Anda di halaman 1dari 100

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi ini,


tidak ada atau tidak (Skripsi) yang pernah diajukan untuk memperoleh
derajat kesarjanaan (S1) diperguruan tinggi manapun sepanjang
pengetahuan penulis sebagai hasil karya atau pendapat orang lain, yang
ditulis atau diterbitkan tentang hal ini, terkecuali secara tertulis dalam
naskah ini yang penulis sebutkan dalam lembar daftar pustaka skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat. Dan apabila dikemudian hari,


ada pihak lain merasa hasil karya ini sebagai hasil PLAGIAT maka saya
bersedia menerima sanksi secara akademik sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Ambon, Juni 2022

Penulis

Leni Dwitasari
2015 22 018
iv

HALAMAN PERNYATAAN BERSAMA

Sebagai civitas akademik FISIP UNPATTI, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Leni Dwitasari


NIM : 2015 22 018
Program Studi : Administrai Publik
Jenis Karya : Skripsi

Menyatkan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui


untuk memberikan kepada FISIP UNPATTI hak menyimpan, mengalih-
media/format, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikan, menggunakan data dan menampilkan/
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama teteap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta atas karya ilmiah saya berjudul :

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelakasanaan Pembangunan Di


Negeri Hitummesing Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.

Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam
karya ilmiah ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ambon,
Pada Tanggal : Juni 2022

Yang menerima Yang menyatakan

Drs. St. K. Ohoiwutun, M.Si Leni Dwitasari


NIP: 196111131993031001 2015 22 018
v

BIODATA

Identitas Diri

Nama : Leni Dwitasari


Tempat,Tgl Lahir : 02 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Wanath
Nomor HP : 081354195855
Alamat e-mail : dwitasarileni2@gmail.com

Riwayat Pendidikan

- Pendidikan Formal :
SD Inpres Wanath
MTS Al-Irsyad Hutawa
SMA Negeri 9 Ambon
Universitas Pattimura

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya

Ambon, Juni 2022


vi

“M O T T O”

“Berfikir Dengan Jernih Melangkah Dengan


Keyakinan, Yakin Usaha Sampai.”

(Bapak Handoko)
vii

LEMBARAN PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN DENGAN HATI YANG TULUS

UNTUK :

1 KEDUA ORANG TUA TERCINTA BAPAK HANDOKO DAN

IBUNDA TERSAYANG WA ODE ALUMA

2 SAUDARA-SAUDARA KU TERSAYANG

3 ALMAMATER TERCINTA FISIP UNPATTI


viii

ABSTRAK

Leni Dwitasari: Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanan


Program Pembangunan Di Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah. Pembimbing I: M. A. Rahawarin, dan
Pembimbing II: Hendry Selanno.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang


bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam
program pembangunan di Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah.

Penelitian ini dilaksanakan di Negeri Hitumessing Kecamatan


Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Jenis data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan bersumber dari
sejumlah informan penelitian, yakni Pemerintah Negeri
Hitumessing, BPD/Saniri Negeri Hitumessing, tokoh pemuda,
tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat partisipasi


masyarakat dalam pembangunan di Negeri Hitumessing belum
maksimal. Selain itu, adanya problem dinamika dalam internal
pemerintahan maupun di lingkungan masyarakat. Faktor
penghambat yaitu kurangnya transparansi informasi
pembangunan, minimnya interaksi antara pemerintah negeri
dengan masyarakat, pengambilan kebijakan dan dinamika
pemerintahan serta kondisi alam sehingga pembangunan bisa
ditunda akibat cuaca yang tidak bersahabat.

Kata Kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pembangunan


ix

ABSTRACT

Leni Dwitasari: Community Participation in the Implementation of


Development Programs in Negeri Hitumessing, Leihitu District,
Central Maluku Regency. Supervised by M. A. Rahawarin and
Hendry Selanno.

This qualitative descriptive study aims to determine community


participation in development programs in Negeri Hitumessing,
Leihitu District, Central Maluku Regency.

The research was conducted in Negeri Hitumessing, Leihitu


District, Central Maluku Regency, Maluku. The types of data in this
study are primary and secondary. Data are collected through
interviews, observation, and documentation. The data are taken
from research informants: Negeri Hitumessing Government,
Saniri/ Village Consultative Body, youth leaders, community
leaders, and negeri community.

The results showed that community participation in development in


Negeri Hitumessing was not optimal yet. In addition, there are
dynamic problems in Negeri government and in the community.
The inhibiting factors are the lack of transparency of development
information, the lack of interaction between the Negeri government
and the community, policy making and government dynamics,
and natural conditions so that development can be delayed due to
unfriendly weather.

Keywords: Participation, Community, Development


x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan hasil penelitian sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Pattimura, dengan kekurangan dan
keterbatasannya sebagai manusia.

Penulis yakin sepenuhnya bahwa dalam hasil penelitian ini tidak


akan mungkin dapat terwujud tanpa bantuan dan dukungan semua pihak.
Karenanya penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada :

1. Prof. Dr. M. J. Sapteno, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas


Pattimura
2. Dr. Wahab Tuanaya, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Pattimura
3. Drs. P. S. Soselisa, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Publik
4. Drs. St. Ohoiwutun, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara
5. Prof. Dr. M. A. Rahawarin, MS Selaku Pembimbing I dan Dr.
Hendry Selanno, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna
membimbing penulisan hingga hasil penelitian ini dapat
terselesaikan.
6. Dr. P. Sahetapy, M.Si selaku penasehat akademik penulis dari
semester awal hingga semester akhir.
xi

7. Seluruh Staf Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik


Universitas Pattimura yang selama ini telah meluangkan waktu dan
tenaga untuk membekali ilmu kepada penulis selama di bangku
kuliah.
8. Kepala Akademik dan Semua pegawai FISIP UNPATTI yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi akademik
selama perkuliahan.
9. Bapak Raja Negeri Hitumessing dan seluruh Staf Pemerintah
Negeri Hitumessing yang telah mengijinkan penulis dalam
melakukan pengambilan data guna menunjang hasil penelitian.
10. Keluarga Besar Administrasi Publik Angkatan 2015
11. Almamater tercinta Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Pattimura Ambon.
Penulis menyadari penyusunan hasil penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan masukan yang
bersifat konstruktif dalam upaya perbaikan ataupun sebagai bahan kajian
selanjutnya guna kesempurnaan hasil penelitian ini, sehingga berguna
bagi penulis, Akademika dan Masyarakat luas, Aamiin.

Ambon, Juni 2022

Penulis
xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………………………………………….…………..……… i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN …...…………………………………. iii
HALAMAN PERNYATAAN BERSAMA ………………………… iv
BIODATA ………………………………………………………… v
MOTTO ………………………………………..………………… vi
LEMBARAN PERSEMBAHAN ………………..………………… vii
ABSTRAK ……………………….………………………………… viii
ABSTRACT …………………….…………………………………. ix
KATA PENGANTAR …………………………………………….. x
DAFTAR ISI ……………………………………..………………… xii
DAFTAR TABEL ………………………………..………………… xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………..………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………..………………………… 7
1.3 Pembatasan Masalah ……………………………………. 7
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ………..…… 7
1.5 Sistematika Penelitian …………………………………… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori ……………..……………………………………….. 10
2.1.1 Konsep Partisipasi .………………………………… 10
2.1.2 Konsep Pembangunan Desa ….…………………. 17
2.1.3 Konsep Pemerintahan Desa ….…………………... 20
xiii

2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………… 28


2.3 Kerangka Pikir …………………………………………….. 31
2.4 Defenisi Operasional …..…………………………………. 34

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian …………………………………………….. 35
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ……………………………… 35
3.3 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………………. 36
3.4 Penentuan Informan ………………………………………... 37
3.5 Jenis Data ……………………………………………………. 37
3.6 Sumber Data ………………………………………………… 38
3.7 Teknik Analisis Data ………………………………………… 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………….. 41
A. Sejarah Singkat Negeri Hitumessing ……………………… 41
B. Letak dan Luas Wilayah …………………………………….. 41
a. Topografi …………………………………………….. 43
b. Sumber Daya Alam ………………………………… 44
c. Iklim ………………………………………………….. 44
d. Jumlah Penduduk ………………………………….. 45
e. Jenis Pekerjaan ……………………………………. 46
f. Tingkat Pendidikan ………………………………… 48
C. Profil Umum Pemerintah Negeri Hitumessing …………… 48
a. Visi dan Misi Pemerintah Negeri Hitumessing …… 48
b. Struktur Organisasi ………………………………….. 49
4.2. Hasil dan Pembahasan …………………………………………. 51
4.2.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Perencanaan……………………………………………………… 51
4.2.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
xiv

Program Kegiatan …………………………………................... 59


4.2.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Pemantauan dan
Evaluasi Kegiatan ………………………………………............. 65
4.2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Hasil ….... 69
4.2.5 Faktor-Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan di Negeri
Hitumessing ………………………………………………………. 74
a. Transparansi Informasi Pembangunan Negeri
Hitumessing ……………………………………………… 74
b. Minimnya Interaksi Antara Pemerintah Negeri
Hitumessing Dengan Masyarakat …………………….. 75
c. Pengambilan Kebijakan dan Dinamika Pemerintahan
Negeri Hitumessing …………………………………….. 77
d. Kondisi Alam ……………………………………………. 81

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………... 83
5.2 Saran …………………………………………………...…….. 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pelaksanaan Program Pembangunan Tahun 2018 ...... 4

Tabel 1.2 Pelaksanaan Program Pembangunan Tahun 2019 ….. 5

Tabel 3.1 Informan Penelitian ….....................….....................….. 37

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaanya …...................... 42

Tabel 4.2 Pembagian Wilayah Administrasi Negeri Hitumessing … 43

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Negeri Hitumessing …....................... 45

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Negeri Hitumessing Menurut Jenis


Pekerjaannya ………………………………………………………. 46

Tabel 4.5 Jumlah Populasi Ternak ………………………………… 47

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan ………………………………………. 48


xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ….....................…............................. 33

Gambar 3.1 Model Analis Interaktif ...............…...….................... 51

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian ………………………………………. 42

Gambar 4.2 Struktur Pemerintahan Negeri Hitumessing ………… 50


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan adalah merupakan suatu proses


perubahan yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui tahapan-
tahapan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
atau kesejahtraan masyarakat yang adil dan makmur dan merata
berdasarkan pancasila.
Dalam melaksanakan tujuan pembangunan maka segala potensi
yang ada harus dikembangkan seperti potensi manusia berupa penduduk
yang harus ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sehingga,
mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam
secara maksimal, dan tercapainya pelaksanaan program pembangunan.
Pembangunan pedesaan harus ada kerangka yang jelas apa yang akan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu serta adanya kesamaan gerak
dan langkah pemerintah diberbagai tingkatan, dalam artian lain adanya
kesamaan gerak dan langkah pembangunan perkotaan dan pedesaan.
Agar tercapainnya pelaksanaan program pembangunan tersebut,
hal yang paling dibutuhkan adalah kesadaran dan partisipasi aktif dari
seluruh masyarakat agar pelaksanaan program pembangunan berjalan
dengan baik. selain partisipasi aktif dari masyarakat ternyata peran
pemerintah juga diperlukan untuk mengarahkan, membimbing,
mengawasi, dan memberikan anggaran sebagai bentuk kepedulian
pemerintah terhadap pembangunan pedesaan. Anggaran pembangunan
pedesaan secara khusus dicantumkan kedalam Anggaran Pendapatan
Belanja Desa (APBDesa) dalam bentuk Alokasi Danan Desa (ADD).
Tujuan dari pemberian Alokasi Dana Desa adalah sebagai bantuan dana
untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa. Namun
kenyataannya, mengandalkan dana desa untuk percepatan
2

pembangunan saja tidak cukup, dan harus ditunjang dengan partisipasi


masyarakat desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan
pemberdayaan masyarakat.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu bagian dari proses
pembangunan desa. Dalam hal ini, keterlibatan pemerintah desa sangat
penting untuk mendorong dan membangkitkan kesadaran untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan dan partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan sangat diperlukan, sehingga
masyarakat menjadi peduli terhadap pembangunan yang ada.
Masyarakat akan berperan aktif dalam kegiatan pembangunan tersebut
karena mereka merasa bertanggung jawab atas pembangunan yang
dilaksanakan Aprillia Theresia (2014:25).
Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok maupun
masyarakat untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka
terhadap organisasi atau masyarakat dalam rangka mencapai tujuan
masyarakat tersebut. Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan
mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok
yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha
yang bersangkutan.
Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: Pertama,
partisipasi merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai
sebuah teknik untuk membantu memajukan program desa atau disebut
pembangunan partisipasi. Kedua, partisipasi merupakan sebuah tujuan
itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai pemberdayaan rakyat yang
dipandang dari segi perolehan keahlian, pengetahuan dan pengalaman
masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk
membangun.
3

Menurut Adisasmita (2006:38) partisipasi masyarakat dapat


didefinisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat
dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan
pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.
Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental dan
emosional seseorang individu dalam situasi kelompok tertentu yang
mendorongnya untuk mendukung atau menunjang tercapainya tujuan-
tujuan kelompok serta ikut bertanggung jawab terhadapnya. Partisipasi
masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa
keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan
maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana,
tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan
pemerintah.
Namun demikian ragam dan kadar partisipasi seringkali
ditentukan secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan.
Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan
akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Sampai saat ini
partisipasi masyarakat masih belum menjadi perhatian dalam kegiatan
pembangunan, sehingga terlembaga khususnya dalam pembuatan
keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada
keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan
pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada
saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan, pengambilan
keputusan bahkan pendanaan.
Partisipasi masyarakat merupakan faktor pendukung utama di
dalam pembangunan masyarakat desa selain sumber daya alam dan
modal. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sondang P.
Siagian (2007:20) bahwa partisipasi dari masyarakat luas mutlak
diperlukan, oleh karena mereka itulah yang pada akhirnya melaksanakan
berbagai gerakan masyarakat dalam pembangunan, terutama
4

masyarakat pedesaan yang merupakan bagian terbesar dari angkatan


kerja di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua anggota
masyarakat mau berpartisipasi dalam proses pembangunan masyarakat
desanya.
Seperti yang terjadi di beberapa desa, partisipasi masyarakatnya
masih sangat rendah. Peran serta atau partisipasi masyarakat yang
diharapkan menjadi elemen utama proses pembangunan belum
sepenuhnya tergerak. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut,
diantaranya kesadaran akan pentingnya pembangunan yang masih
kurang serta keterbatasan kemampuan yang mereka milik.
Negeri Hitumessing adalah sebuah negeri yang berada di daerah
Desa Hitu, Kecamatan Leihitu, Kapubaten Maluku Tengah. Negeri
Hitumessing di perintah oleh seorang raja, yang biasa di sebut dengan
istilah Bapa Raja Hitumessing. Kawasan daerah Hitumessing tidak begitu
besar, hal ini dikarenakan di dalam Desa Hitu sendiri terdapat dua daerah
pemerintahan, yaitu Hitu Lama dan Hitumessing.
Proses pembangunan di Negeri Hitumessing terus berkembang.
Banyak pembangunan yang telah dilakukan di Negeri Hitumessing
sendiri, misalnya pelaksanaan pembanguan pada tahun 2018 dan tahun
2019 mulai dari pembangunan infrastruktur desa, pembangunan
pengadaan fasilitas sarana dan prasarana dan proses pelaksanaan
pembangunan-pembangunan lainnya.

Table 1.1.
Pelaksanaan Program Pembangunan Negeri Tahun 2018
No Jenis Program Volume Realisasi Sumber Dana

1. Pembangunan Talud Penahan ombak 400 m 100% DD, ADD

2. Pembangunan Bak Sampah Negeri 2 100% DD

3. Pembangunan Pagar Kuburan 1 0% DD


5

4. Pembangunan Jalan Setapak 200 m 100% DD

5. Pembangunan Talud 400 m 17.55% DD, ADD

6. Pembangunan Drainase 100 m 100% DD, ADD

Sumber: Kantor Negeri Hitumessing

Pembangunan pada tahun 2018 dilihat bahwa pelaksanaan


program pembangunan pada pembangunan infrastruktur didalam desa.
Hal ini dilakukan oleh pemerintah Negeri Hitumessing karena kebutuhan
masyarakat Negeri Hitumessing yakni seperti pembangunan talud pantai
guna menahan abrasi pantai. Selain itu, ada pembangunan jalan setapak
dilaksanakan guna memperlancar aktivitas masyarakat Negeri
Hitumessing.

Tabel 1.2
Pelaksanaan Program Pembangunan Negeri Tahun 2019
No Jenis Program Volum Realisasi Sumber Dana
e

1. Pembangunan MCK 1 100% DD

2. Lampu Jalan 35 100% DD, ADD

3. Pembangunan Saluran Drainase 200 m 100% DD

4. Pembangunan Talud Penahan 100 m 65.56% DD, ADD


Ombak

5. Renovasi Tempat Pemandian Umum 1 100% DD

Sumber: Kantor Negeri Hitumessing


6

Dari proses pembangunan, banyak program pembangunan yang


melibatkan masyarakat yaitu pembangunan drainase, pembangunan
jalan rabat, renovasi tempat pemandian umum, pembangunan talud
penahan ombak dan pembangunan-pembangunan lainnya.
Masyarakat yang pada awalnya ikut sarta dalam proses
pembangunan yakni hadir sebagai pekerja pada mulanya aktif namun,
tak berlangsung lama mengalami penurunan. Tingkat partisipasi
masyarakat mulai menurun sehingga Nampak beberapa hari masyarakat
tak melanjutkan proses pembangunan pada hal alat dan bahan untuk
pembangunan itu sudah ada di lokasi pembangunan.
Dari observasi awal yang dilakukan ditemukan bahwa menurunya
tingkat partisipasi masyarakat pada saat berjalanannya proses
pembangunan dikarenakan adanya permasalahan internal dalam
pemerintahan Negeri Hitumessing, selain itu terjadi masa transisi didalam
pemerintahan yang berdampak pada pelaksanaan pembangunan.
Adanya permasalahan internal pada pemerintahan negeri
berdampak pada keikutsertaan atau partisipasi masyarakat terhadap
pelaksanaan pembangunan di Negeri Hitumessing. Pemerintahan Negeri
juga mengalami masa transisi sehingga mempengaruhi kerja-kerja
pembangunan dimana masyarakat juga merasakan pengaruh yang cukup
singnifikan.
Partisipasi masyarakat merupakan modal utama dalam upaya
mencapai sasaran program pemerintah. Keberhasilan dalam pencapaian
sasaran pelaksanaan program pembangunan bukan semata-mata
didasarkan pada kemampuan aparatur pemerintah, tetapi juga berkaitan
dengan upaya mewujudkan kemampuan dan keamanan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan.
Adanya partisipasi masyarakat akan mampu mengimbangi
keterbatasan biaya dan kemampuan pemerintah dalam pencapaian
7

pelaksanaan program pembangunan tersebut Adapun faktor-faktor yang


mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah faktor
internal yang terdiri dari faktor kesadaran masyarakat, faktor tingkat
pendidikan masyarakat. Sedangkan faktor eksternal; terdiri dari faktor
pengarahan pemerintah desa, faktor kesempatan atau peluang bagi
masyarakat dan faktor fasilitas atau peralatan.
Oleh sebab itu, dari latar belakang di atas penulis tertarik ingin
meneliti lebih jauh salam penelitian skripsi dengan judul : “Partisipasi
Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Di Negeri
Hitumessing Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.”

1.2. Rumusan Masalah

Pentingnya perumusan masalah agar diketahui arah jalan


penelitian ini yang akan dilakukan oleh penulis. Berdasarkan pada uraian
pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di angkat
yaitu:
1.2.1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam
pelakasanaan program pembangunan di Negeri Hitumessing
Kecamatan Leihitu?
1.2.2. Apa saja faktor-faktor yang menghambat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di Negeri Hitumessing
Kecamatan Leihitu?

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya di fokuskan pada partisipasi masyarakat


dalam pelaksanaan program pembangunan fisik di Negeri Hitumessing
Kecamatan Leihitu.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian


8

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan di


atas, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam program


pembangunan di Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu.

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini nantinya akan diharapkan
mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya
yang berkaitan dengan disiplin Ilmu Administrasi
Negara/Publik.
2. Manfaat Praktis
- Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah
Negeri Hitumessing dalam pembangunan desa kearah
yang lebih baik.
- Sebagai referensi dalam perpustakaan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.

1.5. Sistimatika Penulisan

Sesuai dengan judul yang penulis kemukakan pada penulisan ini


maka penyusunannya dibagi atas beberapa bagian/bab antara lain:
Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar

belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


9

Bab II : Merupakan bab tinjauan pustaka yang berisikan teori,

penelitian yang relevan, kerangka pikir dan defenisi

konsep dan operasional.

Bab III : Metodologi penelitian yang berisikan jenis penelitian,

lokasi/objek penelitian, Instrumen dan teknik

pengumpulan data, populasi dan sampel, sumber data

dan analisis data.

Bab VI : Merupakan bab Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V : Merupakan bab Kesimpulan dan Saran.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

2.1.1. Konsep Partisipasi

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai ketertlibatan


mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti
keterlibatan jamaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai
keterlibatan mental, pikiran dan emosi atau perasaan seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung
jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Menurut Sumarto dalam Sembodo (2006:21) bahwa partisipasi
merupakan suatu proses yang memungkinkan adanya interaksi yang
lebih baik antar stakeholders sehingga kesepakatan-kesepakatan dan
tindakan yang bersifat inovatif lebih mungkin tercipta dalam proses
deliberative, dimana ruang untuk mendengarkan, belajar, refleksi dan
memulai suatu aksi bersama terjadi. Dalam Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 (penjelasan pasal 2 ayat 4 huruf d) partisipasi masyarakat
diterjemahkan sebagai keikutsertaan masyarakat untuk
mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan
rencana pembangunan.
Dalam konteks pembangunan Adisasmita (2006:38) mengatakan
partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota
masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan
dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang
dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat
11

dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan


kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam
implementasi program/proyek.
Adisasmita (2006:42) juga mengatakan bahwa partisipasi
masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam
kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek
pembangunan, dan merupakan aktualisasi kesediaan dan kemauan
masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi
pembangunan. Prinsip partisipasi menuntut masyarakat harus
diberdayakan, diberikan kesempatan dan diikutsertakan untuk berperan
dalam proses-proses birokrasi mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan atau kebijakan publik.
Partisipasi masyarakat merupakan kontrol adanya kekuasaan
yang berlebih agar lebih efektif ditunjukan sebesar-besarnya untuk
masyarakat dalam konsep good governances. Adanya ruang keterlibatan
warga dan kerangka kelembagaan yang sesuai dalam partisipasi turut
mendorong pembangunan dan pemerataan. Dengan partisipasi
masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih
terarah, artinya rencana dan program pembagunan yang disusun itu
adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Conyers (1992:154) menyebutkan terdapat tiga alasan utama
mengapa partisipasi masyarakat mempunyai arti yang sangat penting,
yaitu:
1. Paritisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap
masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya proyek
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai program atau
proyek pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaan, karena mereka akan lebih
12

mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai


rasa memiliki terhadap proyek tertentu.
3. Adanya suatu anggapan bahwa merupakan hak demokrasi
bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa mereka pun
mempunyai hak turut ‘urun rembug’ (memberikan saran)
dalam menentukan jenis pembangunan yang akan
dilaksanakan didaerah mereka.
Menurut Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi yaitu :
a. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya
merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari
pada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
b. Kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha
mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa
senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
c. Unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang
menonjol dari rasa menjadi anggota artinya ada rasa “sense
of belongingness”.
Cohen dan Uphoff dalam Siregar (2001:19) menyatakan bahwa
partisipasi dapat dilihat dalam berbagai pandangan. Pertama, kontribusi
secara sukarela dari komunitas terhadap suatu program untuk
masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan dan dalam implementasi program serta menikmati bersama
keuntungan-keuntungan dari program pembangunan. Keterlibatan
masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana
rakyat dari suatu komunitas mengambil inisiatif dan menyatakan dengan
tegas otonomi mereka. Kedua, meningkatkan kontrol terhadap sumber
daya dan mengatur lembaga-lembaga dalam situasi sosial yang ada.
Untuk menigkatkan partisipasi masyarakat, maka keterlibatan masyarakat
dalam berbagai program dalam pembangunan terutama menyangkut
13

pengambilan keputusan pembangunan dalam tingkat komunitas sangat


penting.
Partisipasi masyarakat adalah suatu gejala demokrasi di mana
orang diikut sertakan dalam suatu perencanaan serta pelaksanaan dan
juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan
dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-
bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijakan. Menurut
Suparjan (2003:33), menyebutkan alasan penting partisipasi masyarakat
dalam pembangunan sebagai berikut:
a Adanya keterlibataan masyarakat memungkinkan mereka
memiliki rasa tanggung jawab dan handarbeni (sense of
bolonging) terhadap keberlanjutan pembangunan.
b Dengan partisipasi masyarakat meningkatkan posisi tawar
menawar harga sehingga daya tawarnya menjadi seimbang
dengan pemerintah dan pihak pemilik modal.
c Dengan partisifasi masyarakat mampu mengkontrol kebijakan
yang diambil oleh pemerintah, sehingga senergi antara
sumber daya lokal, kekuatan politik pemerintah dan sumber
daya moral dari investor.

Gaevanta dan Valderama dalam Nierras (2000:17) menegaskan


bahwa partisipasi warga telah mengalihkan konsep partisipasi “dari
sekunder kepedulian terhadap ‘penerima derma’ atau ‘kaum tersisih’
menuju kesuatu kepedulian dengan pelbagai bentuk keikutsertaan warga
dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan diberbagai
gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka”. Partisipasi
masyarakat juga terefleksikan dalam berbagai bentuk, Rusidi dalam
Siregar (2001:21) mengatakan ada empat dimensi dalam berpartisipasi:

1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan)


2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat)
14

3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)


4. Memanfaatkan dan melaksanakan pelayanan pembangunan.

Sementara Cohen dan Uphoff dalam Ndraha (1990:104)


menguraikan bentuk-bentuk partisipasi yang terbagi dalam empat bentuk,
yaitu:

1. Parsipasi dalam pembuatan keputusan (participation in


decision making)
2. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in
implementation)
3. Partisipasi dalma menerima manfaat (participation in benefits)
4. Partisipasi dalam evaluasi (participation in evaluation)

Sedangkan menurut Susanto ‘Pembangunan Berbasisi


Pemberdayaan’ (2000:21), partisipasi masyarakat dapat dilihat melalui:

1. Andil Informasi
Apakah masyarakat dan organisasi (setidaknya) mengerti apa
yang terjadi dan mengapa terjadi, informasi yang diberikan,
dalam bentuk apa, seberapa sering, apakah tingkat
penguasaan huruf dan membaca dan tingkat pendidikan dari
peserta perlu dijadikan pertimbangan.
2. Konsultasi
Apakah ada dialog, antar siapa, pandangan-pandangan dan
pendapat siapa yang dikemukakan dan bagaimana cara
mereka berhubungan, apakah dialog tersebut memiliki
pengaruh dalam keputusan manajemen.
3. Pengambilan Keputusan
Partisipasi mencapai jenjang yang lebih tinggi apabila
keterlibatan individu atau kelompok (terutama mereka yang
tersingkir) dalam pengambilan keputusan. Siapa yang memiliki
15

wewenang untuk mengambil keputusan yang berkaitan


dengan proyek, dan siapa yang tidak berwenang, bagaimana
kewewenangan terstruktur, apakah ada keterlibatan dalam
pengambilan keputusan membuat pertanggungjawaban
berkaitan dengan kendali dari alokasi sumber, siapa yang
bertanggung jawab atas manajemen keuangan.
4. Inisiatif Tindakan
Jenjang tertinggi dari partisipasi apabila masyarakat, terutama
masyarakat yang tidak beruntung, menempatkan diri mereka
untuk berinisiatif bertindak. Hal ini menandakan tingkat yang
meyakinkan dari kepercayaan diri dan kekuasaan dan
mantapnya kapasitas organisasi dan manajemen.

Menurut Thubany dalam Purnamasari (2006:23) partisipasi penuh


dapat terwujud jika struktur kelembagaan memungkinkan warga untuk
berpartisipasi dan memutuskan persoalan mereka sendiri sehari-hari dan
representasi masyarakat yang terwakili secara proposional didalam
setiap proses pengambilan kebijakan atas nama kepentingan bersama.
Oleh karenanya, partisipasi masyarakat harus didasarkan pada (1)
pembuatan keputusan, (2) penerapan keputusan, (3) menikmati hasil,
dan (4) evaluasi hasil. Sementara empat aspek yang menjadi indikasi
terbangunnya partisipasi, yakni:

1. Informasi atau akses lainnya;


2. Inisiatif (voice/suara) dan apresiasi warga (masukan);
3. Mekanisme pengambilan keputusan;
4. Kontrol pengawasan.

Suhubungan dengan hal tersebut, Burns dalam IDS (2002:23)


menyatakan bahwa pelibatan masyarakat selain dalam hal pengambilan
keputusan juga ditekankan kewenangan kontrol masyarakat. Menurut
Burns, secara umum menyatakan bahwa ‘kontrol’ dapat diartikan sebagai
16

kekuasaan atau kewenangan untuk mengarahkan, hal ini mengandung


makna bahwa partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan bukan
hanya pada saat menikmati pembangunan, tetapi juga pada saat
perencanaan.

Partisipasi merupakan sebuah konsep sentral dan prinsip dasar


dari pengembangan masyarakat, pembangunan yang efektif
membutuhkan keterlibatan masyarakat (partisipasi) awal dan nyata di
semua pihak pemangku kepentingan dalam penyusunan rancangan
kegiatan yang akan mempengaruhi mereka. Sewaktu masyarakat yang
terlibat merasa bahwa partisipasi mereka penting, mutu, efektifitas dan
efesien pembangunan akan meningkat.

Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan


perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab
masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk
memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang
diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan
bukan lah sekedar kewajiban yang harus dilakukan oleh (aparat)
pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang
akan diperbaiki mutu-hidupnya, Solihin (2011:32).

