Anda di halaman 1dari 26

1.

Anila Rabbani (03)


2. Anisa Labiybah (04)
3. Bayu Tirta Hanggara (06)
4. Dieke Marsha Angelica (08)
5. Khoirunnisa Yumna Salsabila (09)
6. Layyinatus Syifa (12)
7. Ressandi Dzaky Panuntun (26)
8. Saqila Nur Izzati (27)
Secara etimologis Wakaf berasal dari kata waqafa-
yaqifu-waqfan yang mempunyai arti menghentikan atau
menahan.
Secara terminologis para ulama telah memberikan definisi wakaf, antara lain
sebagai berikut :
• Pengertian Wakaf Menurut Imam Nawawi adalah menahan harta yang dapat
diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinyam sementara benda itu tetap ada
padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada
Allah.
• Menurut Syaikh Umairah dan Ibnu Hajar al-Haitami, Pengertian Wakaf ialah
menahan harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga keutuhan harta tersebut,
dengan memutuskan kepemilikan barang tersebut dari pemiliknya untuk hal yang
dibolehkan.
• Imam Syarkhasi mengemukakan pendapatnya mengenai Pengertian Wakaf yaitu
menahan harta dari jangkauan kepemilikan orang lain.
Menurut Kompilasi Hukum Islam, Pengertian
Wakaf merupakan perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan
sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya
untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran islam.

Dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2004 mengenai Wakaf,


Pengertian Wakaf adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang mewakafkan
harta benda miliknya) untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Unsur-unsur atau rukun wakaf menurut ulama dan fiqih islam,
sebagai berikut :
1) Orang yang berwakaf (wakif), adapun syarat orang yang mewakafkan
adalah setiap wakif harus mempunyai kecakapan melakukan tabarru,
yaitu melepaskan hak milik tanpa imbangan materiil, artinya mereka
telah baligh, berakal sehat, tidak di bawah pengampunan dan tidak
karena terpaksa berbuat.
2) Benda yang diwakafkan (mauquf), Mauquf dipandang sah apabila
merupakan harta bernilai, tahan lama dipergunakan, dan hak milik wakif
murni. Benda yang diwakafkan dipandang sah apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
A. Benda harus memiliki nilai guna.
B. Benda tetap atau benda bergerak
C. Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi
akad wakaf
D. Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik tetap si
wakif ketika terjadi akad wakaf.
3) Tujuan/tempat diwakafkan harta itu adalah penerima wakaf (mauquf
alaib), Mauquf alaib tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah,
hal ini sesuai dengan sifat amalan wakaf sebagai salah satu bagian dari
ibadah.
4) Pernyataan/ lafaz penyerahan wakaf (sighat)/Ikrar Wakaf. Sighat (lafadz)
dapat dikemukakan dengan tulisan, lisan atau dengan suatu isyarat yang
dapat dipahami maksudnya.
Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, suatu
pernyataan wakaf/ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf, yang
paling sedikit memuat
A. Nama dan identitas wakif,
B. Nama dan identitas nazhir,
C. Data dan keterangan harta benda wakaf,
D. Peruntukan harta benda wakaf, dan
E. Jangka waktu wakaf.
5) Ada pengelola wakaf (nazhir). Nazhir wakaf adalah orang yang
memegang amanat untuk memelihara dan menyelenggarakan harta
wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan. Mengurus atau mengawasi
harta wakaf pada dasarnya menjadi hak wakif; tetapi boleh juga wakif
menyerahkan hak pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik
perseorangan maupun organisasi.
6) Ada jangka waktu yang tak terbatas
Dalam Pasal 215 Kompilasi Hukum Islam bahwa wakaf adalah perbuatan
hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakan untuk
selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya
sesuai dengan ajaran Islam maka berdasarkan pasal di atas wakaf
sementara adalah tidak sah, sedangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 dinyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan
hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah maka berdasarkan pasal di atas
wakaf sementara diperbolehkan asalkan sesuai dengan kepentingannya.
Obyek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda
bergerak maupun benda tidak bergerak yang dimiliki secara
utuh dan dimiliki secara sah oleh pihak yang akan
melakukan wakaf (wakif). Obyek wakaf benda tidak
bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas rumah,
atau hak milik atas rumah susun. Sementara untuk obyek
wakaf benda bergerak dapat dengan bentuk uang.
Orang pertama kali yang melaksanakan wakaf adalah Rasulullah
SAW sendiri yaitu wakaf tanah milik untuk di bangun Masjid. Masjid
yang di bangun atas dasar takwa itu dikenal dengan sebutan Masjid Quba.
Selanjutnya membangun Masjid Nabawi yang didirikan diatas tanah milik
anak yatim dari Bani Najjar yang telah di beli oleh Rasulullah SAW
seharga delapan ratus dirham.
Berikutnya Rasulullah SAW pada tahun ketiga hijriyah
mewakafkan ketujuh kebun kurma di Madinah di antaranya ialah kebun
A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebun lainnya.
Macam Macam Waqaf

Waqaf Keagamaan

Waqaf Derma

Waqaf Keluarga
Waqaf Keagamaan
Sejarah mencatat, wakaf
keagamaan pertama adalah Masjid
Quba di Madinah. Masjid ini
dibangun pada saat kedatangan Nabi
Muhammad SAW pada tahun 622
M. Sampai kini masjid tersebut
masih ada di tempat yang sama
dengan bangunan yang diperbarui
dan diperluas.
Selang enam bulan setelah
Masjid Quba dibangun, didirikan
pula Masjid Nabawi di tengah-
tengah kota Madinah. Masjid serta
tanah dan bangunan yang secara
eksklusif menyediakan penghasilan
untuk pemeliharaan dan pendanaan
masjid, jelas Esposito, termasuk ke
dalam kategori wakaf keagamaan.
Waqaf Derma
Wakaf derma atau wakaf filantropis ini juga sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad SAW. Seseorang bernama Mukhairiq berkehendak mendermakan
(mewakafkan) tujuh bidang kebun buah-buahan miliknya yang ada di Madinah, setelah
dia meninggal, kepada Nabi SAW. Pada 626 M, Mukhairiq meninggal dunia. Lalu Nabi
SAW mengambil alih kepemilikan tujuh bidang kebun tersebut dan menetapkannya
sebagai wakaf derma untuk diambil manfaatnya bagi fakir miskin.
Praktik ini diikuti oleh para sahabat Nabi dan Khalifah Umar bin Khattab.
Menurut hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang disepakati oleh ulama hadits pada
umumnya dari Abdullah bin Umar bin Khattab, Umar bin Khattab berkata kepada
Rasulullah SAW:
“Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki sebidang tanah di Khaibar, yang aku belum
pernah memiliki tanah sebaik itu. Apa nasihat engkau kepadaku?” Rasulullah SAW
menjawab: “Jika engkau mau, wakafkanlah tanah itu, sedekahkanlah hasilnya.”
Lalu Umar mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar (di sekitar kota
Madinah) itu dengan pengertian tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan.
Menjelang Nabi wafat pada tahun 632 M, banyak wakaf derma telah dibuat.
Waqaf Keluarga
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab (635-645 M). Ketika Umar
memutuskan untuk membuat dokumen tertulis mengenai wakafnya di
Khaibar, dia mengundang beberapa sahabat untuk menyaksikan penulisan
dokumen tersebut.
Dalam dokumen tertulis tersebut, sebagaimana diceritakan oleh Ibnu
Umar bahwa Umar bin Khattab bersedia menyedekahkan hasil tanah itu
kepada fakir miskin dan kerabat serta untuk memerdekakan budak, untuk
kepentingan di jalan Allah SWT, orang terlantar dan tamu. Wakaf jenis ini
disebut dengan wakaf keluarga. Dalam hadits sahih Bukhari dan Muslim
(Muttafaq ‘Alaih) dikatakan:
“Tidak ada dosa bagi orang yang mengurusnya memakan sebagian harta itu
secara patut atau memberi makan keluarganya, asal tidak untuk mencari
kekayaan.”
KEISTIMEWAAN WAQAF
1. Harta wakaf punya hukum pemisahan yang
tetap dari hak milik.
Harta yang sudah diwakafkan secara utuh dan
bulat telah menyebabkan kuasa kepemiikan si pemegang
harta sebelumnya akan terhapus daripada harta tersebut.
Secara prinsip, kontrak penyerahan kepemilikan dalam
wakaf berkekalan dan si pewakaf tak boleh lagi dengan
alasan apapun untuk memiliki kembali harta itu. kecuali
jika diberikan tanggungan sebagai pengurus wakaf. Dalam
konteks ini, harta yang sudah diwakafan adalah menjadi
milik Allah Ta’ala.
2. Wakaf punya manfaat dan pahala yang terus
menerus mengalir tanpa henti.
Wakaf ini menjadi satu rahmat dari Allah SWT yang terbukti nyata.
Sedekah yang diniatkan dengan niat wakaf akan membawa pahala yang terus
menerus mengalir pada si wakif. Tak hanya itu, bahkan pihak yang menerima
juga mendapat manfaat yang terus menerus mengalir. Seperti yang tercantum
dalam hadits Rasulullah SAW:
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Jika
anak Adam meninggal, maka amalnya terputus, kecuali dari tiga perkara,
sedekah jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang berdoa
kepadanya”. (Hr. Muslim).

3. Penggunaan harta wakaf adalah semata-mata


untuk kebaikan dan perkara-perkara untuk
membangun peradaban muslim yang kuat.
Tak ada golongan yang khusus ditentukan untuk
mendapatkan manfaat dari wakaf. Semua harta yang
diwakafkan karena Allah diperbolehkan untuk
mengembangkan harta wakaf itu dalam bermacam bentuk
semata-semata demi membangun kekuatan muslim yang kuat.
Syarat Al-Waqif
Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif) Syarat-syarat al-waqif
ada empat,
1. Pertama, orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara
penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta
itu kepada sesiapa yang ia kehendaki.
2. Kedua, dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang
bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk.
3. Ketiga, dia mestilah baligh.
4. Keempat, dia mestilah orang yang mampu bertindak secara
hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang
muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan
hartanya.
Syarat Al-Mauquf
Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)

1. Pertama, Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan,


kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang
ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu
mestilah barang yang berharga
2. Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya.
Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka
pengalihan milik pada ketika itu tidak sah.
3. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang
berwakaf (wakif).
4. Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada
harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira
shai’).
Syarat Al-Mauquf Alaih
Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih)

1. Tertentu (mu’ayyan) ialah jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah
seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan
tidak boleh dirubah. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf
tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh
untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka
dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf.
Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah
menerima wakaf.
2. Tidak tertentu (ghaira mu’ayyan) ialah tempat berwakaf itu tidak
ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk
orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll. Syarat-syarat yang berkaitan
dengan ghaira mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima
wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang
dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya
ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
Syarat Shigah
Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah)

1. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang


menunjukKan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan
dengan batas waktu tertentu.
2. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa
disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.
3. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti.
4. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang
membatalkan.
Macam macam wakaf

Mengenai macam-macam wakaf di dalam Peraturan


Pemerintah No.2 Tahun 1977 maupun dalam menjelaskan
tidak diatur, di mana dalam peraturan pemerintah
tersebut hanya mengatur wakaf sosial (untuk umum) atas
tanah milik. Macam-macam wakaf lainnya seperti wakaf
keluarga tidak termasuk dalam peraturan pemerintah
tersebut. Hal tersebut untuk menghindari kekaburan
permasalahan perwakafan.
Macam-macam wakaf menurut fiqih, yaitu sebagai
berikut :
• Wakaf Ahli (keluarga atau khusus)
Macam-macam wakaf salah satunya adalah wakaf Ahli. Wakaf ahli
merupakan wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu
seseorang atau lebih dari satu, baik keluarga wakif atau bukan,
misalnya mewakafkan buku untuk anaknya yang mampu
mempergunakannya, kemudian diteruskan kepada cucu-cucunya.
Macam wakaf ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta
wakaf adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.
• Wakaf Umum
Macam-macam wakaf salah satunya wakaf umum. Wakaf umum
ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum,
tidak dikhususkan pada orang-orang tertentu. Wakaf umum ini
sejalan juga dengan amalan wakaf yang menyatakan bahwa
pahalanya akan terus mengalir sampai wakif itu meninggal dunia.
Apabila harta wakaf masih, tetap diambil manfaatnya sehingga
wakaf itu dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dan
merupakan sarana untuk menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat baik dalam bidang sosial, pendidikan, kebudayaan,
ekonomi serta keagamaan.
Tujuan wakaf
Ada beberapa tujuan wakaf yang bermanfaat untuk
kaum muslim dan agama islam, yaitu:
1. Memperbanyak harta untuk kemaslahatan umum
dan khusus sehingga menjadikan perbuatan manusia
tidak terpotong pahalanya hingga kematian datang.
2. Pemberian wakaf itu merupakan sumber dari
bersihnya hati yang tidak di campuri oleh keraguan-
keraguan, karena hal itu merupakan bukti adanya
kebaikan dan kedermawanan seseorang dengan rasa
tulus dan ikhlas.
3. Memperluas semua jalan yang bersumber pada
kecintaan orang yang memberikan harta.
Fungsi Wakaf adalah mewujudkan
suatu potensi dan manfaat
ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteraan umum.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Wakaf
http://blog.act.id/ini-dia-3-keistimewaan-wakaf
http://www.rumahwakaf.org/pengertian-wakaf-
syarat-wakaf-macam-macam-wakaf-tujuan-wakaf-
fungsi-wakaf/
https://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengert
ian-rukun-dan-fungsi-wakaf.html
https://medium.com/@indotesis/pengertian-
rukun-dan-fungsi-wakaf-81439308b60c

Anda mungkin juga menyukai