda wakaf, terlebih jenis harta yang
diserahkan memang lebih variatif jenisnya.
Meneladani Rasulullah, proses pengelolaan wakaf harus didasarkan pada sifat sebagai
berikut: Amanah, tabligh, fatonah, sidiq.
3. Asas Keberlangsungan Manfaat
Prinsip pengelolaan wakaf menekankan pada keberlangsungan manfaat dari harta yang
diwakafkan. Dengan kata lain, fokus utama dari pengelolaan wakaf bukanlah pada
pemeliharaan tetapi pemanfaatan harta untuk kepentingan banyak orang.
4. Asas Keadilan Sosial

4
Kemaslahatan umat menjadi hal utama dalam wakaf sehingga pengelolaannya berpatokan
pada asas keadilan sosial. Istilah keadilan sosial merujuk pada konsep menciptakan
masyarakat yang makmur, sejahtera dan bahagia tanpa ada pengecualian.
Semua masyarakat wajib mendapatkan hak dan menjalankan kewajiban masing-masing
sehingga konsep keadilan sosial dapat terwujud.
Dalam pengelolaan zakat, pihak pengelola harus mempertimbangkan beberapa poin;
- Membuat program yang bervariasi sesuai dengan jenis harta wakaf dan kondisi
masyarakat.
- Melakukan kegiatan pengelolaan yang profesional, handal dan kreatif demi
menciptakan kemaslahatan umat yang merata.
- Memaksimalkan manfaat yang dipunyai harta wakaf demi kepentingan bersama tanpa
ada satu pun pihak yang tertinggal atau dirugikan.

5. Asas Pertanggungjawaban
Dalam mengelola zakat, semua pihak yang terlibat wajib bertanggung jawab sesuai ajaran
Islam. Pengelola wakaf harus mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT, hukum sesuai
UU Nomor 41 Tahun 2004, lembaga zakat, dan masyarakat.

B. JENIS DAN CONTOH WAKAF


Menurut fiqih Islam, ada empat jenis wakaf yang dibedakan menurut peruntukannya, harta,
waktu dan penggunaannya. Berikut uraian selengkapnya:

 Wakaf Berdasarkan Peruntukan


Jenis wakaf ini merupakan salah satu amalan sedekah yang dilihat dari segi kemanfaatannya
untuk orang lain. Wakaf berdasarkan peruntukannya dibedakan menjadi tiga, yakni wakaf
ahli, khairi dan musytarak. Berikut masing-masing penjelasannya:

1. Wakaf khairi
Wakaf yang dimanfaatkan untuk memberikan kebaikan secara terus menerus dalam waktu
lama. Pewakaf (wakif) umumnya akan memberikan syarat penggunaan harta/benda wakaf
untuk menyebar manfaat jangka panjang, contohnya: sekolah, masjid, rumah sakit, hutan,
sumur dan lainnya untuk memberikan kesejahteraan masyarakat.

2. Wakaf Ahli
Wakaf yang tujuannya untuk memberikan kemanfaatan bagi keturunan wakif, misalnya untuk
kerabat atau keluarga. Contohnya seperti pada kisah Abu Thalhah yang berwakaf dengan
memberikan harta untuk keluarga pamannya.

5
3. Wakaf Musytarak
Wakaf yang manfaatnya ditujukkan untuk keturunan wakif maupun masyarakat umum.
Contohnya: pembebasan sumur pribadi agar dapat digunakan oleh masyarakat, yayasan yang
didirikan di atas tanah wakaf.

 Wakaf Berdasarkan Harta


Jenis wakaf lainnya dibedakan berdasarkan harta, meliputi wakaf tidak bergerak, wakaf
benda bergerak selain uang, dan benda bergerak berupa uang. Berikut contoh wakaf untuk
masing-masing jenis tersebut:

a) Wakaf tidak bergerak: bangunan, tanah, sumur, kebun dan lainnya. Dalam
wakaf ini, wakif memiliki sertifikat tanah yang diwakafkan.
b) Wakaf benda bergerak selain uang: bahan bakar minyak, hak atas kekayaan
intelektual, surat berharga, transportasi dan lainnya.
c) Wakaf benda bergerak berupa uang: wakaf uang, saham dan sejenisnya.