Berdasarkan beberapa uraian pengertian partisipasi tersebut,


dilihat dari perkembangannya partisipasi tidak lagi diasumsikan sebagai
pemberian kontribusi berupa uang atau sarana masyarakat secara
sukarela, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan kapasitas
masyarakat yang di dalamnya terdapat unsur pelibatan masyarakat
dalam informasi, pengambilan keputusan serta kontrol dan pengawasan
terhadap kebijakan yang mempengaruhi masa depa masyarakat itu
sendiri.
17

2.1.2. Konsep Pembangunan Desa

Pada dasarnya pembangunan merupakan suatu proses


perubahan yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui tahapan
pembangunan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan desa merupakan suatu program nasional
yang dimulai sejak dulu hingga sekarang yang bertujuan untuk
mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan. Pembanguna pedesaan dilaksanakan meliputi berbagi bidang,
disusun dalam program-program dan proyek proyek pembangunan.
Penjabaran dari berbagai program dan proyek, dapat dirinci ke dalam
kelompok program dan proyek, sebagai berikut :

1. Pembangunan di bidang pertanian secara berkelanjutan


2. Konservasi lingkungan
3. Pembangunan industri pedesaan
4. Pembangunan sumber daya manusia (SDM)
5. Pembangunan infrastruktur fisik
6. Pembangunan kelembagaan ekonomi dan sosial
7. Pembangunan partisipasi masyarakat
8. Lainnya (Adisasmita (2006:4) )

Adisasmita (2006:3) mengatakan bahwa pembangunan pedesaan


merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, merupakan
usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia pedesaan dan
masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara berkelanjutan
berlandaskan pada potensi dan kemampuan pedesaan. Dalam
pelaksanaannya, pembangunan pedesaan seharusnya mengacu pada
18

pencapaian tujuan pembangunan yaitu mewujudkan masyarakat


pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan.
Adisasmita (2006:14) mengatakan pembangunan desa
merupakan bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan
nasional yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu, secara berdaya
guna dan berhasil guna disetiap dan diseluruh kawasan pedesaan.
Pembangunan desa harus benar-benar sesuai dengan prioritas dan
potensi desa serta bertumpu pada strategi dasar tipologi pembangunan
serta ditujukan pada peningkatan ketahanan nasional dan pemantapan
wawasan nusantara.
Pembangunan pedesaan tersebar ke seluruh daerah, ternyata
lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan kurang diimbangi
kehidupan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Dalam pembangunan
pedesaan dihadapi banyak sekali hambatan diantaranya yang paling
mendesak yaitu (Adisasmita, 2006:5) :
1. Memperkecil kesenjangan (ketimpangan) antara desa dan
kota, antar pelaku pembangunan.
2. Merubah pola pembangunan dan pendekatan yang bersifat
sentralistik dan sektoral menjadi terdesentralisasi, holistik dan
partisipatif.
3. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM)
aparat dan masyarakat untuk menunjang pembangunan dan
pertumbuhan pedesaan.
4. Meningkatkan pembangunan prasarana fisik dan
penyebarannya yang mampu menjangkau ke berbagai
pelosok.

Menurut Adisasmita (2006:8) meskipun problematika dalam


pembangunan pedesaan banyak mengalami hambatan-hambatan,
pembangunan pedesaan itu mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
tetapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
19

1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi


pengairan, jaringan jalan dan lingkungan pemukiman).
2. Pemberdayaan masyarakat.
3. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan peningkatan
kemampuan sumberdaya manusia.
4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha,
peningkatan pendapatan (khususnya terhadap daerah
pedesaan miskin).
5. Peningkatan keterkaitan antar daerah pedesaan dan antara
daerah pedesaan dengan daerah perkotaan.

Secara umum pembangunan pedesaan haruslah dimulai dari


sarana dan prasarana dalam hal ini infrastruktur sebagai akses utama
dari segala bentuk kegiatan harus dibangun, sehingga yang menjadi
orientasi pemerintah dapat terealisasi dengan baik dan sesuai tujuan
pembangunan tersebut.

Dalam konteks pembangunan nasional, pedesaan mempunyai


peranan penting karena mencakup bagian terbesar di wilayah nusantara.
Infrastruktur desa merupakan salah satu bagian integral desa yang harus
dimiliki suatu desa, tanpa adanya suatu infrastruktur desa maka suatu
desa akan sulit untuk mengembangkan potensi wilayahnya. Disamping
itu, infrastruktur di kawasan pedesaam haruslah serasi dan terpadu, dan
bermanfaat di seluruh kawasan pedesaan. Dengan demikian segala
akses yang memicu perkembangan potensi suatu kawasan pedesaan
akan berjalan ke arah yang lebih baik.

Selama ini kondisi infrastruktur merupakan salah satu hal yang


dikeluhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat di daerah pedalaman,
termasuk para pelaku ekonomi dan masyarakat luas. Kondisi infrastruktur
yang tidak mendukung terhadap pengembangan industri, baik besar,
menengah maupun industri kecil yang menyebabkan para pelaku
20

ekonomi (pengusaha) malas untuk mengembangkan usahanya bahkan


sudah sebagian yang memutuskan untuk menghentikan produksinya
sehingga menciptakan pengangguran baru, Sumarto (2010:83).

Sumarto (2010:84) juga mengatakan infrastruktur memiliki peran


yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik keadaan
infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap ekonomi.
Infrastruktur merupakan urat nadi perekonomian yang menentukan lancar
atau tidaknya kegiatan perekonomian, termasuk ekonomi kerakyatan.
Bila kondisi infrastruktur seperti jalan, saluran irigasi, telekomunikasi, dan
infrastruktur lainnya jelek maka jangan berharap pembangunan ekonomi
akan berjalan sesuai harapan.

Dalam hal ini berarti membangun infrastruktur juga berarti


membangun perekonomian, yang berorientasi pada tingkat kesejahteraan
masyarakat. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam
membangun daerah pedesaan yaitu dengan meningkatkan desa
swadaya (tradisional) menjadi desa swasembada (maju) melalui desa
swakarsa (transisi) hal ini diwujudkan melalui peningkatan kegiatan sosial
ekonomi dan membangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
suatu pedesaan.

2.1.3. Konsep Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa, di dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun


2005 menyatakan bahwa pemerintah desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan desa. Pemerintah desa dipimpin oleh
Kepala Desa dan dibantu kaur pemerintahan, yang sesuai dengan bidang
masing-masing yang disebut perangkat desa.
Dibentuk juga Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang
merupakan lembaga perwujudan dan demokrasi dalam penyelenggara
21

pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah ditingkat


desa. Disamping itu, juga pemerintah memberikan kewenangan kepada
desa untuk membentuk mitra pemerintah desa dalam pemberdayaan
masyarakat.

Selanjutnya, dalam sistem pemerintahan negara kesatuan


Republik Indonesia Pasal 1 ayat 6, menyatakan bahwa pemerintah desa
adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa, dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan republik Indonesia. Pada pasal 1 ayat 7
menyatakan bahwa pemerintah desa dan perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan mempunyai peranan dan juga kedudukan
yang ssangat penting dalam pemerintahan desa. Kepala desa
merupakan pemimpin terhadap jalannya urusan pemerintahan yang ada
di desa.

Dengan demikian, seorang kepala desa merupakan


penyelenggara dan sekaligus sebagai penanggung jawab atas jalannya
roda pemerintahan dan pembangunan di dalam wilayahnya, disamping
menjalankan urusan pemerintahan dan pembangunan, kepala desa juga
mempunyai kewajiban lain yaitu menyelenggarakan program di bidang
kemasyarakatan, membina ketenteraman, dan keterlibatan masyarakat
serta membina dan mengembangkan jiwa semangat gotong royong
masyarakat.

Sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa, maka pemerintah


desa pada hakikatnya mempunyai tugas dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Oleh karena
itu, dilihat dari segi fungsi maka pemerintah desa memilki fungsi sebagai
berikut yaitu:

1. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa;


22

2. Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan;


3. Melaksanakan pembinaan perekonomian desa;
4. Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong
masyarakat;
5. Melaksanakan pembinaan ketenteraman dan ketertiban
masyarakat;
6. Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan, dan lain
sebagainya.

Dalam hal menjalankan tugasnya, kepala desa mempunyai


wewenang yaitu meliputi:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan


kebijkan yang ditetapkan bersama badan permusyawaratan desa;
2. Mengajukan rancangan peraturan desa;
3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan
bersama BPD;
4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai
anggaran pendapatan dan belanja desa untuk dibahas dan
ditetapkan bersama BPD;
5. Membina kehidupan masyarakat desa dari tugas dan wewenang
kepala desa seperti diatas, maka kepala desa mempunyai
peranan dan tanggung jawab yang sangat penting.

Untuk mengetahui urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 72 Tahun 2005 tentang kewenangan desa
sebagai berikut:

- Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak usul


desa.
23

- Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten atau


Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.
- Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten atau Kota.
- Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa.

Di samping itu dalam Peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun


2005 tentang desa juga dijelaskan tugas dan kewajiban kepala desa,
yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
kepala desa juga mempunyai kewajiban yaitu:

- Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
- Meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
- Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
- Melaksanakan kehidupan demokrasi.
- Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan bebas
dari kolusi, korupsi, dan neptisme.
- Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan
desa.
- Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-
undangan.
- Menyelengarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.
- Melaksanakan dan memepertanggungjawabkan pengelolaan
keuangan desa.
- Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.
24

- Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.


- Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.
- Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya
dan adat- istiadat.
- Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.
- Mengembangkan potensi dan sumber daya alam dan
melestarikan lingkungan hidup.

Sekretariat Desa

- Sekretariat Desa berkedudukan sebagai unsur staf yang


membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya.
- Seketariat desa dipimpin oleh seorang sekretaris desa,
berkedudukan dibawah dan bertanggug jawab kepada kepala
desa.
- Sekretaris Desa mempunyai tugas menyelenggarakan tata usaha
dan menjalankan administrasi desa serta memberikan pelayanan
teknis administrasi kepada seluruh satuan Organisasi
pemerintahan desa.

Untuk menyelenggarakan tugas Sekretaris Desa mempunyai


fungsi yaitu :

- Pelaksanaan urusan surat menyurat dan kearsipan


- Pelaksanaan rencana dan pelaporan kegiatan Pemerintah Desa
- Pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga Pemerintah
Desa
- Pelaksanaan urusan keuangan
- Pelaksanaan pelayanan administrasi Pemerintah Desa
25

- Penyususnan rencana Peraturan Desa, Keputusan Kepala Desa


dan ketentuan Peraturan Desa yang lain.

Urusan Pemerintah adalah urusan pelaksana teknis lapangan


yang membantu tugas kepala desa di bidang pemerintahan desa. Urusan
Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh maksimal 2 (dua) orang
tenaga honorer sesuai dengan beban kerja dan Kemampuan Desa dan
ketentuan yang berlaku.

Urusan Pemerintahan mempunyai tugas merencanakan,


melaksanakan dan mengevaluasikan kegiatan pemeliharaan ketentraman
dan ketertiban Desa, melaksanakan Administrasi penduduk, Administrasi
Pertanahan dan Pembinaan Sosial Politik.

Untuk menyelenggarakan tugas Urusan Pemerintahan


mempunyai fungsi :

- Penyusunan rencana, pelaksanaan, dan pemeliharaan


ketentraman dan ketertiban desa.
- Penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi
kependudukan.
- Penyusun rencana dan pelaksanaan administrasi pertanahan.
- Penyusun rencana dan pelakasana kegiatan pembinaan sosial
politik.
- Pelaporan perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan.

Urusan Pembangunan adalah unsur pelaksanaan teknis lapangan


yang membantu tugas Kepala Desa dalam bidang pembangunan. Urusan
Pembangunan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi berkedudukan
26

dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan dalam


melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh maksimal 2 (dua) orang
tenaga honorer sesuai dengan beban kerja, kemampuan Desa dan
ketentuan yang berlaku.

Urusan Pembangunan mempunyai tugas merencanakan,


melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan Pembangunan Desa,
pengelolaan sarana dan prasarana perekonomian Masyarakat Desa,
sumber-sumber pendapatan Desa.

Untuk menyelenggarakan tugas Urusan Pembangunan


mempunyai fungsi:

- Perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan desa.


- Peningkatan kegiatan, serta pengembangan sarana dan
prasarana.
- Pendataan, pengelolaan, dan peningkatan penghasilan tanah-
tanah milik desa.
- Peningkatan dan pengembangan sumber-sumber pendapatan
desa.
- Pelaporan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan
desa.

Urusan Agama dan Kesejahteraan Rakyat adalah unsur


pelaksanaan teknis lapangan yang membantu tugas kepala desa di
bidang agama dan kesejahteraan rakyat. urusan agama dan
kesejahteraan rakyat dipimpin oleh seorang kepala seksi berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala desa dan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh maksimal 2 (dua) orang
tenaga honorer sesuai dengan beban kerja, kemampuan desa dan
ketentuan yang berlaku.
27

Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas merencanakan,


melakasanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembinaan mental spritual
agama, Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, sosial pendidikan, kebudayaan,
olah raga, pemuda, wanita, kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan
keluarga.

Untuk menyelenggarakan tugas Urusan Kesejahteraan Rakyat


mempunyai fungsi:

- Perencanaan dan mengaktifkan pelaksanaan kegiatan


keagamaan.
- Pencatatan dan pelayanan administrasi Nikah Talak Rujuk dan
Cerai.
- Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sosial.
- Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan
kebudayaan dan pelaksanaan kegiatan dibidang pemuda, olah
raga dan wanita.
- Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dibidang kesejahteraan
dan kesehatan masyarakat.
- Pelaporan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat.

Kepala Dusun adalah unsur pembantu Kepala Desa dalam


wilayah Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan
pemerintahan desa, berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab
langsung kepada kepala desa.

Kepala Dusun mempunyai tugas :

- Membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas kegiatan


kepala desa diwilayah kerjanya.
28

- Melaksanakan kegiatan dibidang Pemerintahan, Pembangunan


dan kemasyarakatan serta membina ketentraman dan ketertiban
diwilayah kerjanya.
- Melaksanakan peraturan desa diwilayah kerjanya.
- Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala desa.

Tentang tata kerja pemerintahan desa yaitu:

- Setiap Pimpinan Satuan Organisasi dibidang Pemerintahan Desa


bertanggung jawab dalam memimpin, memberi bimbingan,
petunjuk-petunjuk, perintah dan mengawasi serta mengendalikan
tugasnya.
- Dalam rangka memberikan bimbingan kepada bawahannya
Kepala Desa dapat mengadakan rapat secara berkala.

- Setiap bawahan dilingkungan Pemerintah Desa wajib mematuhi


petunjuk- petunjuk serta bertanggungjawab kepada atasannya.
- Setiap bawahan dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas
dapat untuk memberikan saran-saran dan pertimbangan kepada
atasan.
- Setiap Pimpinan satuan kerja dilingkungan Pemerintahan Desa
wajib menyampaikan laporan tepat waktu sesuai dengan bidang
tugas masing- masing kepada atasannya.
- Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Kepala Desa
bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD yang dituangkan
dalam laporan pertangung jawaban Kepala Desa sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
- Kepala Desa wajib menyampaikan Laporan mengenai
pelaksanaan tugas kepada Bupati dan tembusannya kepada
Camat.
29

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan


mencakupu penelitian ini, terdiri dari :
a. Paritisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Desa
Mulyorejo 1 Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung
Utara, Yuni Kurniawati (2019). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tingkat partisipasi
masyarakat Desa Mulyorejo 1 dapat dilihat pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang tergolong
baik dalam partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan serta
pemeliharaan. Adanya dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Desa yang berkooperatif dan komunikasi efektif
dalam meregulasi ADD di wilayah Desa Mulyorejo 1 sehingga
pelaporan pertanggung jawaban dapat dilaporkan dengan waktu
yang telah ditentukan. Partisipasi masyarakat meningkatkan
karena kesadaran untuk membangun desa telah tertanam dari
dalam diri mereka untuk berkontribusi dalam pengelolaan ADD.
Sikap pemerintah desa yang transparan, akuntabel dalam
memanfaatkan dana ADD.
b. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa
Tolombukan Satu Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa
Tenggara, Fifie Rorong, Joyce J. Rares dan Joorie M. Ruru
(2018). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam
pengambilan keputusan didesa Tolombukan Satu masih tergolong
kurang atau rendah karena dimana kesadaran dan kepedulian
masyarakat dalam menghadiri rapat musyawarah atau
30

pertemuan-pertemuan untuk membahas dan menghasilkan suatu


program kegiatan pembangunan infrastruktur desa hanyalah
beberapa orang perwakilan masyarakat saja. Partisipasi dalam
pelaksanaan didesa Tolombukan Satu juga masih rendah
terutama kesadaran dan keterlibatan dari masyarakat karena
dalam proses pelaksanaan pembangunan desa ada beberapa
orang yang dipengaruhi atau sibuk dengan kepentingan masing-
masing. Partisipasi dalam pengambilan manfaat yang didalamnya
kesadaran menjaga, merawat dan memelihara setiap hasil dari
pembangunan desa yang sudah dilaksanakan juga masih rendah
yang membuat hasil dari pembangunan infrastruktur desa
mengalami kerusakan atau tidak terawat. Partisipasi masyarakat
dalam evaluasi didesa Tolombukan Satu sering mengkritik
pemerintah, karena penilaian masyarakat selama berjalannya
kegiatan pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah
kurang memberikan perhatian yang membuat semangat
masyarakat menurun.
c. Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Infrastruktur Di
Desa Gemilang Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri
Hilir, Abdur Rahman, Rosmita (2018). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di desa Gemilang
Kecamatan Batang Tuaka kabupaten indragiri hilir, terdapat
persentase dengan katagori “Tinggi” Artinya Masyarakat Desa
Gemilang Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir.
Sangat Berpartisipasi dilihat dari kepedulian dalam kemajuan
pembangunan infrastruktur seperti : gotong royong, ikut serta
dalam pembangunan gedung-gedung desa, dan dalam
perencanaan desa.
31

d. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di


Desa Sinarsari Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah,
Martiana Dwi Rahayu (2018). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Penggunaan Dana Desa anggaran tahun 2017 di Desa Sinarsari
berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik untuk menunjang
kegiatan masyarakat. Pembangunan yang terjadi selama
anggaran tahun tersebut digunakan untuk pembangunan jalan,
drainase, gorong-gorong, taman kampung, kios kampung, dan
perawatan bangunan sarana umum. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur ini secara keseluruhan dapat
dikatakan baik. Hal ini dikarenakan masyarakat berpartisipasi
dalam setiap tahap pembangunan, mulai dari tahap pengambilan
keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan,
pemanfaatan hasil pembangunan, dan tahap evaluasi hasil-hasil
pembangunan.
e. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Negeri Ureng
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Sri Intan Mahulete
(2020). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di Negeri Ureng belum
maksimal mulai dari perencanaan, pengambilan keputusan dan
pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan hasil dan evaluasi
pembangunan. Kurangnya sinergitas antar Pemerintah Negeri,
Badan Saniri Negeri, pemuda dan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan di Negeri Ureng. Belum adanya
transparansi selama periodisasi pembangunan yang dijalankan
oleh Pemerintah Negeri hingga saat ini.
32

2.3 Kerangka Pikir

Partisipasi adalah bentuk keterlibatan dan keikutsertaan


masyarakat secara aktif dan sukarela baik karena alasan-alasan dari
dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (extrinsik) dalam
keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Partisipasi merupakan
komponen penting dalam pembangkitan kemandirian diri dalam proses
pembangunan. Prinsip dalam partisipasi adalah melibatkan atau peran
serta masyarakat secara langsung, dan hanya mungkin dicapai jika
masyarakat sendiri ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan
perumusan hasil. Keterlibatan masyarakat akan menjadi penjamin bagi
suatu proses yang baik dan benar.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 (penjelasan pasa
2 ayat 4 huruf d) partisipasi masyarakat diterjemahkan sebagai
keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka
dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
Dalam konteks pembangunan Adisasmita (2006:38) mengatakan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi kegiatan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program/proyek pembangunan yang
dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat
dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan
kemauan anggota masyarakat untuk berkontribusi dalam program
pembangunan.
Dalam konteks ini, masyarakat memiliki hak untuk memberikan
saran dalam menentukan jenis program pembangunan yang akan
dilaksanakan. Dengan demikian masyarakat harus menjadi pelaku dalam
program pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk
dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan
langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah
diprogramkan dan menikmati produk yang dihasilkan serta melestarikan
program pembangunan yang telah dilaksanakan.
33

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian


ini dapat digambarkan sebagai berikut:

- Kegiatan Perencanaan
- Kegiatan Pelaksanaan
- Kegiatan Pengawasan
dan Evaluasi
- Kegiatan Pemanfaatan
Hasil

Partisipasi

Masyarakat

Pelaksanaan Program Pembangunan


Negeri

- Pembangunan Jalan Setapak


- Pembangunan MCK
- Pembangunan Talud
- Pembangunan Drainase
- Pembangunan Lampu Jalan
- Pembangunan Pagar Kuburan

Gambar 2.1. Kerangka Pikir


34

2.4 Defenisi Operasional

Pembangunan merupakan usaha bagi peningkatan mutu


kehidupan manusia, sehingga aspek manusia tentu menjadi domain
pembangunan. Pembangunan secara metafosis ialah perjalanan yang
bertolak dari realitas menuju desiderata yaitu tahap demi tahapannya
membawa kita semua ke hari esok yang lebih cerah, dengan mutu
kehidupan yang lebih meningkat.
Pemerintah desa mempunyai peranan yang sangat berpengaruh
terutama dalam upaya untuk menciptakan iklim yang mendorong
tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat di pedesaan, yang
dilakukan melalui pesan-pesan pembangunan, pengarahan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan penyaluran
aspirasi masyarakat.
Dalam sebuah pembangunan partisipasi masyarakat merupakan
salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Pembangunan masyarakat
diarahkan pada perbaikan kondisi hidup masyarakat. Pembangunan
masyarakat sebagai upaya untuk mengubah keadaan dari yang kurang
dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik.
Oleh karena itulah partisipasi masyarakat merupakan salah satu
aspek yang dapat menentukan keberhasilan Untuk memberikan satu
pemahaman agar lebih mempermudah pelaksanaan penelitian maka
adanya batasan penelitian yang dioperasionalkan melalui indikator-
indikitor sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan
b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
c. Partisipasi masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi
d. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil
35

e. Penyebab permasalahan partisipasi masyarakat dalam


pembangunan di Negeri Hitumessing.
36

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang digunakan


untuk menggambarkan temuan penelitian utuh dengan menggunakan
dasar-dasar teori yang ada. Penelitian deskriftif kualitatif menurut
Sugiono (2011) adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel
mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menguhubungkan
dengan variabel lainnya.
Menurut Nawawi (1991) metode deskriptif sebagai prosedur
pemecahan masalah dengan cara menggambarkan dan melukiskan
keadaan subyek atau obyek penelitian baik berupa orang, lembaga
masyarakat dan lainnya pada saat sekarang dan sesuai fakta yang
tampak apa adanya.
Adapun Cresswell (1994) mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif dimana
kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan penelitian dengan informan
dilapangan atau data-data yang ditemukan sehingga penelitian kualitatif
bercirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang akan menggiring
pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Adapun Subjek dan Objek Penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD)/Saniri, tokoh pemuda, tokoh
masyarakat dan masyarakat Negeri Hitumessing Kecamatan
Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
37

2. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan program


pembangunan di Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah.

3.3 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat


penelitian adalah peneliti sendiri yang menetapkan fokus penelitian.
Memiliki informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan.
Menurut Sugiono (2007) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitia, karena tujuan utama
penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a Wawancara
Merupakan cara yang paling efektif dalam pengumpulan data
karena dapat terjadi pengungkapan nilai yang dimiliki oleh
seseorang. Sejalan dengan itu wawancara dilakukan dengan
orang yang dianggap menguasai bidang, atau yang memiliki
informasi yang dibutuhkan peneliti.
b Observasi
Cara mengumpulkan data yang berdasarkan atas tinjauan dan
pengamatan penelitian secara langsung terhadap aspek-
aspek yang terkait dengan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah.
38

c Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari referensi yang
berupa catatan, dokumen dan literature lainnya yang dianggap
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

3.4 Penentuan Informan

Dalam penelitian ini informan atau subjek penelitian atau


disamakan dengan analisi dalam penelitian adalah masyarakat yang
terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan Negeri Hitumessing
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah sebagaimana terlihat pada
tabel berikut ini:

Tabel. 3.1 Informan Penelitian


No Nama Jumlah

1. Pemerintah Negeri Hitumessing 4 Orang

2. BPD/Saniri 2 Orang

3. Masyarakat 2 Orang

4. Tokoh Pemuda 1 Orang

5. Tokoh Masyarakat 1 Orang

3.5 Jenis Data

Jenis data yang peneliti gunakan adalah:


1 Opini, pertanyaan tentang opini menanyakan orang apa yang
mereka pikir tentang satu isu atau kejadian.
39

2 Perilaku, pertanyaan tentang perilaku meminta keterangan


tentang apa yang telah orang lakukan pada masa lalu, masa
sekarang atau baru-baru ini, dan apa yang mereka
rencanakan untuk dilakukan pada masa yang akan datang.
3 Fakta, pertanyaan tentang fakta berhubungan dengan apa
yang diketahui dan karakteristik responden atau latar belakang
responden.
4 Pengetahuan, pertanyaan tentang pengetahuan berkenaan
dengan apa yang orang ketahui dalam satu bidang atau satu
topik, kedalaman atau akurasi dari informasi.

3.6 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


a Data primer, adalah data yang diperoleh dengan melakukan
penelitian langsung terhadap objek penelitian dengan
menggunakan teknik pengumpulan data.
b Data sekunder, adalah data yang diperoleh melalui studi
pustaka (library research) untuk mengumpulkan data-data
melalui buku-buku, peraturan-peraturan, serta dokumen-
dokumen yang ada relevansinya dengan penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Penganalisaan data kaulitatif dalam penelitian ini dilakukan


dengan menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman
(2007), dalam penelitian ini, dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni hasil wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya.
Setelah dibaca dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya ialah
mengadakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
40

1 Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian
serta penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertentu dilapangan.
Reduksi data dilakukan peneliti dengan cara menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverifikasi oleh peneliti.
2 Penyajian Data
Dalam penyajian data peneliti mengumpulkan informasi yang
tersusun yang memberikan dasar pijakan kepada peneliti
untuk melakukan suatu pembahasan dan pengambilan
kesimpulan. Penyajian ini, kemudian untuk menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu
sehingga mudah diamati apa yang sedang terjadi kemudian
menentukan penarikan kesimpulan secara benar.
3 Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi oleh peneliti selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran peneliti,
suatu tujuan ulang pada catatan lapangan atau mungkin
menjadi begitu seksama dan makna tenaga dengan
peninjauan kembali atau juga upaya-upaya yang luas untuk
menempatkan Salinan suatu temuan dalam seperangkat data
yang lain.
Telah dikemukakan tiga hal utama yang merupakan komponen
analisis yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
sebagai suatu yang saling terkait pada saat sebelum, selama dan
41

sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk


membangun wawasan umum yang disebut dengan analisis. Tiga jenis
kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data merupakan suatu
proses siklus dan interaktif, dapat dilihat gambar berikut ini:

Gambar 3.1
Model Analisi Interaktif (Interactive model of analysis)

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan

Sumber: Sugiono (2007)


42

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

A. Sejarah Singkat Negeri Hitumessing

Sejarah Negeri Hitumessing bukan hanya sekilas sejarah tentang


terbentuknya sebuah negeri yang memiliki nilai sejarah yang histories
dan memiliki nilai budaya yang dimana negeri dikenal dengan gelar UPU
WITU yaitu terdiri dari 7 Uli atau 7 pangkat yang dikepalai oleh seorang
Raja dengan gelar UPU HATTA atau disebut empat Perdana.

Negeri Hitumessing juga memiliki Sejarah perjuangan yaitu


sejarah penaikan bendera Merah Putih yang pertama di Maluku pada
tanggal 27 Desember 1949 yang dibuktikan dengan sebuah Tugu
perjuangan yang memegang sebuah bendera Merah Putih yang berdiri
kokoh di dalam halaman Rumah Raja Hitumessing dan itu bertanda
bahwa, Negeri Hitumessing memiliki sebuah sejarah yang sangat
histories dan memiliki nilai sejarah dikalangan Nasional dan Internasional.

B. Letak dan Luas Wilayah

Negeri Hitu Messing secara administrasi termasuk dalam wilayah


Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Terletak diarah Selatan
Kota Ambon dengan jarak 10 Km dari kantor kecamatan. Jarak Negeri
Hitu Messing dari Kantor Bupati Maluku Tengah sekitar 100 Km dimana
waktu tempuh untuk sampai ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 6 jam.
Sementara jarak menuju pusat Kota Kecamatan sekitar 20 Menit. Dimana
secara geografis terletak pada :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Seram


2. Sebelah selatan berbatasan dengan Rumah Tiga dan Passo
43

3. Sebelah barat berbatasan dengan Wakal


4. Sebelah timur berbatasan dengan Mamala

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Luas Negeri Hitumessing secara keseluruan sebesar 24 km


tersebut dapat dilihat dari luas lahan untuk tanah kering sebesar 4 ha dan
tanah pekarangan sebesar 2 ha dan lain-lainnya sebesar 7 ha dapat
digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya


No Penggunaan Lua (ha)
1. Kering 4
2. Tanah Pekarangan 2
3. Tanah Lain-Lain 7
4. Hutan Negara 11
Jumlah 24
Sumber: Kantor Negeri Hitumessing

Terkiat dengan administrasi pemerintahan, wilayah Negeri


Hitumessing dibagi dalam rentang kendali administrasi pemeritah cepat
ditangani dan memudahkan masyarakat, yaitu perdusun-dusun atau
kampung dan RT, dan desa induk yang dimana terdapat 9 dusun dan 1
44

RT dan 1 desa induk. Adapun jumlah dusun sebagaimana tercantum


dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Pembagian Wilayah Administrasi Negeri Hitumessing


No Dusun
1. Dusun Waepaliti
2. Dusun Waimolong
3. Dusun Oli
4. Dusun Wanat
5. Dusun Waesane
6. Dusun Talaga Kodok
7. Dusun RT Sapuri
8. Dusun Hulung
9. Dusun Kampung Baru
Sumber: Kantor Negeri Hitumessing 2020

a. Topografi

Negeri Hitumessing secara topografi berupa pengunungan


dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 57 MDPL sehingga tergolong
dataran rendah. Suhu didaerah ini cukup bervariasi antara 240 saat
paling dingin dan 350 saat paling panas.

