LEMBAGA
PENGELOLA
WAKAF
• ALDI KURNIATAMA 35112190035
• RANTI IRFANID’HA 35112190050
WAKAF
Kata “Wakaf” atau ”Wact” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata
“Wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam” di tempat”
atau tetap berdiri”. Kata “Wakafa-Yaqufu-Waqfan” sama artinya
“Habas-Yahbisu-Tahbisan”. Kata al-Waqf dalam bahasa Arab
mengandung beberapa pengertian. Menahan, menahan harta untuk
diwakafkan, tidak dipindahmilikkan.
WAKAF MENURUT
AHLI FIQIH
Wakaf Menurut Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap di wakif dalam rangka
mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta
wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh
menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi
yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi
mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang
berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak
kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”.
WAKAF MENURUT
AHLI FIQIH
Wakaf Menurut Mazhaf Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan
wakif, namun wakat tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya
atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh
menarik kembali wakafnya. Perbuatan si wakif menjadi menfaat hartanya untuk digunakan oleh mustahiq
(penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya itu berbentu upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat
digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa
tertentu susuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari
penggunaan secara pemelikan, tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu
memberikan manfaat benda secara wajar sedang itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan itu berlaku
untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).
WAKAF MENURUT
AHLI FIQIH
Wakaf Menurut Mazhab Syafi’I dan Ahmad bin Hambal
Syafi’I dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja
terhadap harta yang diwakafkan, seperti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada
yang lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika wakif wakaf, hart yang diwakafkan tersebut tidak
dapat diwarisi oleh warisnya. Wakif menyalurkan menfaat harta yang diwakafkannnya kepada
mauquf’alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat
melarang penyaluran sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak
memaksa agar memberikannya kepada mauquf’alaih. Karena itu mazhab Syafi’i mendefinisikan
wakaf adalah : “tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik
Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.
WAKAF MENURUT
AHLI FIQIH
Wakaf Menurut Mazhab Lain
Mazhab Lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi kepemilikan
atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf’alaih(yang diberi wakaf),
meskipun mauquf’alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan atas benda wakaf
tersebut, baik menjual atau menghibahkannya.
SEJARAH WAKAF
Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah nabi SAW
Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam
(fuqaha’) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama
mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW.Wakaf tersebut dalam
bentuk tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh
Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’ad. Dan juga orang-orang Ansor mengatakan adalah wakaf
Rasulullah SAW.” Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh kebun kurma di
Madinah; diantaranya ialah kebon A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebon lainnya.
Menurut pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan Syariat Wakaf adalah
Umar bin Khatab. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra. Dan tidak dilarang bagi
yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan
orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR.Muslim).
PERKEMBANGAN WAKAF
Kemudian syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin Khatab dususul oleh Abu
Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun “Bairaha”. Selanjutnya disusul oleh
sahabat Nabi SAW. lainnya, seperti Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di
Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya yang datang ke Mekkah. Utsman
menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahnya yang subur.
Mu’ads bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer dengan sebutan “Dar Al-Anshar”.
Praktek wakaf menjadi lebih luas pada masa dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah, semua
orang berduyun-duyun untuk melaksanakan wakaf, dan wakaf tidak hanya untuk orang-orang
fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan,
membangun perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru dan beasiswa untuk
para siswa dan mahasiswa.
PERKEMBANGAN WAKAF
Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian negara untuk mengatur
pengelolaan wakaf sebagai sektor untuk membangun solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat.
Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang yang ingin berbuat baik dengan kekayaan yang
dimilikinya dan dikelola secara individu tanpa ada aturan yang pasti. Namun setelah masyarakat
Islam merasakan betapa manfaatnya lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur
perwakafan dengan baik. Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola,
memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau secara individu
atau keluarga. Sejak masa Rasulullah, masa kekhalifahan dan masa dinasti-dinasti Islam sampai
sekarang wakaf masih dilaksanakan dari waktu ke waktu di seluruh negeri muslim, termasuk di
Indonesia. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa lembaga wakaf yang berasal dari agama Islam ini
telah diterima (diresepsi) menjadi hukum adat bangsa Indonesia sendiri.
PERKEMBANGAN WAKAF
Indonesia terdapat banyak benda wakaf, baik wakaf benda bergerak atau benda tak bergerak. Kalau
kita perhatikan di negara-negara muslim lain, wakaf mendapat perhatian yang cukup sehingga
wakaf menjadi amal sosial yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat banyak. Dalam
perjalanan sejarah wakaf terus berkembang dan akan selalu berkembang bersamaan dengan laju
perubahan jaman dengan berbagai inovasi-inovasi yang relevan, seperti bentuk wakaf uang, wakaf
Hak Kekayaan Intelektual (Haki), dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, saat ini wakaf kian mendapat
perhatian yang cukup serius dengan diterbitkannya Undang-undang No. 41 tahun 2004 tentang
Wakaf dan PP No. 42 tahun 2006 tentang pelaksanaannya.
JENIS WAKAF
A. WAKAF BERDASARKAN PERUNTUKANNYA
Wakaf Ahli (dzurri atau ’alal aulad) Untuk kepentingan dan jaminan sosial
dalam lingkungan keluarga dan kerabat
Contoh Wakaf Ahli (dzurri atau ’alal sendiri.
aulad) Harta yang disumbangkan hanya dapat
dimanfaatkan oleh keluarga besar demi
kebaikan.
Wakaf Khairi (kebajikan) Kepentingan agama atau masyarakat
(kebajikan umum).
Contoh Wakaf Khairi Tanah yang disumbangkan untuk
membangun prasarana bangunan
kesehatan gratis atau area pemakaman.
JENIS WAKAF
B. WAKAF BERDASARKAN JENIS HARTANYA
Kelompok Zakat Pertama Benda tidak bergerak, seperti:
-Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-
undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum
terdaftar.
-Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
-Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
-Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kelompok Zakat Kedua Benda bergerak selain uang seperti alat perlengkapan usaha,
logam mulia, surat berharga, kendaraan , hak atas kekayaan
intelektual, hak sewa
Kelompok Zakat Ketiga Benda bergerak berupa uang
JENIS WAKAF
C. WAKAF BERDASARKAN WAKTUNYA
Muabbad Diberikan untuk selamanya. Hak
kepemilikan harta sepenuhnya
diserahkan demi kebaikan umat tanpa
batas waktu.
Mu’aqqot Diberikan hak guna dalam jangka
waktu tertentu.Selama jangka waktu
yang diberikan benda, tanah, atau uang
harus dimanfaatkan untuk mendapat
nilai tambah untuk kepentingan sosial.
JENIS WAKAF
D. WAKAF BERDASARKAN PENGGUNAAN OBJEKNYA
Al-Waqif Al-Mauquf
01 Orang yang berwakaf
02 Benda yang diwakafkan
Syarat-syarat Shigah
Tabung Wakaf menjadi identitas dari Wakaf Dompet Dhuafa dan sudah melekat dalam kesehariannya. Berdiri sejak
tanggal 14 Juli 2005, pada awalnya Wakaf Dompet Dhuafa bernama Tabung Wakaf Indonesia. Namun sampai saat ini
sebutan Tabung Wakaf tidak pernah bisa lepas dari Wakaf Dompet Dhuafa.
Lembaga Wakaf Dompet Dhuafa yakni berkhidmat dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui melalui
penggalangan. Penggalangan berupa Wakaf Uang, Wakaf melalui Uang, dan instrumen wakaf lainnya. Wakaf Dompet
Dhuafa yakni menjalankan amanah secara produktif, profesional, dan amanah.
Pada sejarahnya bahwasannya Dompet Dhuafa tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan.
Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994. Diumumkan dalam
Berita Negera RI No. 163/A.YAY/HKM/1996/PNJAKSEL.
Saat tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 tahun 2001. Surat
tersebut berupa PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Pada Tanggal 14 Juli
2005, Tabung Wakaf Indonesia didirikan sebagai komitmen dalam mengembangkan sumber daya wakaf.
Misi yang dilaksanakan oleh Wakaf Dompet Dhuafa yaitu menjadi sebuah komitmen dalam mengembangkan program-program
sosial dan pemberdayaan ekonomi dengan basis Wakaf Produktif. Sampai pada tahun 2019, Wakaf Dompet Dhuafa sudah
mengelola 58 aset dan menjalankan enam proyek baru dari penghimpunan wakaf tunai masyarakat.
BADAN WAKAF INDONESIA
Pada Undang-Undang Wakaf ditetapkannya bahwa Badan Wakaf Indonesia merupakan lembaga yang berkedudukan sebagai
media untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan Nasional. Undang-Undang wakaf juga menetapkan bahwa Badan
Wakaf Indonesia bersifat Independen dalam melaksanakan tugasnya. Pada sejarahnya lembaga Badan Wakaf Indonesia dibentuk
dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim dan mengamalkan ajaran Islam.
Kegiatan berwakaf kini menjadi adat di kalangan muslim contohnya yaitu mewakafkan tanah untuk masjid dan fasilitas sosial
lain. Badan Wakaf Indonesia dibentuk bukan untuk mengambil alih aset-aset wakaf yang selama ini dikelola oleh nazhir yang
sudah ada. Lembaga tersebut hadir untuk membina nazhir agar aset wakaf dikelola lebih baik dan lebih produktif. Kelak dapat
memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat, baik dalam bentuk pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi, maupun
pembangunan infrastruktur publik.
Anggota Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan masa jabatannya selama 3 tahun. Kemudian
dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan, jumlah anggota BWI 20 sampai dengan 30 orang yang berasal dari unsur
masyarakat. Anggota BWI periode pertama diusulkan oleh Menteri Agama kepada Presiden kemudian periode berikutnya
diusulkan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk BWI. Dalam anggota perwakilan BWI diangkat dan diberhentikan oleh BWI.
Dalam struktur kepengurusannya Badan Wakaf Indonesia terdiri atas Dewan Pertimbangan dan Badan Pelaksana. Lembaga
tersebut dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan Pelaksana merupakan unsur pelaksana
tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsur pengawas.
BADAN WAKAF AL-QUR’AN
Wakaf Al-quran merupakan cara modern yang mudah dan praktis untuk membantu orang lain. Salah satu ciri
seorang muslim adalah senang membantu orang lain dan memudahkan segala urusannya. Mereka tidak akan
berdiam diri melihat kesulitan yang dialami oleh saudaranya sekalipun ia tidak mengenalnya tanpa pamrih.
Agama Islam mendorong seorang muslim memperhatikan urusan saudaranya
Wakaf Al-quran yakni mempermudah pemberi wakaf untuk menyalurkan bantuan untuk saudara hingga ke
pelosok negeri. Project yang mereka tampilkan adalah untuk membantu komunitas dan individu yang
membutuhkan. Setiap komunitas dan individu memiliki keunikan persoalan dan solusinya. Oleh sebab itu
wakafquran mencoba membantu mereka dalam project yang sesuai dengan kebutuhannya.
LEMBAGA WAKAF MA’HAD
IBNUSSABIL INDONESIA
Lembaga Wakaf Ma’had Ibnussabil Indonesia merupakan lembaga wakaf untuk melaporkan
keungan pesantren, melaporkan zakat, infaq dan hadiah untuk pesantren. Serta mensosialkan
beberapa kegiatan dan program-program pesantren salah satunya pada kegiatan konsultasi
agama dan pendidikan.
Saat ini Lembaga Wakaf Ma’had Ibnussabil Indonesia terdapat beberapa cabang yaitu
Ibnussabil 2 Ahlullah Marangkayu yang berada di Dusun Handil Mico Gunung Desa Santan
Tengah Kecamatan Maragkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Ibnussabil 3 Nurul Iman Bogor berada di Bogor Nirwana Residence (BNR) Jl. Cibereum hilir
RT 04 RW 08. Kelurahan Mulyaraharja kec. Bogor selatan Jawa Barat. Ibnussabil 4
Fadhlulllah Anggana RT 10 Pulau Tiga Desa Sepatin Kec. Anggana Kukar Kaltim.
LEMBAGA WAKAF DAN PERTAHANAN
NU
Lembaga Wakaf dan Pertahanan NU merupakan lembaga wakaf di Indonesia dengan memiliki
tugas. Tugas diantaranya yaitumengamankan aset NU melalui sertifikat wakaf.
Pengurus Pusat Lembaga Wakaf dan Pertahanan Nahdlatul Ulama (LWP NU) mencanangkan
Gerakan Wakaf Uang Sejuta Nahdliyin (Gerwaku Sena) di Jakarta. Gerakan tersebut yakni
menyerukan penggalangan wakaf uang minimal sebesar Rp 10.000 per bulan bagi warga NU.
Ketua PP LWP NU berharap Rais ‘Aam, Ketua Umum PBNU, dan pengurus NU di mana saja
turut mengampanyekan gerakan wakaf uang tersebut.
Mereka hanya ingin agar nahdliyin mengeluarkan wakaf sebesar 10 ribu per bulan. Jika jumlah
tersebut dikalikan dengan 85 juta warga NU, maka akan berhasil banyak. Menurut H Mardini,
wakaf uang berbeda dengan wakaf melalui uang. Gerakan wakaf uang ini merupakan wakaf
berupa uang yang dikelola secara produktif dan hasilnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
THANKS!