Anda di halaman 1dari 8

WAKAF

Dosen Pengampu : Aditya Pratama, S.E., M.A

Kelompok 7:
1. Lathifa Asmawati (1851010425)
2. M Ziaul Ghufron (1851010406)
3. Robiansyah (1851010442)
4. Verliza Resti (1851010426)
A. Pengertian Wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan atau berhenti atau
diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah, wakaf berarti menahan harta dan
memberikan manfaatnya di jalan Allah. Secara terminologi wakaf adalah sebagai
berikut :
 Mazhab Hanafi
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif atau
pewakaf dan mempergunakan manfaatnya untuk kebijakan.
 Mazhab Maliki
Wakaf adalah menahan benda milik pewakaf (dari penggunaan secara kepemilikan
termasuk upah), tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan yaitu
pemberian manfaat benda secara wajar.
 Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
Wakaf adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di segala bidang
kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
B. Dasar Hukum Wakaf dan Rukun Wakaf
1. Dasar Hukum
Perintah untuk melakukan wakaf serta sumber hukum mengenai wakaf
terdapat pada:
- Qs. Ali – Imran ayat 92
Artinya: kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu
cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya.
- As Sunnah
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda : “Apabila anak Adam (manusia meninggal dunia, maka putuslah
amalnya, kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak shaleh yang mendoakan orang tuanya”. (HR. Muslim)
Lanjutan…

2. Rukun Wakaf
Ada empat rukun wakaf atau unsur-unsur wakaf, yaitu :
a. Ada orang yang berwakaf (wakif), syaratnya orang yang bebas untuk berbuat
kebaikan, meskipun bukan muslim dan dilakukan dengan kehendak sendiri
bukan karena dipaksa.
b. Ada benda yang diwakafkan (maukuf)
c. Tujuan wakaf (maukuf alaihi) disyariatkan tidak bertentangan dengan nilai
ibadah. Menurut Sayid Sabiq, tidak sah wakaf untuk maksiat seperti untuk
gereja dan biara, dan tempat bar.
d. Pernyataan wakaf (shighat wakaf) baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun
isyarat, bahkan dengan perbuatan.
C. Jenis – Jenis Wakaf

2. Berdasarkan Jenis Harta


1. Berdasarkan
• Wakaf ahli (Wakaf Dzurri) atau disebut juga • Benda tidak bergerak, yang kemudian dapat
Peruntukan
wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang
diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan
dibagi lagi menjadi : (1) hak atas tanah
sesuai dengan ketentuan peraturan
sosial dalam lingkungan keluarga, dan perundang-undangan, (2) bangunan atau
lingkungan kerabat sendiri. bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
• Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang • Benda bergerak selain uang, seperti kapal,
secara tegas untuk kepentingan agama pesawat terbang, kendaraan bermotor,
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan mesin, logam dan batu mulia.
umum). Seperti masjid, sekolah, jembatan, • Benda bergerak berupa uang (wakaf tunai,
rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain cash waqf)
sebagainya.
Lanjutan…

3. Berdasarkan 4. Berdasarkan
• Muabbad, yaitu wakaf
Waktu
diberikan untuk selamanya.
yang Penggunaan Harta
• Mubayir/dzati yaitu harta wakaf yang
menghasilkan pelayanan masyarakat dan
• Mu’aqqot, yaitu wakaf yang
diberikan dalam jangka waktu
Yang di Wakafkan
bisa digunakan secara langsung seperti
madrasah dan rumah sakit.
• Istitsmary, yaitu harta wakaf yang
tertentu.
ditunjukan untuk penanaman modal dalam
produksi barang-barang dan pelayanan
yang dibolehkan syara’ dalam bentuk
apapun kemudian hasilnya diwakafkan
sesuai keinginan pewakaf.
D. Pendayagunaan Wakaf Di Indonesia
Terdapat tiga strategi untuk meningkatkan pendayagunaan wakaf di Indonesia, yaitu:
1. Pembentukan Institusi Wakaf
Lembaga wakaf yang secara khusus mengelola dana wakaf tunai dan beroperasi secara nasional
itu adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI). Lembaga ini mempunyai tugas mengkoordinir nadzir-
nadzir yang sudah ada dan atau mengelola secara mandiri terhadap harta wakaf yang
dipercayakan kepadanya, khususnya wakaf tunai.
2. Menghimpun Wakaf sebagai Dana Abadi
Salah satu strategi wakaf tunai yang dapat dikembangkan dalam menghimpun wakaf tunai adalah
model Dana Abadi, yaitu dana yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan berbagai cara
yang sah dan halal, kemudian dana yang terhimpun dengan volume besar di investasikan dengan
tingkat keamanan yang valid melalui lembaga penjamin syari’ah.
3. Membangun Kemandirian Umat dengan Wakaf Tunai
Untuk memaksimalkan potensi wakaf, maka harta wakaf harus dikelola dan diberdayakan dengan
menegemen yang baik dan modern. Pemberdayaan wakaf ini mutlak dperlukan dalam rangka
menjalin kekuatan ekonomi umat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak. Tentu
saja pemberdayaan ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak, terutama dunia perbankan
yang mempunyai kekuatan pendanaan untuk memberikan pinjaman atau lembaga-lembaga pihak
ketiga lainnya yang tertarik dengan pengembangan wakaf

THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai