PENDAHULUAN
1
2
dimanfaatkan oleh orang lain. Oleh karena itu, wakaf itu disebut juga “shadaqah
yang mengalir terus”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu wakaf ? dan bagaimana dasar hukum dan rukun
serta syarat-syaratnya?
2. Apa itu hibah ? dan bagaimana dasar hukumnya?
3. Apa itu wasiat ? dan bagaimana dasar hukum dan rukun
serta syarat-syaratnya?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Apa itu wakaf, dan dasar hukum dan
rukun serta syarat-syaratnya.
2. Untuk mengetahui Apa itu hibah, dan dasar hukumnya .
3. Untuk mengetahui Apa itu wasiat, dan dasar hukum dan
rukun serta syarat-syaratnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari “Waqf” yang berarti “al-Habs”.
Merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya
berarti menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan
harta seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk
faedah tertentu. Dalam pengertian hukum Islam wakaf adalah melepas
kepemilikan atas harta yang dapat bermanfaat dengan tanpa mengurangi bendanya
untuk diserahkan kepada perorangan atau kelompok (organisasi) agar
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang tidak bertentangan dengan syari’at.
Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut:
Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda
(al-‘ain) milik Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada
siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut
menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di
tangan Wakif itu sendiri. Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta
tersebut, bukan termasuk asset hartanya.
Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu
harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan
kepada orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan keinginan Wakif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan
pemberian wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja.
Ketiga, Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa
memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan
hak pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah
rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan.
3
4
"Hai Rasulullah saw., saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan
kepadaku?" Rasulullah saw. bersabda: "Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya)
tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya). "kemudian Umar mensedekahkan
(tanahnya untuk dikelola), tidak dijual, tidak di hibahkan dan tidak di wariskan.
Ibnu Umar berkata: "Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada
orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu.
Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (Nadhir) wakaf makan dari hasilnya
dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan
tidak bermaksud menumpuk harta" (HR. Muslim).
Dalil Ijma' :Imam Al-Qurthuby berkata: Sesungguhnya permasalahan
wakaf adalah ijma (sudah disepakati) diantara para sahabat Nabi; yang
demikian karena Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah, Fathimah, Amr ibn Al-
Ash, Ibnu Zubair, dan Jabir, seluruhnya mengamalkan syariat wakaf, dan wakaf-
wakaf mereka, baik di Makkah maupun Madinah, sudah dikenal masyhur oleh
khalayak ramai. (Lihat: Tafsir Al-Qurthuby: 6/339, Al-Mustadrah 4/200, Sunan
Al-Daraquthny 4/200, Sunan Al-Baihaqy 6/160, Al-Muhalla 9/180).1
C. Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf
Rukun wakaf ada empat, yaitu: pertama, orang yang berwakaf (al - wakif).
Kedua, benda yang diwakafkan (al - mauquf). Ketiga, orang yang menerima
manfaat wakaf (al – mauquf ‘alaihi). Keempat, lafaz atau ikrar wakaf (sighah).
1. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif)
Syarat-syarat al-waqif ada empat, pertama orang yang berwakaf ini
mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk
mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah
orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang
sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang
yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh,
orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan
hartanya.
1 Abdul gani abdullah, wakaf produktif (bandung: simbiosa rekatama media, 2008) hlm.2
6
2 Didin hafidhuddin, hukum wakaf (jakarta: iiman dan dompet duafa republika, 2004) hlm.
148
7
Maliki ini sama drngan dengan hadiah. Dan apabila pemberian itu semata-
mata untuk meminta ridha Allah dan mengharapkan pahala maka ini
dinamakan sedekah.
3. Menurut Madzhab Hanbali, adalah memberika hak
memiliki sesuatu oleh seseorang yang dibenarkan tasarrufnya atas suatu
harta baik yang dapat diketahui atau, karena susah untuk mengetahuinya.
Harta itu ada wujudnya untuk diserahkan. Pemberian yang mana tidak
bersifat wajib, dan dilakukan pada waktu sdi pemberi masih hidup dengan
tanpa syarat ada imbalan.
4. Menurut Madzhab Syafii, hibah mengandung dua
pengertian:
a. Pengertian khusus, yaitu pemberian hanya sifatnya sunnah
yang dilakukan dengan ijab qabul pada waktu si pemberi masih hidup.
Pemberian yang mana tidak dimaksudkan untuk menghormati atau
memuliakan seseorang dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan
pahala dari Allah atau karena menutup kebutuhan orang yang
diberikannya
b. Pengertian umum, yaitu hibah dalam arti umum mencakup
hadiah dan sedekah
Walaupun rumusan definisi yang dikemukakan oleh keempat madzhab
tersebut berlainan redaksinya namun intinya tetaplah sama, yaitu; “hibah adalah
memberikan hak memilik sesuatu benda kepada orang lain yang dilandasi oleh
ketulusan hati atas dasar saling membantu kepada sesame manusia dalam hal
kebaikan”.3
E. Dasar Hukum Hibah
1. Surat Al-Baqarah:195
2. Hadis Nabi
ف بنثيع ثددي
ت بدثده درفيثنع ثةض نوندنرنج ثةض نولننع ثدل أنين تحنخلدث ن
تحدري ثحد بدثده نويج ثهن اللدثده إددل ايزنديد ن
Artinya: diriwayatkandari Sa’ad bin Abi Waqosh ra: pada tahun Haji
Penghabisan (wada’)Nabi Muhammad SAW mengunjungiku seraya
mendoakan kesehatanku. Aku berkata kepada nabi Muhammad SAW, “aku
lemah karena sakitku yang parahpadahal aku kaya dan aku tidak punya ahli
wariskecuali seorang anak perempuan. Haruskah aku menyedekahkan 2/3
kekayaanku? Nabi Muhammad SAW bersabda, “tidak” kemudian Nabi
Muhammad SAW bersabda bahkan 1/3 telah cukup banyak. Lebih baik kamu
meninggalkan ahli warismudalam keadaan berkecukupan daripada
meninggalkan merekadalam keadaan miskin, mengemis kepada orang lain.
Kau akan memperoleh pahala dari sedekah yang dikeluarkan dengan niat
karena Allah, bahkam untuk yang kau suapkan dalam mulut isteriu”. Aku
berkata,”ya rasulullah, apakah aku akan sendirian ketika para sahabatku
pergi?”. Nabi Muhammad SAW bersabda, “jika kamu ditinggalkan, apapun
yang kau kerjakan akan mengangkat mu ke tempat yang tinggi. Dan mungkin
saja kau akan berumur panjang hingga(dating suatu saat ketika) sebagian
11
F. Wasiat
Dalam definisi wasiat secara lughawi, wasiat berasal dari bahasa arab yang
berarti "pesan, menyambung, menaruh belas kasihan, menjadikan,
memerintahkan, dan mewajibkan". Makna wasiat (صييِةة
)وو صmenurut istilah syar’i
ialah, pemberian kepemilikan yang dilakukan seseorang untuk orang lain,
sehingga ia berhak memilikinya ketika si pemberi meninggal dunia. Secara umum
pemberian wasiat dikaitkan dengan kondisi seseorang (yang memberi wasiat)
dalam keadaan sakit menjelang kematian. Sementara wasiat meliputi atas sesuatu
pekerjaan, jasa, maupun harta peninggalan. Dengan demikian, lingkup wasiat
dalam pembahasan fiqih meliputi pesan atas sesuatu harta dari seseorang
menjelang kematian.
Menurut Amir Syarifuddin secara sederhana wasiat diartikan
dengan:penyerahan harta kepada pihak lain yang secara efektif berlaku setelah
mati pemiliknya. Menurut para fuqaha, wasiat adalah pemberian hak milik secara
sukarela yang dilaksanakan setelah pemberinya meninggal dunia. Pemberianhak
milik ini bisa berupa barang, piutang atau manfaat.
Menurut Madzhab Syafi’i, wasiat adalah pemberian suatu hak yang
berkuatkuasa selepas berlakunya kematian orang yang membuat wasiat samaada
dengan menggunakan perkataan atau sebaliknya.Menurut Madzhab Hanbali,
wasiat adalah pemberian harta yang terjadi setelah berlakunya kematian sama ada
dalam bentuk harta (‘ain) atau manfaat. Menurut madzhab Hanafi, wasiat adalah
12
Setiap hukum Islam mestilah didasari oleh dalil naqli atau juga dalil akli.
Hukum berwasiat adalah dibolehkan. Di antara sumber-sumber hukum wasiat
adalah melalui dalil Al-Quran, Sunnah, amal para sahabat dan ijmak ulama.
1. Nas-nas al-Quran
Wasiat didasari dari firman Allah di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah
ayat 180.
Selain itu, sumber hukum wasiat juga terdapat didalam al-Quran surat
al-Maidah ayat 106 yang berbunyi :
13
Yang Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah Zuhair bin
Harb dan Muhammad bin al-Mutsanna al-‘Anazi dan ini adalahlafaz Ibnu
Mutsanna, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya yaitu
Ibnu Sa’id al -Qatthan dari Ubaidillah, telah menkhabarkan kepadaku Nafi’
dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhubahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Seorangmuslim tidak berhak mewasiatkan sesuatu yang ia
miliki kurang dari dua malam (hari), kecuali jika wasiat itu tertulis disisinya."
3. Ijma’
Dari sudut ijmak, telah berlaku ijmak para fuqaha semenjak
zamansahabat lagi telah bersepakat bahwa hukum wasiat adalah mubah dan
tiadaseorang pun daripada mereka yang meriwayatkan tentang larangannya.
14
bendanya kepada orang lain. Harta benda yang diwasiatkan itu harus
merupakan hak dari pewasiat. Pemilikan barang yang diwasiatkan itu baru
dapat dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia. Dikemukakan pula
batasan minimal orang yang boleh berwasiat adalah yang benar-benar telah
dewasa secara undang-undang, jadi berbeda dengan batasan baligh dalam
kitab-kitab fiqih tradisional.
2. Penerima wasiat
17
B. Saran
19
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari para pembaca, karena
kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna.Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang dengan
itu semua kami harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik lagi.DAFTAR
PUSTAKA
Abdul gani abdullah, wakaf produktif Bandung: simbiosa rekatama media, 2008
20