Jenis tanah yang ada di wilayah sebagian besar adalah tanah


endisol. Sifat tanah Endisol adalah tanah bersolum tebal/dalam dan
berwarna kuning terang makin dalam makin terang tekstur litany silty
loam dengan kadar liat kurang dari 50 % kepekaan tanah endisol
terhadap erosi cukup tinggi, kesamaannya bermacam-macam dan bahan
organiknya rendah.
45

b. Sumber Daya Alam

Komuditas yang diusahakan di Negeri Hitumessing terdiri dari


beberapa komoditas yang diusahakan, komoditas-komoditas tersebut
adalah:
- Komoditas pertanian seperti: umbi-umbian, jagung dan sayu-
sayuran,
- Komoditas kehutanan seperti: Pala, Sagu, Kenari, Durian,
Langsat, Rambutan dan lain-lain,
- Komoditas perkebunan seperti: Kelapa, Cokelat dan Cengkeh,
- Komoditas hijauan makanan ternak seperti: Kaliandra, Ketela
tahun dan rumput gaja.
Sedangkan ditinjau dari satu tahun dan komoditas yang kurang
dari satu tahun yang dimaksud rotasi adalah jangkauan waktu tanaman
tersebut ditanam sampai dengan tanaman tersebut tidak ekonomis lagi
diproduksi.
Jenis komoditas kehutanan yang paling banyak ditanami adalah
tanaman Pinus (Pinus Merkusi) sedangkan komoditas perkebunan yang
paling banyak ditanami adalah kelapa, cengkih, rambutan dan durian.
Pohon kelapa ditanami oleh petani, sebagian diambil buahnya dan
sebagaian besarnya lagi disadap Niranya dibuat menjadi kelapa.

c. Iklim

IklIim merupakan salah satu factor yang berpengaruh pada


pertumbuhan tanaman. Iklim negeri Ibu Kota Kabupaten dalam daerah
dengan tipe iklim D dengan nilai Q antara 60 % - 100 % nilai Q adalah
perbandingan antara banyaknya bulan basah dibagi dengan bulan kering
kali 100 %. Di Negeri Hitumessing terdapat 2 (dua) musim yaitu :
 Musim timur yang berlangsung antara bulan Mei sampai dengan
bulan Oktober (musim penghujan)
46

 Musim barat yang berlangsung antara bulan Desember sampai


dengan bulan Maret (musim kemarau)
Kemudian diselingi dengan 2 (dua) musim pancaroba, musim
yang menjadi transisi antara musim timur dan musim barat atau yang
terjadi pada bulan April dan bulan November.

d. Jumlah Penduduk Negeri Hitumessing

Jumlah penduduk Negeri Hitumessing pada tahun 2018 ada


sebanyak 9.738 Jiwa, jumlah Kepala Keluarga 3.510 KK dengan jumlah
penduduk jiwa yang terdiri dari 5.495 laki-laki dan 4.243 perempuan.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari
table berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Negeri Hitumessing

JML. PENDUDUK
JML. KEPALA
NO WILAYAH KELUARGA
JML. JIWA LK PR (KK)

1 Negeri Induk 2.973 Jiwa 1,721 1,252 1.637 KK

2 Ling. Waipokol-Tomu 436 Jiwa 257 179 187 KK

3 Dusun Waipaliti 333 Jiwa 177 156 88 KK

4 Dusun Waiwolong 806 Jiwa 468 338 195 KK

5 Dusun Oli 887 Jiwa 495 392 213 KK

6 Dusun Wanath 1.256 Jiwa 674 582 157 KK

7 Dusun Waisane 472 Jiwa 269 203 113 KK

8 Dusun Telaga Kodok 1.245 Jiwa 685 560 520 KK

9 Dusun Sapuri 266 Jiwa 145 121 132 KK

10 Dusun Hulung 832 Jiwa 473 359 189 KK


47

11 Dusun Kampung Baru 232 Jiwa 131 101 79 KK


JUMLAH 9.738 Jiwa 5,495 4,243 3.510 KK
Sumber: Kantor Negeri Hitumessing

Dari table di atas dapat diamati bahwa golongan usia produktif


berjumlah 1200 Jiwa. Kenyataan ini menunjukan bahwa tenaga kerja
tersedia di Negeri Hitumessing bisa megisi peluang kerja, sementara itu
lapangan kerja tersedia sebagian besar adalah bidang Perikanan,
Pertanian, kehutanan, termasuk Peternakan. Lahan pertanian juga cukup
tersedia dan keadaan tanah cukup subur.

e. Jenis Pekerjaan

Sebagian besar keluarga dinegeri Hitumessing mempunyai mata


pencaharian dibidang pertanian. Menurut catatan monografi tahun 2019
jumlah kepala keluarga yang bekerja dibidang pertanian sebanyak 550
orang sedangkan sisanya bekerja dibidang yang lain seperti pengusaha,
buru, pedagang, PNS/ABRI, pegemudi angkutan umum,nelayan dan lain-
lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Jumlah penduduk Negeri Hitumessing Menurut Jenis Pekerjaan

Lapangan Pekerjaan Tahun 2019


Pertani 550
Petani buruh 580
Nelayan 1970
Pengusaha -
Buruh Industri 120
Pedagang 320
Pengemudi Angkutan Umum 107
PNS-TNI-POLRI 375
48

Pensiunan -
Lain-Lain -
Sumber: Kantor Negeri Hitumessing

Dari tabel terlihat bahwa penduduk yang bermata pencarian


sebagai petani sebanyak 550 orang, petani buruh sebanyak 580 orang,
PNS/TNI/POLRI sebanyak 375 orang, nelayan sebanyak 1970 orang,
pedagang sebanyak 320 orang, buruh industri sebanyak 120 orang dan
pengemudi angkutan umum sebanyak 107 orang sedangkan untuk
pensiunan dan lain-lain sebanyak nol.

Selain bekerja sebagai petani,pada umumnya penduduk juga


memelihara ternak. Pilihan pemeliharaan ternak ditujukan sebagai
tabungan hidup dan untuk menambah penghasilan keluarga.Jenis ternak
yang dipelihara adalah kambing, sapi, kerbau, ayam, itik atau bebek.
Pemelihara ternak oleh para petani sifatnya hanya berupa pekerjaan
sampingan bukan sebagai pekerjaan pokok. Jumlah populasi ternak
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Jumlah Populasi Ternak

No Kepemilikan Ternak Jumlah


1. Sapi 3
2. Kerbau -
3. Kambing 42
4. Ayam Kampung 276
5. Angsa 5
6. Itik -
Sumber: Kantor Pemerintahan Negeri Hitumessing

f. Tingkat Pendidikan
49

Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan


Nasional. Terkait dengan hal tersebut maka sektor Pendidikan
merupakan salah satu yang sangat penting dalam peningkatan Sumber
Daya Manusia. Tingkat pendidikan di Negeri Hitumessing tergolong
rendah hal ini disebabkan fasilitas pendidikan kurang memadai. Fasilitas
Pendidikan di Hitumessing meliputi 12 bangunan Sekolah Dasar, TK, 2
SMP/MTs dan 1 SMK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tamat Akademik/PT 37
2. Tamat SLTA 480
3. Tamat SLTP 713
4. Tamat SD 1587
5. Belum Tamat SD 1489
6. Tidak Sekolah 359
Jumlah 4665
Sumber: Kantor Negeri Hitumessing

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang


tamatan SD sebayak 1587 orang, tamatan SLTP sebanyak 713 orang,
tamatan SLTA sebanyak 480 orang, tamatan akademik/PT sebanyak 35
orang dan belum tamatan SD sebnyak 1489, sedangkan yang tidak
sekolah sebanyak 359 orang.

C. Profil Umum Pemerintahan Negeri Hitumessing

a Visi dan Visi Pemerintahan Negeri Hitumessing


50

1. Visi

Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Negeri


Hitumessing saat ini, disusun visi sebagai berikut:
“Terwujudnya kesejahteraan masyarakat negeri Hitumessing
yang demokratis dan adil dengan untuk mencapai masyarakat
yang cerdas”.

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan


dilakukan adalah sebagai berikut:
- Peningkatan pembangunan infrastruktur yang mendukung
perekonomian negeri seperti jalan, jembatan, serta
infrastruktur startegis lainnya.
- Peningkatan pembangunan dibidang kesehatan untuk
mendorong derajat kesehatan masyarakat agar dapat
bekerja lebih optimal dan memiliki harapan hidup yang lebih
panjang.

b Struktur Organisasi

Dalam setiap pemerintahan yang baik, harus ada pembagian


tugas, wewenang, dan tanggung jawab, agar setiap petugas baik
pemimpin maupun pekerja dapat mengetahui dengan jelas yang menjadi
petugasnya. Dengan adanya pembagian tugas, kemudahan dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari sehingga terjadi koordinasi antara
petugas satu dengan petugas lainnya akan terlaksana. Penentuan tugas
dan tanggung jawab ini dapat diketahui melalui struktur organisasi.

Adapun struktur organisasi pemerintahan Negeri Hitumessing


adalah sebagai berikut :
51

RAJA

SANIRI

SEKRETARIS

Kaur Kaur Kaur


Umum Pemberdayaan Pembangunan

KEPALA DUSUN

Waipaliti Oli Waesane Talaga Hulung Kampung


Waimolong Wanath
Kodok Baru

Gambar 4.2 Struktur Pemerintahan Negeri Hitumessing


52

4.2. Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan serta menjelaskan


hasil temuan yang diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara
yang dilakukan kepada informan atau narasumber. Hasil penelitian ini
membahas tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan di Negeri Hitumessing dan Apa saja faktor-
faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.

4.2.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Perencanaan

Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat


(termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggaran) selalu
ditetapakan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih
mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit yang
berkuasa dan kurang mencerminakan keinginn dan kebutuhan
masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang
memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung dalam proses
pengambilan keputusan tentang program pembangunan di wilayah
setempat.
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat
dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan
pelaksanaan (implementasi) program pembangunan yang dikerjakan
didalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam
pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kesediaan dan
kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi
dalam implementasi program yang dilaksanakan.
53

Dimaklumi bahwa anggaran pembangunan yang tersedia adalah


relative terbatas sedangkan program pembangunan yantg dibutuhkan
(yang telah direncanakan) jumlahnya relative banyak, maka perlu
dilakukan peningkatan partisipasi masyarakat untuk menunjang
implementasi pembangunan program yang ada dimasyarakat.
Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan
diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program
pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan program pembangunan
dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasarkan besar kecilnya tingkat
kepentingan), dengan demikian pelaksanaan program pembangunan
akan terlaksana secara efektif dan efesien. Dengan penyusunan program
pembangunan secara terarah dan serasi dengan kebutuhan masyarakat
dan pelaksanaan program pembangunan secara efektif dan efesien,
berarti distribusi dan alokasi faktor-faktor produksi dapat dilakukan secara
optimal.
Perencanaan dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai
tujuan dengan lebih baik mendapatkan alasan yang lebih kuat untuk
melakukan perencanaan:
- Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu
pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan kepada pencapaian tujuan
pembangunan.
- Dengan perencanaan maka dilakukkan suatu perkiraan (fore
casting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui, perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan
prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-
hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi, perencanaan
mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit
mungkin.
54

- Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai


alternative tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk
memilih kombinasi cara yang terbaik.
- Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran
maupun kegiatan usahanya.
Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat
(termasuk pemanfaatan sumberdaya lokal dan alokasi anggarannya)
selalu ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal
lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit yang
berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan
masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam
pembangunanan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang
memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam
proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan
di wilayah setempat atau ditingkat lokal.

Perencanaan memiliki peran yang sangat penting untuk melihat


bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa.
Partisipasi masyarakat pada umumnya dapat dilihat dari keikutsertaan
masyarakat yang dengan sadar dan suka rela turut berpartisipasi dalam
berbagai bentuk mulai dari perencanaan hingga keikutsertaan dalam
berbagai hal yang ada di desa. Bentuk sumbangsih bukan hanya berupa
tenaga melainkan juga bisa buah fikiran.

Partisipasi masyarakat adalah salah satu faktor yang


mempengaruhi keberhasilan dari program pembangunan maupun
pengembangan masyarakat pedesaan. Partisipasi masyarakat bukan
hanya melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan disetiap
program, namun masyarakat juga dilibatkan dalam mengidentifikasi
masalah dan potensi yang ada dimasyarakat.
55

Seperti yang dikemukakan oleh Kasi Pemerintahan bapak H.P


kepada penulis pada tanggal 12 Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Masyarakat Negeri Hitumessing diikutsertakan dalam proses


perencanaan kegiatan pembangunan seperti kegiatan
Musrenbang desa (musyawarah perencanaan pembangunan
desa) yang diwakili oleh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh
Adat dan termasuk, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) atau
Saniri, ketua-ketua RT, ketua-ketua lingkungan, kepala pemuda
dan dari masyarakat”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa proses


pelaksanaan perencanaan kegiatan pembangunan di Negeri
Hitumessing, pemerintah negeri turut mengundang masyarakat dalam hal
ini yang diwakili guna membahas apa saja kebutuhan masyarakat yang
dilaksanakan pada saat Musrenbang (musyawarah perencanaan
pembangunan) desa berjalan.

Dalam pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa


harus melibatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan, proses
yang melibatkan masyarakat, ini mencakup dengar pendapat terbuka
secara eksstensif dengan sejumlah besar warga masyarakat yang
mempunyai kepedulian, dimana dengan pendapat ini disusun dalam
suatu cara untuk mempercepat para individu, kelompok-kelompok
kepentingan dan para pejabat agensi memberikan kontribusi mereka
kepada pembuatan desain dan redesain kebijakan dengan tujuan
mengumpulkan informasi sehingga pembuat kebijakan bisa membuat
kebijakan lebih baik. (Winarso, 2007).

Sekretaris Negeri Hitumessing bapak H.S menjelaskan kepada


penulis pada Tanggal 12 Desember 2020, yaitu:
56

“Pada dasarnya masyarakat turut berpartisipasi dalam


pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan saat
musyawarah perencanaan pembangunan desa dilaksanakan.
Sedangkan, terkait dengan pra dan pasca musrenbang desa
partisipasi masyarakat tidak terlihat karena masyarakat lebih
cenderung kepada yang intinya yakni saat musrenbang tersebut
dilaksanakan barulah terlihat keikutsertaan masyarakat”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa partisipasi


masyarakat dalam proses pelaksanaan kegiatan perencanaan
pembangunan di Negeri Hitumessing nampak pada saat pelaksanaan
musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) dilaksanakan,
ketimbang dengan penyusunan perencanaan saat pra maupun pasca
musrenbang desa dilaksanakan hal ini karena masyarakat lebih
cenderung kepada yang intinya.

Menurut Kaur Perencanaan bapak A.S kepada penulis pada


tanggal 13 Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Proses kegiatan perencanaan itu kita pemerintah negeri turut


melibatkan masyarakat agar masyarakat dapat memberikan
masukan, saran dan pendapatnya. Selain itu juga, ini dilakukan
agar masyarakat mengetahui kebijakan yang akan diambil.
Perencanaan itu biasanya pada pembangunan infrastruktur,
perbaikan maupun pembangunan sumber daya manusia dan
pemberdayaan ”.

Sedangkan menurut Kasi Pembangunan bapak A.U pada tanggal


14 Desember 2020, menyetakan bahwa:

“Selama ini pemerintah negeri turut libatkan masyarakat dalam


agenda pembangunan termasuk dalam kegaiatan perencanaan
pembangunan. Perencanaan pembangunan yang kami lakukan
57

itu pada pembangunan infrastrutur seperti pembangunan talud


pantai, pembangunan MCK, pembangunan jalan rabat beton dan
pembangunan-pembangunan lainnya”.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa Proses pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan
yang dilakukan pemerintah Negeri Hitumessing sudah sejak lama turut
mengundang masyarakat atau mengikutsertakan masyarakat dalam
proses ini guna masyarakat dapat memberikan masukan, saran dan
pendapatnya. Selain itu juga hal ini dilakukan agar masyarakat dapat
mengetahui informasi maupun kebijakan yang nantinya diambil oleh
pemerintah Negeri Hitumessing.

Menurut Ketua Badan Permusyawaratan Negeri (BPN)/Saniri


Negeri Hitumessing bapak J.S pada tanggal 15 Desember 2020,
menyatakan bahwa:

”Segala kegiatan pembangunan yang ada di Negeri Hitumessing


semuanya disusun oleh pemerintah negeri, salah satunya
termasuk proses pelaksanaan kegiatan perencanaan
pembangunan. Pemerintah Negeri Hitumessing tidak mengambil
aspirasi dari masyarakat atau merujuk dari hasil musrenbang
yang disalurkan oleh masyarakat, melainkan segala hal terkait
dengan perencanaan pembangunan merupakan kemauan dari
Pemerintah Negeri.”

Sedangkan menurut salah satu anggota Badan Permusyawaratan


Desa (BPD)/Saniri Negeri Hitumessing bapak S.S pada Tanggal 15
Desember 2020, menyatakan kepada penulis bahwa:

“Musrenbang negeri dilaksankan oleh pemerintah negeri, hanya


saja perencanaan yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang
telah diusulkan karena pemerintah negeri kadang tidak
58

mendenggar aspirasi yang disampaikan dan mengambil kebijakan


sendiri. Untuk partisipasi masyarakat itu minim sekali”.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas


dapat dilihat bahwa proses pelaksanaan pembangunan di Negeri
Hitumessing penuh dengan dinamika yang berlangsung. Entah itu
dinamika yang terjadi di internal pemerintahan maupun di internal
masyarakat, sehingga berdampak pada masyarakat termasuk partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan di Negeri Hitumessing itu sendiri.

Selain itu, penyerapan aspirasi tidak dilakukan oleh pemerintah


negeri saat kegiatan musrenbang berlangsung yang disampaikan oleh
para tamu undangan yang pada dasarnya merupakan keterwakilan dari
beberapa elemen masyarakat maupun dari badan permusyawaratan
desa (BPD)/Saniri itu sendiri. Hal ini berdampak pada pengambilan
kebijakan oleh pemerintah negeri yang cenderung sepihak.

Dengan mengingat pentingnya partisipasi dalam perencanaan


pembangunan maka menjadi hal yang mutlak bahwa segala hal yang
berkaitan dengan pengambilan kebiijakan oleh pemerintah harus
melibatkan masyarakat, dalam proses pembangunan. Masyarakat
hendaknya tidak sekedar diposisikan sebagai objek dari pembangunan
tetapi sebaliknya masyarakat hendaknya dijadikan subjek dalam
menentukan arah perkembangannya. Dangan demikian, apabila ada
warga masyarakat yang melakuan penolakan terhadap kebijakan
pemerintah dan penolakan itu dilakukan oleh mayoritas, maka
pemerintah tidak boleh memaksakan kehendaknya, yakni tetap
menjalankan kebijakannya.

Tokoh Masyarakat Negeri Hitumessing bapak A.S pada tanggal


18 Desember 2020, menyatakan bahwa:
59

“Saya kadang hadir dikegiatan musrenbang kadang juga tidak.


Tergantung informasi atau undangan yang diberikan oleh
pemerintah Negeri Hitumessing. Dalam perncanaan yang pernah
saya hadiri itu saya milihat orang yang hadir itu sedikit hanya
perwakilan saja, kalau untuk masyarakat itu paling banyak tidak
hadir”.

Menurut Tokoh Pemuda Negeri Hitumessing bapak P.P pada


tanggal 17 Desember 2020 kepada penulis, sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh Tokoh Masyarakat. Tokoh Pemuda Negeri Hitumessing
menyatakan bahwa:

“Partsipasi masyarakat saat perencanaan atau musrenbang


paling banyak tidak hadir, yang hadir itu dari pemerintah dan
beberapa orang yang diundang”.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa kegiatan perencanaan pembangunan atau musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang) selalu dilaksanakan oleh
pemerintah Negeri Hitumessing, hanya saja partisipasi masyarakat dalam
kegiatan tersebut sangat minim. Dimana masyarakat paling banyak tidak
hadir hal ini terjadi karena dari pemerintah negeri kadang mengundang
dan kadang pula tidak mengundang masyarakat yang pada akhirnya
hanya beberapa orang yang mengikuti musrenbang tersebut.

Menurut bapak W.A perwakilan masyarakat Negeri Hitumessing


pada tanggal 22 Desember, menyatakan kepada penulis bahwa:

“Selama ini saya tidak pernah menghadiri kegiatan perencanaan


pembangunan atau musrenbang itu. Saya ataupun masyarakat
sekita tidak pernah diberitahukan atau diundang dalam kegiatan
tersebut”.
60

Sedangkan menurut bapak H.R salah satu masyarakat Desa Leku


pada tanggal 22 Desember, menyatakan bahwa:

“Untuk kegiatan musrenbang itu biasanya kami tahu ketika sudah


dilaksanakan oleh pemerintah negeri, sedangkan kami
masyarakat tidak pernah diikutsertakan atau dilibatkan oleh
pemerintah negeri dalam kegiatan tersebut”.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa kegiatan musyawarah pembangunan desa (musrenbang
desa) yang dijalankan oleh pemerintah negeri jarang melibatkan
masyarakat. Dimana pemerintah negeri tidak mengundang atau
memberikan informasi kegiatan tersebut kepada masyarakat sebelum
kegiatan tersebut dilaksanakan, melainkan masyarakat mengetahui
kegiatan musrenbang saat kegiatan itu dijalankan atau kegiatan tersebut
telah selesai dilaksanakan.

4.2.2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program

Kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan


sebagai partisipasi banyak (yang umumnya lebih dikenal miskin) untuk
secara sukarela menyumbangkan tenaganya didalam kegiatan
pembangunan. Dilain pihak, lapisan yang diatasnya (yang umumnya
terdiri atas yang kaya) dalam bayak hal terdapat bayak hal memperoleh
manfaat dari hasil pembangunan, tidak dituntut sembangan secara
personal.
Karena itu, partisipasi masyarakat dalam pelaksanan
pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan sumbangan
masyarakat korban lainnya yang sepadan dengan manfaat yang kan
diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.
61

Dismping itu, yang sering dilupakan dalam pelaksannan


pembangunan adalah, partisipasi masyarkat dalam pemeliharaan proyek-
proyek pembangunan masyarakat yang berhasil diselesaikan. Oleh
sebab itu, perlu adanya kegiatan khusus yang mengoraganisir warga
masyarakat guna memelihat hasil-hasil pembangunan agar bermanfaat
dapat terus menerus di nikmati (tanpa menurunkan kualitasnya) dalam
jangka panjang.

Dari hasil observasi penulis melihat bahwa pelaksanaan agenda


kegiatan perencanaan pembangunan atau biasanya yang disebut dengan
musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbang desa)
sebagian besar cenderung tidak melibatkan masyarakat. Selain itu juga,
aspirasi dari masyrakat jarang sekali diakomodir oleh pemerintah desa
sehingga perencanaan yang dibuat terkesan didominasi oleh pemerintah
desa dari pada kebutuhan perioritas dari masyarakat itu sendiri.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai ketertlibatan


mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti


keterlibatan jamaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai
keterlibatan mental, pikiran dan emosi atau perasaan seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung
jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Terkait dengan hal ini berikut hasil wawancara penulis dengan


Kasi Pemerintahan bapak H.P pada tanggal 12 Desember 2020:

“Pelaksanaan program kegiatan itu kita libatkan masyarakat,


mulai dari pembangunan infrastruktur maupun pembadayaan”.
62

Sedangkan Kaur Perencanaan bapak A.S pada tanggal 13


Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan pembangunan yang ada di Negeri Hitumessing


dalam hal ini pembangunan infrastruktur sangat baik entah intu
pembangunan yang baru dilaksanakan maupun perbaikan
infrastruktur yang ada di negeri dan setiap pelaksanaan
pembangunan masyarakat juga diikutsertakan dalam hal ini
sistem partisipasinya lebih cenderung pada sistem gotong
royong.”

Sedangkan menurut Kasi Pembangunan bapak A.U pada tanggal


14 Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Proses pelaksanaan pembangunan di Negeri Hitumessing


berjalan dengan baik, namun untuk sementara ini masih
terkendala karena wabah virus covid-19. Ada beberapa
pembangunan infrastruktur yang telah dikerjakan oleh pemerintah
negeri, seperti penyediaan sarana dan prasarana, ada juga
pembangunan jalan rabat beton, drainase dan pembangunan
infrastruktur lainnya. Pada saat pelaksanaan pembangunan
berlangsung pemerintah negeri dan masyarakat sama-sama turut
serta dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Misalnya
apabila pembangunan tersebut dilakukan dikomplek A maka
masyarakat dikomplek A yang akan sama-sama dengan
pemerintah negeri melaksanakan kegiatan pembangunan
tersebut, begitu pula dengan masyarakat yang ada di komplek
lainnya maupun di dusun (petuanan) Negeri Hitumessing.”

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa pelaksanaan program kegiatan pembangunan di Negeri
Hitumessing sangat baik dimana pemerintah negeri turut menyertakan
63

masyarakat dalam pelaksanaan program kegiatan tersebut. Pelaksanaan


pembangunan di Negeri Hitumessing yang dilakukan oleh pemerintah
negeri difokuskan pada pembangunan infrastruktur yang baru dibangun
maupun pembangunan perbaikan infrastruktur yang ada di Negeri
Hitumessing. Sistem pelaksanaan pembangun yang mengikutsertakan
masyarakat cenderung pada sistem partisipasi gotong royong.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh


pemerintah negeri sama-sama dengan masyarakat. Dimana, masyarakat
diikutsertakan sesuai pembangunan yang dijalankan diwilayah tertentu
yaitu dalam hal ini masyarakat yang mendiami komplek tersebut. Seperti
misalnya pelaksanaan agenda pembangunan jalan rabat setap dikomplek
A maka masyarakat dikomplek A akan diikutsertakan oleh pemerintah
negeri untuk menjalankan pembangunan yang dimaksud. Hal tersebut
juga berlaku dikomplek-komplek lain yang ada di Negeri Hitumessing
termasuk juga di dusun-dusun.

Menurut Sekretaris Negeri Hitumessing bapak H.S Pada Tanggal


12 Desember 2020 menyatakan kepada penulis bahwa:

“Masyarakat pada dasarnya tidak memiliki partisipasi apa-apa


saat pelaksanaan pembangunan infrastruktur dijalankan.
Semuanya diatur oleh pemerintah negeri, misalnya tidak adanya
gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat karena dimana
pemerintah negeri memberikan kepada kelompok yang
dikeularkan dari anggaran desa yakni ADD (Alokasi Dana Desa)
maupun DD (Dana Desa) itu sendiri.”

Hal ini selaras dengan apa yang dikemukan oleh Tokoh Pemuda
bapak P.P Negeri Hitumessing bapak pada tanggal 17 Desember 2020:

“Partisipasi masyarakat masih dibawah apa yang kita inginkan,


karena yang pastinyan trem berfikir masyarakat ini hanya soal
64

seberapa rupiah yang didapatkan bahwa mereka dapat


berpartisipasi. Tetapi soal secara moril untuk mendukung setiap
kebijakan dan pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah desa dalam mendukung pemerintah untuk
pembangunan infrastruktur dan lainya masih dibawah rata-rata
dimana masyarakat masih memandang itu sebagai proyek.”

Menurut Tokoh Masyarakat Negeri Hitumessing bapak A.S pada


tanggal 18 Desember 2020, menyatakan bahwa:

”Partisipasi masyarakat Negeri Hitumessing kurang nampak


kelihatan dalam pembangunan negeri, karena sudah
digunakannya dana desa sehingga pembiayaan dipergunakan
untuk tenaga kerja. Jadi kalau dibandingkan dengan tahun-tahun
yang sudah lewat, partisipasi itu ada kalau tidak ada dana maka
satu kewajiban masyarakat untuk membangun negeri. Rasa
persatuan dan rasa kegotongroyongan sudah semakin berkurang
karena orang lebih membutuhkan pembiayaan untuk membangun
dari pada kegotongroyongan.”

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa partisipasi masyarakat saat pelaksanaan pembangunan
berjalan sangat minim dalam hal ini pemerintah negeri mengutus
kelompok tertentu untuk mengerjakan pembangunan kemudian
kelompok-kelompok tersebut diberikan upah dari alokasi dana desa
maupun dari dana desa itu sendiri. Pemberian upah ini karena sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya yang telah disepakati
bersama.

Partisipasi masyarakat Negeri Hitumessing mengalami penurunan


karena pada saat pelaksanaan agenda kegiatan pembangunan
pemerintah telah menyiapkan biaya tenaga kerja atau upah kepada
65

tenaga kerja yang akan mengerjakan pembangunan sehingga


masyarakat tidak lagi berpartisipasi. Hal ini kemudian menjadi trem
berfikir masyarakat yakni jika mereka dibutuhkan tenaganya maka
mereka harus dibiayai, dari trem berfikir inilah dengan sendirinya rasa
kegotongroyongan dan rasa persatuan untuk membangunan desa
semakin berkurang.

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan


pembangunan berjalan di Negeri Hitumessing sangat minim, karena
masyarakat berfikir mereka dapat berpartisipasi terkecuali dibiayai atau
seberapa upah yang diberikan oleh pemerintah negeri kepada mereka.
Sedangkan untuk partisipasi yang bersifat gotong royong sangat minim
atau kurangnya kesadaran masyarakat.

Sedangkan menurut perwakilan masyarakat Negeri Hitumessing


bapak W.A pada tanggal 22 Desember, menyatakan kepada penulis
bahwa:

“Masyarakat Negeri Hitumessing jarang berpartisipasi dalam


pelaksanaan pembangunan karena pada dasarnya banyak
pelaksanaan program pembangunan yang cenderung berpihak
kepada kerabat atau keluarga pemerintah negeri”.

Penjelasan diatas selaras dengan pendapt dari bapak S.A salah


satu masyarakat Negeri Hitumessing pada tanggal 22 Desember yang
menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan pembangunan di Negeri Hitumessing ini banyak


dipilih-pilih oleh pemerintah negeri kepada saudara atau yang
berada dalam kelompok pemerintahan. Masyarakat jarang
diikutsertakan karena yang diikutsertakan hanya orang-orang
tertentu”.
66

Menurut Ketua Ketua Badan Permusyawaratan Negeri


(BPN)/Saniri Negeri Hitumessing bapak J.S pada tanggal 15 Desember
2020 menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan program pembangunan entah itu yang baru


dibangun maupun perbaikan infrastruktur seperti pembangunan
drainase, pembangunan MCK dan pembangunan jalan rabat
beton dan lain-lain banyak yang kurang maksimal. Karena banyak
pembangunan yang hingga saat ini belum selesai dan bahkan
ada yang tidak butuh waktu lama rusak kembali. Sedangkan
partisipasi masyarakat tidak ada karena yang ada hanya para
pekerja yang sudah diputuskan oleh pemerintah desa untuk
mengerjakan pembangunan yang kemudian dibiayai atau diberi
upah sesuai dengan anggaran pendapatan belanja (APBD)
Negeri Hitumessing”.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa minimnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program pembangunan dikarenakan pemerintah negeri yang cenderung
berat sebelah dimana, masyarakat diasingkan sedangkan kerabat atau
orang-orang dalam lingkaran pemerintahan yang diutamakan.

Selain itu juga dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembangunan


yang dilakukan pemerintah Negeri Hitumessing kurang maksimal karena
banyak pembangunan yang belum selesai dibangun dan bahkan tidak
butuh waktu yang lama sarana yang sudah dibangun rusak kembali.
Sedangkan, untuk partisipasi masyarakat sangat minim karena
pemerintah negeri telah menyepakati orang-orang tertentu sebagai
pekerja guna melaksanakan program kegiatan pembangunan yang
diupahi atau dibayar sesuai dengan anggaran pendapatan belanja
(APBD) Negeri Hitumessing.
67

4.2.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemantauan dan


Evaluasi Kegiatan

Kegiatan pemantuan dan evaluasi program dan proyek


pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat
dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk
memperoleh umpan balik tentang masalah–masalah dan kendala yang
muncul dalam pelaksanan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal
ini partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan
sangat diperlukan.

Kegiatan pemantuan dan evaluasi program pembangunan sangat


diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang
diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik
tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanan
pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini partisipasi masyarakat
untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan
kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan.

Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya


suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah sebuah
penilaian yang seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap sebuah
intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung ataupun yang telah
diselesaikan.

Berikut hasil wawancara penulis dengan perwakilan masyarakat


bapak W.A Negeri Hitumessing pada tanggal 22 Desember, menyatakan
bahwa:

“Masyarakat pada dasarnya selalau memantua aktifivitas


pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah negeri karena
pembangunan dilakukan di dalam Negeri Hitumessing sendiri.
68

Jadi untuk pemantaun masyarakat turut aktif dalam mengontrol.


Namun, terkait dengan evaluasi pembangunan itu partisipasi
masyarakat tidak nampak terlihat yang ada hanya evaluasi yang
dilakukan oleh pemerintah negeri senderi”.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa dalam kehidupan keseharian masyarakat selalu memantau
atau mengontrol pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah negeri
sebab pelaksanaan pembangunan yang dilakukan tersebut didalam
Negeri Hitumessing sendiri. Tetapi pemantauan atau pengontrolan yang
dilakukan oleh masyarakat hanya sebatas eksternal dalam hal ini
masyarakat tidak bisa melakukan penekanan kepada pemerintahan
negeri apabila terdapat permasalahan saat pembangunan berjalan.

Untuk pengevaluasian pelaksanaan pembangunan partisipasi


masyarakat tidak terlihat sebab yang melakukan evaluasi hanya
pelaksana kegiatan yakni pemerintah negeri yang dibahas dalam internal
pemerintahan.

Sedangkan menurut Kasi Pembangunan bapak A.U pada tanggal


14 Desember 2020, menyatakan bahwa:

”Saat agenda pembangunan berjalan, selain dipantau oleh kepala


pemerintahan, kami dalam internal bidang pembangunan
bersama dengan BPD/Saniri dan kepala tukang (Mandor) dari
pihak masyarakat untuk sama-sama memantau dan mengontrol
pelaksanaan pembangunan yang sedang berlangsung serta
melakukan evaluasi. Jadi, kami dapat menerima semua masukan
dan saran dari semua pihak terkiat dengan pembangunan yang
sedang berlangsung maupun proses pembangunan ditahun-tahun
yang akan datang”.
69

Kasi Pemerintahan bapak H.P pada tanggal 12 Desember 2020,


menyatakan kepada penulis bahwa:

“Pemerintah Negeri Hitumessing selalu memantau dan


mengawasi jalannya pembangunan, hal ini dilakukan agar
pembangunan yang dilakukan dapat berajalan dengan baik.
Setiap kali pelaksanaan pembangunan kami tidak lupa untuk
mengevaluasi jalannya program pembangunan. Ini dilakukan
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan atau hambatan yang
terjadi saat pembangunan berjalan sekaligus sebagai bahan
untuk pelaksanaan pembangunan selanjutnya nantinya. Untuk
pemantauan, pengawasan dan evaluasi kami dalam hal ini
pemerintah negeri juga melibatkan masyarakat yakni keterwakilan
masyarakat sehingga masukan, saran dan pendapat dari
masyarakat dapat ditampung dan diakomodir dalam
pembangunan”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa pemerintah


negeri mengedepankan asas demokrasi yakni melibatkan semua pihak
guna memantau dan mengontrol serta mengevaluasi pembangunan yang
sedang berlangsung. Dimana pemerintah negeri bersama-sama dengan
badan permusyawaratan desa (BPD)/Saniri dan perwakilan masyarakat
(mandor/kepala tukang) untuk memonitoring pembangunan yang sedang
berlangsung serta melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembangunan tersebut.

Proses pelaksanaan pembangunan yaitu pemantauan,


pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah negeri selalu
melibatkan masyarakat didalamnya. Masyarakat yang dimaskud yaitu
para keterwakilan-keterwakilan dari pada masyarakat itu sendiri, misalnya
seperti kepala tukang (mandor) ketua-ketua lingkungan, ketua-ketua RT,
kepala pemuda dan sebagainya.
70

Pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah negeri


melalui keterwakilan masyarakat untuk menampung masukan, saran dan
pendapat dari masyarakat terkait dengan proses pelaksanaan
pembangunan yang berlangsung di Negeri Hitumessing dan kemudian
dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk diakomodir
dalam pembangunan yang berlangsung sekarang maupun pembangunan
yang akan datang.

Sedangkan menurut bapak W.A salah satu masyarakat Negeri


Hitumessing pada tanggal 22 Desember, menjelaskan bahwa:

“Didalam realitas sosial masyarakat pada dasarnya selalu


memantau, mengawasi dan mengontrol kerja-kerja pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah negeri entah itu secara struktural
maupaun non-struktural. Karena adanya rasa ingin tahu dari
masyarakat terhadap yang sedang dijalankan. Sedangkan pada
pengevaluasian, suara-suara dari masyarakat seakan tidak
didengar seperti masukan, saran dan pendapat yang
dikemukakan oleh masyarakat karena saat evaluasi berjalan
partisipasi masyarakat tidak nampak entah itu masyarakat
diikutsertakan oleh pemerintah negeri maupun partisipasi
masyarakat secara suka rela. Partisipasi masyarakat untuk ikut
dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan diperlukan
oleh pemerintah karena masyarakat yang akan menerima hasil
dari pembangunan yang dilakukan tersebut.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwasanya didalam


kehidupan keseharian masyarakat selain fokus pada kegiatan-kegiatan
sehari-hari masyarakat juga memantau dan mengawasai pelaksanaan
agenda kegiatan pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah desa.
Hal ini dikarenakan rasa ingin tahu masyarakat terhadap apa yang
sedang dikerjakan sehingga mendorong mereka entah secara individual
71

maupun secara struktural untuk selalu memantau pembangunan


tersebut. Evaluasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
dapat melihat kendala masalah yang dihadapi saat pembangunan
berlangsung dan sekaligus sebagai bahan proyeksi untuk kedepannya.

4.2.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Hasil

Partisipasi dalam pemanfataan hasil pembangunan, merupakan


unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan dari pembangunan
adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga
pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama.
Disamping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan
merangsang kemuan dan kerelaan masyarakat untuk selalu
berpartisipasi dalam setiap program. Sayangnya, partisipasi dalam
pemanfaatan hasil pembangunan sering kurang mendapat perhatian
pemerintah dan administrator pembangunan pada umumnya, yang
seringkali menganggap bahwa dengan selesainya pelaksanan
pembangunan itu otomatis manfaatnya akan pasti dapat dirasakan oleh
masyarakat sasarannya, padahal seringkali masyarakat sasaran justru
tidak memahami manfaat dari setiap program pembangunan secara
langsung, sehingga hasil pembangunan yang dilaksanakan menjadi sia-
sia.

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan desa


dapat diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam memanfatkan
dengan baik dan benar hasil-hasil pembangunan desa, dan keikutsertaan
dalam memelihara dan melestarikan hasil-hasil pembangunan desa
tersebut. Pemahaman masyarakat akan hasil pembangunan dalam arti
melalui pemahaman partisipasi yang diberikan, akan membuat
masyarakat menyadari bahwa pembangunan bukanlah hanya milik
pemerintah, melainkan juga milik masyarakat. Oleh karena itu, anggota
72

lapisan masyarakat berhak untuk berpartisipasi dalam menikmati semua


hasil usaha yang ada seperti memanfaatkan hasil pembangunan serta
ikut turut serta menjaga dan memanfaatkan hasil pembangunan tersebut.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Kasi Pemerintahan


Negeri Hitumessing bapak H.P pada tanggal 12 Desember 2020, beliau
menyatakan bahwa:

“Semua pembangunan yang telah selesai dijalankan oleh


pemerintah desa kesemuanya dimanfaatkan oleh seluruh
masyarakat Negeri Hitumessing. Karena sejatinya pembangunan
itu untuk mempermudah keberlangsungan hidup dan untuk
kesejahteraan masyarakat. Olehnya itu masyarakat diminta untuk
saling menjaga apa yang telah dibangun di Negeri.”

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kasi


Pembangunan bapak A.U pada tanggal 14 Desember 2020, bahwa:

“Semua pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah negeri itu


dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Yang belum dapat
dimanfaatkan atau dipergunakan itu pembangunan yang belum
mencapai 100% atau belum selesai dibangun. Olehnya itu
pemerintah negeri berharap masyarakat dapat memanfaatkan
dan menjaga apa yang telah dibangun didalam Negeri
Hitumessing”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa semua


pembangunan dilakukan untuk mempermudah kehidupan masyarakat
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Hasil dari
proses pelaksanaan pembangunan yang telah selesai dibangun oleh
pemerintah Negeri Hitumessing semuanya dinikmati bersama dengan
masyarakat. Dimana, masyarakat sebagai subjek untuk menikmati
73

sekaligus sama-sama menjaga hasil dari pelaksanaan pembangunan


yang telah selesai dibangun.

Pembangunan yang dapat dimanfaatkan yaitu ketika proses


pembangunannya sudah mencapai 100% atau selesai dibangun.
Dimana, masyarakat dapat mempergunakan dengan sebaik-baiknya
kemudian masyarakat diminta untuk dapat menjaga apa yang telah
dibangun didalam Negeri Hitumessing itu sendiri.

Menurut bapak W.A salah satu masyarakat Negeri Hitumessing


pada tanggal 22 Desember:

“Pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah negeri cukup


bagus, namun sering terjadi salah sasaran yakni pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah negeri kurang melihat prioritas
kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat hanya sekedar
menikmat hasil dari pembangunan tetapi pembangunan tersebut
tidak berdampak kepada kebutuhan masyarakat. Artinya sebuah
pembangunan dikatakan berhasil minimal dilihat dari apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat dengan begitu terjadi peningkatan
kesejahteraan, masyarakat merasa bertanggung jawab untuk
menjaga dan menikmati hasil dari pembangunan tersebut”.

Penjelasan tersebut diatas sesuai dengan apa yang diungkapkan


oleh Anggota Badan Permusyawaratan Negeri (BPN)/Saniri Negeri
Hitumessing bapak S.S pada Tanggal 15 Desember 2020:

“Pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah negeri sering


melenceng dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat karena
pada perencanaan awal, pemerintah negeri tidak pernah
mendengar aspirasi dan masukan dari kami ataupun dari
masyarakat”.
74

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa sering terjadi


salah sasaran dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah desa. Jalannya pembangunan dilihat dari prioritas kebutuhan
masyarakat tapi apabila tidak dilihat dari prioritas kebutuhan maka hasil
dari pembangunan menjadi sia-sia karena masyarakat hanya sekedar
menikmati, kurang menjaga dan tidak menambah nilai untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup.

Pelaksanaan pembangunan harus dapat disesuaikan dengan


kebutuhan prioritas yang diinginkan oleh masyarakat karena dengan
begitu dapat meningkatkan nilai kesejahteraan kemudian masyarakat
akan bertanggung jawab bersama-sama untuk menjaga dan masyarakat
dapat menikmati pembangunan tersebut seterusnya.

Dari hasil observasi penulis melihat bahwa masih banyak


pelaksanaan pembangunan yang belum terealisasi dengan baik seperti
pembangunan MCK yang hingga saat ini belum diselesaikan dan
beberapa yang mengalami kerusakan dan tidak diperhatikan oleh
pemerintah desa. Drainase yang mengalami kerusakan parah dan belum
diselesaikan oleh pemerintah negeri.

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat adalah


partisipasi dalam bentuk menggunakan, menjaga, merawat dan
memelihara setiap hasil pembangunan desa, karena masyarakat
merupakan objek yang terlibat langsung dalam penggunaan dan
pemeliharaan hasil pembangunan. Tetapi dalam pengambilan
pemanfaatan, perawatan dan pemeliharaan hasil pembangunan
kesadaran dan kepedulian masyarakat masih kurang yang terkadang
membuat setiap pembangunan desa yang sudah dibangun mengalami
kerusakan.
75

Padahal menjaga, merawat dan memelihara setiap hasil


pembangunan desa itu adalah merupakan bagian atau tugas dari
masyarakat yang menggunakannya. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan sering dipengaruhi oleh pekerjaan seseorang. Dan
pekerjaan dari seseorang memberikan pengaruh terhadap
keterlibatannya dalam kegiatan pemanfaatan menjaga, merawat dan
memelihara pembangunan yang ada didesa. Hal inilah yang diperlukan
oleh pemerintah dan setiap masyarakat untuk saling membantu
memperhatikan setiap bangunan desa yang sudah dibangun untuk dapat
digunakan setiap saat dan yang bisa digunakan dalam waktu yang lama.

4.2.5. Faktor-Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat


Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan di Negeri
Hitumessing

Adapun faktor-faktor yang mengambat partisipasi masyarakat


dalam pembangunan di Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah yaitu:

a Transparansi Informasi Pembangunan Negeri Hitumessing

Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa salah satu faktor


penghambat yakni informasi pembangunan itu sendiri. Informasi yang
disampaikan oleh pemerintah negeri terkait dengan pelaksanaan
pembangunan masih kurang jelas artinya belum ada transparansi dari
pemerintah desa kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah negeri tidak
pernah melakukan sosialisasi sebelumnya, sosialisasi tentang
pelaksanaan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah
negeri, kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)
negeri pun minim diketahui oleh masyarakat.
76

Berikut hasil wawancara peneliti dengan bapak W.A salah satu


masyarakat Negeri Hitumessing pada tanggal 22 Desember bahwa:

“Tidak pernah ada sosialisasi kepada kami masyarakat terkait


dengan pelaksanaan pembangunan sebelumnya, ataupun
pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan desa
(Musrenbang Desa). Jika memang ada pasti hanya bersifat
perorangan atau internal pemerintah desa sendiri karena saya
pribadi tidak pernah mendapat informasi itu.”

Penjelasan diatas mirip dengan apa yang dijelaskan oleh salah


satu Tokoh Masyarakat Negeri Hitumessing bapak A.S pada tanggal 18
Desember 2020 bahwa:

“Selama ini kalau persoalan tentang pelaksanaan pembangunan


itu jarang kita tahu, informasi-informasi tentang pembangunan
pun jarang sekali disampaikan oleh entah itu pemerintah desa
maupun dari badan permusyawaratan desa (BPD)/Saniri. Yang
kita tahu hanya ketika pembangunan itu sudah dijalankan, nah
disitulah baru kita tahu kalau pembangunan sedang berjalan
untuk selebihnya jarang sekali kita ketahui bahkan tidak pernah.
Selain itu, tidak adanya transparansi dari pemerintahan Negeri
Hitumessing”.

Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa kurangnya


informasi yang diperoleh masyarakat dari pemerintah desa sehingga
masyarakat tidak mengetahui sama sekali fungsi mereka dalam
pelaksanaan pembangunan, melainkan masyarakat hanya mengetahui
bahwa ada dan sudah telaksananya pembangunan yang terjadi di negeri
saat pembangunan dijalankan. Hal ini diakibatkan karena minimnya
transparansi pemerintah negeri kepada masyarakat dalam penyampaian
informasi.
77

Transparansi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan


rasa kepercayaan dari masyarakat kepada pemerintah negeri dalam
pengelolaan anggaran pembangunan, namun dilihat bahwa selama ini
dalam periode pembangunan transparansi pemerintah Negeri
Hitumessing dalam pengelolaan anggaran dan pelaksanaan
pembangunan tidak terlihat. Hal ini kemudian menjadi negative steriotype
dari masyarakat kepada pemerintah Negeri Hitumessing, dengan
demikian berdampak pada trem berfikir masyarakat dan partisipasi
masarakat dalam pembangunan yang ada di Negeri Hitumessing itu
sendiri.

b Minimnya Interaksi Antara Pemerintah Negeri Hitumessing


Dengan Masyarakat

Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa salah satu faktor


penghambat yakni interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan
sosial yang dinamis, berupa hubungan antara individu yang satu dengan
dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi sosial
terdapat simbol, dimana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau
maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
Interaksi sosial dapat terjadi jika ada kontak sosial dan komunikasi,
Veplun, Dkk. (2013).

Berikut hasil wawancara penulis dengan bapak W.A salah satu


masyarakat Negeri Hitumessing pada tanggal 22 Desember bahwa:

“Selama ini hubungan antara pemerintah dengan masyarakat


dalam pelaksanaan pembangunan kurang baik. Sedangkan
dalam ruang lingkup kekeluargaan itu cukup baik, hanya saja
antara staf pemerintahan dan masyarakat saling menjaga jarak
78

ketika adanya komunikasi atau pembahasan tentang


pembangunan negeri”.

Hal ini kemudian diperjelas oleh Tokoh Masyarakat Negeri


Hitumessing bapak A.S pada tanggal 18 Desember 2020 bahwa:

“Pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah negeri cukup


baik, namun selain menjalankan pembangunan pemerintah negeri
juga harus dapat membangun nilai-nilai sosial didalam ruang
lingkup masyarakat. Artinya bahwa selain mempunyai tugas
dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan di negeri,
pemerintah juga harus dapat memberikan pemahaman dan
muatan-muatan positif kepada masyarakat terkait dengan
pembangunan di negeri. Maka dengan begitu masyarakat akan
lebih mudah memahami kemudian masyarakat akan merasa
bertanggung jawab sehingga mereka turut andil dan berpartisipasi
dalam setiap agenda pelaksanaan pembangunan yang
dilakukan”.

Dari hasil wawancara antara penulis dengan narasumber diatas


dapat dilihat bahwa tugas, fungsi dan peran pemerintah negeri selain
mengurus pemerintahan dan melaksanakan pembangunan di negeri,
pemerintah negeri juga harus dapat memberikan muatan-muatan positif
kepada masyarakat terkait dengan pelaksanaan pembangunan. Hal ini
dilakukan agar masyarakat dapat memahami kemudian masyarakat juga
akan merasa bertanggung jawab terhadap pembangunan tersebut, maka
dengan begitu ada peningkatan nilai sehingga tatanan nilai sosial
kemasyarakatan akan terus terawat dengan baik.

c Pengambilan Kebijakan dan Dinamika Pemerintahan Negeri


Hitumessing
79

Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa salah satu faktor


penghambat yaitu pengambilan kebijakan dan dinamika pemerintahan
Negeri Hitumessing. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan
dengan seperti membalikan telapak tangan. Hal tersebut dikarenakan
keputusan tersebut pada gilirannya akan memberi dampak terhadap
banyak aspek. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan keputusan yang
akurat dan penuh pertimbangan harus melalui tahapan-tahapan tertentu
sehingga kemungkinan timbulnya dampak negatif dari keputusan tersebut
dapat diminimalisir.

Pengambilan keputusan dilihat dari personal yang melakukannya


dapat dibagi menjadi dua yaitu, keputusan individual dan keputusan
kelompok. Keputusan individual merupakan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pemimpin atau manajer secara sendiri. Sedangkan
keputusan kelompok adalah keputusan yang dibuat oleh sekelompok
orang berdasarkan hasil musyawarah mufakat.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Anggota Badan


Permusyawaratan Negeri (BPN)/Saniri Negeri Hitumessing bapak S.S
pada Tanggal 15 Desember 2020 bahwa:

“Selama ini proses pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh


pemerintah negeri terkesan sepihak karena entah itu dari awal
proses perencanaan sampai dengan evaluasi pembangun jarang
sekali melibatkan entah itu elemen-elemen masyarakat maupun
kami di BPD/Saniri”.

Hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Negeri (BPN)/Saniri Negeri Hitumessing bapak J.S
pada tanggal 15 Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Pengambilan kebijakan yang diambil dan diputuskan oleh


pemerintah negeri sering dilakukan sepihak, koordinasi antara
80

pemerintah desa dengan kami di BPD/Saniri pun terkadang


kurang maksimal”.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber diatas dapat


dilihat bahwa pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
Desa Leku terkesan sepihak selama periodisasi pembangunan.
Koordinasi antara badan permusyawaratan desa (BPD)/Saniri Negeri
Hitumessing dengan pemerintah Negeri Hitumessing pun terkadang
kurang maksimal.

Sedangkan menurut Kasi Pembangunan Negeri Hitumessing


bapak A.U pada tanggal 14 Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Kami pemerintah negeri sebelum mengambil kebijakan, ada hal-


hal tertentu yang perlu kami pertimbangkan sebelumnya.
Biasanya kebijakan itu diambil saat pelaksanaan rapat setelah itu
baru kami dapat mengambil kebijakan yang tepat, ataupun bisa
langsung kebijakan dari kepala pemerintahan”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa proses


pengambilan kebijakan yang dilakukan tidak serta merta begitu saja atau
seperti membalikan telapak tangan. Melainkan terdapat hal-hal tertentu
yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah negeri guna kebijakan yang
diambil tepat, dimana pemerintah negeri akan melakukan rapat ataupun
bisa kebijakan langsung (hak progratif) dari kepala pemerintahan itu
sendiri.

Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat lebih


mencerminkan sifat keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak.
Karena itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu
ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat
banyak berpartisipasi langsung dalam proses pengambilan keputusan
tentang program pembangunan di wilayah setempat.
81

Berikut hasil wawancara dengan Anggota Badan


Permusyawaratan Negeri (BPN)/Saniri Negeri Hitumessing bapak S.S
pada Tanggal 15 Desember 2020 bahwa:

“Pelaksanaan pembangunan yang ada di Negeri Hitumessing


semuanya berjalan penuh dengan dinamika. Dinamika yang
dimaskud adalah tidak adanya keterbukaan dari pada pemerintah
negeri kepada masyarakat. Jadi pembangunan yang ada, yang
sudah berjalan ini semata-mata dibuat oleh pemerintah tidak
pernah dikoordinasi dengan masyarakat. Fenomena yang terjadi
dalam kurung waktu periode pembangunan, segala
pembangunan yang ada itu cuma dirancang oleh pihak
pemerintah tidak mengambil aspirasi masyaraka”.

Dari hasil wawancara peneliti diatas dapat dilihat bahwa


pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Negeri
Hitumessing selama periode pembangunan berjalan selama ini tidak
melibatkan masyarakat untuk memberikan aspirasi, masukan, saran dan
pendapat untuk kemudian diakomodir oleh pemerintah melainkan selama
periode pembangunan berjalan pemerintah negeri menyusun sendiri
rancangan pembangunan. Dengan demikian terjadinya kekecewaan dari
masyarakat kepada pemerintah negeri sebagai pelaksana pembangunan.

Menurut bapak W.A salah satu masyarakat Negeri Hitumessing


pada tanggal 22 Desember, menyatakan:

“Sejauh ini pembangunan yang ada disini belum belum efektif,


karena banya pembangunan yang akan dipakai oleh masyarakat
sampai dengan saat ini belum terealisasikan. Selain itu banyak
masyarakat yang bertolak belakang dengan staf negeri
dikarenakan banyak pembangunan yang dipilih-pilih untuk
keluarga mereka”.
82

Hal ini hampir sama dengan apa yang dijelaskan oleh Tokoh
Pemuda P.P Negeri Hitumessing bapak pada tanggal 17 Desember
2020, menyatakan bahwa:

“Pembangunan yang dijalankan banyak yang dipilih-pilih oleh


pemerintah negeri kepada orang-orang yang dekat atau keluarga
mereka. Kebijakannya yang diambil lebih kepada keluarga dari
pemerintah desa ketimbang masyarakat yang layak. Sehingga
membuat perselisihan antara masyarakat dan pemerintah negeri”.

Dari hasil wawancara peneliti diatas dapat dilihat bahwa adanya


ketimpangan dari pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
desa. Pemerintah negeri seakan lebih mengutamakan orang-orang dekat
atau yang memiliki hubungan kekeluargaan dalam artiannya keluarga
mereka sendiri. Pada hal kebijakan dibuat harus sesuai dengan prioritas
kebutuhan masyarakat, dimana pembangunan tersebut untuk semua
masyarakat rasakan bukan sebagian orang atau sebagian kelompok.

Bagaimanapun kecilnya derajat keputusan tetap menimbulkan


pengaruh pada lingkungan. Seorang pemimpin perlu memperhatikan
dinamika lingkungan. Hal tersebut akan memperluas wawasanya dalam
mengambil keputusan. Suatu keputusan yang diambil tersebut tidak
berdiri sendiri, tetapi saling terkait antara satu dengan yang lain, dan
akan menimbulkan perubahan dalam lingkungan keputusan tersebut.

Perubahan dimaksud dapat menimbulkan masalah yang


memerlukan pemecahan. Pemecahan satu masalah akan menimbulkan
masalah baru yang untuk pemecahannya diperlukan pengambilan
keputusan pula.

d Kondisi Alam
83

Hasil dari observasi yang peneliti lakukan bahwasannya


pelaksanaan pembangunan memilki hambatan yaitu kondisi alam. Negeri
Hitumessing memilki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau
yang jadi masalah saat pembangunan berlangsung yaitu saat masuknya
material pembangunan dimusim hujan sehingga terjadinya becek atau
banjir akibatnya proses pelaksanaan pembangunan terhambat dan tidak
bisa berjalan dengan baik.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Kasi Pembangunan


bapak A.U pada tanggal 14 Desember 2020, menyatakan bahwa:

“Pembangunan di Negeri Hitumessing berjalan dengan baik, akan


tetapi ketika musim hujan tiba maka aktivitas pembangunan
menjadi terhambat. Misalnya Kegiatan pembangunan yang sudah
direncanakan dapat memakan waktu sepuluh hari atau dua
minggu bisa terhambat akibat hujan yang turun sehingga dapat
memakan waktu lebih dari apa yang telah direncanakan
sebelumnya”.

Penjelasan diatas selaras dengan hasil wawancara penulis


dengan Kaur Perencanaan Negeri Hitumessing bapak A.S pada tanggal
13 Desember 2020, bahwa:

“Pelaksanaan pembangunan di Negeri Hitumessing selama ini


sangat bagus, hanya saja terkadang terhambat karena cuaca
sehingga pembangunan bisa tertunda dan memakan waktu lebih
dari perencanaan yang telah kami buat sebelumnya”.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bawah kondisi alam


merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya pembangunan
Negeri Hitumessing. Dimana cuaca membaik maka pembangunan dapat
berjalan dengan baik akan tetapi jika cuaca memburuk maka aktivitas
kegiatan pembangunan dihentiikan dan terjadi penundaan. Dari
84

penundaan dan pemberhentian inilah pelaksanaan pembangunan dapat


memakan waktu lebih dari apa yang telah direncanakan sebelumnya.
85

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penenlitian dan pembahasan yang telah


dilakukan, maka kesimpulannya adalah:

- Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Negeri


Hitumessing belum maksimal mulai dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan program pembangunan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan serta pemanfaatan hasil.
- Kurangnya sinergitas antara pemerintah Negeri Hitumessing,
badan permusyawaratan desa (BPD)/Saniri dan masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan di Negeri Hitumessing.
- Faktor-faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di Negeri Hitumessing yaitu kurangnya
transparansi informasi pembangunan, minimnya interaksi
antara pemerintah negeri dengan masyarakat, pengambilan
kebijakan dan dinamika pemerintahan dan kondisi alam.

5.2. Saran

Dari uraian kesimpulan maka saran yang diajukan dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Selama proses pembangunan berjalanan pemerintah negeri


harus aktif mengikutsertakan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan mulai dari pra dan pasca kegiatan
86

perencanaan, pelaksanaan program pembangunan,


pemantauan dan evaluasi kegiatan serta pemanfaatan hasil.
2. Sinergitas dan kerjama sama antara pemerintah negeri
dengan badan permusyawaratan desa (BPD)/Saniri dan
masyarakat harus lebih ditingkatkan.
3. Pemerintah Negeri harus dapat terbuka dengan masyarakat
terkiat pelaksanaan pembangunan di dalam Negeri
Hitumessing.
4. Pemerintah Negeri Hitumessing dan badan permusyawaratan
desa (BPD)/Saniri Negeri Hitumessing harus dapat
mengurangi dinamika didalam internal pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai