Anda di halaman 1dari 13

Wakaf Uang Tunai

Dosen Pembimbing:
Dr.Lim Fahimah, Lc.,
MA

DEKKA RAFIKA
NIM. 1811120057
Pengertian Wakaf

Wakaf secara bahasa berasal dari kata waqafa


yang berarti habasa (menahan). Sedangkan
dalam syariah Islam, wakaf ialah menahan
suatu benda yang kekal zatnya, yang dapat
diambil manfaatnya guna diberikan di jalan
kebaikan.
Menurut Mazhab Wakaf adalah menahan benda atas orang yang
Hanafi berwakaf dari hak kepemilikan dan menyedekahkan
manfaatnya untuk kebaikan.

Wakaf adalah menjadikan manfaat harta baik berupa


sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada yang
Menurut Mazhab berhak dengan bentuk penyerahan berjangka waktu
Maliki sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi
wakaf.

Wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil


manfaatnya dengan tetap utuhnya barang, dan harta
Menurut Mazhab tersebut lepas dari milik orang yang mewakafkan serta
Syafi’i dimanfaatkan untuk sesuatu yang diperbolehkan oleh
agama.
Wakaf adalah menahan secara mutlak kebebasan
pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang
bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan
Menurut Mazhab memutuskan semua hak penguasaan terhadap harta
Hambali tersebut, sedangkan manfaatnya diperuntukkan bagi
kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah.
Pengertian Wakaf Uang Tunai

Wakaf tunai adalah penyerahan hak milik berupa


uang tunai kepada seseorang, kelompok orang
atau lembaga nadzir untuk dikelola secara
produktif dengan tidak mengurangi atau
menghilangkan ‘ain aset sehingga dapat diambil
hasil atau manfaatnya oleh maukuf alaih sesuai
dengan permintaan wakif yang sejalan dengan
syariat Islam
Dasar Hukum Wakaf Uang Tunai
 Al-Qur’an
Surah Ali Imran ayat 92

Surah Al-Baqarah ayat 262

 Hadist
Hadis Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anha, bahwasanya ‘Umar bin Khattab mendapatkan sebidang tanah di Khaibar. Maka ‘Umar datang kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam guna menanyakan pendapat beliau mengenai tanah itu. ‘Umar berkata, “Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang
tanah di Khaibar, yang saya belum pernah mendapatkan harta yang lebih baik daripadanya. Maka apakah yang akan engkau perintahkan
kepadaku mengenainya?” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Jika kamu menghendaki, kamu boleh memakan pokoknya dan
sedekahkan hasilnya, “ Karena itu ‘Umar pun menyedahkan tanah itu, dengan syarat tanah itu tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan
tidak boleh dijadikan barang pusaka. Dan ‘Umar menyedekahkannya kepada orang-orang kafir, para kerabat, urusan pemerdekaan budak,
kepentingan di jalan Allah, orang yang dalam pejalanan dan para tamu. Tidak ada halangan seseorang yang mengurus tanah itu makan hasilnya
menurut cara wajar yang baik (makruf) dan memberi makan kepada orang lain sementara tidak mengumpulkan harta,“ Periwayat hadis ini
berkata, “Maka hal tersebut saya ceritakan kepada Ibnu Sirin, yang kemudian berkata (menjelaskan), “(Arti tidak mengumpulkan harta ialah)
tidak meghimpun (menghasilkan) harta. (HR Bukhairi - Muslim).
Sedangkan dasar hukum wakaf uang di Indonesia yang berupa
Peraturan Perundang-undangan adalah:
 Fatwa MUI tahun 2002 tentang Wakaf Uang
 Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf
 Peraturan Menteri agama nomor 4 tahun 2009 tentang
Administrasi Wakaf Uang
 Keputusan Menteri agama nomor 92-96 rentang Penetapan 5
LKS menjadi LKS PWU
 Peraturan BWI nomor 1 tahun 2009 Pedoman Pengelolaan
dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa
Uang
Fatwa MUI tentang Wakaf Tunai
Pertama

 Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang,
lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
 Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
 Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).
 Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’iy
 Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan/atau
diwariskan.

Pertama

Fatwa ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya
Dasar-Dasar Pertimbangan MUI Terhadap Konsekwensi Hukum Wakaf Tunai,
yaitu:
 MUI melihat bahwa bagi masyarakat Islam di Indonesia pada umumnya,
terkait dengan pengertian wakaf (termasuk juga tentang benda wakaf) dimana
pengetahuan mereka hanya terbatas kepada beberapa pengertian wakaf yang
telah makruf.
 Dasar pertimbangan MUI selanjutnya karena melihat bahwa wakaf uang
memiliki fleksibelitas (keluwesan) dan kemaslahatan besar yang tidak dimiliki
oleh benda lain.
Wakaf dalam Perundang-Undangan di
Indonesia
Menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf, harta benda wakaf
terdiri dari:
Benda tidak bergerak, meliputi:
 Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun
yang belum terdaftar.
 Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
 Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
 Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku
 Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Benda bergerak, meliputi:
 Uang
 Logam mulia
 Surat berharga
 Kendaraan
 Hak atas kekayaan intelektual
 Hak sewa
 Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang und1 angan yang berlaku.
Menurut Undang-undang Nomor 42 tahun 2006 tentang Wakaf, harta benda wakaf
terdiri dari:
Benda tidak bergerak, meliputi:
 Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan baik yang sudah maupun
yang belum terdaftar
 Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
 Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
 Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
 Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan Peraturan Perundang-
undangan.
Benda bergerak selain uang :
Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah atau dipindahkan atau
karena ketetapan undang-undang. Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan
dan yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena
pemakaian tidak dapat diwakalkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan. Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat diwakafkan dengan
memperhatikan ketentuan prinsip syariah.
Tata Cara Wakaf Uang Tunai

Wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk:


 Hadir di Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk menyatakan
kehendak wakaf uangnya
 Menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan diwakafkan
 Menyetorkan secara tunai sejumlah uang ke LKS PWU
 Mengisi formulir pernyataan kehendak Wakif yang berfungsi sebagai AIW
Saran dan pertimbangan dapat diberikan kepada LKS-PWU yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
 Menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Menteri
 Melampirkan anggaran dasar dan pengesahan sebagai badan hokum
 Memiliki kantor operasional di wilayah Republik Indonesia
 Bergerak di bidang keuangan syariah
 Memiliki fungsi menerima titipan (wadiah).
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU) bertugas:
o Mengumumkan kepada publik atas keberadaannya sebagai LKS Penerima Wakaf Uang
o Menyediakan blangko Sertifikat Wakaf Uang
o Menerima secara tunai wakaf uang dari Wakif atas nama Nazhir
o Menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan (wadiah) atas nama Nazhir yang
ditunjuk Wakif
o Menerima pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan secara tertulis dalam formulir
pernyataan kehendak Wakif
o Menerbitkan Sertifikat Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut kepada Wakif dan
menyerahkan tembusan sertifikat kepada Nazhir yang ditunjuk oleh Wakif
o Mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri atas nama Nazhir. (Peraturan Pemerintah Nomor
42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaa Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf).

Anda mungkin juga menyukai