Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI WAKAF

KELOMPOK 10

 SELVIANA_90400120092
 SRI RAHMI_90400120096
 MUT’MAINNA_90400120109
 NUR HIKMA AKIB_90400120119
PENGERTIAN WAKAF
Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan
atau berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah,
wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan
Allah.

Menurut Mazhab Hanafi Wakaf adalah menahan suatu benda


yang menurut hukum, tetap milik si wakif/pewakaf dan
mempergunakan manfaatnya untuk kebijakan. Mazhab Syafi’i dan
Ahmad bin Hambal berpendapat Wakaf adalah menahan harta
pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di segala bidang kemaslahatan
dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
SEJARAH WAKAF
Esensi wakaf pada dasarnya telah dilakukan oleh
umat- umat terdahulu, termasuk dikalangan
nonmuslim. Hanya saja apa yang dilakukan oleh umat
terdahulu tersebut bukan untuk mendapat keridaan
Allah melainkan persembahan untuk kepercayaan
mereka. Kondisi ini menjadi penyebab ulama besar
seperti Imam Syafi’I menyatakan bahwa tidak ada
wakaf sebelum umat islam. Sejarah wakaf dibagi
dalam dua kelompok yaitu : masa Rasulullah dan para
sahabat, dan masa dinasti-dinasti Islam.
SEJARAH WAKAF
•  Masa Rasulullah dan para sahabat
Para ahli fikih berbeda pendapat tentang siapa yang melakukan wakaf pertama
kali, sebagian mengatakan bahwa wakaf dilakukan oleh Rasulullah atas pembangunan
masjid, dan sebagian lagi mengatakan dilakukan oleh sahabat Umar atas tanahnya di
Khaibar. Rasulullah pernah mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah, selanjutnya
disusul oleh para sahabat lainnya, seperti : Abu Thalhah yang mewakafkan kebunnya,
Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekah, DLL.
• Masa dinasti-dinasti Islam
Pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, pelaksanaan wakaf menjadi lebih luas
lagi, yaitu untuk turut membangun solidaritas umat dan ekonomi masyarakat.Pada
dinasti Abbasiyah, pengelolaan wakaf baik secara administrasi dan independen
dilakukan oleh lembaga disebut dengan”shadr al-wuquf”.Pada masa Ayyubiyah,
terjadi lompatan besar dalam berwakaf.
AKUNTANSI LEMBAGA
WAKAF
Secara umum, lembaga wakaf dibentuk atau didirikan untuk
mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaat
maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan umat umumnya,
dan menolong mereka yang kurang mampu khususnya.Hingga
saat ini belum ada PSAK yang mengatur tentang akuntansi
lembaga wakaf. Namun merujuk pada akuntansi konvensional
serta praktik dari lembaga wakaf yang telah beroperasi di
Indonesia saat ini, maka perlakuan akuntansi untuk zakat,
infak/sedekah dengan wakaf tidak akan berbeda jauh. Hal ini
disebabkan akuntansi untuk zakat, infak/sedekah harus dilakukan
pencatatannya secara terpisah atas setiap dana yang diterima.
LAPORAN KEUANGAN
WAKAF
• Laporan posisi keuangan, terdiri dari: Aktiva, Kewajiban dan Saldo
Dana
• Laporan sumber dan penggunaan dana, terdiri dari: Sumber Dana
dan Penggunaan Dana
• Laporan arus kas, terdiri dari: Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi
dan Aktivitas Pendanaan
• Catatan atas laporan keuangan
• Ikhtisar laporan keuangan nazhir, yang sekurang-kurangnya
mencakup :
  1.  jumlah fundrising wakaf
  2.  jumlah investasi wakaf
3. jumlah penyaluran/pemanfaatan hasil investasi wakaf[6]
PENGELOLAAN MANAJEMEN WAKAF

Pengelolaan dan manajemen wakaf yang lemah dapat


mengakibatkan pengelolaan harta wakaf tidak optimal, harta
wakaf terlantar, bahkan harta wakaf dapat hilang.Untuk
mengatasi masalah ini, paradigma baru dalam pengelolaan wakaf
harus diterapkan.Wakaf harus dikelola secara produktif dengan
menggunakan manajemen modern.Untuk mengelola wakaf
secara produktif, ada beberapa yang perlu dilakukan.Selain
perumusan konsepsi fikih wakaf dan peraturan perundang-
undangan, pengelola wakaf harus dibina dan dilatih menjadi
pengelola wakaf profesional untuk dapat mengembangkan harta
yang dikelolanya, apalagi jika harta itu berupa uang.
PERBEDAAN ANTARA WAKAF DAN
INFAK/SHADAQAH/HIBAH

Wakaf Infak/shadaqah/hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu barang Menyerahkan kepemilikan suatu
kepada orang lain barang kepada pihak lain

Hak milik atas barang dikembalikan Hak milik atas barang diberikan
kepada Allah kepada penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh diberikan atau
dijual kepada pihak lain Objek shadaqah.hibah boleh
diberikan atau dijual kepada pihak
Manfaat barang biasanya dinikmati lain
untuk kepentingan social Manfaat barang dinikmati oleh
penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal zatnya
Objek shadaqah/hibah tidak harus
Pengelolaan objek wakaf diserhakan kekal zatnya
kepada administratur yang disebut Pengelolaan obejek shadaqah/hibah
nadzir/mutawali diserahkan kepada si penerima
TUJUAN WAKAF
Menurut Ulama Thohir bin Asyura, Tujuan disyariatkan wakaf mengandung arti sebagai berikut:
• Memperbanyak harta untuk kemaslahatan umum dan khusus, sehingga menjadikan amal
perbuatan manusia tidak terpotong pahalanya hingga datang kematian. Berdasarkan Hadis
Nabi “Ketika manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya ketcuali tiga hal.
“Diantaranya Shadaqah jariyah….”
• Pemberian harta benda wakaf itu merupakan sumber dari bersihnya hati yang tidak dicampuri
dengan keragu-raguan, karena hal itu merupakan bukti adanya kebaikan dan kedermawanan
yang dikeluarkan karena adanya rasa cinta tanpa adanya ganti sedikitpun. Dan berpengaruh
pada pemberian kemanfaatan dan pahala yang berlimpah-limpah.
• Memperluas semua jalan yang bersumber pada kecintaan orang yang memberikan harta.
Karena orang yang memberi mewujudkan dari kemulian jiwa yang semuanya mendorong
pada rasa harumnya keberagaman dan kemulian akhlak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kemaslahatan bagi orang yang kikir terhadap harta dan jiwanya menjadi kotor, sebagaimana
Allah SWT menyeburkan dalam al-Quran bahwa setn selalu menakut-nakuti umat manusia
pada kefakiran.
• Wakaf menjadikan harta tidak sia-sia kembali dan dapat memberikan arti pada hak-hak ahli
waris sebagaimana kebiasaan adat jahiliyyah dan akan memberikan dampat sosial yang lebih
untuk perbaikan masyarakat.
JENIS-JENIS WAKAF
• Berdasarkan peruntukannya
1. Wakaf ahli (wakaf Dzurri/wakaf ’alal aulad) yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan
dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga, dan lingkungan kerabat sendiri.
2. Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).

• Berdasarkan jenis harta


1. Benda tidak bergerak:
Hak atas tanah : hak milik, strata title, HGB/HGU/HP Bangunan atau bagian bangunan atau
satuan rumah susun tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah Benda tidak bergerak
lain
2. Benda bergerak selain uang, terdiri dari:
Benda dapat berpindah,Benda dapat dihabiskan dan yang tidak dapat dihabiskan, Air dan
Bahan Bakar Minyak, ,Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan ,Benda bergerak
selain uang, Surat berharga Hak Atas Kekayaan Intelektual: Hak atas benda bergerak lainnya
3. Benda bergerak berupa uang (Wakaf tunai, cash waqaf)
JENIS-JENIS WAKAF
• Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan

1.  Ubasyir/dzati; harta wakaf yang menghasilkan


pelayanan masyarakat dan bisa digunakan secara
langsung seperti madrasah dan rumah sakit).
2. Mistitsmary, yaitu harta wakaf yang ditujukan untuk
penanaman modal dalam produksi barang-barang dan
pelayanan yang dibolehkan syara’ dalam bentuk apapun
kemudian hasilnya diwakafkan sesuai keinginan pewakaf
RUKUN WAKAF
 Pelaku terdiri atas orang yang menakafkan harta
(wakil/pewakaf).
 Barang atau harta yang diwakafkan (mauquf bih)
 Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)
 Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu
kehendak untuk mewakafkan sebagian harta
bendanya termasuk penetapan jangka waktu dan
peruntukan)
SYARAT SAH HARTA WAKAF
• Harta yang diwakafkan harus merupakan harta yang
bernilai (mal mutaqowwam).
• Harta yang akan diwakafkan harus jelas sehingga tidak
akan menimbulkan persengketaan.
• Milik pewakaf secara penuh.
• Harta tersebut bukan milik bersama (musya’) dan terpisah
• Syarat-syarat yang ditetapkan pewakaf terkait harta wakaf.
Syarat yang ditetapkan pewakaf dapat diterima asalkan
tidak melanggar prinsip dan hukum syariah/wakaf ataupun
menghambat pemanfaatan barang yang diwakafkan.
SYARAT KETENTUAN PEWAKAF

• Merdeka
• Berakal sehat
• Dewasa (baligh)
• Tidak berada di bawah pengampuan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai