Anda di halaman 1dari 15

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf.................................................................................. 2
B. Tujuan dan Fungsi Wakaf..................................................................... 3
C. Dasar Hukum Wakaf............................................................................ 4
D. Ketentuan-Ketentuan Wakaf................................................................ 4
E. Rukun Wakaf........................................................................................ 5
F. Macam-macam Wakaf.......................................................................... 6
G. Syarat-syarat Wakaf.............................................................................. 6
H. Hasil Observasi Wakaf di kecamatan Purbolinggo
Lampung Timur.................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam sebagai sarana
penyaluran rezeki yang diberikan oleh tuhan adalah Wakaf. Wakaf juga bisa
dikatakan suatu ibadah yang mementingkan kepentingan umat atau
masyarakat. Dengan adanya wakaf sesoarang yang mewakafkan hartanya
(wakif) berharap bahwa harta yang mereka berikan bisa menjadi amal ibadah
mereka.
Wakaf adalah ibadah sosial yang mana memperlukan lembaga yang
mengurusi perwakafan tersebut, di Indonesia KUA (Kantor Urusan Agama)
adalah lembaga yang menangani, mencatat, dan menerima pengukuhan wakaf
selain untuk mengurusi masalah pernikahan, dan dari lembaga inilah barang
yang diwakafkan akan dicatat dan dikukuhkan atau dialihkan hak pemiliknya.
Dan disini penulis melakukan observasi didaerah kec. Purbolinggo untuk
mendalami dan memahami arti dari wakaf tersebut baik dari pengelolaan,
perkembangan, tata cara pendaftarannya, serta kendalanya.
Wakaf mempunyai jalinan hubungan antara kehidupan spiritual dengan
bidang sosial ekonomi masyarakat muslim. Wakaf selain berdimensi Ubu
diyyah Ila hiyyah, ia juga berfungsi sosial kemasyarakatan, wakaf sebagai
perekat hubungan, “hablum minallah, wa hablum minannas”, hubungan
vertikal kepada Allah SWT dan hubungan horizontal kepada sesama manusia.
Maka dari itu Allah SWT telah mensyari’atkan wakaf, menganjurkannya dan
menjadikannya sebagai salah satucara untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Wakaf?


2. Apa Tujuan dan Fungsi Wakaf?
3. Apa Dasar Hukum Wakaf?
4. Apa Ketentuan-ketentuan Wakaf?
5. Apa saja Rukun Wakaf?
6. Apa Macam-macam Wakaf?
7. Hasil Observasi Wakaf di kecamatan Purbolinggo Lampung Timur?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf
Secara etimologis wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan,
mempunyai arti menghentikan atau menahan ( al-habs )1. Secara
termologis ulama memberikan defisi wakaf sebagai berikut:
a) Menurut mazhab Maliki
Ibnu Arafah mendefinisikan wakaf dengan memberikan manfaat
sesuatu, pada batas waktu keberadaanya, kebersamaan tetapnya wakaf
dalam kepemilikan si pemilik miski hanya perkiraan.2
b) Menurut Imam Abu Hanifah
Wakaf adalah manahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik
si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.
Berdasarkan definisi itu maka pemilik harta wakaf tidak lepas dari si
wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh
menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan
buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah
“menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi
mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas
suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan
menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial),
baik sekarang maupun akan datang”.

Berdasarkan definisi ini Abu Hanifah menyatakan, bahwa akad


wakaf bersifat ghair lazim (tidak mengikat) dalam pengertian orang yang
berwakaf (wakif) dapat saja menarik kembali wakafnya dan menjualnya.
Wakaf menurut ulama ini sama dengan ariyah yang akadnya bersifat ghair
lazim yang dapat ditarik kapan saja. Ini berarti wakaf menurut Abu
Hanifah tidak melepaskan hak kepemilikan waqif secara mutlak dari
benda yang telah diwakafkannya. Wakaf baru bersifat mengikat menurut
Abu Hanifah dalam keadaan (1)Apabila ada keputusan hakim yang
1
Said Agil Husni al-Munawwar, Hukum Islam, (Jakarta: Penamadani,2004),h. 122
2
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah:Fiqih Muamalah,(Jakarta:Kencana,2012),h. 357

2
menyatakan wakaf itu bersifat mengikat, (2) Peruntukan wakaf adalah
untuk masjid, (3) Wakaf itu dikaitkan dengan kematian waqif (waqif
berwasiat akan mewakafkan hartanya).
Dari banyak pengertian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan
bahwa wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan cara
tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut yang kemudian
disalurkan kepada perkara-perkara mubah yang terarah kepada suatu
kebajikan. Kemudian hasil dari pemanfaatan harta/ benda wakaf tersebut
digunakan untuk kemaslahatan umum.
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) wakaf adalah perbuatan
hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk
selam-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainya
sesuai dengan ajaran islam.
Sedangkan menurut UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan
sebagaian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah
atau kesejahteraan umum menurut syariah.

B. Tujuan dan Fungsi Wakaf


Wakaf bertujuan memanfaatkan benda wakaf sesuai dengan
fungsinya, dan wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat
ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteran umum.3
Dalam islam, wakaf sejatinya merupakan salah satu instrument
ekonomi yang sangat potensial untuk menopang kesejahteraan umat.
Namun sampai saat ini, peran wakaf belum dirasakan secara maksimal.

C. Dasar Hukum Wakaf


3
Ibid

3
Terdapat di dalam Al-Qur’an surat (QS. Ali Imran :92)
          
     
92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya.

Terdapat di dalam Al-Qur’an (QS. Baqarah: 261)

        


         
       
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui.

D. Ketentuan-Ketentuan Wakaf
Menurut Ahmad Azhar Basyir berdasarkan hadis yang berisi
tentang wakaf umar ra ada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Harta wakaf harus tetap (tidak dapat dipindahkan kepada orang
lain), baik dijual belikan,dihibahkan,maupundiwariskan.
b) Harta wakaf terlepas dari pemilikan orang yang mewakafkan
c) Tujuan wakaf harus jelas dan termasuk perbuatan menurut ajaran
agama islam.
d) Harta wakaf dapat berupa tanah dan sebagainya, yang tahan lama
dan tidak musnah sekali digunakan.4

E. Rukun Wakaf

4
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat, (Jakarta: RajaGrafindo,2013), h. 242

4
a. Wakaf tidak dibatasi waktu tertentu sebab perbuatan wakaf berlaku
untuk selamanya, tidak waktu tertentu. Bila seorang mewakafkan
kebun untuk jangka waktu 10 tahun misalnya, maka wakaf tersebut
dipandang batal.
b. Tujuan wakaf harus jelas, seperti mewakafkan sebidang tanah, untuk
masjid, mushola, pesantren, perkebunan (makam) dan sebagainya.
Namun apabilah seseorang mewakafkan sesuatu kepada hukum tanpa
menyebut tujuanya, hal itu dipandang sah sebab penggunaan benda-
benda wakaf tersebut menjadi wewenang lembaga hukum yang
menerima harta-harta wakaf tersebut.
c. Wakaf harus segerah dilaksanakan setelah dinyatakan oleh yang
mewakafkan, tanpa digantungkan pada peristiwa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang sebab pernyataan wakaf berakibat lepasnya
hak milik bagi yang mewakafkannya. Bila wakaf digantungkan dengan
kematian yang mewakafkan, ini bertalian dengan wasiat dan tidak
bertalian dengan wakaf. Dalam pelaksanaan seperti ini, berlakulah
ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan wasiat.
d. Wakaf merupakan pekara yang wajib dilaksanakan tanpa adanya hak
rbiyar (membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah
dinyatakan) sebab pernyataan wakaf berlaku seketika dan untuk
selamanya.
1) Rukun-rukun wakaf
a. Orang yang berwakaf (wakif)
b. Harta yang diwakafkan (mauquf)
c. Tujuan wakaf (mauquf’alaib)
d. Pernyataan wakaf (sbigat waaf)

F. Macam-Macam Wakaf
Menurut para ulama secara umum wakaf dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
a) Wakaf ahli (khusus)

5
Wakaf ahli disebut juga wakaf keluarge atau wakaf khusus.
Maksud wakaf ahli ialah wakaf yang ditunjukan kepada orang-
orang tertentu seseorang atau terbilang, baik keluarga wakif
maupun orang lain. Misalnya, seorang mewakafkan buku-buku
yang ada di perpustakaan. Pribadinya untuk turunnya yang mampu
menggunakan. Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak
menikmatinya harta wakaf itu adalah orang-orang yang ditunjuk
dalam pernyataan.
b) Wakaf khari (umum)
Wakaf khairi wakaf yang sejak semula ditunjuk untuk
kepentingan-kepentingan umum dan tidak ditunjukan kepada
orang-orang tertentu.
Wakaf khairi yang benar-benar sejalan dengan amalan dalam
ajaran islam, karena dinyatakan pahalanya akan terus mengalir
hinga wakif meninggal dunia,selama harta masih dapat diambil
manfaatnya.5

G. Syarat-Syarat Wakaf
Dalam wakaf terkadang wakif mensyaratkan sesuatu, baik satu atau
maupun berbilang. Wakif dibolehkan menentukan syarat-syarat tersebut
harus terhormati selama sejalan dengan ajaran agama islam. Misalkan
seseorang mewakafan tanah untuk mendirikan pesantren khusu laki-laki,
syarat seperti itu harus dihormati karena sejalan dengan ketentuan-
ketentuan syara.
Apabila syarat-syarat pengunaan harta wakaf bertentangan dengan
ajaran agama islam, wakafnya dipandang sah, tetapi syaratnya dipandang
batal. Misalkan, seseorang yang mewakafkan tanah untuk masjid al-iklas
dengan syarat hanya dipergunakan oleh para perkumpulan tertentu, maka
wakafnya dipandang sah, tetapi syaratnya tidak perlu diperhatikan.

H. Hasil Observasi Wakaf di kecamatan Purbolinggo Lampung Timur

5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat,(Jakarta: RajaGrafindo,2013) h.245

6
Kantor Urusan Agama (KUA) terletak di desa Tanjung Inten.
Adapun desa desa yang ada didaerah kecamatan Purbolinggo ada 12 desa,
Diantaranya:
1. Taman Cari
2. Taman Fajar
3. Tegal Yoso
4. Tambah Luhur
5. Tanjung Kesuma
6. Tanjung Inten
7. Toto Harjo
8. Tegal Gondo
9. Taman Endah
10. Tambah Dadi
11. Taman Bogo
12. Taman Asri

Hasil wawancara saya dengan Bapak M. Fahruddin Sudarto, S.Ag.


selaku Kepala KUA kecamatan Purbolinggo sangat banyak sekali
informasi yang bisa saya dapatkan dari beliau seputar wakaf di
Purbolinggo. Berikut poin-poin penting yang saya dapatkan:
Tatacara pendaftaran tanah wakaf yang ada di kua:
1. Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya
(sebagai calon wakif) diharuskan datang sendiri di hadapan PPAIW
untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2. Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu
menyerahkan kepada PPAIW, surat-surat sebagai berikut:
a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan
b. Surat Keterangan Kepala Desa diperkuat oleh Camat setempat
mengenai kebenaran pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa;
c. Surat Keterangan pendaftaran tanah
d. Ijin Bupati/Walikota madya Sub Direktorat Agraria setempat

7
3. PPAIW meneliiti surat-surat dan syarat-syarat, apakah sudah
memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan),
meneliti saksi-saksi dan mengesahkan susunan nadzir.
4. Dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan atau
mengucapkan kehendak wakaf itu kepada nadzir yang telah disahkan.
5. Ikrar wakaf tersebut diucapkan dengan jelas, tegas dan dituangkan
dalam bentuk tertulis (ikrar wakaf bentuk W.1). Sedangkan bagi yang
tidak bisa mengucapkan (misalnya bisu) maka dapat menyatakan
kehendaknya dengan suatu isyarat dan kemudian mengisi blanko
dengan bentuk W.1.
Apabila wakif itu sendiri tidak dapat menghadap Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW), maka wakif dapat membuat ikrar secara
tertulis dengan persetujuan dari Kandepag yang mewilayahi tanah
wakaf dan kemudian surat atau naskah tersebut dibacakan dihadapan
nadzir setelah mendapat persetujuan dari Kandepag dan semua yang
hadir dalam upacara ikrar wakaf tersebut ikut menandatangani Ikrar
Wakaf (bentuk W.1).
6. PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf (bentuk W.2) rangkap
empat dengan dibubuhi materi menurut ketentuan yang berlaku dan
selanjutnya, selambat-lambatnya satu bulan dibuat ikrar wakaf, tiap-
tiap lembar harus telah dikirim dengan pengaturan pendistribusiannya
sebagai berikut:
Akta Ikrar Wakaf:
a. Lembar pertama disimpan PPAIW,
b. Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan pendaftaran
tanah wakaf ke kantor Subdit Agraria setempat (W.7)
c. Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat

Salinan Akta Ikrar Wakaf:


a. Lembar pertama untuk wakif
b. Lembar kedua untuk nadzir
c. Lembar ketiga untuk Kandep. Agama Kabupatan/Kotamadya

8
d. Lembar keempat untuk Kepala Desa setempat.

Setelah semuanya terpenuhi dan sudah diadakan ikrar wakaf maka


KUA memberikan surat pengatar memberikan surat seperti yang terlampir
dalam bentuk W.7 untuk diberikan kepada kepala badan pertanahan
Negara (BPN) untuk dicatat di buku tanah Negara.

Umumnya masyarakat di daerah Purbolinggo wakaf dalam bentuk


wakaf konsumtif, seperti tanah yang dipergunakan untuk membangun
masjid, mushola, makam dan sekolah. Bapak M. Fahruddin Sudarto, S.Ag
juga menceritakan bahwa sekarang ini wakaf konsumtif yang dikelola oleh
nadzir kurang begitu berjalan dengan baik, masih banyak kekurangan yang
harus segera di perbaiki, maka dari itu dari pihak KUA kadang
menyelipkan sosialisasi terhadap wakaf ketika adanya acara acara.
Pengelolaan wakaf yang kurang maksimal ini dikarenakan dengan
si nadhzir yang kurang profesional dan juga kurangnya pemahaman
masyarakat tentang bagaimana mengelola wakaf yang baik sehingga
wakaf yang ada didaerah katibung kurang berkembang.
Selama bapak M. Fahruddin Sudarto, S.Ag menjabat sebagai
Kepala di KUA didaerah Purbolinggo ada permasalahan yang
dihadapinya yaitu kurangnya dana untuk mengelola tanah wakaf dan
belum ada tanah wakaf yang dapat di kelola secara produktif.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi, maka dapat disimpulkan bahwa Tata cara
yang harus dilaksanakan dalam perwakafan di KUA sebagi mana yang
sudah di jelaskan dimuka, dengan perincian: seorang yang ingin
mewakafkan harta bendanya haruslah memenuhi syarat sebagaimana
yang harus dipenuhi, dalam hal ini wakif tidak boleh mempunyai hutang
kalau ingin mewakafkan harta bendanya, harta itu harus milik sendiri dan
juga tidak dalam keadaan harta sengketa. Setelah harta benda yang akan
diwakafkan sudah memenuhi syarat barulah bisa diwakafkan. Maukuf
alaih biasa disebut dengan nadzir juga harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan. Jika persyaratan sudah terpenuhi barulah petugas PPIAW
membacakan ikrar wakaf.
Di kecamatan purbolinggo yang menjadi kendala nadzir yaitu
kurangnya dana untuk mengelola tanah wakaf dan belum ada tanah
wakaf yang dapat di kelola secara produktif.

10
DAFTAR PUSTAKA

al-Munawwar,Said Agil Husni.2004. Hukum Islam, (Jakarta: Penamadani)


Mardani.2012.Fiqih Ekonomi Syariah:Fiqih Muamalah,(Jakarta:Kencana)

Suhendi, Hendi.2013. Fiqih Muamalat, (Jakarta: RajaGrafindo)

11
Lampiran

1. Wawancara dengan Bapak M. Fahruddin Sudarto, S.Ag selaku


Kepala KUA kec. Purbolinggo

2. Kantor KUA Kecamatan Purbolinggo

Anda mungkin juga menyukai