Created By
01
Mazhab Hanafi
03
Mahzab Maliki
03
Mahzab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
03
Pendapat lain
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga , namun berbeda dari segi kepemilikan
atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquh’alaih / penerima wakaf,
meskipun ia tidak berhak melakukan suatu Tindakan atas benda wakaf tersebut, baik
menjual atau menghibahkannya.
03
Sejarah Wakaf
Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh kebun kurma di Madinah; diantaranya ialah kebon
A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa yang pertama kali
melaksanakan Syariat Wakaf adalah Umar bin Khatab.
Selain kisah diatas terdapat 2 kisah sahabat nabi yang pertama kali melaksanakan syariat Wakaf yaitu kisah Umar bin Khatab
dan Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangan dan terbaik yang mereka miliki . Peristiwa ini terjadi setelah
pembebasan tanah Khaibar pada tahun ke-7 Hijriyah. Pada masa Umar bin Khattab menjadi Khalifah, ia mencatat
wakafnya dalam akte wakaf dengan disaksikan oleh para saksi dan mengumumkannya. Sejak saat itu banyak keluarga Nabi
dan para sahabat yang mewakafkan tanah dan perkebunannya. Sebagaian di antara mereka ada yang mewakafkan harta
untuk keluarga dan kerabatnya, sehingga muncullah wakaf keluarga (wakaf dzurri atau ahli).
14
Masa Dinasti – Dinasti Islam
Pada masa dinasti Umayyah wakaf tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk
membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru dan beasiswa
untuk para siswa dan mahasiswa. Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian negara untuk
mengatur pengelolaan wakaf. Maka, dalam perkembangan berikutnya mulai dibentuk lembaga yang mengatur wakaf.
Lembaga ini bertugas untuk mengelola, memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau
secara individu atau keluarga.
Taubah bin Ghar al-Hadhramiy yang menjabat sebagai hakim di Mesir pada masa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (724-743
M) dari Dinasti Umayyah, misalnya, telah merintis pengelolaan wakaf di bawah pengawasan seorang hakim. Ia juga
menetapkan formulir pendaftaran khusus dan kantor untuk mencatat dan mengawasi wakaf di daerahnya.
Upaya ini mencapai puncaknya dengan didirikannya kantor wakaf untuk pendaftaran dan melakukan kontrol yang dikaitkan
dengan kepala pengadilan, yang biasa disebut dengan “hakimnya para hakim”. Lembaga wakaf inilah yang pertama kali
dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan di seluruh negeri Islam pada masa itu. Pada saat itu juga, Hakim
Taubah mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak itulah pengelolaan wakaf berada di bawah kewenangan lembaga
kehakiman.
Keberadaan lembaga wakaf ini juga diteruskan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Pemerintah Abbasiyah
membentuk sebuah lembaga yang diberinama Shadr al-Wuquuf. Lembaga wakaf ini bertugas mengurusi masalah
administrasi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf.
Masa Dinasti – Dinasti Islam
Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir perkembangan wakaf cukup menggembirakan, dimana hampir semua tanah-tanah
pertanian menjadi harta wakaf dan semua dikelola oleh negara dan menjadi milik negara (baitul mal).
Pada masa Mamluk juga dikenal yang namanya wakaf hamba sahaya, yakni mewakafkan budak untuk memelihara masjid
dan madrasah. Hal ini dilakukan pertama kali oleh pengusa Dinasti Ustmani ketika menaklukan Mesir, Sulaiman Basya, yang
mewakafkan budaknya untuk merawat masjid.
Pada masa dinasti utsmani, melalui sistem wakaf, Turki Utsmaniyah sukses mewujudkan pemerataan dan kemakmuran.
Berbagai kebijakan yang diambil para sultan pun membuat masyarakat mudah diajak berwakaf. Hasil pengelolaan aset-aset
wakaf dinikmati banyak orang, termasuk kaum pelajar.
J e n i s Wa k a f
1. Berdasarkan Peruntukan
04
Berdasarkan Peruntukan
1. Wakaf Ahli ( Wakaf Dzuri ) yaitu wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan kerabat sendiri.
2. Wakaf Khairi adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama ( keagamaan ) atau kemasyarakatan
( Kebajikan umum )
Berdasarkan Jenis Harta
1. Benda tidak bergerak
a. Hak atas tanah
b. Bangunan
c. Tanaman dan Benda lain yang berkaitan dengan tanah
d. Hak milik atas satuan rumah susun
e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan
2. Benda bergerak selain uang :
a. benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah atau dipindahkan atau
karena ketetpan undang-undang.
b. benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang tidak dapat dihabiskan karen a pemakaianan
c. benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat diwakafkan kecuali air dan bahan
bakar minyak yang persediannnya berkelanjutan.
d. benda bergerak karena sifatnya
e. benda bergerak selain uang karena peraturan perundang- undangan yang dapat diwakafkan sepanang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah
3. Benda bergerak berupa uang.
Berdasarkan Waktu
Hal – hal yang wajib dilakukan oleh pengelola Wakaf ( Alkabsi, 2004 )
1. Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang diwakafkan
Pengelola Wakaf 2. Melaksanakan syarat dari pewakaf
3. Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf
4. Melunasi utang wakaf dengan menggunakan pendapatan atau hasil produksi
harta wakaf terdebut.Menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf tanpa
menundanya, kecuai terjadi sesuatu yang mengakibatkan pembagian tersebut
tertunda.
Hal – hal yang boleh dilakukan oleh pengelola Wakaf ( Alkabsi, 2004 )
1. Menyewakan harta wakaf
2. Menanami tanah wakaf
3. Membangun pemukiman diatas tanah wakaf untuk disewakan
4. Engubah kondisi harta wakaf menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi para fakir
miskin dan mustahik jika pengelola wakaf menghendakinya..
Lembaga wakaf dibentuk atau didirikan untuk mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan
wakaf, agar manfaat maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan umat umumnya, dan
menolong mereka yang kurang mampu khususnya. Hingga saat ini belim ada PSAK yang
Akuntansi mengantur tentang akuntasi Lembaga Wakaf, sehingga peralakuan akuntasi untuk zakat ,
infak/sedekah tidak berbeda jauh, sebab akunatsi untuk zakat, infak/sedekah harus dilakukan
pencatatannya secara terpisah atas setiap dana yang diterima. Artinya untuk wakafpun
Lembaga Wakaf pencatatannya akan mirip dengan zakat dan dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis
penerimaan maupun pengeluaran dana program wakaf termasuk juga pengelolaan serta
pelaksanaan program wakaf.
Perbedaan akuntansi untuk wakaf, zakat, dan infak/sedekah adalah zakat, infak/sedekah
tidak ada penerimaan yang berasal dari penegembangan dana zakat dan infak/sedekah,
kalaupun ada tidak terlalu besar. Sedangkan pada wakaf dana penerimaan yang berasal dari
pengembangan dana wakaf (terutama wakaf tunai) dan kemungkinan memeiliki nilai yang
besar.
Jika pemeberdayaan kekayaan wakaf dilakuakn melalui pembentukan entitas yang lebih
bersifat komersial (mencari laba), maka akuntasi utuk entitas tersebut dapat mengunakan
akuntasi yang berlaku umum sepanjang sesuai dengan Syariah.
Akuntansi Selain masalah pencatatan akuntasi yang relatif sama dengan pencatatan wakaf yang
menjadi perhatian adalah pengelolaan oleh pengelola wakaf. Penegelola wakaf harus
Lembaga Wakaf melakukan kegiatannya sesuai dengan ketentuan Syariah atas wakaf. Jika wakaf dikelola
melalui persewaan, maka pengelola wakaflah yang berperan sebagai pihak yang
menyewakan, sehingga pada saat yang sama ia tidak boleh sebagai penyewa termasuk yang
menjadi tanggungannya ataupun keluarganya. Harga sewa ditetapkan merupakan harga
wajar. Sedangkan masa sewa harus ditetapkan Batasan waktunya dan sedapat mungkin
menghindari waktu sewa yang terlalu Panjang. Dalam hal ini rukun dan ketentuan
syariahnya tidak berbeda dengan akad ijarah.
Terimakasih
Sampai Jumpa di Pertemuan berikutnya