 Wakaf Berdasarkan Waktu


Jenis wakaf berdasarkan waktu dibagi menjadi dua, yakni Muabbad dan Mu’aqqot. Berikut
perbedaannya:

a) Muabbad. Yaitu Jenis wakaf yang manfaatnya diperuntukkan selamanya


atau jangka panjang. Jadi jenis wakaf ini tidak boleh diambil kembali oleh
pewakaf ketika sudah ada ikrar sah memberikan harta wakaf kepada
pengelolanya.

b) Mu’aqqot. Kebalikan dari sebelumnya, wakaf mu’aqqot memiliki batas


waktu kelola, misalnya hanya untuk 10 tahun. Ketika sudah mencapai
batas waktu yang disepakati tersebut, wakaf akan dikembalikan kepada
wakif. Jadi cara kerjanya seperti sistem sewa, nadzir dapat mengelola
wakaf tersebut untuk tujuan produktif sampai waktu yang telah ditentukan.

 Berdasarkan Penggunaan Harta Yang Diwakafkan


Ada dua jenis wakaf yang dibedakan menurut penggunaan harta wakaf, yaitu :

6
- Ubasyir atau dzati. Yaitu wakaf yang digunakan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit atau dalam bentuk fasilitas kesehatan seperti
ambulans.
- Mistitsmary yaitu wakaf yang tujuannya lebih khusus, yakni sebagai penanaman
modal pada produksi barang dan pelayanan sesuai syariat Islam. Contohnya: wakaf
saham syariah dari perusahaan/bisnis yang tidak menjual barang haram.
Seiring berkembangnya waktu dan zaman, wakaf sebagai amalan juga semakin beragam.
Tujuannya tetap sama, yakni untuk menyebarkan manfaat secara luas, khususnya bagi umat
muslim yang membutuhkan.
Bahkan di era modern seperti sekarang, Anda bisa menyalurkan wakaf secara online. Sedekah
Air mewadahi para donatur yang ingin berkontribusi dalam memberikan bantuan pengadaan
sumber air bersih seperti wakaf sumur untuk daerah-daerah kekeringan di Indonesia.

C. LEMBAGA WAKAF

a) Wakaf Dompet Dhuafa

Berdiri sejak tanggal 14 Juli 2005, pada awalnya Wakaf Dompet Dhuafa bernama Tabung
Wakaf Indonesia. Namun sampai saat ini sebutan Tabung Wakaf tidak pernah bisa lepas dari
Wakaf Dompet Dhuafa.

Lembaga Wakaf Dompet Dhuafa yakni berkhidmat dengan meningkatkan kesejahteraan


masyarakat dengan melalui melalui penggalangan. Penggalangan berupa Wakaf Uang, Wakaf
melalui Uang, dan instrumen wakaf lainnya. Wakaf Dompet Dhuafa yakni menjalankan
amanah secara produktif, profesional, dan amanah.

Pada sejarahnya bahwasannya Dompet Dhuafa tercatat di Departemen Sosial RI sebagai


organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H.
Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994. Diumumkan dalam Berita Negera RI No.
163/A.YAY/HKM/1996/PNJAKSEL.

Saat tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 439 tahun 2001. Surat tersebut berupa PENGUKUHAN DOMPET
DHUAFA sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Pada Tanggal 14 Juli 2005, Tabung
Wakaf Indonesia didirikan sebagai komitmen dalam mengembangkan sumber daya wakaf.

Misi yang dilaksanakan oleh Wakaf Dompet Dhuafa yaitu menjadi sebuah komitmen dalam
mengembangkan program-program sosial dan pemberdayaan ekonomi dengan basis Wakaf
Produktif. Sampai pada tahun 2019, Wakaf Dompet Dhuafa sudah mengelola 58 aset dan
menjalankan enam proyek baru dari penghimpunan wakaf tunai masyarakat.

7
b) Badan Wakaf Indonesia

Undang-Undang Wakaf ditetapkannya bahwa Badan Wakaf Indonesia merupakan lembaga


yang berkedudukan sebagai media untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan
Nasional. Undang-Undang wakaf juga menetapkan bahwa Badan Wakaf Indonesia bersifat
Independen dalam melaksanakan tugasnya. Pada sejarahnya lembaga Badan Wakaf Indonesia
dibentuk dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim dan mengamalkan
ajaran Islam.

Kegiatan berwakaf kini menjadi adat di kalangan muslim contohnya yaitu mewakafkan tanah


untuk masjid dan fasilitas sosial lain. Badan Wakaf Indonesia  dibentuk bukan untuk
mengambil alih aset-aset wakaf yang selama ini dikelola oleh nazhir yang sudah ada.
Lembaga tersebut hadir untuk membina nazhir agar aset wakaf dikelola lebih baik dan lebih
produktif. Kelak dapat memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat, baik dalam
bentuk pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi, maupun pembangunan infrastruktur publik.

Anggota Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan masa
jabatannya selama 3 tahun. Kemudian dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan,
jumlah anggota BWI 20 sampai dengan 30 orang yang berasal dari unsur masyarakat.
Anggota BWI periode pertama diusulkan oleh Menteri Agama kepada Presiden kemudian
periode berikutnya diusulkan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk BWI. Dalam anggota
perwakilan BWI diangkat dan diberhentikan oleh BWI.

Dalam struktur kepengurusannya Badan Wakaf Indonesia terdiri atas Dewan Pertimbangan
dan Badan Pelaksana. Lembaga tersebut dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari dan
oleh para anggota. Badan Pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan
Pertimbangan adalah unsur pengawas.

c) Badan Wakaf Alquran

Wakaf Al-quran merupakan cara modern yang mudah dan praktis untuk membantu orang
lain. Salah satu ciri seorang muslim adalah senang membantu orang lain dan memudahkan
segala urusannya. Mereka tidak akan berdiam diri melihat kesulitan yang dialami oleh
saudaranya sekalipun ia tidak mengenalnya tanpa pamrih. Agama Islam mendorong seorang
muslim memperhatikan urusan saudaranya

Wakaf Al-quran yakni mempermudah pemberi wakaf untuk menyalurkan bantuan untuk
saudara  hingga ke pelosok negeri. Project yang mereka tampilkan adalah untuk membantu
komunitas dan individu yang membutuhkan. Setiap komunitas dan individu memiliki
keunikan persoalan dan solusinya. Oleh sebab itu wakafquran mencoba membantu mereka
dalam project yang sesuai dengan kebutuhannya.

d) Lembaga Wakaf Ma’had Ibnu Sabil Indonesia

Lembaga Wakaf Ma’had Ibnussabil Indonesia merupakan lembaga wakaf untuk melaporkan
keungan pesantren, melaporkan zakat, infaq dan hadiah untuk pesantren. Serta mensosialkan

8
beberapa kegiatan dan program-program pesantren salah satunya pada kegiatan konsultasi
agama dan pendidikan.

Saat ini Lembaga Wakaf  Ma’had Ibnussabil Indonesia terdapat beberapa cabang yaitu
Ibnussabil 2 Ahlullah Marangkayu yang berada di Dusun Handil Mico Gunung Desa Santan
Tengah Kecamatan Maragkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

Ibnussabil 3 Nurul Iman Bogor berada di Bogor Nirwana Residence (BNR) Jl. Cibereum hilir
RT 04 RW 08.  Kelurahan Mulyaraharja kec. Bogor selatan Jawa Barat. Ibnussabil 4
Fadhlulllah Anggana RT 10 Pulau Tiga Desa Sepatin Kec. Anggana Kukar Kaltim.

e) Lembaga Wakaf Pertahanan NU

Lembaga Wakaf dan Pertahanan NU merupakan lembaga wakaf di Indonesia dengan


memiliki tugas. Tugas diantaranya yaitumengamankan aset NU melalui sertifikat wakaf.

Pengurus Pusat Lembaga Wakaf dan Pertahanan Nahdlatul Ulama (LWP NU) mencanangkan
Gerakan Wakaf Uang Sejuta Nahdliyin (Gerwaku Sena) di Jakarta. Gerakan tersebut yakni
menyerukan penggalangan wakaf uang minimal sebesar Rp 10.000 per bulan bagi warga NU.
Ketua PP LWP NU  berharap Rais ‘Aam, Ketua Umum PBNU, dan pengurus NU di mana
saja turut mengampanyekan gerakan wakaf uang tersebut.

Mereka hanya ingin agar nahdliyin mengeluarkan wakaf sebesar 10 ribu per bulan. Jika
jumlah tersebut dikalikan dengan 85 juta warga NU, maka akan berhasil banyak. Menurut H
Mardini, wakaf uang berbeda dengan wakaf melalui uang. Gerakan wakaf uang ini
merupakan wakaf berupa uang yang dikelola secara produktif dan hasilnya dimanfaatkan
untuk kemaslahatan umat.

D. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS WAKAF

a. Laporan posisi keuangan entitas wakaf terdiri dari 3 unsur yaitu Aset, Liabilitas, dan
Aset Neto. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tidak lancar, dan liabilitas
diklasifikasikan menjadi liabilitas jangka pendek dan jangka panjang.

b. Laporan Keuangan aset wakaf, Entitas wakaf menyajikan laporan rincian aset wakaf
yang mencakup data berikut
1. Aset wakaf yang diterima dari wakif
2. Aset wakaf yang berasal dari hasil pengelolaan dan pengembangan

c. Laporan aktivitas
Entitas wakaf menyajikan laporan aktivitas yang mencakup unsur berikut :
(a) Penerimaan wakaf
(b) Dampak pengukuran ulang aset wakaf
(c) Hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf

9
(d) Penyaluran wakaf

d. Laporan arus kas


Entitas wakaf menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan Arus
Kas, PSAK lain, dan ISAK yang relevan.

e. Catatan atas laporan keuangan


Adalah penjabaran atau penjelasan laporan keuangan yang berisi infomasi non
keuangan serta rincian dari laporan keuangan.

Contoh laporan keuangan wakaf:

10
BAB 3
KESIMPULAN

Dasar hukum wakaf adalah berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan


Sunah Rasulullah Saw dan juga berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2004. Selain dasar dari al-Quran dan Hadis para ulama sepakat
(ijma’) menerima wakaf sebagai satu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam.  Wakaf harus
memenuhi beberapa unsur yang disebut rukun wakaf beserta syarat-syaratnya
yaitu adanya wakif atau orang yang mewakafkan, adanya harta yang
diwakafkan, adanya tujuan wakaf.
Wakaf dikelola dengan berbagai prinsip yaitu dalam asas kesejateraan, asas professional manajemen,
asas keberlangsungan manfaat, asas keadilan sosial dan asas pertanggung jawaban. Menurut fiqih
Islam, ada empat jenis wakaf yang dibedakan menurut peruntukannya (wakaf Khairi, wakaf
ahli, wakaf musytarak), harta (wakaf tidak bergerak, wakaf benda bergerak selain uang,
wakaf bend bergerak berupa uang), waktu (muabbad, muaqqot) dan penggunaannya (ubasyir
dan mistitsmary). Lembaga wakaf antara lain wakaf dompet dhuafa, badan wakaf Indonesia,
badan wakaf Al-Quran, Lembaga wakaf ma’had Ibnu Sabil Indonesia dan Lembaga wakaf
pertahanan NU. Laporan keuangan entitas wakaf yang lengkap meliputi laporan posisi
keuangan entitas wakaf, laporan keuangan aset wakaf, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.

11

Anda mungkin juga menyukai